Anda di halaman 1dari 96

LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Uji Kesukaan

FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK)

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Petunjukan Penilaian

Ujilah sampel satu persatu dengan sebaik-baiknya dan nyatakan pendapat anda

tentang apa yang dirasakan oleh indera dengan mengisi tabel dibawah ini dengan

skor berikut:

Suka 3

Kurang suka 2

Tidak suka 1

Indikator Sampel

A1 A2

Rasa

Aroma

Warna

Tekstur

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Daftar Panelis Dalam Uji Organoleptik Agar-Agar Dadih Susu
Kerbau

No Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun)


1 Rizki Hapipah Perempuan 12
2 Mhd. Sukri Laki-Laki 11
3 Syamsiah Sriwahyuni Perempuan 12
4 Ahmad Hidayat Laki-Laki 10
5 Sarkawi Laki-Laki 10
6 Nabila Perempuan 11
7 Mhd. Subhan Laki-Laki 12
8 Aidil Putra Laki-Laki 10
9 Aryana Pauziah Perempuan 13
10 Surya Hasmar Laki-Laki 12
11 Adanan Laki-Laki 11
12 Nurul Aisyah Perempuan 11
13 Khoirunnisa Perempuan 12
14 Harun Alrasyid Laki-Laki 11
15 Lutpi Ibrahim Laki-Laki 13
16 Nurhamidah Perempuan 12
17 Abd. Qodir Laki-Laki 12
18 Rahmat Hidayat Laki-Laki 12
19 M. Sanusi Laki-Laki 11
20 Mhd. Erwin Laki-Laki 11
21 Indra Afdal Laki-Laki 13
22 Ilyas Rkt Laki-Laki 12
23 Nanda M. Husein Laki-Laki 11
24 Kamaluddin Laki-Laki 12

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Uji Sifat Uji Organoleptik Agar-Agar Dadih
Susu Kerbau A1

Panelis Rasa Aroma Warna Tekstur


1 3 3 2 3
2 3 3 3 3
3 3 3 3 3
4 2 3 3 3
5 3 3 3 3
6 2 3 3 3
7 3 2 2 3
8 3 3 3 3
9 2 3 2 2
10 3 2 2 2
11 3 2 3 2
12 3 2 3 3
13 3 2 3 3
14 2 3 3 3
15 2 3 3 3
16 3 3 3 3
17 3 3 2 3
18 1 2 1 3
19 2 3 2 3
20 3 2 3 3
21 3 3 3 3
22 3 3 3 3
23 2 3 3 2
24 3 3 3 2
Total 63 66 64 68

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Uji Sifat Uji Organoleptik Agar-Agar Dadih
Susu Kerbau A2

Panelis Rasa Aroma Warna Tekstur


1 2 3 2 2
2 3 2 2 2
3 1 2 2 2
4 3 3 2 3
5 3 3 3 3
6 2 2 3 1
7 3 3 3 1
8 2 2 1 2
9 3 2 1 3
10 3 3 3 3
11 3 3 3 3
12 3 3 3 3
13 2 3 3 3
14 3 2 2 2
15 2 1 1 3
16 3 3 3 2
17 1 2 3 2
18 3 3 3 3
19 3 3 2 3
20 3 3 2 3
21 3 3 2 3
22 2 3 3 2
23 2 3 3 3
24 3 3 3 1
Total 61 63 56 58

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Hasil Analisis Data Sifat Uji Organoleptik Agar-Agar Dadih
Susu Kerbau A1 dan A2 Dengan SPSS

a. Uji Rasa Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A1 dan A2

Des criptive Statis tics

N Minimum Max imum Mean Std. Deviation Varianc e


Rasa A1 24 1 3 2,63 ,576 ,332
Rasa A2 24 1 3 2,54 ,658 ,433
Valid N (lis tw ise) 24

Ranks

Mean Rank
Rasa A 1 1,52
Rasa A 2 1,48

Tes t Statis ticsa


N 24
Chi-Square ,091
Df 1
Asymp. Sig. ,763
Monte Carlo Sig. 1,000
Sig. 95% Conf idence Low er Bound ,883
Interval Upper Bound 1,000
a.
Friedman Test

Universitas Sumatera Utara


b.
Uji Aroma Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A1 dan A2

Des criptive Statis tics

N Minimum Max imum Mean Std. Deviation V arianc e


aroma A1 24 2 3 2,71 ,464 ,216
aroma A2 24 1 3 2,63 ,576 ,332
V alid N (lis tw ise) 24

Ranks

Mean Rank
aroma A1 1,52
aroma A2 1,48

Tes t Statis ticsa


N 24
Chi-Square ,067
df 1
Asymp. Sig. ,796
Monte Carlo Sig. 1,000
Sig. 95% Conf idence Low er Bound ,883
Interval Upper Bound 1,000
a. Friedman Test

c.
Uji Warna Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A1 dan A2

Des criptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


w arna A1 24 2,67 ,565 1 3
w arna A2 24 2,42 ,717 1 3

Ranks

Mean Rank
w arna A 1 1,60
w arna A 2 1,40

Universitas Sumatera Utara


Tes t Statis ticsa
N 24
Chi-Square 1,923
df 1
Asymp. Sig. ,166
Monte Carlo Sig. ,333
Sig. 95% Conf idence Low er Bound ,145
Interval Upper Bound ,522
a. Friedman Test

d.
Uji Tekstur Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A1 dan A2

Des criptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


tekstura1 24 2,42 ,717 1 3
tekstura2 24 2,79 ,415 2 3

Ranks

Mean Rank
tekstura1 1,35
tekstura2 1,65

T es t Statis ticsa

N 24
Chi-Square 3,267
df 1
Asy mp. Sig. ,071
Monte Carlo Sig. ,208
Sig. 95% Conf idence Low er Bound ,046
Interval Upper Bound ,371
a. Friedman Test

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Bahan dan Alat Pembuatan Agar-Agar Dadih Susu Kerbau

Gambar 2. Dadih Susu Kerbau

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Penimbangan Berat Dadih Susu Kerbau dan Gula Aren

Gambar 4. Saat Dimasak

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Saat Melakukan Uji Hedonik

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. UGM-Press.


Yogyakarta

Ammermen, G.R., 1987. Effect Of Equal Lethal Heat Threatments At Various


Times And Temperature Upon Selected Food Constituent. Prude
University Lafayette. Indiana

Arief, I. M. Sugitha, Dan L. Oktavia., 2003. Diversifikasi Produksi Makanan


Tradisional Dadih Dengan Penambahan Beberapa Level Coklat Kental.
Jurnal Peternakan Dan Lingkungan, 09 (1), 71-75.

Almatsier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Aritonang, S. N., 2004. Diversifikasi Dadih Dengan Penambahan Coklat Kental


Dan Kandungan Gizinya Pada Penyimpanan Suhu Ruang. Jurnal
Peternakan Dan Lingkungan, 10 (1), 84-88

Ambri, K., J. Kusnadi, Dan W. D. R. Putri., 2009. Studi Pertumbuhan Bakteri


Asam Laktat (BAL) Dari Dadih Dalam Es Krim Sebagai Pangan
Probiotik. Jurnal Teknologi Pertanian, 10 (1), 1-9

A. A. Putra, Y. Marlida, Khasrad, S.Y.D. Azhike, Dan R. Wulandari., 2011.


Perkembangan Dan Usaha Pengembangan Dadih: Sebuah Review
Tentang Susu Fermentasi Tradisional Minangkabau. Jurnal Peternakan
Indonesia, Oktober 2011 Vol. 13 (3) ISSN 1907-1760

Alatas, Sarah Salim S., 2011. Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 Tahun) dan
Hubungannya Dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan
Kampungkids Pejaten Jakarta Selatan. Skripsi. Program Studi
Kedokteran Umum. Universitas Indonesia

Borghese, A. 2005. Buffalo Cheese And Milk Industry. Buffalo Production And
Research REU Technical. FAO Regional Office For Europe. Departemen
Pertanian. 1991. Pengolahan Hasil-Hasil Peternakan. Departemen
Pertanian. Jakarta.

Benech, Anita NOREVO GmbH., 2012. Agar-Agar Seaweed Hydrocolloid As a


Gelatin Alternative In Dairy Applications. Jurnal Wellness Foods Europe
Functional Ingridients

Chalid S Y.,& Hartiningsih F., 2013. Potensi Fermentasi sebagai Antioksidan dan
Antibakteri. Jurnal. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung

Universitas Sumatera Utara


Chairannisa, Citra., 2015. Daya Terima Biskuit dengan Modifikasi Tepung Biji
Nangka, Tepung Kacang Merah dan Tepung Pisang serta
Konstribusinya Terhadap Kecukupan Energi, Protein dan Zat Besi
Remaja. Skripsi. Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kesehatan Masyarakat

Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI-Press. Jakarta.

Daswati Evi, dkk., 2009. Kualitas Dadih Susu Kerbau dengan Lama Pemerahan
yang Berbeda. Jurnal Peternakan, Vol. 6, No. 1, ISSN 1829 – 8729.
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.

Damayanti,D., 2010. Makanan Anak Usia Sekolah. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta

Devi Nirmala., 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Jakarta, Kompas
Media Nusantara

Fatimah, Petti Siti., 2013. Uji Daya Terima dan Nilai Gizi Biskuit yang
Dimodifikasi dengan Tepung Kacang Merah. Skripsi. Jurusan Gizi
Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Gianti, Ice Dan Herly., 2011. Pengaruh Penambahan Gula dan Lama
Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik Susu Fermentasi. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Hasil Ternak. Hal. 28-33, Vol. 6, No. 1, Malang

Jairani, Eka Nenni., 2010. Uji Daya Terima Nasi Dengan Penambahan Tepung
Ubi Jalar Ungu (Nabilar). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Judarwanto, Widodo., Perilaku Makan Anak Sekolah. http:// gizi.depkes.go.id

Lempang, Mody., 2012. Pohon Aren Dan Manfaat Produksinya. Info Teknis
EBONI. Vol.9 No.1, Oktober 2012 : 37-54

Nababan , Martha Sofia K., 2012. Daya Tahan Dan Uji Organoleptik Terhadap
Dadih Dan Yoghurt Dari Susu Kerbau Murrah Di Kecamatan Siborong-
Borong Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi. Peternakan Universitas
Sumatera Utara

Moehji, S., 2000. Ilmu Gizi Dan Diet. Bharata Karya Aksara. Jakarta

MB Dr.Arisman., 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Edisi kedua, Jakarta, EGC.

Universitas Sumatera Utara


Meirina Winda., Widajanti Laksmi., K Martha Irene., 2012. Kandungan
Energi, Protein, Sakarin, Siklamat dan Frekuensi Konsumsi Makanan
Jajanan Oleh Siswa MTs Syarif Hidayah Kecamatan Doro Kabupaten
Pekalongan. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11 / No. 1:
51-58

Purnomo, H Dan M, Padaga., 1993. Susu dan Produk Olahannya. Fakultas


Peternakan Universitas Brawijaya

Putri, Hertisa Kusuma., 2012. Uji Organoleptik Formulasi Cookies Kaya Gizi
Sebagai Makanan Tambahan Dalam Upaya Penanggulangan Anemia
Pada Ibu Hamil di Rangkapan Jaya Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia

Puspitasari, Lilis Indriawati., 2013. Kualitas Jajanan Siswa di Sekolah Dasar.


Jurnal Al-azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, Vol. 2, No.1: 52-56

Rahayu, W.P., 1998. Diktat Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik

Rahayu, Paramhita. 2011. Daya Terima Dan Kandungan Gizi Makanan


Tambahan Ibu Hamil Trimester Kedua Dengan Bahan Dasar Ubi Jalar
Ungu. Skripsi. Teknologi Jasa Dan Produksi Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang

Rijadi, Bagus Christoper., 2012. Hubungan Rasa Makanan, Penampilan


Makanan, dan Faktor Lainnya Terhadap Daya Terima Makanan Lunak
Pada Pasien Dewasa di Gedung Perawatan Umum RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta. Skripsi. Program Studi Gizi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia

Soetjiningsih., 1995. Tumbuh Kembang Anak. Buku Kedokteran Anak. Jakarta

Sediaoetama AD., 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Edisi pertama,
Jakarta Timur, Dian Rakyat

Siagian Albiner., 2008. Teknologi Pangan dan Gizi. Medan, Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Suci, Eunike S T., 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di
Jakarta. Psikobuana Vol 1 no 1. Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Atma Jaya Jakarta. Jakarta

Sunarlim Roswita., 2009. Potensi Lactobacillus SP Asal Dadih sebagai Starter


pada Pembuatan Susu Fermentasi Khas Indonesia. Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian: Vol.5, hal 69-76. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian

Universitas Sumatera Utara


Sunaryanto R.,& Marwoto B., 2012. Isolasi, Identifikasi, dan Karakterisasi
Bakteri Asam Laktat dari Dadih Susu Kerbau. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia Vol.14, No.3, Desember 2012 Hlm.228-233. Balai
Pengkajian Bioteknologi BPP Teknologi

Taufik, E. 2004. Dadih Susu Sapi Hasil Fermentasi Berbagai Starter Bakteri
Probiotik Yang Disimpan Pada Suhu Rendah: Karakteristik Kimiawi.
Media Peternakan 27(3): (88 – 100)

Tasik, Jepi Kendek L., Pengaruh Bakteri Probiotik dari Susu Kerbau Terhadap
Aktivitas Imunoglobulin Pada Mencit Jantan (Mus musculus). Jurnal
Universitas Hasanuddin, Jurusan Biologi, Fakultas Biologi dan Ilmu
Pengetahuan Alam

Usmiati, Sri & Risfaheri., 2012. Pengembangan Dadih Sebagai Pangan


Fungsional Probiotik Asli Sumatera Barat. J. Litbang Pert. Vol. 32 No. 1
Maret 2013: 20-29. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian

Yurliasni., 2010. Aktivitas Antimikroba Khamir Asal Dadih (susu kerbau


fermentasi) Terhadap Beberapa Bakteri Patogen. Jurnal Agripet : Vol
(10) No. 1: 19-24. Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala,
Darussalam, Banda Aceh

Zulbardi, M., 2002. Upaya Peningkatan Produksi Susu Kerbau Bagi


Ketersediaan dan Mempertahankan Potensi Dadih. Pros. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan.
Bogor

.2015.https://www.google.com/search?q=dadih&source=lnms&tbm=isch
&sa=X&ved=0ahUKEwjM3eOF6qvMAhUmn6YKHQ2BCm8Q_AUIB
ygB&biw=1440&bih=751#tbm=isch&q=gula+aren
https://www.google.com/search?q=dadih&source=lnms&tbm=isch&sa
=X&ved=0ahUKEwjM3eOF6qvMAhUmn6YKHQ2BCm8Q_AUIBygB&b
iw=1440&bih=751

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen,

menggunakan rancangan penelitian acak lengkap yang hanya terdiri dari satu

faktor yaitu dadih susu kerbau dengan dua perlakuan yang berbeda yaitu agar-agar

yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-agar yang

ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr dengan simbol A1 dan A2 yang

diulang sebanyak 2 kali (i = 1, 2) pada saat proses pembuatan agar-agar dadih

susu kerbau dengan maksud untuk memperkecil error atau kesalahan yang

mungkin terjadi pada saat penimbangan bahan yang digunakan dalam pembuatan

agar-agar dadih susu kerbau.

