Disusun Oleh:
C. Pembahasan
1. Ketidaknyamanan gangguan tidur
Ketika memasuki trimester III atau umur kehamilan semakin bertambah,
semakin banyak keluhan yang dirasakan oleh ibu baik keluhan yang bersifat
psikis maupun fisik dan memiliki dampak pada kualitas tidur ibu hamil.
Beberapa faktor seperti semakin membesarnya ukuran perut ibu, gerakan
janin di dalam kandungan yang semakin aktif, yang membuat ibu hamil
kesulitan untuk tidur di malam hari (Aprilia, 2014).
Mendekati saat melahirkan, ibu hamil akan sulit mengatur posisi tidur.
Gangguan ini dapat disebabkan karena semakin besar kehamilan sehingga
diafragma akan tertekan ke atas dan mengganggu pernafasan. Pada ibu hamil
disarankan untuk tidur dengan posisi miring kiri atau posisi yang membuat
nyaman ibu hamil. Pernafasan yang tidak baik pada ibu hamil akan
berpengaruh pada berkurangnya pasokan oksigen pada otak sehingga dapat
memengaruhi kualitas tidur (Emilia, 2010). Umumnya pada trimester III
atau menjelang persalinan gangguan tidur mencapai puncaknya (Prasadja,
2009).
Lee (2004), melakukan penelitian tentang kualitas tidur pada ibu hamil
dan menyatakan bahwa ibu hamil yang tidur kurang dari 6 jam per malam
memiliki risiko operasi caesar 4,5 kali lebih besar. Penelitian yang dilakukan
oleh William et al (2010), menunjukkan hasil bahwa ibu hamil yang tidur
kurang dari 5 jam tiap malam berisiko meningkatkan tekanan darah dan
berakibat pada hipertensi.
Ibu hamil yang memiliki kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan
beberapa komplikasi dalam kehamilan, seperti pada penelitian yang
dilakukan oleh Okun (2011), yang menyatakan bahwa gangguan tidur yang
terjadi pada ibu hamil dapat memperburuk respons inflamasi tubuh dan
menyebabkan kelebihan produksi sitokin. Sitokin adalah molekul yang
berhubungan dengan sel-sel kekebalan. Bila tubuh mengalami kelebihan
sitokin maka dapat mengganggu arteri tulang belakang yang mengarah ke
plasenta, menyebabkan penyakit pembuluh darah, dan kelahiran bayi
prematur.
a. Gangguan Tidur dan Mudah Lelah
Mekanisme terjadinya keluhan
Dalam sebuah penelitian terbaru oleh National Sleep
Foundation, lebih dari 79% wanita hamil mengalami ketidakteraturan
dalam tidurnya. Gangguan tidur dan sering lelah adalah salah satu
keluhan yang paling sering dilaporkan oleh ibu hamil. Rata-rata 60 %
dari ibu hamil merasakan sering lelah pada akhir trimester dan lebih dari
75 % mengeluhkan gangguan tidur.
Pada trimester III, hampir semua wanita mengalanmi gangguan
tidur. Cepar lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering
berkenmih di malam hari), terbangun di malam hari dan mengganggu
tidur yang yenyak. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa cepat
lelah pada ibu hamil dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak
karena terbangun tengah malam untuk berkemih. Wanita hamil yang
mengalami insomnia disebabkan ketidaknyamanan kibat uterus yang
membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan
janin, terutama jika janin aktif.
Asuhan kebidanan
1) Mandi air hangat
2) Minum air hangat, contohnya susu sebelum tidur
3) Lakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus sebelum tidur
b. Sering Berkemih
Mekanisme terjadinya keluhan
Sering berkemih dikeluhkan sebanyak 60% oleh ibu selama
kehamilan akibat dari meningkatnya laju Filtrasi Glomerolus. (Sandhu,
dkk., 2009) Dilaporkan 59% terjadi pada trimester pertama, 61% pada
trimester dua dan 81% pada trimester tiga. Keluhan sering berkemih
karena tertekannya kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar
dan menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi
berkemih meningkatkan. Menjelang akhir kehami- lan, pada nulipara
presentasi terendah sering ditemukan ja- yang memasuki pintu atas d
panggul, sehingga menyebab- kan dasar kandung kemih ter- dorong ke
depan nin dan ke atas, mengubah permukaan yang semula konveks
menjadi konkaf akibat tekanan.
