Disusun Oleh:
2020
A. KASUS
Skenario Kasus 1
Seorang perempuan, usia 33 tahun baru saja melahirkan putra ke-4 nya di
Klinik Bersalin. Persalinan ditolong oleh bidan, bayi lahir normal, plasenta lahir
spontan, bidan sudah mengecek kelengkapan plasenta, hasilnya plasenta dinilai
lengkap. Saat ini ibu mengatakan merasakan mules dan lemas.
Skenario Kasus 2
Hasil pemeriksaan: Abdomen; Palpasi uterus teraba keras, fundus teraba pada
2 jari di bawah pusat, kandung kemih tidak penuh. Tampak keluar perdarahan
aktif dari jalan lahir, warna darah merah segar, tampak robekan jalan lahir tidak
beraturan pada kulit, mukosa, serta otot perineum. Jumlah pengeluaran darah +-
200 ml.
Skenario Kasus 3
Ibu sudah minum segelas teh manis, namun ibu masih merasa haus dan
lemas. Hasil pemeriksaan lanjutan : Badan ibu tampak gemetar. TD 100/70
mmHg. N 90 x/mnt, R 28 x/menit, S 37°C. Dilakukan penjahitan perineum
dengan menggunakan anastesi, hasil seluruh robekan sudah terjahit, tidak ada
perdarahan aktif. Kemudian, bidan melakukan pemantauan kala empat secara
rutin pada ibu.
B. Learning Objektif
1. Penyebab ibu gemetar pada kala IV apa saja?
2. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologis pada kala IV?
3. Bagaimana prosedur pemantauan Bidan pada ibu kala IV ?
4. Apakah penyebab terjadinya mulas pada kala IV?
5. Bagaimana cara mengidentifikasi laserasi dan prosedur anastesi?
C. Pembahasan
1. Gemetar
a. Tanda Vital
b. Sistem Gastrointestinal
c. Sistem Renal
d. Sistem Kardiovaskular
e. Serviks
f. Perineum
3. Pemantauan kala IV
a. Serviks
b. Vagina
c. Perineum
a. Tanda Vital
b. Kontraksi Uterus
d. Lokia
e. Kandung Kemih
f. Perineum
Pemberian ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesteron, dan Human Plasenta
Lactogen Hormone setelah plasenta lahir, prolaktin dapat berfungsi
membentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai
duktus kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan
refleks yang dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis sehingga mioepitel
yang terdapat disekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan
mengeluarkan ASI ke dalam sinus yang disebut “let down refleks”
(Sulistyawati dkk, 2013 : 179).
Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan reflek yang dapat
mengeluarkan oksitosin dari hipofisis, sehingga ini akan menambah
kekuatan kontraksi uterus.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil,
perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai
berikut :
Involusi uteri Tinggi fundus uteri Berat Diameter
uterus uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 12,5 cm
gram
7 hari (1 Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
minggu) dan simfisis
14 hari (2 Tidak teraba 350 gram 5 cm
minggu)
6 minggu Normal 60 gram 2.5 cm
5. Identifikasi laserasi
Klasifikasi Laserasi
a. Tingkat I: Robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum.
b. Tingkat II: Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perineum
transfersalis, tetapi tidak mengenai spinker ani.
d. Tingkat IV: Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa
vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot sfingter ani sampai ke
dinding depan rektum.
Keuntungan Anastesi
Prosedur Anastesi
d. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah
perineum
e. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik
sepanjang luka pada mukosa vagina
Konsep Map
Daftar Pustaka
Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung :
ELEMAN
Varney, Helen, Jan M. Kriebs, dan Carolyn L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Ed. 4. Jakarta : EGC
Wahidah, Nurul Jannatul. 2017. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Ibu Bersalin.
Modul Pengantar Asuhan Kebidanan Persalinan
Wahyuni ninik dan lisa nurlatifah. 2017. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Proses
Involusi Uterus Pada Masa Nifas Diwilayah Kerja Puskesmas Mandala
Kabupaten Lebak Propinsi Banten Tahun 2016. Jurnal Medikes, Volume 4,
edisi 2, November 2017