3.1.2 Rancangan Penelitian

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian


Perlakuan Ulangan
1 2
A1 Y11 Y21
A2 Y12 Y22

TU Ti1 Ti2
Keterangan :
A1. 1 bungkus tepung agar-agar (6,5 gr) dan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr.
A2. 1 bungkus tepung agar-agar (6,5 gr) dan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.
Y11 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-1
Y12 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-
2 Y21 : Perlakuan A2 pada ulangan
ke-1 Y22 : Perlakuan A2 pada
ulangan ke-2 TU : Jumlah nilai
ulangan
Ti1 : Jumlah nilai ulangan ke-
1 Ti2 : Jumlah nilai ulangan
ke-2

Universitas Sumatera Utara


3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah agar-agar dengan penambahan dadih susu

kerbau sebanyak 700 gr dan agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau

sebanyak 900 gr.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pangkat Kec. Lembah Sorik

Marapi Kab. Mandailing Natal. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret

2016 sampai dengan April 2016.

3.4 Defenisi Operasional

a. Dadih adalah susu kerbau yang baru diperah sebanyak 300 ml yang

difermentasi dalam tabung bambu yang masih segar yang ditutup dengan daun

pisang yang dibiarkan selama 24-48 jam pada suhu kamar.

b. Agar-agar dadih susu kerbau adalah makanan yang dihasilkan dari

pencampuran tepung agar-agar dengan dadih susu kerbau yang diolah dengan

cara dimasak.

c. Uji daya terima adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

daya terima konsumen terhadap agar-agar dadih susu kerbau dengan

mempergunakan skala hedonik tiga titik sebagai acuan.

d. Penilaian rasa adalah penilaian yang dilakukan terhadap rasa agar-agar dadih

susu kerbau melalui indera pencicip, dibedakan menjadi empat cicip yaitu

manis, pahit, asin, dan asam.

Universitas Sumatera Utara


e. Penilaian warna adalah penilaian secara subjektif, paling mudah dan paling

memberi kesan yang dilakukan melalui indera penglihatan terhadap corak

warna agar-agar dadih susu kerbau.

f. Penilaian aroma (bau) adalah penilaian yang dilakukan dengan menggunakan

indera pembauan, biasa disebut pencicipan jarak jauh terhadap bau yang

ditimbulkan agar-agar dadih susu kerbau.

g. Penilaian tekstur adalah penilaian melalui perabaan atau sentuhan terhadap

konsistensi atau kekenyalan dari agar-agar dadih susu kerbau.

3.5 Alat dan Bahan

3.5.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tabung

bambu segar sebagai tempat fermentasi susu kerbau, daun pisang segar sebagai

penutup tabung bambu, karet gelang sebagai pengikat daun pisang dengan tabung

bambu, panci sebagai tempat untuk memasak agar-agar dadih susu kerbau, spatula

sebagai pengaduk, timbangan untuk menimbang berat bahan yang digunakan

dalam pembuatan agar-agar, kompor untuk memasak dan kemasan gelas plastik

kecil tempat agar-agar setelah dimasak agar lebih praktis untuk disajikan.

3.5.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk membuat agar-agar terdiri dari susu kerbau

segar, tepung agar-agar dan gula aren sebagai bahan tambahan.

Universitas Sumatera Utara


3.6 Tahapan Penelitian

3.6.1 Proses pembuatan agar-agar dadih susu kerbau

Untuk menghasilkan agar-agar yang berkualitas perlu perbandingan

ukuran bahan-bahan. Perbandingan ukuran bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seperti pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Bahan Pembuatan Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Jenis Bahan A1 A2
Tepung Agar-Agar 6,5 gr 6,5 gr
Dadih Susu Kerbau 700 gr 900 gr
Gula Aren 250 gr 250 gr

1. Proses pembuatan dadih

Susu kerbau dimasukkan dalam setiap tabung


bambu sebanyak 300 ml (satu setengah gelas
sedang )

Ditutup dengan daun pisang yang sudah


dilayukan, dan diikat dengan karet gelang

Disimpan dalam suhu ruang


selama 24-48 jam

D A D I H SUSU
KERBAU

Gambar 5. Diagram Alir Pembuatan Dadih Susu Kerbau

Universitas Sumatera Utara


Bagan diatas menjelaskan bahwa pengolahan dadih pada umumnya masih

dilakukan secara tradisional yaitu susu kerbau yang baru diperah disaring untuk

memisahkan kotoran atau benda asing yang masuk selama pemerahan. Susu yang

sudah disaring, dimasukkan ke dalam 7 buah tabung bambu yang sudah dipotong

(panjang bambu 15 cm dari ruas/buku bambu) yang masing-masing sebanyak

300 ml (satu setengah gelas sedang ). Bambu yang digunakan masih segar atau

belum kering. Tabung bambu yang sudah berisi susu ditutup dengan daun pisang

yang sudah dilayukan, agar bakteri (kotoran) yang ada pada daun pisang mati,

lalu diikat dengan karet gelang. Tabung yang sudah ditutup tersebut, dibiarkan

dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung selama 24-48 jam atau

sampai terjadi pengumpalan. Setelah waktu tersebut, dengan bantuan berbagai

mikroba yang ada di dalam tabung bambu, daun pisang maupun susu itu sendiri,

susu akan menggumpal menjadi semi padat. Dadih yang dihasilkan memiliki

karakteristik berwarna putih seperti tahu, bagian atas dadih berbentuk curd

(gumpalan) dan bawahnya berupa semi cairan. Dadih memiliki aroma khas

pencampuran antara susu, bambu dan daun pisang. Memiliki rasa asam karena

terjadi fermentasi yang disebabkan oleh bakteri asam laktat yang menyebabkan

susu menjadi asam.

Universitas Sumatera Utara


2. Pembuatan agar-agar dadih susu kerbau dengan formula yang sudah

ditetapkan.

Tepung agar-agar 6,5 gr Tepung agar-agar 6,5 gr


Dadih susu kerbau 700 gr Dadih susu kerbau 900 gr
Gula aren 250 gr Gula aren 250 gr

Campurkan semua
dalam panci

Masak pada api sedang, aduk


hingga rata selama ±10 menit

Tuang agar-agar dalam cetakan, dan


diamkan sebentar sampai agar-agar
menggumpal

Agar-agar dadih susu kerbau

Gambar 6. Diagram Alir Pembuatan Agar-Agar Dadih Susu Kerbau

Bagan di atas menjelaskan tahapan-tahapan pembuatan agar-agar dadih

susu kerbau A1 dan A2. Prosedur pembuatan agar-agar dadih susu kerbau

melalui beberapa tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap

penyelesaian.

Universitas Sumatera Utara


1) Tahap Persiapan

- Menyiapkan semua alat, bahan utama dan bahan tambahan yang diperlukan

dalam pembuatan agar-agar.

2) Tahap pelaksanaan

- Untuk agar-agar A1, tuangkan 3 tabung dadih susu kerbau, tepung agar-agar dan

gula aren dalam satu panci. Masak pada api sedang sambil diaduk rata sampai

agar-agar mendidih ±10 menit.

- Untuk agar-agar A2, tuangkan 4 tabung dadih susu kerbau, tepung agar-agar

dan gula aren dalam satu panci. Masak pada api sedang sambil diaduk rata

sampai agar-agar mendidih ±10 menit.

3) Tahap penyelesaian

- Ketika agar-agar sudah mendidih, tuangkan agar-agar ke dalam cetakan,

diamkan sebentar sampai agar-agar menggumpal.

- Dilakukan uji organoleptik agar-agar (rasa, aroma, warna dan tekstur). Uji

organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis.

3.6.2 Pengamatan Subjektif

Penilaian secara subjektif dilakukan dengan uji organoleptik. Uji

organoleptik adalah penilaian yang menggunakan indera. Jenis uji organoleptik

yang digunakan adalah uji kesukaan/hedonik menyatakan suka/tidaknya terhadap

suatu produk. Uji hedonik menggunakan skala hedonik 3 tingkat sebagai acuan

untuk mempermudah peneliti, dengan skor yang paling rendah adalah 1 dan skor

yang paling tinggi adalah 3. Mutu hedonik dilakukan dengan meminta panelis

mengungkapkan tanggapan tentang tingkat kesukaan dan ketidaksukaan terhadap

Universitas Sumatera Utara


produk (Setyaningsih et al., 2010). Berdasarkan tingkatannya, tingkat penerimaan

panelis dapat diketahui sesuaidengan tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis Pada Uji Hedonik


Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik
Rasa Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1
Aroma Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1
Warna Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1
Tekstur Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1
Sumber : Kartika et al.
(1998)

Untuk penilaian kesukaan/analisa sifat sensoris suatu komoditi diperlukan

alat instrumen, alat yang digunakan terdiri dari orang/kelompok orang yang

disebut panel, orang yang bertugas sebagai panel disebut panelis.

1. Pelaksanaan Penilaian

a. Waktu dan tempat

Penilaian uji organoleptik agar-agar dadih susu kerbau hasil percobaan

dilaksanakan di SD Negeri 160 Desa Pangkat Kec. Lembah Sorik Marapi Kab.

Mandailing Natal pada bulan April 2016.

b. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah agar-agar dadih susu kerbau yang sudah

dilakukan. Sedangkan alat yang digunakan adalah formulir penilaian, alat tulis

dan air minum dalam kemasan.

Universitas Sumatera Utara


2. Langkah-langkah pada uji daya terima

Langkah-langkah yang harus dilakukan pada uji organoleptik adalah sebagai

berikut:

a. Mempersilahkan panelis untuk duduk di ruangan yang telah disediakan.

b. Membagikan sampel, air minum dalam kemasan, formulir penilaian dan alat

tulis.

c. Memberikan penjelasan singkat kepada panelis tentang cara memulai dan cara

pengisian formulir.

d. Panelis dipersilahkan untuk minum terlebih dahulu sebelum mencicipi aagar-

agar dadih susu kerbau, dan pada pergantian sampel A1 ke sampel A2.

e.Memberikan kesempatan kepada panelis untuk mencicipi dan menuliskan

penilaian pada lembar fomulir penilaian.

f. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.

g. Setelah formulir penilaian dikumpulkan kemudian dianalisis secara manual lalu

dengan program spss.

3.6.3 Panelis

Jenis panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang diambil

dari 24 orang siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 160 Desa Pangkat Kec. Lembah

Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal adalah siswa yang duduk di kelas V dan

kelas VI. Umur panelis untuk kelas V berkisar antara 10-12 tahun yang terdiri dari

10 orang, 7 laki-laki dan 3 orang perempuan, sedangkan umur panelis untuk kelas

VI berkisar antara 11-13 tahun yang terdiri dari 14 orang, 10 laki-laki dan 4

perempuan. Pada saat diminta penilaian terhadap uji daya terima ini, para panelis

Universitas Sumatera Utara


telah memenuhi syarat-syarat sebagai panelis yaitu tidak dalam keadaan sakit

karena apabila sakit maka kepekaan indera perasa panelis akan menjadi berkurang

kemampuannya. Penilaian/pengujian dilakukan pada pukul 09.30 WIB dimana

telah sesuai dengan syarat-syarat waktu pengujian yang baik.

Syarat-syarat seseorang panelis adalah :

a. Sehat lahir dan batin (terutama orang untuk menguji)

b. Tidak lelah

c. Bisa bekerja sama

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil penelitian sifat organoleptik dianalisis secara manual .Untuk

mengetahui tigkat kesukaan dari panelis dilakukan analisis deskriptif kualitatif

persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis dahulu

untuk dijadikan data kuantitatif. Skor nilai untuk mendapatkan persentase

dirumuskan sebagai berikut (Ali 1992) :

% = n x 100
N
Keterangan :
% = skor presentase
n = jumlah skor yang diperoleh
N = skor ideal (skor tertinggi x jumlah panelis)

Untuk mengubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen,

analisanya sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu

sebagai berikut :

Nilai tertinggi = 3 (suka)

Nilai terendah = 1 (tidak suka)

Universitas Sumatera Utara


Jumlah kriteria yang ditentukan = 3 kriteria

Jumlah panelis = 24 orang

a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi


= 24 x 3
= 72
b. Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah
= 24 x 1
= 24
c. Persentase maksimum = skor maksimum x 100%
skor maksimum
= 72 x 100 %
72
= 100%
d. Persentase Minimum = skor minimum x 100%
skor maksimum
= 24 x 100 %
72
= 33,33 %
e. Rentangan = Persentase maximum – Persentase minimum
= 100% - 33,3%
= 66,7%
f. Interval presentase = Rentangan : Jumlah kriteria
= 66,7% : 3
= 22,23%
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat interval
persentase dan kriteria kesukaan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan
Persentase % Tingkat Kesukaan
78- 100
Suka
56 – 77
Kurang suka
33 – 55
Tidak suka

Setelah mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap agar-agar

dadih susu kerbau yang dihasilkan, langkah selanjutnya adalah mengetahui ada

atau tidaknya perbedaan pada organoleptik dadih susu kerbau dengan dua

perlakuan jumlah penambahan dadih susu kerbau maka dapat dilakukan dengan

uji statistik non parametrik karena data merupakan jenis data kualitatif yang tidak

dapat diukur dengan skala numerik sehingga harus dikuantifikasi dalam bentuk

kategori agar dapat diproses. Selain itu, jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini kurang dari 30. Adapun uji statistik non parametrik yang digunakan

adalah Friedman test dengan taraf signifikan 95%. Analisis dilakukan dengan

menggunakan program SPSS versi 17.0.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Agar-Agar Dadih Susu Kerbau

Kedua perlakuan yang berbeda terhadap agar-agar dadih susu kerbau

maka dihasilkan agar-agar dadih susu kerbau yang berbeda. Perbedaan kedua

agar-agar dadih susu kerbau yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 7, 8 dan

tabel 4.1

A1 A2
Gambar 7. Bagian atas agar-agar dadih susu kerbau

A1 A2
Gambar 8. Agar-agar dadih susu kerbau dilihat dari samping

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Karakteristik Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Karakteristik Agar-Agar dadih Susu Kerbau
A1 A2
Rasa Sedikit asam Asam
Aroma Amis (Khas Amis (Khas Dadih)
Warna Dadih) Cokelat Cokelat Kekuningan
Tekstur Susu Kenyal dan Kenyal dan Kasar
Padat

Keterangan:
A1 : Penambahan dadih susu kerbau 700 gr
A2 : Penambahan dadih susu kerbau 900 gr

4.2 Analisis Organoleptik Rasa Agar-Agar Dadih Susu

Hasil analisis organoleptik rasa agar-agar dadih susu kerbau yang

dilakukan dengan panelis siswa di SDN No. 160 Desa Pangkat Kec. Lembah

Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
A1 A2
Kriteria Skor Panelis Skor Skor% Panelis Skor Skor
%
Suka 3 16 48 66,66 15 45 62,5
Kurang 2 7 14 19,44 7 14 19,44
Suka
Tidak 1 1 1 1,38 2 2 2,77
Suka
Total 24 63 87,48 24 61 84,71

Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa kedua perlakuan jenis agar-

agar dadih susu kerbau didapat hasil analisis organoleptik rasa agar-agar dadih

susu kerbau yaitu : total skor untuk agar-agar dadih susu kerbau dengan

penambahan dadih sebesar 700 gr (A1) adalah 63 (87,48%), agar-agar yang

ditambahkan dadih sebesar 900 gr (A2) adalah 61 (84,71%). Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar panelis menyukai rasa agar-agar yang ditambahkan dadih

sebesar 700 gr (A1).