Asuhan kebidanan
Dalam menangani keluhan ini, bidan dapat menjelaskan pada
ibu bahwa sering berkemih merupakan hal normal akibat dari perubahan
yang teriadi selama kehamilan, menganjurkan ibu mengurangi asupan
cairan 2 jam sebelum tidur agar istirahat ibu tidak akan terganggu.
c. Sesak Nafas
Peningkatan ventilasi menit yang menyertai kehamilan sering
dianggap sebagai sesak nafas. Sesak nafas merupakan salah satu
keluhan yang sering dialami oleh ibu (70%) pada kehamilan trimester
III yang dimulai pada 28-31 minggu. Sekitar 75% wanita hamil
mengalami sesak nafas saat beraktivitas pada usia kehamilan 30
minggu. Sesak nafas yang berlangsung pada saat istirahat atau aktivitas
yang ringan sering disebut sebagai sesak nafas yang normal. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas ibu hamil. Peningkatan
ventilasi menit pernafasan dan beban pernafasan yang meningkat
dikarenakan oleh rahim yang membesar sesuai dengan kehamilan
sehingga menyebabkan peningkatan kerja pernafasan.
Keluhan sesak nafas juga dapat terjadi karena adanya perubahan
pada volume paru yang terjadi akibat perubahan anatomi toraks selama
kehamilan. Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan, pembesaran
uterus akan semakin mempengaruhi keadaan diafragma ibu hamil, di
mana diafragma terdorong ke atas sekitar 4 cm disertai pergeseran ke
atas tulang iga.
Peningkatan volume darah selama kehamilan juga berperan
terhadan keluhan ibu yang mengalami sesak nafas. Berdasarkan
penelitian ditemukan bahwa volume darah pada saat mendekati usia
kehamilan yang cukup bulan dan pada saat kehamilan telah cukup bulan
rata-rata berkisar antara 4045% di atas volume darah wanita dalam
keadaan tidak hamil (Pritchard, 1965; Whittaker dkk., 1996).
Peningkatan volume darah selama kehamilan dapat terkait dengan usaha
pemenuhan kebutuhan kadar O2 ke uterus, di mana sistem vaskular
yang juga mengalami peningkatan volume organ (hipertrofi)
mengakibatkan kerja jantung untuk memompa darah menjadi lebih berat
dan secara tidak langsung akan berpengaruh pada frekuensi pernafasan
ibu hamil. Mekanisme yang paling penting adalah hiperventilasi yang
disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron.
Asuhan kebidanan
Penanganan sesak nafas pada usia kehamilan lanjut ini dapat
dilakukan secara sederhana dengan menganjurkan ibu untuk
mengurangi aktivitas yang berat dan berlebihan, di samping itu ibu
hamil perlu memperhatikan posisi pada saat duduk dan berbaring.
Disarankan agar ibu hamil mengatur posisi duduk dengan punggung
tegak, jika perlu disangga dengan bantal pada bagian punggung,
menghindari posisi tidur terlentang karena dapat mengakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan ventilasi pervusi akibat tertekannya vena
(suppin hipotenstion sindrom). Sesak nafas dapat mengakibatkan
gangguan pada saat tidur di malam hari.
2. Perubahan psikologis pada ibu hamil trimester III
Perubahan trimester ketiga dapat terjadi antara lain, gerakan bayi dan
membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan
bayinya. Kadang - kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir
sewaktu - waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan
timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa
khawatir atau takut kalau - kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.
Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan
bayinya.
Seorang ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan
timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya
aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah
dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.
Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami,
keluarga dan bidan. Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu /
penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya.
Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran
bayi. Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi
yang akan dilahirkan dan bagaimana rupanya. Mungkin juga nama bayi yang
akan dilahirkan juga sudah dipilih. Trimester ketiga adalah saat persiapan
aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga -
duga tentang jenis kelamin bayinya ( apakah laki- laki atau perempuan ) dan
akan mirip siapa. Wanita dengan kecemasan terkait kehamilan mungkin
mengalami gejala seperti nyeri otot, Palpitasi, kelelahan, sakit kepala, sakit
perut, gangguan tidur, mimpi buruk, sdan insomnia Yang dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan kualitas hidup. Kecemasan ibu telah
menjadi risiko Faktor untuk hasil perinatal yang buruk seperti kelahiran
prematur, depresi pascamelahirkan, operasi caesar, Dan hasil perkembangan
anak yang buruk. Dengan demikian, penting untuk mengukur sejauh mana
dan Isi kegelisahan dan kekhawatiran selama masa kehamilan.
Menurut Sulistyawati (2009,p. 76-77), perubahan psikologis pada
trimester III adalah :
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya
d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
e. bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya
f. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya
g. Merasa kehilangan perhatian
h. Perasaan mudah terluka (sensitif)
i. Libido menurun
Kecemasan akan berdampak negatif pada ibu hamil sejak masa
kehamilan hingga persalinan, seperti janin yang gelisah sehingga
menghambat pertumbuhannya, melemahkan kontraksi otot rahim, dan lain-
lain. Dampak tersebut dapat membahayakan ibu dan janin. Kecemasan
merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap jalannya
persalinan dan berakibat pembukaan kurang lancar. Dampak dari kecemasan
dapat menimbulkan rasa sakit pada persalinan dan berakibat timbulnya
kontraksi uterus dan dilatasi serviks yang tidak baik, sehingga menyebabkan
ibu melahirkan secara operasi sectio caesarea.
Peubahan psikologis ibu hamil periode trimester ketiga terkesan lebih
kompleks dan lebih meningkat kembali dari trimester sebelumnya. Hal ini
dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak
jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman
dan mudah terserang rasa lelah atau kehidupan emosi yang fluktuatif.
a. Rasa Tidak Nyaman
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan akan timbul kembali pada
trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Di
samping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan merasa akan terpisah
dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama
hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, dan
bidan.
b. Perubahan emosional
Perubahan emosional trimester tiga terutama pada bulan – bulan
terkahir kehamilan biasanya gembira bercampur takut karena kehamilan
telah mendekati perslinan. Rasa kekhawatirannya terlihat menjelang
melahirkan, apakah bayi lahir sehat dan tugas – tugas apa yang
dilakukan setelah kelahiran.
c. Cemas
Para wanita juga mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi
selama kehamilan, khususnya tentang perubahan pada tubuhnya.
Mereka khawatir terhadap perubahan fisik dan psikologisnya, jika
mereka multigravida atau kecemasan yang berhubungan dengan
pengalaman yang lalu. Banyak wanita hamil vang mimpinya sering kali
benar-benar seperti sesuatu yang nyata, dan hal ini sangat menggangu.
Mimpinya sering kali tentang bayinva vang bisa diartikan oleh ibu
apalagi bila tidak menyenangkan mimpi itu tidak menyenangkan.
Ansietas (Kecemasan) Ansietas menggambarkan rasa kecemasan,
khawatir, gelisah dan tidak tentram yang disertai dengan gejala fisik.
Ansietas merupakan bagian dari respon emosional terhadap penilaian
individu yang subjektif yang ke- adaannya dipengaruhi alam bawah
sadar. Menurut Reva Rubin selama periode kehamilan hampir sebagian
besar ibu hamil sering mengalami kecemasan. Yang membedakannya
adalah tingkat kecemasannya. Setiap ibu hamil memiliki tingkat cemas
yang berbeda-beda dan sangat tergantung pada sejauh mana ibu hamil
itu mempersepsikan kehamilannya. Faktor-faktor penyebab timbulnya
kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan dengan kondisi
kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman
keguguran kembali, rasa aman dan nyaman sela- ma masa kehamilan,
penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang- tua, sikap memberi
dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, support keluarga dan
support tenaga medis.
Asuhan Kebidanan
Banyak hal yang dapat berubah pada diri ibu hamil dan sulit ntuk
memprediksinya. Beberapa teori menjelaskan bahwa perubahan tersebut
disebabkan oleh adanya tekanan biologis, sosial, dan psikologis. Tekanan
biologis timbul akibat berbagai perubahan fisik, misalnya perubahan
bentuk tubuh (perut yang semakin membesar seiring usia kehamilan).