Universitas Sumatera Utara


Hasil uji Friedman terhadap penilaian organoleptik rasa agar-agar dadih

susu kerbau diperoleh nilai P = 0,763. Dari hasil uji tersebut, didapatkan hasil

bahwa nilai P > 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap rasa

dari agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-

agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.

4.3 Analisis Organoleptik Aroma Agar-Agar Dadih Susu

Hasil analisis organoleptik aroma agar-agar dadih susu kerbau yang

dilakukan dengan panelis siswa di SDN No. 160 Desa Pangkat Kec. Lembah

Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
A1 A2
Kriteria Skor Panelis Skor Skor% Panelis Skor Skor
%
Suka 3 17 51 70,83 16 48 66,66
Kurang 2 7 14 19,44 7 14 19,44
Suka
Tidak Suka 1 0 1 0 1 1 1,38
Total 24 66 90,27 24 63 87,48

Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa kedua perlakuan jenis agar-

agar dadih susu kerbau didapat hasil analisis organoleptik aroma agar-agar dadih

susu yaitu : total skor untuk agar-agar dadih susu kerbau dengan penambahan

dadih sebesar 700 gr (A1) adalah 66 (90,27%), agar-agar yang ditambahkan dadih

sebesar 900 gr (A2) adalah 63 (87,48%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar panelis menyukai aroma agar-agar yang ditambahkan dadih sebesar 700 gr

(A1).

Universitas Sumatera Utara


Hasil uji Friedman terhadap penilaian organoleptik aroma agar-agar dadih

susu kerbau diperoleh nilai P = 0,796. Dari hasil uji tersebut, didapatkan hasil

bahwa nilai P > 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap rasa

dari agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-

agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.

4.4 Analisis Organoleptik Warna Agar-Agar Dadih Susu

Hasil analisis organoleptik warna agar-agar dadih susu kerbau yang

dilakukan dengan panelis siswa di SDN No. 160 Desa Pangkat Kec. Lembah

Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Warna Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
A1 A2
Kriteria Skor Panelis Skor Skor% Panelis Skor Skor
%
Suka 3 17 51 70,83 13 39 54,16
Kurang 2 6 12 16,66 8 16 22,22
Suka
Tidak Suka 1 1 1 1,38 3 1 4,16
Total 24 64 88,87 24 56 80,54

Berdasarkan Tabel 14, menunjukkan bahwa kedua perlakuan jenis agar-

agar dadih susu kerbau didapat hasil analisis organoleptik warna agar-agar dadih

susu yaitu : total skor untuk agar-agar dadih susu kerbau dengan penambahan

dadih sebesar 700 gr (A1) adalah 64 (88,87%), agar-agar yang ditambahkan dadih

sebesar 900 gr (A2) adalah 56 (80,54%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar panelis menyukai warna agar-agar yang ditambahkan dadih sebesar 700 gr

(A1).

Universitas Sumatera Utara


Hasil uji Friedman terhadap penilaian organoleptik warna agar-agar dadih

susu kerbau diperoleh nilai P = 0,166. Dari hasil uji tersebut, didapatkan hasil

bahwa nilai P > 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap rasa

dari agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-

agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.

4.5 Analisis Organoleptik Tekstur Agar-Agar Dadih Susu

Hasil analisis organoleptik tekstur agar-agar dadih susu kerbau yang

dilakukan dengan panelis siswa di SDN No. 160 Desa Pangkat Kec. Lembah

Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
Agar-Agar Dadih Susu Kerbau
A1 A2
Kriteria Skor Panelis Skor Skor% Panelis Skor Skor%
Suka 3 19 57 79,16 13 39 54,16
Kurang 2 5 10 13,88 8 16 22,22
Suka
Tidak 1 0 0 0 3 3 4,16
Suka
Total 24 68 93,04 24 58 80,54

Berdasarkan Tabel 15, menunjukkan bahwa kedua perlakuan jenis agar-

agar dadih susu kerbau didapat hasil analisis organoleptik tekstur agar-agar dadih

susu yaitu : total skor untuk agar-agar dadih susu kerbau dengan penambahan

dadih sebesar 700 gr (A1) adalah 68 (93,04%), agar-agar yang ditambahkan dadih

sebesar 900 gr (A2) adalah 58 (80,54%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar panelis menyukai tekstur agar-agar yang ditambahkan dadih sebesar 700 gr

(A1).

Universitas Sumatera Utara


Hasil uji Friedman terhadap penilaian organoleptik tekstur agar-agar dadih

susu kerbau diperoleh nilai P = 0,071. Dari hasil uji tersebut, didapatkan hasil

bahwa nilai P > 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap rasa

dari agar-agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan agar-

agar yang ditambahkan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.

4.6 Nilai Gizi Agar-Agar Dadih Susu Kerbau

Berdasarkan penelitian nilai gizi dari masing-masing bahan pada

pembuatan agar-agar dadih susu kerbau maka didapat hasil perhitungan nilai gizi

agar-agar dadih susu kerbau seperti pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Perkiraan Nilai Gizi Agar-Agar Dadih Susu Kerbau Perlakuan A1 dan
A2
Zat Gizi Nilai Gizi
A1 A2
Kadar Air 66,95 ml 68,64 ml
Protein 20,73 % 27,64 %
Lemak 23,94 % 31,92 %
Abu 2,7 % 3,6 %
Keasaman 3,84 % 5,12 %
Ph 14,28 % 19.04 %
Serat Pangan 5 gr 5 gr
Sodium 25 gr 25 gr
Karbohidrat 243,5 mg 243,5 mg
Kalsium 187,5 mg 187,5 mg
Fosfor 87,5 mg 87,5 mg
Besi 7,5 mg 7,5 mg

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASA
N

5.1 Karakteristik Agar-Agar Dadih Susu Kerbau

Berdasarkan kedua perlakuan yang berbeda terhadap agar-agar dengan

penggunaan dadih susu kerbau maka dihasilkan karakteristik agar-agar yang

berbeda. Agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr mempunyai

rasa sedikit asam, beraroma amis, berwarna cokelat susu, dan teksturnya kenyal

dan padat (khas agar-agar). Agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau

sebanyak 900 gr mempunyai rasa asam, berwarna coklat kekuningan, beraroma

amis, dan teksturnya kenyal dan kasar.

5.2 Daya Terima Agar-Agar Dadih Susu Kerbau

5.2.1 Rasa

Penilaian rasa agar-agar merupakan penilaian yang berdasarkan indera

perasa. Penilaian suka atau tidak terhadap rasa didasarkan pada enak atau tidaknya

agar-agar yang diuji cobakan. Pengujian daya terima terhadap rasa oleh panelis

menunjukkan bahwa panelis menyukai rasa agar-agar dengan penambahan dadih

susu kerbau sebanyak 700 gr dengan kriteria suka. Walaupun agar-agar dengan

penambahan dadih susu kerbau 900 gr berada dalam kriteria suka tetapi apabila

dilihat dari total skor, agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr

memiliki total skor lebih tinggi yaitu 63 (87,48%), sedangkan hasil penilaian agar-

agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr memiliki total skor

61 (84,71%).

Universitas Sumatera Utara


Rasa lebih banyak melibatkan panca indera yaitu lidah, agar suatu

senyawa dapat dikenali rasanya. Rasa suatu bahan makanan dipengaruhi oleh

senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

Setiap orang mempunyai batas konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar

masih bisa dirasakan (threshold). Batas ini tidak sama pada tiap-tiap orang dan

threshold seseorang terhadap rasa yang berbeda juga tidak sama. Akibat yang

ditimbulkan mungkin peningkatan intensitas rasa atau penurunan intensitas rasa.

Rasa agar-agar dadih susu kerbau pada penelitian ini dipengaruhi terutama

oleh dadih susu kerbau yang ditambahkan. Penambahan dadih susu kerbau akan

menyebabkan berubahnya rasa agar-agar jika jumlahnya semakin banyak, karena

pada dasarnya dadih susu kerbau memiliki rasa khas asam. Penambahan dadih

susu kerbau yang semakin banyak pada agar-agar semakin menurunkan tingkat

kesukaan panelis, itu disebabkan karena rasa agar-agar akan terasa asam dan khas

susu kerbau.

Pada perlakuan A1, agar-agar dadih susu kerbau menghasilkan rasa sedikit

asam karena penambahan dadih susu kebau tidak terlalu banyak yang dapat

diseimbangkan oleh rasa manis dari gula aren. Namun, pada perlakuan A2, agar-

agar dadih susu kerbau asam disebabkan karena penambahan dadih susu kerbau

yang lebih banyak daripada A1. Hal ini yang menyebabkan panelis lebih

menyukai agar-agar pada perlakuan A1 karena tingkat keasamannya lebih rendah

daripada agar-agar pada perlakuan A2.

Universitas Sumatera Utara


5.2.2 Aroma

Penilaian aroma agar-agar merupakan penilaian yang berdasarkan indera

pembau. Penilaian suka atau tidak terhadap aroma didasarkan pada enak atau

tidaknya bau agar-agar yang diuji cobakan. Pengujian daya terima terhadap aroma

oleh panelis menunjukkan bahwa panelis menyukai aroma agar-agar dengan

penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dengan kriteria suka. Walaupun

agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 900 gr berada dalam kriteria

suka tetapi apabila dilihat dari total skor, agar-agar dengan penambahan dadih

susu kerbau 700 gr memiliki total skor lebih tinggi yaitu 66 (90,27%), sedangkan

hasil penilaian agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 900 gr memiliki

total skor 63 (87,48%).

Dewinta dalam Kartika (2010) menyatakan bahwa aroma yaitu bau yang

sukar diukur sehingga biasanya menimbulkan pendapat yang berlainan dalam

menilai kualitas aromanya. Perbedaan pendapat disebabkan setiap orang memiliki

perbedaan penciuman, meskipun mereka dapat membedakan aroma namun setiap

orang mempunyai kesukaan yang berlainan. Indera penciuman sangat sensitif

terhadap bau dan kecepatan timbulnya bau lebih kurang 0,8 detik. Kepekaan

indera penciuman diperkirakan berkurang 1% setiap bertambahnya umur satu

tahun. Penerimaan indera penciuman akan berkurang oleh adanya senyawa-

senyawa tertentu seperti misalnya formaldehida.

Aroma yang khas terdapat pada susu kerbau. Pada susu kerbau yang telah

dijadikan dadih memiliki aroma amis (khas dadih susu kerbau). Pada perlakuan

A1 dan A2, aroma amis dadih susu kerbau masih mendominasi. Namun, aroma

Universitas Sumatera Utara


amis dadih susu kerbau lebih kuat pada perlakuan A2. Pada perlakuan A1, aroma

dadih susu kerbau bercampur dengan aroma gula aren, hal ini yang menyebabkan

panelis menyukai aroma pada perlakuan agar-agar dadih susu kerbau yang

pertama (A1).

5.2.3 Warna

Penilaian warna agar-agar merupakan penilaian yang berdasarkan nilai

subjektif yang ditangkap oleh indera penglihatan. Penilaian suka atau tidak

terhadap warna didasarkan pada menarik atau tidaknya agar-agar yang diuji

cobakan untuk dimakan. Pengujian terhadap warna oleh panelis menunjukkan

bahwa agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr disukai panelis

dengan total skor 64 (88,87%), sedangkan untuk agar-agar dengan penambahan

dadih susu kerbau sebanyak 900 gr memiliki total skor 56 (80,54%). Walaupun

hasil penilaian kedua agar-agar berada dalam kriteria suka tetapi apabila dilihat

dari total skor, agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr

memiliki skor lebih tinggi.

Warna dapat menandakan rasa suatu makanan. Bila suatu makanan

menyimpang dari warna yang umumnya berlaku, makanan tersebut pastinya tidak

akan dipilih oleh konsumen. Meskipun sesungguhnya makanan tersebut masih

baik kondisinya. Meskipun demikian warna juga tidak selalu identik dengan suatu

rasa tertentu. Penentuan mutu makanan dapat juga ditentukan dengan melihat

warna suatu makanan tersebut. Dimana terkadang sebelum faktor-faktor lain

dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan

kadangkadang sangat menentukan selera dari konsumen.

Universitas Sumatera Utara


Fungsi warna pada suatu makanan sangatlah penting, karna dapat

membangkitkan selera makan.Warna makanan yang menarik dapat

mempengaruhi dan membangkitkan selera makan konsumen, bahkan warna

dapat menjadi petunjuk bagi kualitas makanan yang dihasilkan.Warna juga

mempunyai peran dan arti yang sangat penting pada komoditas pangan karena

mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap komoditas tersebut (Winarno,

1997).

Warna coklat pada kedua perlakuan agar-agar dihasilkan oleh penambahan

gula aren. Perbedaan warna pada agar-agar A1 dan A2 disebabkan karena

penambahan jumlah dadih susu kerbau yang berbeda. Pada perlakuan A1, curd

(gumpalan) yang dihasilkan oleh dadih susu kerbau ketika dimasak akan hancur

semua sedangkan pada perlakuan A2, sebagian curd (gumpalan) tidak hancur

menyebabkan agar-agar dadih susu kerbau pada perlakuan A2 berserat dan curd

(gumpalan) memberikan warna kuning pada agar-agar dadih susu kerbau A2. Hal

ini yang menyebabkan panelis lebih menyukai agar-agar pada perlakuan A1

karena warnanya lebih menarik daripada agar-agar pada perlakuan A2.