Perubahan citra tubuh ini dapat menimbulkan ketakutan pada diri ibu.
Tekanan sosial dirasakan ibu ketika kehamilan membatasinya untuk
melakukan kegiatan sosial lain, sedangkan tekanan psikologis muncul
akibat faktor hormonal dan faktor lainnya.
Pada kenyataannya, selama kehamilan, dapat terjadi interaksi yang
kompleks antara berbagai faktor. Akibatnya, setiap ibu hamil akan
menunjukkan ketakutan dan kecemasannya dengan cara yang berbeda.
Apabila ibu dapat mengatasi permasalahannya sendiri atau dengan
bantuan dan dukungan dari suami, keluarga, atau tenaga kesehatan,
kehamilan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, jika
ketakutan dan kecemasan tersebut telah melewati ambang batas, hal ini
dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, yang terburuk adalah
keguguran.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan
ibu, antara lain:
1) Melakukan persiapan untuk menghadapi kecemasan dengan
mengantisipasi berbagai permasalahan yang mungkin dihadapi,
pendidikan sesuai masalah yang dihadapi, peningkatan pengetahuan,
dan strategi pemecahan sesuai permasalahan.
2) Menurunkan tingkat kecemasan ibu dengan memberikan dukungan
psikologis, informasi, dan penyuluhan tentang masalah yang terkait
dengan perubahan fisik selama kehamilan.
3) Mengontrol kecemasan dengan membuat strategi penanggulangan
sesuai dengan masalah yang dihadapi dan melakukan pendekatan
psikologis.
4) Menjauhi sumber stres.
5) Menjauhkan persepsi atau anggapan
Disamping itu, menurut Anthoni, (1998) pedekatan atau konseling
bidan terkait permasalahan perubahan psikososial ibu hamil adalah :
1) Jalin komunikasi yang baik dengan ibu sehingga ibu merasa
diperhatikan dan terbuka dalam mengkomunikasikan permasalahan
yang sedang dialaminya.
2) Memberitahu tahu ibu tentang perubahanperubahan psikologis yang
mungkin terjadi selama kehamilan
3) Memberitahu ibu dampak masalah psikologis yang dihadapi oleh ibu
terhadap janin yang dikandungnya
4) Rencana jangka panjang menganjurkan ibu untuk menggunakan
kontrasepsi, jika terkait masalah ekonomi beritahu ibu beberapa
alternative metode kontrasepsi yang dapat digunakan oleh ibu.
5) Menganjurkan ibu untuk mencari pihak ketiga sebagai penengah
seperti keluarga atau orang tua sehingga diharapkan permasalahan
dapat terselesaikan dengan baik secara kekeluargaan
6) Menganjurkan ibu untuk komunikasikan permasalahan yang dialami
dalam rumah tangga nya dengan suami secara baik dan terbuka,
diharapkan suami dapat memahami dan memberikan dukungan
psikologis terhadap kehamilan ibu.
7) Anjurkan ibu untuk mengikutsertakan suami ketika melakukan
kunjungan antenatal sehingga bidan lebih mudah dalam
menyampaikan konseling.
8) Memberikan pendampingan psikologis dan pelayanan pengobatan
fisik korban jika diketahui ibu mengalami kekerasan fisik 9. Jika
terjadi permasalahan yang lebih berat pada ibu sampai menyebabkan
depresi berat pada ibu segera fasilitasi ibu untuk berkonsultasi dengan
psikiater, karena sudah tidak menjadi wewenang seorang bidan lagi.
3. Pola istirahat yang baik
Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya berat pada
perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan
mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk
ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan
bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk
menentukan posisi yang paling baik dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur
yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki
kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal , dan untuk mengurangi
rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri
(Saminem, 2008).
Waktu tidur pada wanita dipengaruhi oleh perubahan psikologi efek dari
hormon endokrin, temperatur tubuh, mood dan status emosi selama pubertas,
siklus menstruasi, kehamilan, dan menopause. Berdasarkan survey oleh
Hedman terhadap 325 wanita hamil didapati frekuensi tidur ibu hamil,
sebelum hamil 8,2 jam/ hari, pada trimester I 7,8 jam/ hari, trimester II 8
jam/ hari, trimester III 7,8 jam/ hari.