5.2.4 Tekstur

Penilaian tekstur agar-agar merupakan penilaian yang berdasarkan indera

peraba. Pengujian terhadap tekstur oleh panelis menunjukkan bahwa agar-agar

dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr disukai panelis dengan

total skor 68 (93,04%), sedangkan untuk agar-agar dengan penambahan dadih

susu kerbau sebanyak 900 gr memiliki total skor 58 (80,54%). Walaupun hasil

penilaian keduaagar-agar berada dalam kriteria suka tetapi apabila dilihat dari

Universitas Sumatera Utara


total skor, agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr

memiliki skor lebih tinggi.

Tekstur makanan berkaitan dengan sensasi sentuhan. Memandang satu

produk dapat memberi gagasan apakah suatu produk tersebut kasar, halus, keras,

atau lembek (Shewfelt, 2014).

Pada agar-agar perlakuan A1 memiliki tekstur yang kenyal dan padat

(khas agar-agar) sedangkan pada agar-agar perlakuan A2 memiliki tekstur kenyal

dan kasar disebabkan karena curd (gumpalan) dadih susu kerbau yang tidak

hancur pada saat dimasak. Hal ini yang menyebabkan panelis menyukai agar-agar

perlakuan A1 karena teksturnya lebih enak dipegang daripada agar-agar pada

perlakuan A2.

5.3 Penerimaan Konsumen Terhadap Agar-Agar Dadih Susu Kerbau

Penerimaan konsumen terhadap bahan makanan pada umumnya

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain cita rasa ( rasa, aroma, warna dan

tekstur/kekentalan), harga, gengsi, serta nilai gizi/kesehatan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerimaan panelis berdasarkan aspek cita rasa ( rasa,

aroma, warna dan tekstur) terhadap agar-agar yang ditambahkan dadih susu

kerbau sebanyak 700 gr yang paling disukai (kategori suka) dibandingkan dengan

agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.

Indera manusia adalah instrumen yang digunakan dalam analisis sensori

(uji organoleptik), terdiri dari indera penglihatan, penciuman, pencicipan, dan

perabaan. Proses penginderaan terdiri dari tiga tahap, yaitu adanya rangsangan

terhadap indera kita oleh suatu benda, kemudian diteruskan oleh sel-sel syaraf dan

Universitas Sumatera Utara


datanya diproses oleh otak, sehingga kita akan memperoleh kesan tertentu

terhadap benda tersebut. Dengan adanya rekaman memori yang ada pada otak

kita, maka otak akan menginterpretasikan, mengatur, dan mengintergrasikan

rangsangan yang masuk menjadi persepsi. Kemudian tanggapan atau respon

diformulasikan berdasarkan persepsi kita (Setyaningsih dkk, 2010). Oleh karena

itu, orang yang cenderung terbiasa mengonsumsi agar-agar atau makanan lain

pada umumnya, akan mengatakan menyukai makanan tersebut karena telah

terbiasa baik dengan warna, rasa, aroma, maupun teksturnya.

Tambah lagi, Setyaningsih dkk (2010) menyatakan bahwa pada

kenyataannya, manusia kerap memberikan respon yang berbeda-beda terhadap

rangsangan yang sama. Harus dipahami juga bahwa perbedaan yang terjadi antara

dua orang dapat disebabkan oleh adanya perbedaan sensasi yang diterima karena

perbedaan sensitivitas organ penginderaannya, atau karena kurangnya

pengetahuan terhadap beberapa bau atau rasa tertentu (dipengaruhi oleh rekaman

memori otak), atau juga karena kurangnya pelatihan dalam mengekspresikan apa

yang mereka rasakan dalam kata-kata atau angka.

5.4 Nilai Gizi Agar-Agar Dadih Susu Kerbau

Ada banyak jenis zat gizi yang terkandung dalam agar-agar dadih susu

kerbau, diantaranya adalah karbohidrat, protein, lemak, dan serat. Dari hasil

perkiraan nilai gizi agar-agar dadih susu kerbau, dapat dilihat bahwa agar-agar

pada penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr mempunyai nilai gizi lebih

tinggi daripada agar-agar pada penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr.

Universitas Sumatera Utara


Pada agar-agar penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr

mengandung kadar air sebanyak 66, 95 ml, protein 20,73 %, lemak 23,94 %, abu

2,7 %, keasaman 3,84 %, pH 14,28 % sedangkan pada agar-agar dengan

penambahan dadih susu kerbau 700 gr mengandung kadar air sebanyak 68,64 ml,

protein 27,64 %, lemak 31,92 %, abu 3,6 %, keasaman 5,12 %, pH 19,04 %.

Kandungan zat gizi serat pangan, sodium kalori, karbohidrat, kalsium, fosfor dan

besi pada agar-agar penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr sama dengan

agar-agar penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr. Dari jumlah

kandungan zat gizi, dapat disimpulkan bahwa kandungan gizi agar-agar dengan

penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr lebih tinggi.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

a. Karakteristik agar-agar pada penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr

mempunyai rasa khas dadih susu kerbau, aroma khas dadih susu kerbau,

warna coklat susu, dan tekstur kenyal padat (khas agar-agar), sedangkan pada

agar-agar penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr mempunyai rasa

khas dadih susu kerbau, aroma khas dadih susu kerbau, warna coklat

kekuningan dan tekstur kenyal berserat.

b. Semakin banyak campuran dadih susu kerbau yang digunakan pada agar-agar

maka curd (gumpalan) dadih susu kerbau semakin banyak, menyebabkan

agar-agar menjadi berserat dan berwarna kuning, selain itu agar-agar juga

akan asam. Kadar curd (gumpalan) paling banyak terdapat pada agar-agar

dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.

c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya terima siswa sekolah dasar

terhadap agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr dan

penambahan dadih susu kerbau 900 gr tergolong disukai siswa sekolah dasar.

Namun, berdasarkan skor penilaian agar-agar dengan penambahan dadih susu

kerbau 700 gr memiliki total skor lebih tinggi.

6.2 Saran

a. Pemerintah melalui camat atau kepala desa lebih memperhatikan asupan

makanan yang mengandung banyak zat gizi yang diperlukan oleh anak sekolah

dasar, seperti memanfaatkan sumber daya lokal yang dimiliki oleh daerah

Universitas Sumatera Utara


setempat untuk dijadikan makanan jajanan/tambahan anak-anak sekolah dasar

terutama yang mengalami masalah gizi.

b. Orang tua beserta pihak sekolah lebih memperhatikan makanan yang

dikonsumsi oleh anak sekolah, orang tua dapat menyediakan makanan yang

bergizi seperti agar-agar dadih susu kerbau sebagai bekal anak disekolah agar

anak tidak mengkonsumsi makanan jajanan sembarangan di sekolah.

c. Pada peternak kerbau yang ada di Kab. Mandailing Natal, untuk meningkatkan

pengetahuannya terhadap susu kerbau bahwa susu kerbau mengandung banyak

zat gizi essensial yang diperlukan oleh tubuh, sehingga peternak kerbau mulai

memanfaatkan susu kerbau, selain dari pemanfaatan daging kerbau untuk

makanan utama ataupun makanan tambahan.

d. Untuk memenuhi asupan gizi, lebih disarankan menggunakan formula agar-

agar dadih susu kerbau pada penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr,

walaupun agar-agar dengan penambahan dadih 700 gr lebih enak.

e. Untuk anak usia sekolah yang mengalami masalah gizi, disarankan untuk

sering mengkonsumsi agar-agar dadih susu kerbau sebagai makanan tambahan

diluar makanan utama karena dapat meningkatkan status gizi anak dan

imunitas tubuh anak.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Sekolah Dasar

2.1.1 Pengertian dan karakteristik anak sekolah dasar

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik

lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan

orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra.

Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan

pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi:

1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.

2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).

3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.

4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.

5. Pertumbuhan lambat.

6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.

Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras

banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan

keluar, akibatnya anak menjadi kekurangan gizi. Untuk mengatasinya, ibu bisa

memberikan makanan tambahan diluar makanan pokok pada anak.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Masalah gizi anak sekolah dasar

Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi

kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak

terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi

berkaiatan erat dengan masalah pangan.

Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan

kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya

pendidikan dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara,

permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja

melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi.

Di beberapa daerah pada sekelompok masyarakat Indonesia terutama di

kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan

adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di

Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang

serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan.

Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi di beberapa daerah dan

meningkatnya prevalensi obesitas yang dramatis di beberapa daerah yang lain

akan menambah beban yang lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa

Indonesia dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia

dan ekonomi. Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi

yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah

dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah

maupun oleh kelompok swasta.

Universitas Sumatera Utara


Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah

yang tidak memuaskan, misal berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe,

defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium

(Sediaoetama, 2006).

2.1.3 Kebutuhan makan pada anak sekolah

Awal usia 7 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak-anak

mulai masuk ke dalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan dengan

orang-orang di luar keluarganya, dan dia berkenalan dengan suasana dan

lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak mempengaruhi

kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah,

rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini sering

menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka.

Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan

pekerjaan rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya,

membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan intake pangan

dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit

selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra kurikuler, maka

saran utama dari segi gizi adalah ibu harus tetap mengontrol makanan anak, dan

berikan anak makanan tambahan (makanan selingan) yang dapat memperkuat

kekebalan tubuhnya. Pentingnya mengkonsumsi makanan selingan selama di

sekolah adalah agar kadar gula tetap terkontrol baik, sehingga konsentrasi

terhadap pelajaran dan aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari)
anak umur 7-12 tahun
Gol.Umur Berat Tinggi Energi Protein
7-9 tahun 27 kg 130 cm 1850 kkal 49 gram
10-12 tahun 34 kg 142 cm 2100 kkal 56 gram

Sumber : Permenkes, 2013.

2.1.4 Pola konsumsi makanan jajanan anak sekolah dasar

Dewasa ini perilaku mengkonsumsi makanan jajanan menunjukkan

adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, baik di perkotaan maupun

di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus

meningkat mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah

makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah di dapat,

serta cita rasa yang enak dan cocok dengan selera sebagian besar masyarakat.

Makanan jajanan yang pada umumnya digemari masyarakat adalah makanan kecil

ringan yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan dan bersifat tidak

mengenyangkan (Moehji, 2000).

Pada umumnya anak-anak pada usia sekolah memilih makanan jajanan

yang disukai saja, dan sebagian besar makanan jajanan tersebut mengandung

tinggi karbohidrat, sehingga membuat cepat kenyang, selain itu keamanan dan

kesehatan dari jajanan tersebut masih sangat diragukan. Makanan yang tidak

cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan anak, akan menyebabkan

perubahan metabolisme dalam otak, sehingga mengakibatkan ketidakmampuan

otak berfungsi secara normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis,

kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan terganggu, jumlah sel otak berkurang

Universitas Sumatera Utara


dan terjadi ketidaksempurnaan biokimia dalam otak sehingga berpengaruh

terhadap perkembangan kecerdasan dan fungsi kognitif anak.

2.2 Makanan Jajanan

Makanan jajanan atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut

Food and Agriculture (FAO) didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang

dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat

keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan

atau persiapan lebih lanjut. Makanan jajanan memegang peranan penting dalam

mernberikan kontibusi tambahan untuk kecukupan gizi, khususnya energi dan

protein. Kebiasaan jajan di sekolah terjadi karena 3-4 jam setelah makan pagi

perut akan terasa lapar kembali.

Kebanyakan pedagang makanan jajanan disekolah tersebut adalah industri

rumah tangga. Perlu disadari bahwa sering kali makanan hasil buatan industri

rumah tangga mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya, salah

satunya adalah pemanis buatan yang dilarang ataupun pemanis buatan yang

diizinkan tetapi dalam jurnlah berlebih. Industri pangan dan minuman lebih

menyukai menggunakan pemanis buatan karena selain harganya relatif murah,

tingkat kemanisan pemanis buatan jauh lebih tinggi dari pemanis alami. Hal

tersebut mengakibatkan terus meningkatnya penggunaan pemanis buatan terutama

sakarin dan siklamat.

Pemanis buatan sakarin dan siklamat merupakan jenis pemanis yang

khusus ditujukan bagi penderita diabetes. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa

sakarin dapat menimbulkan kanker kandung kemih pada tikus. Seperti halnya

Universitas Sumatera Utara


sakarin, penggunaan siklamat dapat pula berbahaya mengingat hasil

metabolismenya, yaitu sikloheksamina bersifat karsinogenik, sehingga sekresi

lewat urin dapat merangsang pertumbuhan tumor pada kandung kemih tikus.

Salah satu kriteria keamanan makanan jajanan yang dijual di lingkungan

sekolah adalah aman dari komposisi gizi dan bahan tambahan pangan, maka

komposisi makanan jajanan harus diperhatikan. Anak sekolah umumnya setiap

hari menghabiskan seperempat waktunya di sekolah. Hanya sekitar 5 persen anak

sekolah membawa bekal dari rumah. Oleh karena itu mereka lebih suka jajan

makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk mernbeli makanan

jajanan.

Makanan jajanan dapat berupa minuman atau makanan dengan jenis, rasa,

dan warna yang bervariasi dan memikat. Variasi rasa, jenis dan terutama warna

yang memikat dan menarik minat anak sekolah untuk membeli makanan jajanan.

Sekarang ini, jajan menjadi sebagai kebiasaan anak sepulang sekolah. Dikutip dari

buletin Info POM, kebiasaan orang tua memberikan uang jajan dan tidak

menjadikan bekal adalah salah satu alasan terbentuknya kebiasaan jajan pada anak

sekolah.

Makanan jajanan dapat ditemukan hampir di setiap sekolah dasar

biasanya, terdapat di luar sekolah atau dalam sekolah. Makanan jajanan

ditempatkan di tempat yang terbuka dan terkadang dicampur bahan-bahan yang

berbahaya. Hal ini menyebabkan makanan jajanan menjadi tidak sehat dan

berbahaya untuk dikonsumsi, hasil penelitian yang dilakukan Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) dan Institut Pertanian Bogor

Universitas Sumatera Utara


(IPB) membuktikan 35% jajanan anak sekolah di Indonesia tidak sehat

dikonsumsi.

2.3 Susu Kerbau

Susu merupakan bahan pangan yang sangat bermanfaat bagi manusia.