4. Menghitung frekuensi gerakan janin
Mulai usia kehamilan 32 minggu, Moms sebaiknya mulai
memantau gerakan janin. Sebab pada saat usia kehamilan ini janinakan terus
aktif bergerak. Gerakan ini harus dipantau karena dikhawatirkan dapat
membuat simpul-simpul tali pusat membentuk simpul mati sehingga dapat
membahayakan janin.
Ibu bisa melakukan penghitungan setiap 5-6 jam atau 3 kali sehari, yakni
di pagi, siang, dan malam hari setelah makan. Pasalnya setelah makan,
kebutuhan glukosa ibu terpenuhi sehingga otak dan janin pun menjadi lebih
aktif.
Saat mulai berhitung, usahakan agar ibu sesantai mungkin dengan posisi
berbaring ke kiri agar rahim tak menekan pembuluh darah besar yang berada
di belakang rahim. Tempelkan tangan di perut dan rasakan gerakan janin
sambil menghitungnya, kemudian catat. Cukup catat 10 gerakan janin per
hari.
a. Hitung gerakan janin setiap hari pada waktu yang sama. Pilih waktu
kompilasi janin sedang aktif, umum setelah Anda makan atau
ngemil. Pastikan janin dalam kondisi terbangun. Berjalan, menunggu /
menggoyang / mengetuk perut, atau minum sesuatu yang bisa
dibangunkan janin.
c. Setelah beberapa hari, Anda akan menemukan pola gerakan janin, yaitu
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 10 gerakan. Rata-
rata janin membutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk mencapai 10
gerakan.
d. Catat waktu dan jumlah hitungan gerakan janin Anda setiap hari.
D. Daftar Pustaka
Ariani, Nova. 2014 . Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Berdasarkan Kondisi
Ibu.
https://www.academia.edu/6873686/Bottom_of_Form_ASUHAN_KEBI
DANAN_PADA_KEHAMILAN_BERDASARKAN_KONDISI_IBU.
(diakses pada tanggal 5 Januari 2020)
Widiaputri, FA. 2018. Cara Memantau dan Menghitung Gerakan Janin Normal
atau Tidak. https://nakita.grid.id/amp/02883810/begini-cara-memantau-
dan-menghitung-gerakan-janin-normal-atau-tidak?page=2. (Diakses
pada tanggal 5 januari 2020)
Jurnalis. 2016. Cara Menghitung Gerakan Janin.
https://lifestyle.okezone.com/read/2016/11/04/481/1533089/bunda-
begini-cara-menghitung-gerakan-janin. (Diakses pada tanggal 5 Januari
2020)
Depkes. 2012. Puasa Tidak Bahaya Bagi Ibu Hamil. http://www.gizi.net/ gaya
hidup. (Diakses pada tanggal 5 Januari 2020)
Yulizawati, dkk. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Padang :
penerbit Erka
Adrian, Kevin. 2019. Aman Puasa Bagi Ibu Hamil Untuk Tetap Bugar.
https://www.alodokter.com/tips-aman-puasa-bagi-ibu-hamil-dan-tetap-
bugar. (Diakses pada tanggal 5 Januari 2020)
Irianti, Inda & Herlina, Nina. 2011. Buku ajar psikologi untuk mahasiswa
kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteron EGC.
Janiwarty, Bethsaida., dan Herri Zan Pieter. 2013. Pendidikan Psikologi untuk
Bidan. Andi Offset; Yogyakarta.
Bahiyatun. 2011. Buku ajar bidan psikologi ibu dan anak. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Irianti, Bayu, dkk. 2013. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti.Jakarta : Sagung
Seto
Sunarsih,dkk. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nurdiyan, Ayu, dkk. 2016. Implementation Of Cambridge Worry Scale As A
Psychological Assesment In Antenatal Care Routine. Artikel Prodi S1
Kebidanan FK-UNAND, Jln. Niaga No.56 Kota Padang, 25127,
Indonesia
Sukorini, M. U. 2017. Hubungan Gangguan Kenyamanan Fisik Dan Penyakit
Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Trimester III. The Indonesian Journal
of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 1–12