Sebagai bahan makanan, susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh

dan semua dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan. Di dalam kehidupan sehari

hari susu sapi yang umumnya dijadikan sebagai bahan makanan, walaupun pada

dasarnya masih ada susu yang bersumber dari ternak lain yang tidak kalah penting

nilainya dari susu sapi seperti susu kerbau. Di Asia Tenggara susu kerbau banyak

digunakan untuk melengkapi susunan makanan anak setelah disapih dari ibunya

terutama yang tinggal didaerah pedesaan. Sedangkan di Indonesia, beberapa

daerah seperti : Minangkabau, Sulawesi Selatan dan Tapanuli Utara telah

memanfaatkan susu kerbau sebagai bahan makanan contohnya dadih

(Anonymous, 1991).

Sebagaimana ternak perah lainnya, kerbau perah mempunyai hasil utama

susu. Kerbau termasuk pemasok susu terbesar kedua di dunia setelah sapi. Sekitar

separuh kerbau di dunia adalah kerbau tipe sungai yang diternakkan dengan

tujuan untuk menghasilkan susu dengan kadar lemak yang tinggi (Warner,

1976). Bahan dasar yang terdapat pada susu kerbau meliputi : protein, lemak,

karbohidrat, vitamin dan mineral. Banyak hasil olahan susu yang dapat

dikembangkan dari bahan dasar ini. Hasil olahan tersebut dibuat berdasarkan ciri

dan sifat bahan tersebut. Pada dasarnya susu kerbau diolah untuk memperpanjang

umur simpan dan menaikkan kualitas bahan (Murti, 2002).

Universitas Sumatera Utara


Pencemaran mikrobia seringkali mengakibatkan umur simpan susu

menjadi pendek dan teknologi olahan dikembangkan untuk mengatasi hal itu.

Pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh manusia telah memungkinkan susu

untuk diolah lebih lanjut. Pengolahan dapat meningkatkan kualitas susu yang

dihasilkan. Sebab berbagai macam mikroorganisme berbahaya dapat

dikurangiselama proses pengolahan, dan dapat memperpanjang daya simpan

(Adnan, 1984).

Tempat terbaik dalam menyimpan susu adalah dalam lemari es. Namun

menyimpan susu didalam gelap lebih dianjurkan, karena cahaya matahari dapat

mengubah aroma susu dan merusak vitamin B2-nya. Mengingat pengaruh negatif

tersebut, sebaiknya wadah atau gelas untuk menyimpan susu terbuat dari bahan

tidak tembus cahaya. Susu yang disimpan didalam freezer dapat bertahan selama

3 bulan pada suhu –17.8ºC. Susu harus di thawing terlebih dahulu didalam lemari

es sebelum diminum. Susu yang dibekukan kadang kadang menjadi sedikit

mengkristal. Tetapi hal itu tidak berpengaruh terhadap kualitas susu

(Sumoprastowo, 2000).

Susu kerbau mudah dikenal dari warnanya yang putih bersih. Bisa diolah

secara variatif menjadi berbagai jenis keju. Karena teksturnya lebih pekat dan

lebih kental maka lebih hemat ketika diolah. Susu kerbau mengandung sedikit

kadar air sehingga mudah diolah. Banyaknya kandungan lemak pada susunya

karena kerbau membuang kelebihan lemak dari tubuhnya ke dalam susunya

(Soekarto, 1985).

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Komposisi susu kerbau

Secara umum, komposisi susu kerbau sama dengan susu dari ternak

ruminansia lainnya, hanya saja dengan proporsi yang berbeda beda. Susu kerbau

mudah dikenal karena memiliki ciri seperti : Warnanya lebih putih, lebih kaya

lemak, globula lemak susunya lebih kecil dan beremulsi dengan susu. Lemaknya

lebih mudah dicerna dan mengandung mineral yang lengkap. Curd

proteinnyalebih lunak. Susu kerbau dapat diminum orang yang alergi minum susu

sapi dan baik untuk orang yang mengalami gangguan sistem pencernaan.

Susu kerbau memiliki ciri khas seperti ketiadaan karoten sehingga

membuat warna susu kerbau lebih putih daripada susu lainnya. Selain itu, susu

kerbau relatif tidak mengandung kasein bebas, mengandung lebih sedikit nitrogen

dan asam salat, dan dadih susu kerbau lebih banyak mengandung mineral Ca dan

P (Wisnu : 2002).

Tabel 2.2 Komposisi susu kambing, susu domba, susu kerbau, susu sapi dan susu
ibu (ASI)
No. Komposisi Susu
ASI Sapi Kambing Domba Kerbau
1 Air 88.3 87.2 83-87.5 - 73.8
2 Protein 1.0 3.3 3.3-4.9 5.8 6.3
3 Lemak 4.4 3.7 4.0-7.3 6.7 12.0
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI dalam Syarief (1988)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3 Rataan kualitas susu sapi dan susu kerbau di Sumatera
Utara Kriteria Susu Sapi Susu Kerbau
Percobaan Lapangan
———————————(%)——————————
Kadar air 87,96 82,42 —
Kadar protein 3,27 5,25 6,21
Kadar lemak 3,45 8,79 9,21
pH 6,73 6,68 —
Sumber : Sirait (1991)

Penelitian Sirait (1991) menunjukkan bahwa susu kerbau di Kotamadya

Medan Sumatera Utara memiliki kadar lemak dan protein yang lebih tinggi

dibandingkan susu sapi.

2.3.1.1 Kadar lemak susu kerbau

Kay (1974) menyatakan bahwa globula-globula penyusun lemak pada susu

kerbau adalah trigiserida (gliserol), kolesterol, lipid, pospolipin, lecitin, vitamin A

dan D dan alpha tocopherol. Lemak susu disekresi sebagai globula-globula lemak.

Ukuran globula-globula lemak pada susu kerbau lebih besar dibandingkan dengan

susu sapi. Diameter globula-globula lemak susu pada kerbau India adalah 4,1-

4,8µ sementara sapi 3,6-4,0µ. Fahmi et al. disitasi Kay (1974) menyatakan bahwa

pada penelitiannya pada kerbau Yunani diketahui diameter rata-rata globula lemak

susu kerbau adalah 5,92µ dan diameter globula lemak 3.30µ.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.4 Kadar asam lemak pada susu kerbau
Asam lemak %
C4:0 4.83
C6:0 2.41
C8:0 2.41
C10:0 3.38
C12:0 2.90
C14:0 13.21
C14:1 0.8
C16:0 32.86
C17:0 4.82
C18:0 11.10
C18:1 20.21
C18:2 1.0
C18:3 1.0
Sumber : Hogberg (2003)

Tingkat laktasi dan umur kerbau diyakini mempengaruhi kadar lemak susu

kerbau (Fahimmudin, 1975). Kadar lemak susu meningkat sejak awal masa laktasi

dan mencapai taraf tertinggi pada bulan keempat dan kelima laktasi. Pada umur

laktasi ke empat atau ke lima kadar lemak yang terkandung dalam susu kerbau

mencapai tingkat tertinggi. Arumughan dan Narayanan (1981) mengatakan bahwa

dengan meningkatnya masa laktasi kerbau perubahan yang sangat nyata adalah

dari lemak kolostrum yaitu meningkatnya kadar asam-asam lemak berkarbon

rendah dan menurunnya asam oleat.

2.3.1.2 Kadar protein susu kerbau

Secara umum protein susu dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kasein

dan whey. Harper dan Hall (1981) berpendapat bahwa kasein adalah suatu protein

yang disintesa oleh kelenjar susu. Komposisi protein susu terdiri dari kasein, β-

laktoglobulin, α-laktalbumin, serum albumin, immunoglobulin, I gG1, dan IgG2.

Kasein dibagi menjadi 5 fraksi protein lagi yaitu αs1 kasein, αs2 kasein, β-kasein,

Universitas Sumatera Utara


y-kasein dan κ kasein. Kadar α–kasein, β-kasein, y-kasein susu kerbau adalah

26,1, 50,5, dan 23,4 (Kay, 1974 ).

2.3.1.3 Kadar laktosa susu kerbau

Olson (1951) menyatakan bahwa laktosa atau gula susu adalah bagian dari

larutan susu yang sebenarnya, ditemukan di dalam bahan kering, bahan baku

industri keju dan buttermilk, bahan baku dari industri mentega. Laktosa ditemukan

sedikit di dalam produk yang berbahan dasar susu, karena pemisahan yang tidak

sempurna dalam proses pembuatannya. Laktosa hanya ditemukan di dalam susu

dan merupakan produk dari sekresi kelenjar mammary. Susu dari spesies hewan

yang berbeda akan memiliki jumlah laktosa yang berbeda.

Laktosa atau gula susu adalah gula yang ditemukan hanya pada susu.

Laktosa mudah dicerna khususnya oleh bayi dan anak kecil. Laktosa menyediakan

keseimbangan nutrisi makanan di dalam susu dan membantu dalam

penggunaan lemak susu, mineral, dan vitamin (Diggins dan Bundy, 1961).

Laktosa tidak berasa manis seperti sukrosa atau gula tebu. Ratio rasa manis antara

laktosa dan sukrosa adalah 1 banding 6. Sangat sedikit informasi dalam

membandingkan nilai laktosa dan dan gula lain yang dipakai dalam makanan.

Laktosa terdapat pada susu yang berasal dari semua spesies hewan yang

sangatl berperanan penting dalam nutrisi, khususnya untuk hewan muda. Energi

dari laktosa dapat dibandingkan dengan glukosa dan mempunyai kemampuan

physikologi yang tidak ditemukan pada gula lain. Laktosa mempunyai food

value yang sama dengan sukrosa dan karbohidrat lain dan penambahan

physikologi lain yang memiliki kebaikan yang tinggi untuk kesehatan. Laktosa

Universitas Sumatera Utara


sangat baik untuk media tumbuh bakteri. Laktosa memiliki nilai kesehatan yang

lebih dalam bentuk fermentasi yaitu susu acidhophilus dan hasil lain dari

fermentasi susu yang merupakan hasil dari kerja bakteri di dalam laktosa susu.

Fahimuddin (1975) mengatakan bahwa kadar laktosa kerbau antar 4.27 –

5.28%. Kadar laktosa mengalami peningkatan pada susu kerbau antara bulan

kedua dan ketiga laktasi, dan pada bulan ke enam laktasi nilainya menjadi tetap

dan menurun. Laktasi memberikan efek yang sangat signifikan terhadap kadar

laktosa.

Laktosa adalah disakarida yang terdirio dari galaktosa dan laktosa. Laktosa

hanya ditemukan dalam susu yang merupakan karbohidrat dasar dari banyak

spesies. Salah satu gen yang mempengaruhi kadar laktosa adalah a-lactalbumin (a-

LA). a-Lactalbumin adalah :

a. Susu yang memiliki protein kering 25% dari total protein pada susu sapi., dan

bernilai 2-5% dari total skim protein susu.

b. Tidak ada katalis aktif di dalam a-Lactalbumin, tapi mempunyai hubungan

yang sangat dekat dengan pembentukan laktosa.

c. Memiliki kesamaan dalam struktur dengan lisosom. Lisosom adalah

glikosidase dengan hidrolisis dari polisakarida di dalam dinding sel bakteri.

d. a-LA mengubah gula binding yang dimiliki galaktosiltransfer, jadi laktosa di

produksi diantara fungsi umum dari galaktosiltransfer.

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Manfaat susu kerbau bagi tubuh

Susu kerbau terdiri dari banyak jenis zat gizi yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Adapun manfaat susu kerbau untuk tubuh

adalah :

a. Protein

Protein dalam susu kerbau merupakan protein lengkap atau mengandung

semua asam amino esensial dalam jumlah yang dapat mendukung pertumbuhan.

Protein susu terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu kasein yang dapat

diendapkan oleh asam dan enzim renin dan protein whey yang dapat mengalami

denaturasi oleh panas pada suhu kurang lebih 65 0c (Purnomo,1985).

Protein dalam susu berfungsi membentuk jaringan baru selama

pertumbuhan dan perkembangan tubuh,memelihara jaringan tubuh, menyediakan

asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan

metabolisme serta antibodi yang diperlukan, mengatur keseimbangan air,

mempertahan kenetralan (asam-basa) tubuh (Khomsan,2004).

b. Lemak

Lemak pada susu kerbau banyak mengandung asam lemak jenuh.Lemak

berfungsi mengubah bentuk dan ukuran substansi dalam sel, berfungsi dalam

pembentukan sel otak,dan lain-lain. Kekurangan asam lemak omega 6

menyebabkan pertumbuhan menurun,kegagalan reproduktif, perubahan kulit dan

rambut,serta patologi hati. Lemak berfungsi menyediakan energi untuk membantu

memenuhi kebutuhan tubuh.

Universitas Sumatera Utara


c. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh dan

merupakan komponen nutrient ( zat gizi ) terbesar dalam makanan sehari-hari.

Laktosa merupakan karbohidrat utama yang terdapat dalam susu yang terdiri dari

glukosa dan galaktosa. Laktosa mudah diasimilasikan sebagai makanan dengan

proses hidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim usus laktase

(Purnomo,1985).

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembentuk berbagai

senyawa tubuh, bahan pembentuk asam amino esensial, metabolisme normal

lemak, menghemat protein, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus,

mempertahan gerak usus (teruatama serat), meningkatkan konsumsi

protein,mineral dan vitamin B (Khomsan,2004).

d. Vitamin

Vitamin dalam susu kerbau berfungsi untuk membantu pengaturan atau

kegiatan tubuh.Tanpa vitamin, manusia tidak akan dapat melakukan aktivitas

hidup serta memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh. Adapun vitamin

yang banyak di dalam susu kerbau adalah vitamin D.Vitamin D erat sekali

fungsinya untuk kesehatan tulang. Ketika tubuh kekurangan vitamin D dapat

menyebabkan riket pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa.Selain

itu kekurangan vitamin D juga menyebabkan gigi mudah rusak dan otot kejang-

kejang (Nirmala Devi,2010).

Universitas Sumatera Utara


e. Mineral

Susu kerbau lebih banyak mengandung mineral Ca(kalsium)

dibandingkan dengan susu lainnya sehingga susu kerbau lebih cepat

menggumpal.Untuk memperlambat terjadinya gumpalan, susu kerbau

dicampurkan dengan air (Wisnu,2002).

Kalsium berfungsi membantu mengentalkan darah, penyerapan vitamin

B12, mengirimkan isyarat-isyarat ke seluruh tubuh, membantu otot berkontraksi

dan relaksasi (Soehardjo,1986).

f. Air

Air berfungsi sebagai pelarut dalam terjadinya reaksi kimia di dalam

tubuh.

2.4 Dadih

Dadih merupakan salah satu produk fermentasi susu tradisional yang

sangat khas di daerah Sumatera Barat. Dadih dibuat dengan bahan dasar susu

kerbau yang dimasukkan dalam bambu dan ditutup menggunakan daun pisang

atau plastik, kemudian difermentasi pada suhu kamar selama 1-2 hari hingga

terbentuk gumpalan (Elida, 2002).

Tabung bambu dalam pembuatan dadih memegang peranan penting dalam

mempertahankan kualitas dari dadih khususnya sifat organoleptik dadih (warna,

aroma, rasa, dan tekstur). Dadih yang baik ditentukan oleh kualitas fisik,

kandungan dan keasaman dadih. Kualitas fisik dadih yang baik adalah berwarna

putih menyerupai tahu yang bisa dimakan dengan sendok serta memiliki karakter

yang sama seperti youghurt dan memiliki aroma khas youghurt atau aroma khas

Universitas Sumatera Utara


susu asam. Aroma khas pada dadih juga merupakan percampuran dari aroma susu,

daun pisang dan bambu (Sirait dalam Sari, 2009).

Bambu yang sering digunakan dalam pembuatan dadih yaitu bambu ampel

(Bambusa vulgaris) karena memiliki rasa pahit sehingga dapat menghindarkan

produk dari semut dan jenis bambu ini sering digunakan karena di dalamnya

terdapat beberapa jenis mikrobia yang secara alami dapat memfermentasikan susu

menjadi dadih (Usmiati dkk, 2009).

Mikroorganisme diduga dari permukaan tabung bambu bagian dalam,

permukaan daun penutup, dan dari susu yang digunakan. Mikroorganisme

tersebut adalah bakteri asam laktat (BAL). Dari beberapa penelitian diketahui

bahwa dadih mengandung bakteri baik yaitu asam laktat (Lactobacillus casei)

yang potensial sebagai probiotik. Asam laktat di dalam dadih berperan dalam

pembentukan tekstur dan cita rasa (Usmiati dan Miskiyah, 2011).

Bambu yang digunakan memiliki diameter ± 4-5 cm dan dipotong dengan

panjang ± 15 cm. Susu yang dimasukkan ke dalam bambu sebanyak ± 300 ml per

bambu (Taufik, 2004).

Pembuatan dadih menggunakan media bambu segar yang baru dipotong

dapat menghasilkan perpaduan aroma susu dan aroma khas bambu yang segar

serta memiliki warna putih dan kental (Usmiati dan Miskiyah, 2011). Kualitas

dadih yang baik bewarna putih seperti susu dengan tekstur yang licin dan

beraroma susu dan khas bambu (Sayuti, 1992).

Penelitian mengenai suhu penyimpanan pada dadih dilakukan pada suhu

ruang (3000 C) dan suhu dingin (400 C), penyimpanan pada suhu dingin lebih

Universitas Sumatera Utara


efektif dalam memperpanjang masa simpan dadih karena suhu dingin

memperlambat proses fermentasi dan mencegah terjadinya aktivitas metabolisme

kultur starter dan mikroorganisme pencemar (Sisriyenni dan Yayu, 2004).

Dadih dalam kemasan bambu dan disimpan pada suhu ruang hanya

bertahan sampai hari ke-8, setelah itu dadih mengalami kerusakan. Kerusakan

dadih disebabkan adanya kapang dan belatung pada bambu dan juga kekentalan

dadih berkurang sehingga aroma dadih pun juga berubah (Miskiyah dan Usmiati,

2011).

Dadih dikonsumsi langsung dengan memakai sendok ataupun diolah. Pada

umumnya dadih dimanfaatkan sebagai lauk pauk, makanan selingan, pelengkap

upacara adat dan sebagai obat-obatan tradisional (Sughita dan Aidi, 1998).

Sumber:https://www.google.com/search?q=dadih&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUK
EwjM3eOF6qvMAhUmn6YKHQ2BCm8Q_AUIBygB&biw=1440&bih=751

Gambar 1. Bambu Ampel (Bambusa vulgaris)

Universitas Sumatera Utara


Sumber:https://www.google.com/search?q=dadih&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved
=0ahUKEwjM3eOF6qvMAhUmn6YKHQ2BCm8Q_AUIBygB&biw=1440&bih=751

Gambar 2. Dadih Susu Kerbau

2.4.1 Komposisi dadih susu kerbau

Secara umum komposisi dadih susu kerbau sama dengan susu lainnya

yaitu karbohidrat, protein, vitamin, mineral, lemak dan air. Namun, lemak dan

protein pada dadih susu kerbau lebih banyak daripada susu lainnya.

Dadih susu kerbau memiliki ciri khas seperti ketiadaan karoten sehingga

membuat warna susu kerbau lebih putih daripada susu lainnya. Selain itu, dadih

susu kerbau relatif tidak mengandung kasein bebas, mengandung lebih sedikit

nitrogen dan asam salat, dan dadih susu kerbau lebih banyak mengandung mineral

Ca dan P (Wisnu : 2002).

Tabel 2.5 Kandungan Gizi Dadih Susu Kerbau


Zat Gizi Nilai Gizi (%)
Air 81,79 - 82,40
Protein 6,91 - 7,06
Lemak 7,98 - 8,17
Abu 0,90 - 0,91
Keasaman 1,28 - 1,32
Ph 4,76 - 4,81
Sumber : Setiyanto dan Muhammad (2005)

Universitas Sumatera Utara


2.5 Agar-Agar

Benech (2012) menyatakan bahwa agar-agar atau agarosa adalah zat yang

biasanya berupa gel yang diolah dari rumput laut atau alga. Jenis rumput laut yang

biasa diolah untuk agar-agar adalah Eucheuma spinosum (Rhodophycophyta) dan

rumput laut dari golongan Phaeophycophyta (Gracilaria dan Gelidium).

Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan molekul tinggi yang

mengisi dinding sel rumput laut, tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu

polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dapat dibentuk sebagai

bubuk dan diperjualbelikan.

Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan

air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai mulai

saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-

molekul air, sehingga terbentuk sistem koloid padat cair.

Salah satu jenis agar-agar yang biasa dikonsumsi masyarakat adalah agar-

agar powder. Agar-agar powder dimasak pada suhu 70-850 C dan mulai memadat

pada suhu 32-400 C. Agar-agar digunakan sebagai makanan karena mengandung

serat (fiber) lunak yang tinggi dan kalori yang rendah. Kandungan serat lunak

yang tinggi membantu melancarkan pembuangan sisa-sisa makanan di usus

(laksatif).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.6 Nilai Gizi 6,5 gr Tepung Agar-Agar
Zat Gizi Gram % AKG
Lemak Total 0 0
Lemak Jenuh 0 0
Kolesterol 0 0
Protein 0 0
Karbohidrat Total 6 2
Serat Pangan 5 20
Gula 0 0
Sodium 25 1
Sumber : PT Satelit Sriti (2015)

2.6 Uji Organoleptik

Penilaian organoleptik disebut juga dengan penilaian indra atau penilaian

sensorik yang merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif atau sudah

lama dikenal. Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai

mutu dalam industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. Kadang-kadang

penilaian ini dapat memberikan hasil penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa

hal penilaian dengan indera bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif

(Susiwi, 2009).

Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera penglihatan,

penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Panel diperlukan untuk

melaksanakan penelitian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat

sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini

terdiri atas orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat dari suatu komoditi.

Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.

Uji hedonik atau kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan.

Dalam uji ini panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang

kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan, disamping itu mereka juga

Universitas Sumatera Utara


mengemukakan tingkat kesukaan/ketidaksukaan. Tingkat-tingkat kesukaan ini

disebut orang skala hedonik, misalnya amat sangat suka, sangat suka, suka, agak

suka, netral, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka dan amat sangat tidak

suka. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan sesuai yang diinginkan

peneliti (Rahayu, 1998).

2.7 Panelis

Menurut Rahayu (1998), dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh

macam panel, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak

terlatih, panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan

ketujuhpanel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian

organoleptik.

a. Panel perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan

spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang

sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara

pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa

organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah

kepekaan tinggi, biasa dapat dihindari, penilaian efisien. Panel perseorangan

biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak

dan mengenali penyebabnya.

b. Panel terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi

sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-

Universitas Sumatera Utara


faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan

pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

c. Panel terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup

baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-

latihan. Panelis ini dapat menilai veverapa rangsangan sehingga tidak terlampau

spesifik.

d. Panel agak terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk

mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

e. Panel tidak terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih

berdasaran jenis suku-suku bangsa, tingkat social dan pendidikan. Panel tidak

terlatihnya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti

sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel tidak

terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama

dengan panelis wanita.

f. Panel konsumen

Panel konsumen teridir dari 30 hingga 100 orang tergantung pada target

pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat

ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

Universitas Sumatera Utara


g. Panel anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10

tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-

produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya,

cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan

atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya

terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka yang

sedang sedih, biasa, atau tertawa.

2.8 Bahan Tambahan

2.8.1 Gula

Secara umum gula ditambahkan pada produk untuk memberikan rasa

manis. Fungsi gula dalam pembuatan produk selain memberikan rasa manis juga

berpengaruh terhadap pembentukan struktur produk, memperbaiki tekstur dan

keempukan, memperpanjang kesegaran dengan cara mengikat air serta

merangsang pembentukan warna yang baik (Subarna, 1996).

Selain itu, gula juga dapat berfungsi sebagai pengawet karena gula dapat

mengurangi aw bahan pangan sehingga dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme (Yaumil dalam Buckle, et al., 2012). Gula yang digunakan bisa

dalam bentuk gula pasir, gula pasir halus, atau tepung gula. Jumlah gula yang

ditambahkan akan berpengaruh terhadap tekstur dan penampakan produk.

2.8.1.1 Gula Aren

Gula aren berasal dari pohon enau yang diproses secara alami.

Livestrong (2011) kalori yang terkandung di dalam gula aren lebih kecil

Universitas Sumatera Utara


dibandingkan dengan gula putih. Gula aren memiliki nilai indeks glikemik yang

lebih rendah yaitu sebesar 35 sedangkan pada gula pasir indeks glikemiknya

sebesar 58. Indeks glikemik (GI) adalah skala atau angka yang diberikan pada

makanan tertentu berdasarkan seberapa besar makanan tersebut meningkatkan

kadar gula darahnya, skala yang digunakan adalah 0-100. Indeks glikemik disebut

rendah jika berada di skala kurang dari 50, indeks glikemik sedang jika nilainya

50-70 dan indeks glikemik tinggi jika angkanya di atas 70.

Proses pembuatan gula aren umumya lebih alami sehingga zat-zat tertentu

yang terkandung di dalamnya tidak mengalami kerusakan dan tetap utuh. Serta

tidak membutuhkan proses penyulingan yang berkali-kali atau menggunakan

tambahan bahan untuk memurnikannya. Para ahli mengungkapkan nilai indeks

glikemik yang lebih rendah ini membuat gula aren lebih aman dikonsumsi dan

tidak menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang signifikan, sehingga bisa

membahayakan tubuh terutama bagi penderita diabetes. Serta semakin gelap

warna gula, maka jejak nutrisinya cenderung lebih banyak. Selain kandungan

gulanya yang lebih sedikit, gula aren juga diketahui mengandung senyawa-

senyawa lain yang bermanfaat seperti thiamine, riboflavin, asam askorbat, protein

dan juga vitamin C.

Gula aren mengandung glukosa cukup tinggi yang dapat membersihkan

ginjal sehingga kita terhindar dari penyakit ginjal (Sapari, 1994). Kekhasan gula

aren dari segi kimia yaitu mengandung sukrosa kurang lebih 84% dibandingkan

dengan gula tebu dan gula bit yang masing-masing hanya 20% dan 17% sehingga

gula aren mampu menyediakan energi yang lebih tinggi dari gula tebu dan gula bit

Universitas Sumatera Utara


(Rumokoi, 1990). Selain itu, kandungan gizi gula aren (protein, lemak, kalium

dan posfor) lebih tinggi dari gula tebu dan gula bit. Gula aren terdapat dalam tiga

bentuk yaitu gula cetak (kerekan), gula pasir dan gula semut (Sapari, 1994). Gula

cetak pada umumnya memiliki bentuk sesuai bentuk cetakan yang digunakan.

Gula pasir adalah gula aren yang dikristalkan kecil-kecil seperti pasir dan

berwarna merah. Gula semut bukanlah gula yang bentuknya seperti semut dan

bukan pula gula yang dikerumuni semut. Gula semut merupakan jenis gula yang

dibuat dari nira dengan bentuk serbuk atau kristal dan berwarna kuning

kecokelatan sampai coklat (Lutony, 1993). Gula semut mirip dengan gula pasir

(aren), akan tetapi ukurannya lebih besar sedikit dari pada gula pasir. Gula semut

ini telah dipasarkan secara luas dengan berbagai merek. Umumnya gula aren

diproduksi dalam bentuk gula cetak yang disebut juga sebagai gula padat, akan

tetapi ada juga yang diproduksi dalam bentuk gula cair (Lutony, 1993).

Gula aren memiliki banyak kegunaan selain sebagai pemanis makanan

juga digunakan sebagai penyedap masakan, campuran dalam pembuatan cuka

untuk empek-empek, kecap dan lain-lain. Gula merah cetak memiliki sifat sensori

yang berbeda tergantung pada bahan baku pembuatannya. Untuk gula merah cetak

dari nira aren memiliki aroma khas aren, warna coklat muda, rasa lebih manis dan

bersih (Kristianingrum, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.7 Kandungan Gizi Gula Merah Aren
Jenis Kandungan Dalam 100 gr Gula Merah Aren
Kalori 368 kalori
Karbohidrat 95 gr
Kalsium 75 mg
Fosfor 35 mg
Besi 3 mg
Air 4 mg
Sumber: Depkes R.I., (1981)

Sumber:https://www.google.com/search?q=dadih&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUK
EwjM3eOF6qvMAhUmn6YKHQ2BCm8Q_AUIBygB&biw=1440&bih=751#tbm=isch&q=gula+a
ren

Gambar 3. Gula Aren


2.9 Daya Terima Makanan

Daya terima makanan adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan

makanan yang disajikan (Rudatin, 1997). Daya terima atau preferensi makanan

dapat didefinisikan sebagai tingkat kesukaan atau ketidaksukaan individu terhadap

suatu jenis makanan. Diduga tingkat kesukaan ini sangat beragam pada setiap

individu. Sehingga akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan (Suhardjo,

1989).

Segi sosial budaya pangan berhubungan dengan konsumsi pangan dalam

menerima atau menolak bentuk atau jenis pangan tertentu, perilaku ini berakar

dari kebiasaan kelompok penduduk, selanjutnya dijelaskan pula bahwa pada

Universitas Sumatera Utara


umumnya kebiasaan pangan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan

zat-zat gizi yang terkandung dalam pangan. Kebiasaan makan berasal dari pola

pangan yang diterima budaya kelompok dan diajarkan kepada seluruh anggota

keluarga (Suhardjo, 2003).

Menurut Wirakusumah (1990) yang dikutip oleh Mulyaningrum (2007)

kesukaan terhadap makanan didasari oleh sensorik, sosial, psikologi, agama,

emosi, budaya, kesehatan, ekonomi, cara persiapan dan pemasakan makanan,

serta faktor-faktor terkait lainnya. Penilaian seseorang terhadap kualitas makanan

berbeda-beda tergantung selera dan kesenangannya. Perbedaan suku pengalaman,

umur dan tingkat ekonomi seseorang mempunyai penilaian tertentu terhadap jenis

makanan, sehingga standar kulitas makanan sulit untuk ditetapkan. Walaupun

demikian ada beberapa aspek yang dapat dinilai yaitu persepsi terhadap cita rasa

makanan, nilai gizi dan higiene atau kebersihan makanan tersebut.

a. Penampilan dan cita rasa makanan

Menurut Moehyi (1992) cita rasa makanan mencakup 2 aspek utama yaitu

penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan pada saat dimakan

kedua aspek tersebut sama pentingnya untuk diperhatikan agar betul-betul dapat

menghasilkan makanan yang memuaskan. Daya penerimaan terhadap suatu

makanan ditentukan oleh rangsangan yang ditimbulkan oleh makanan melalui

indera penglihat, penciuman serta perasa atau pencecap bahkan mungkin

pendengar. Walaupun demikian faktor utama yang akhirnya mempengaruhi daya

penerimaan terhadap makanan yaitu rangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh

Universitas Sumatera Utara


makanan itu. Oleh karenanya penting sekali dilakukan penilaian cita rasa untuk

mengetahui daya penerimaan konsumen.

Menurut Winarno (1997) rasa suatu makanan merupakan faktor yang turut

menentukan daya terima konsumen. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan karena

merupakan rangsangan pertama pada indera mata. Warna makanan yang menarik

dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa. Oleh sebab itu dalam

penyeleggaraan makanan harus mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk

mempertahankan warna makanan yang alami, baik dalam bentuk tehnik memasak

maupun dalam penanganan makanan yang dapat mempengaruhi makan.

b. Konsistensi atau tekstur makanan

Konsistensi atau testur makanan juga merupakan komponen yang turut

menentukan cita rasa makanan karena sensitifitas indera cita rasa dipengaruhi oleh

konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan

memberikan rangsangan lebih lambat terhadap indera kita. Penyajian makanan

merupakan faktor tertentu dalam penampilan hidangan yang disajikan. Jika

penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik. Seluruh upaya yang telah

dilakukan guna menampilkan makanan dengan cita rasa tinggi akan tidak berarti

penampilan makanan waktu disajikan akan merangsang indera terutama

penglihatan yang berkaitan dengan cita rasa makanan itu. Rasa makanan

merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan

makanan itu sendiri. Apabila penampilan makanan yang disajikan merangsang

Universitas Sumatera Utara


saraf melalui indera penglihatan sehingga mampu membangkitkan selera untuk

mencicipi makanan itu, maka pada tahap selanjutnya rasa makanan itu akan

ditentukan oleh rangsangan terhadap indera penciuman dan indera perasa.

Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat

kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera.

Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah

menguap itu dapat sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat

juga terbentuk tanpa bantuan reaksi enzim.

2.10 Kerangka Konsep

Uji Organoleptik (Rasa, Aroma,


Kesukaan Warna dan Tekstur) dari
Agar-Agar Dadih (Uji
Agar-Agar Dadih Susu
Susu Kerbau Hedonik)
Kerbau

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 4. Bagan Kerangka Konsep

Bagan di atas menjelaskan bahwa untuk mengetahui daya terima panelis

terhadap organoleptik (rasa, warna, aroma dan tekstur) dari agar-agar dadih susu

kerbau dilakukan uji kesukaan (uji hedonik).

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak sekolah dasar berada pada perkembangan yang cepat pada proses

intelektual dan keterampilannya serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif.

Untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan fisik anak sekolah, dibutuhkan

berbagai macam zat gizi dalam jumlah yang mencukupi, karena peran gizi sangat

menentukan keadaan kesehatan anak.

Anak usia sekolah dasar (SD) adalah anak yang berumur antara 7-12

tahun. Pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak sekolah dasar perlu

mendapat perhatian yang cukup karena anak yang berkualitas merupakan salah

satu aset pembangunan bangsa di masa yang akan datang.

Kekurangan zat gizi pada makanan, termasuk makanan jajanan anak

sekolah dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan terutama pertumbuhan fisik

yang terlihat dari ukuran tubuh yang pendek, gemuk ataupun kurus. Dampak dari

gangguan pertumbuhan antara lain, menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh

sehingga anak mudah terserang penyakit dan cepat lelah. Hal ini akan

menghambat pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang

akan datang (Siti dalam Syarief, 2013).

Salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh anak sekolah dasar adalah

rendahnya derajat kesehatan dan status gizi, hal ini berkaitan dengan rendahnya

tingkat konsumsi makanan bergizi baik dari makanan utama maupun dari

makanan jajanan.

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, makanan jajanan yang mengandung gizi, bersih, dan

aman merupakan pilihan makanan jajanan yang mutlak harus dikonsumsi anak

sekolah. Biasanya anak sekolah mengkonsumsi makanan jajanan pada saat jam

istirahat pertama karena pada saat itu anak sudah mulai lapar. Untuk memperoleh

tambahan energi yang sudah mulai menurun sejak beberapa jam masuk sekolah,

maka anak sekolah memperolehnya dari makanan jajanan. Makanan jajanan yang

dijual di lingkungan sekolah akan menambah energi bagi anak sekolah.

Makanan jajanan merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan anak,

karena jajanan dapat menyumbangkan energi dan zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan anak, sehingga jajanan yang berkualitas baik akan mempengaruhi

kualitas makanan anak (Murphy & Allen, 2007).

Makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah SDN No.160 Desa

Pangkat Kec. Lembah Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal merupakan jenis

makanan yang masih kurang bergizi, yang kebanyakan berasal dari pabrik seperti

borobudur, taro, mie remez, gery salut, better yang kita tahu bahwa makanan-

makanan tersebut diberi Bahan Tambahan Pangan (BTP) buatan agar mempunyai

warna yang mencolok dan tahan lama untuk dikonsumsi.

Pembuatan makanan jajanan sehat yang diperlukan oleh anak sekolah

diantaranya dapat dilakukan dengan memanfaatkan pangan yang ada di daerah

tersebut. Banyaknya ternak kerbau di Desa Pangkat Kec. Lembah Sorik Marapi

Kab. Mandailing Natal yaitu ±25 ekor kerbau dengan dua orang peternak, dapat

dimanfaatkan susunya sebagai makanan jajanan untuk membantu mengatasi

pemilihan makanan jajanan yang bergizi bagi anak sekolah dasar. Selain bergizi,

Universitas Sumatera Utara


susu kerbau juga mengandung zat gizi yang dapat membantu masalah

kekurangan gizi pada anak. Ibu bisa mengolah susu kerbau menjadi dadih.

Dadih merupakan produk olahan susu fermentasi tradisional Indonesia

yang cukup dikenal. Namun secara umum produk ini kurang dikenal luas oleh

masyarakat Indonesia, sehingga perlu usaha untuk mengembangkannya.

Keberadaan dadih di Indonesia perlu mendapat perhatian agar dapat diterima

masyarakat dan menjadi salah satu produk industri komersial. Dadih merupakan

makanan khas Sumatera Barat yang dibuat dengan memfermentasi susu kerbau

dan dibuat berdasarkan industri skala rumah tangga serta dijual secara umum di

pasar, warung dan restoran.

Dadih susu kerbau yang ada di Sumatera Barat di fermentasi di dalam

tabung bambu. Berbeda dengan dadih yang ada di daerah lain seperti dadih asal

Sumatera Utara (dali) yang pengolahannya dengan cara direbus dan di Daerah

Sulawesi Selatan diolah dengan cara digoreng (dangke). Di daerah Mandailing

Natal sendiri, makanan yang berasal dari susu kerbau seperti dadih sudah lama

tidak dikonsumsi oleh masyarakat setempat, disebabkan karena adanya persepsi

masyarakat bahwa susu kerbau tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh

anak dan aroma amis khas susu kerbau membuat masyarakat tidak tertarik untuk

mengkonsumsinya. Selain itu perkembangan teknologi yang semakin canggih

menyebabkan bergesernya makanan tradisional yang berganti dengan makanan-

makanan yang berasal dari pabrik.Untuk mengantisipasi makanan jajanan pabrik

tersebut, ibu bisa mengolah dadih menjadi makanan jajanan yang bergizi serta

disukai anak.

Universitas Sumatera Utara


Dadih mempunyai rasa asam, beraroma khas susu kerbau, dan disimpan

didalam tabung bambu yang membuat makanan ini kurang praktis untuk

disajikan, sehingga ibu bisa melakukan penganekaragaman terhadap dadih

dengan memanfaatkan dadih dalam pembuatan agar-agar. Agar-agar merupakan

salah satu jenis makanan yang banyak disukai oleh anak sekolah dasar di Desa

Pangkat Kec. Lembah Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal. Selain itu, pembuatan

agar-agar tidak membutuhkan waktu yang lama, harga tepungnya terjangkau serta

tidak harus disimpan didalam lemari pendingin karena banyak masyarakat di Desa

Pangkat yang tidak mempunyai lemari pendingin. Pemberian agar-agar dadih susu

kerbau kepada anak merupakan salah satu alternatif untuk dijadikan pengganti

makanan jajanan anak-anak, agar si anak dapat memperoleh zat gizi tambahan

yang cukup selain dari makanan utama.

Waspodo (2004) menyatakan tim BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi) meneliti strain lokal dadih susu kerbau pada manusia yaitu pada 84

anak-anak di bawah usia lima tahun ( balita ) yang kurang gizi dari Puskesmas

Teluk Naga, Tangerang. Tim BPPT mempresentasikan hasil penelitian tentang

strain lokal dadih susu kerbau dapat meningkatkan imunitas tubuh dan menaikkan

berat badan anak-anak kurang gizi.

Penelitian yang dilakukan oleh Setiyanto dan Muhammad (2005),

mengidentifikasi karakteristik beberapa dadih komersil di Sumatera Barat yang

mengambil sampel dari 2 daerah yaitu Tilatang Kamang Kabupaten Agam dan

Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Dari penelitiannya, diperoleh komposisi

Universitas Sumatera Utara


dadih dengan 81,79-82,40% kadar air, 6,91-7,06% protein, 7,98-8,17% lemak,

0,90-0,91% abu, 1,28%-1,32% keasaman, dan pH 4,76-4,81.

Syarat-syarat yang perlu dipenuhi oleh suatu bahan pangan untuk dibuat

makanan yang sehat dan mudah diterima oleh anak-anak, golongan rawan yang

perlu diperhatikan pertama-tama, bahan pangan itu mesti mengandung banyak

protein dengan mutu protein tinggi, harganya murah, rasanya enak dan mudah

dibuat hidangan sehari-hari sehingga tidak terlalu merepotkan si ibu dalam

mengolahnya (Sajogyo,1994).

Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti sebelumnya, agar-agar yang

ditambahkan dadih susu kerbau lebih disukai oleh anak sekolah dasar daripada

agar-agar yang hanya ditambahkan susu kerbau. Aroma amis susu kerbau pada

agar-agar dengan penambahan susu kerbau lebih kuat dibandingkan agar-agar

dengan penambahan dadih susu kerbau.

Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan agar-agar dadih susu kerbau

dengan dua perbandingan yaitu yang pertama agar-agar dengan penambahan

dadih susu kerbau sebanyak 700 gr dan yang kedua agar-agar dengan

penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr. Agar-agar dadih susu kerbau ini

diharapkan dapat menyadarkan masyarakat setempat bahwa susu kerbau bisa

dimanfaatkan serta menurunkan permasalahan kekurangan gizi pada anak sekolah

dan membantu memperkenalkan anak pada makanan jajanan yang bergizi.

Oleh karena itu, peneliti mencoba memanfaatkan dadih susu kerbau dalam

pembuatan agar-agar. Hal ini menarik untuk diteliti dalam sebuah penelitian yang

berjudul ―Uji Daya Terima Agar-Agar Dadih Susu Kerbau‖.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Permasalahan Penelitian

Permasalahan penelitian adalah bagaimana daya terima anak sekolah dasar

terhadap agar-agar dadih susu kerbau .

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui daya terima anak sekolah dasar terhadap agar-agar dadih susu

kerbau.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi institusi kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada instansi

kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang ada di Mandailing Natal guna

penyusunan rencana program penanggulangan dan pencegahan status gizi kurang

pada anak usia sekolah dasar.

1.4.2 Bagi masyarakat

a. Penelitian ini bermanfaat untuk memperkenalkan kepada masyarakat terutama

peternak kerbau, cara pengolahan susu kerbau yang selama ini tidak

dimanfaatkan agar dapat dijadikan makanan utama ataupun makanan jajanan

bagi anak sekolah.

b. Mendorong terciptanya usaha mandiri susu kerbau di masyarakat yang dapat

menciptakan lapangan kerja.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Dadih susu kerbau dapat dimanfaatkan dalam pembuatan agar-agar.


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima anak sekolah dasar
terhadap agar-agar dadih susu kerbau.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilakukan menggunakan
dua perlakuan. Agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700
gr dan agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr. Panelis
dalam penelitian adalah siswa sekolah dasar sebanyak 24 orang. Data uji daya
terima dianalisa dengan uji Friedman. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pangkat
Kec.Lembah Sorik Marapi Kab.Mandailing Natal pada bulan Maret dan April
2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya terima siswa sekolah dasar
terhadap agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr dan
penambahan dadih susu kerbau 900 gr tergolong disukai siswa sekolah dasar.
Namun, berdasarkan total skor penilaian agar-agar dengan penambahan dadih
susu kerbau 700 gr memiliki skor lebih tinggi.
Dalam pemilihan makanan jajanan disarankan kepada konsumen untuk
menjadikan agar-agar dadih susu kerbau ini sebagai alternatif makanan jajanan
yang sehat untuk memenuhi kecukupan energi pada anak sekolah dasar. Perlu
dilakukan juga penganekaragaman makanan lainnya dengan penambahan susu
kerbau sebagai pangan yang kaya akan zat gizi.

Kata Kunci : Agar-Agar, Dadih Susu Kerbau, Uji Daya Terima

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Dadih Buffalo milk can be utilized in making of gelatin/jelly . This study


aims to determine the acceptability of student in elementary school towards
Dadih buffalo milk’s gelatin.
This study was an experimental research conducted using two treatment.
Gelatin with addition of 700 gr dadih buffalo milk and gelatin with addition of
900 gr dadih buffalo milk . Panellists in this research was 24 students in
elementary school . Acceptance data test were analyzed by Friedman’s test. This
research was conducted at Desa Pangkat Kec.Lembah Sorik Marapi
Kab.Mandailing Natal in March and April 2016.
The results showed that the acceptance of students in elementary school
against the gelatin with addition of 700 gr dadih buffalo milk and addition of 900
gr dadih buffalo milk classified as they like it. However, based on assessment
total scores, gelatin with addition of 700 gr dadih buffalo milk has a high level of
scores.
In the case of selecting a snack foods, the consumers should recomend
the gelatin with buffalo milks as an alternative healthy snack foods to
fulfill/supply the good energy sufficiency for student in elementary school. Still
required the diversification of another food with addition of buffalo milk as a
meal that have a rich nutrients.

Keywords: Gelatin, Dadih Buffalo Milk, Acceptance Test.

Universitas Sumatera Utara


UJI DAYA TERIMA AGAR-AGAR DADIH SUSU KERBAU

SKRIPSI

OLEH :

YUSNINA MAISYAROH
NIM. 121000526

FAKULTAS KESEHATAN

MASYARAKAT UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara


UJI DAYA TERIMA AGAR-AGAR DADIH SUSU

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :
YUSNINA
MAISYAROH NIM :
121000526

FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “UJI DAYA
TERIMA AGAR-AGAR DADIH SUSU KERBAU” ini beserta seluruh isinya
adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko
atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2016


Yang membuat pernyataan,

Yusnina Maisyaroh

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul


UJI DAYA TERIMA AGAR-AGAR DADIH SUSU KERBAU

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh

OLEH :
YUSNINA MAISYAROH
NIM : 121000526

Disahkan oleh :
Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra.Jumirah,Apt,M.Kes Prof.Dr.Ir.Evawany Y
Aritonang,M.Si NIP. 195803151988112001 NIP. 196806161993032008

Medan, April 2016


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Dadih susu kerbau dapat dimanfaatkan dalam pembuatan agar-agar.


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima anak sekolah dasar
terhadap agar-agar dadih susu kerbau.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilakukan menggunakan
dua perlakuan. Agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700
gr dan agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr. Panelis
dalam penelitian adalah siswa sekolah dasar sebanyak 24 orang. Data uji daya
terima dianalisa dengan uji Friedman. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pangkat
Kec.Lembah Sorik Marapi Kab.Mandailing Natal pada bulan Maret dan April
2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya terima siswa sekolah dasar
terhadap agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr dan
penambahan dadih susu kerbau 900 gr tergolong disukai siswa sekolah dasar.
Namun, berdasarkan total skor penilaian agar-agar dengan penambahan dadih
susu kerbau 700 gr memiliki skor lebih tinggi.
Dalam pemilihan makanan jajanan disarankan kepada konsumen untuk
menjadikan agar-agar dadih susu kerbau ini sebagai alternatif makanan jajanan
yang sehat untuk memenuhi kecukupan energi pada anak sekolah dasar. Perlu
dilakukan juga penganekaragaman makanan lainnya dengan penambahan susu
kerbau sebagai pangan yang kaya akan zat gizi.

Kata Kunci : Agar-Agar, Dadih Susu Kerbau, Uji Daya Terima

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Dadih Buffalo milk can be utilized in making of gelatin/jelly . This study


aims to determine the acceptability of student in elementary school towards
Dadih buffalo milk’s gelatin.
This study was an experimental research conducted using two treatment.
Gelatin with addition of 700 gr dadih buffalo milk and gelatin with addition of
900 gr dadih buffalo milk . Panellists in this research was 24 students in
elementary school . Acceptance data test were analyzed by Friedman’s test. This
research was conducted at Desa Pangkat Kec.Lembah Sorik Marapi
Kab.Mandailing Natal in March and April 2016.
The results showed that the acceptance of students in elementary school
against the gelatin with addition of 700 gr dadih buffalo milk and addition of 900
gr dadih buffalo milk classified as they like it. However, based on assessment
total scores, gelatin with addition of 700 gr dadih buffalo milk has a high level of
scores.
In the case of selecting a snack foods, the consumers should recomend
the gelatin with buffalo milks as an alternative healthy snack foods to
fulfill/supply the good energy sufficiency for student in elementary school. Still
required the diversification of another food with addition of buffalo milk as a
meal that have a rich nutrients.

Keywords: Gelatin, Dadih Buffalo Milk, Acceptance Test.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yusnina Maisyaroh


Tempat Lahir : Singengu Jae
Tanggal Lahir : 07 Agustus 1994
Suku Bangsa : Mandailing
Agama : Islam
Nama Ayah : H.Mhd.Yunus Lubis
Suku Bangsa Ayah : Mandailing
Nama Ibu : Hj.Nurhamiah
Suku Bangsa Ibu : Mandailing

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SDN 192 Kotanopan Kab. Mandailing Natal/2006

2. SLTP/Tamat tahun : SMPN 1 Kotanopan Kab. Mandailing Natal/2009

3. SLTA/Tamat Tahun : SMAN 2 Plus Panyabungan/2012

4. Lama studi di FKM USU : 2012-2016

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi ini yang berjudul ―Uji Daya Terima Agar-Agar Dadih Susu

Kerbau‖. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada ibu

Dra.Jumirah,Apt,M.Kes selaku dosen pembimbing I dan ibu Prof.Dr.Ir.Evawany

Yunita Aritonang, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

3. Ibu Fitri Ardiani,SKM,MPH selaku dosen Penasehat Akademik.

4. Ibu Dr.Ir.Zulhaida Lubis,M.Kes dan Ir.Etti Sudaryati,MKM,Ph.D selaku dosen

Penguji.

Universitas Sumatera Utara


6. Bapak Palit, S.Pd selaku kepala sekolah SDN No.160 Desa Pangkat

Kec.Lembah Sorik Marapi Kab.Mandailing Natal yang telah memberikan izin

memperoleh data-data yang mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian.

7. Bapak Marihot Samosir, S.T yang telah sabar memberikan masukan, saran-

saran serta membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

8. Seluruh dosen dan staff serta seluruh civitas akademika FKM USU yang

telah membimbing dan membantu selama perkuliahan.

9. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda H.Mhd.Yunus Lubis

dan Ibunda Hj.Nurhamiah Lubis yang telah banyak berkorban materi dan moril

serta membesarkan dan mendidik penulis.

10. Kakakku tersayang Yusmi Sri Wahyuni, Enda Syahputra, Enda Mora dan

adikku tersayang Yusnenni Mutiara serta bouk Nur Basrah yang telah

memberikan motivasi dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

11. Sahabat Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) Desa Lambar 2015 Kak Veffy,

Bema, Fredrik, Nopeh, Yulia, Monda, Kak elvi, Winda, Baja, Betty, Nam Kristi,

dan Yoyo.

12. Sahabat seperjuangan selama kuliah Olva, Rika, Dedek Hasibuan, Rani, Fika,

Usi, Rani Umam, Zizah dan Vita.

13. Sahabat-sahabatku Nora, Dewi, dan Fitri, Kak Nisa Hani, Bang Fadel, Ita,

Yudi dan Ikhsan Yusuf, Fadly, Kak Fika Hannum, Kak Aini dan Kak Desi.

Universitas Sumatera Utara


14. Sahabat Latihan Kerja Peminatan (LKP) Badan Ketahanan Pangan Sumatera

Utara (BKP-PSU) Kak Jog, Ayu, Henny, Titin dan Kak Pinta.

15. Sahabat peminatan gizi kesehatan masyarakat Liza dan Febri serta seluruh

anak-anak dari jurusan gizi kesehatan masyarakat yang telah banyak memberikan

dukungan dan bantuan serta kritikan yang menambah semangat penulis dan

teman-teman yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis

mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, April 2016


Penulis

Yusnina Maisyaroh

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..................................i


HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................ii
ABSTRAK.....................................................................................................iii
ABSTRACT.....................................................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................v
KATA PENGANTAR...................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Permasalahan Penelitian...........................................................6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................6
1.4.1 Bagi Institusi Kesehatan..................................................6
1.4.2 Bagi Masyarakat..............................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................7


2.1 Anak Sekolah Dasar..................................................................7
2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Anak
Usia Sekolah Dasar..........................................................7
2.1.2 Masalah Gizi Anak Sekolah Dasar..................................8
2.1.3 Kebutuhan Makanan pada Anak
Sekolah Dasar..................................................................9
2.1.4 Pola Konsumsi Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar. 10
2.2 Makanan Jajanan.......................................................................11
2.3 Susu Kerbau...............................................................................13
2.3.1 Komposisi Susu Kerbau..................................................15
2.3.1.1 Kadar Lemak Susu Kerbau.................................16
2.3.1.2 Kadar Protein Susu Kerbau.................................17
2.3.1.3 Kadar Laktosa Susu Kerbau................................18
2.3.2 Manfaat Susu Kerbau Bagi Tubuh..................................20
2.4 Dadih..........................................................................................22
2.4.1 Komposisi Dadih Susu Kerbau........................................25
2.5 Agar-Agar..................................................................................26
2.6 Uji Organoleptik........................................................................27
2.7 Panelis........................................................................................28
2.8 Bahan Tambahan.......................................................................30
2.8.1 Gula.................................................................................30
2.8.1.1 Gula Aren............................................................30

Universitas Sumatera Utara


2.9 Daya Terima Makanan............................................................33
2.10 Kerangka Konsep.....................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN............................................................37


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................37
3.1.1 Jenis Penelitian..............................................................37
3.1.2 Rancangan Penelitian....................................................37
3.2 Objek Penelitian......................................................................38
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................38
3.4 Defenisi Operasional..............................................................38
3.5 Alat dan Bahan........................................................................39
3.5.1 Alat................................................................................39
3.5.2 Bahan.............................................................................39
3.6 Tahapan Penelitian..................................................................40
3.6.1 Proses Pembuatan Agar-Agar Dadih Susu Kerbau.......40
3.6.2 Pengamatan Subjektif...................................................43
3.6.3 Panelis...........................................................................45
3.7 Pengolahan dan Analisis Data...............................................46

BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................49


4.1 Karakteristik Agar-Agar Dadih Susu Kerbau.........................49
4.2 Analisis Organoleptik Rasa Agar-Agar Dadih Susu................50
4.3 Analisis Organoleptik Aroma Agar-Agar Dadih Susu............51
4.4 Analisis Organoleptik Warna Agar-Agar Dadih Susu............52
4.5 Analisis Organoleptik Tekstur Agar-Agar Dadih Susu...........53
4.6 Nilai Gizi Agar-Agar Dadih Susu Kerbau..............................54

BAB V PEMBAHASAN.............................................................................55
5.1 Karakteristik Agar-Agar Dadih Susu Kerbau..........................55
5.2 Daya Terima Agar-Agar Dadih Susu Kerbau.........................55
5.2.1 Rasa Agar-Agar Dadih Susu Kerbau............................55
5.2.2 Aroma Agar-Agar Dadih Susu Kerbau.........................57
5.2.3 Warna Agar-Agar Dadih Susu Kerbau..........................58
5.2.4 Tekstur Agar-Agar Dadih Susu Kerbau........................59
5.3 Penerimaan Konsumen Terhadap
Agar-Agar Dadih Susu Kerbau..............................................60
5.4 Nilai Gizi Agar-Agar Dadih Susu Kerbau..............................61

BAB VI PENUTUP......................................................................................63
6.1 Kesimpulan..............................................................................63
6.2 Saran........................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................65

DAFTAR LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan


(per orang per hari) anak umur 7-12 tahun................................10
Tabel 2.2 Komposisi Susu Kambing, Susu Domba, Susu Kerbau,
Susu Sapi, dan Susu Ibu (Asi).....................................................15
Tabel 2.3 Rataan Kualitas Susu Sapi dan Susu Kerbau.............................16
Tabel 2.4 Kadar Asam Lemak pada Susu Kerbau......................................17
Tabel 2.5 Kandungan Gizi Dadih Susu Kerbau.........................................25
Tabel 2.6 Nilai Gizi 6,5 gr Tepung Agar-Agar Powder.............................27
Tabel 2.7 Kandungan Gizi Gula Merah Aren dalam 100 gr......................33
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian.................................................................37
Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Bahan Pembuatan
Agar-Agar Dadih Susu Kerbau..................................................40
Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis Pada Uji Hedonik.........................44
Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan.................................47
Tabel 4.1 Karakteristik Agar-Agar dadih Susu Kerbau.............................50
Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Agar-Agar
Dadih Susu Kerbau......................................................................50
Tabel 4.3 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Agar-Agar
Dadih Susu Kerbau......................................................................51
Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Warna Agar-Agar
Dadih Susu Kerbau.....................................................................52
Tabel 4.5 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Agar-Agar
Dadih Susu Kerbau......................................................................53
Tabel 4.6 Perkiraan Nilai Gizi Agar-Agar Dadih
Susu Kerbau Perlakuan A1 dan A2..............................................54

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bambu Ampel (Bambusa vulgaris)...........................................24


Gambar 2 Dadih Susu Kerbau....................................................................25
Gambar 3 Gula Aren..................................................................................33
Gambar 4 Bagan Kerangka Konsep...........................................................36
Gambar 5 Diagram Alir Pembuatan Dadih Susu Kerbau...........................40
Gambar 6 Diagram Alir Pembuatan Agar-Agar Dadih Susu Kerbau........42
Gambar 7 Bagian Atas Agar-Agar Dadih Susu Kerbau............................49
Gambar 8 Agar-Agar Dadih Susu Kerbau Dilihat Dari Samping.............49

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Uji Daya Terima Agar-Agar Dadih Susu Kerbau.....69


Lampiran 2. Daftar Panelis Dalam Uji Organoleptik Agar-Agar
Dadih Susu Kerbau....................................................................70
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Uji Sifat Uji Organoleptik
Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A1............................................71
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Uji Sifat Uji Organoleptik
Agar-Agar Dadih Susu Kerbau A2............................................72
Lampiran 5. Hasil Analisis Data Sifat Uji Organoleptik Agar-Agar
Dadih Susu Kerbau Dengan SPSS..........................................73
Lampiran 6. Surat Terlampir..........................................................................76
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian.............................................................77

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai