SEMESTER VI MODUL 20
SKENARIO 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
Disusun oleh :
Kartika Amalia
71170811030
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Kami sadar bahwa makalah yang kami kerjakan tidaklah sempurna dan masih
ada kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan penyusun makalah berikutnya di masa mendatang. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami selaku penyusun khususnya dan
umumnya pembaca dan pengguna makalah ini. Aamiin.
Kartika Amalia
71170811030
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
2.1 SKENARIO.............................................................................................................2
BAB III......................................................................................................................................11
PENUTUPAN...........................................................................................................................11
ii
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuhmanusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Istilahpeptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk
membasmi hama yang merugikan manusia.Termasuk peptisida ini adalah insektisida.
Ada 2 macam insektisuda yang palingbenyak digunakan dalam pertanian :1. Insektisida
hidrokarbon khorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon )2. Isektida fosfat organic ( IFO
=Organo Phosphatase insectisida )Paling sering digunakan adalah IFO yang
pemakaiannya terus menerus meningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang
paling banyak digunakandalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu
derivatnya adalah Tabundan Sarin. Bahan ini dapat menembusi kulit yang normal
(intact) juga dapaatdiserap diparu dan saluran makanan,namun tidak berakumulasi
dalam jaringantubuh seperti golongan IHK.Macam-macam IFO adalah malathion
( Tolly )Paraathion,diazinon,Basudin,Paraoxon dan lain-lain. IFO ada 2 macam
adalahIFO Murni dan golongan carbamate.Salah satu contoh gol.carbamate
adalahbaygon.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
diperiksa oleh Dokter Jaga. Dari hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran: koma, TD:
160/100 mmHg, Nadi: 115 x/menit, reguler. RR: 24 x/menit. Suhu tubuh: 380 C. Kulit
wajah kemerahan, pada pemeriksaan mata, terlihat Pupil mengecil, refleks cahaya tidak
dapat dinilai
Pemfis:
kesadaran: koma
TD : 160/10 mmHg
2
Nadi : 115 x/mnt, reguler
RR : 24 x/mnt
Suhu : 38 celcius
Kulit wajah kemerahan
Mata : pupil mengecil, refleks cahaya tidak dapat dinilai
2.1.3 STEP III ANALISA MASALAH
1. Penolongan pertama apa yang dapat dilakukan pada pasien yang keracunan?
2. Apa gejala yang ditemukan pada pasien yang keracunan cairan serangga pada
skenario?
4. Mengapa pupil pasien mengecil tetapi refleks cahaya tidak dapat dinilai?
3
STEP 4 ( MAPPING CONCEPT )
Jalur masuk
Karna pasien dalam keadaan gawat darurat, maka dilakukan prinsio ABC
Airway: pembebasan jalan nafas
Breathing : menilai fungsi penafasan.
Sirkulasi : apakah pasie syok atau tidak.
Karna psien menelan obat serangga maka dilakukan dekontaminasi
gastrointestinal
2. Apa gejala yang ditemukan pada pasien yang keracunan cairan serangga pada
skenario?
Kulit memerah, iritasi kulit, mengeluarkan saliva berlebih, bibir dan ujung jari
membiru, pusing, diare, nyeri otot, kejang – kejang dan sesak nafas
4. Mengapa pupil pasien mengecil tetapi refleks cahaya tidak dapat dinilai?
Pada keadaan keracunan insektisida racun tsb,akan mengganggu sistem saraf
4
yaitu akan menurunkan enzim kolinestrase. Enzim ini berfungsi untuk mengubah
asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat sbg sinaps pada saraf
Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam tubuh dan
menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat kulit merupakan
kontaminasi yang paling sering terjadi. Pekerjaan yang menimbulkan resiko
tinggi kontaminasi lewat kulit adalah:
5
oleh droplet atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan,
lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminsai pestisida.
b. Pencampuran pestisida.
6
B. Gejala klinis keracunan cairan insektisida
Efek Gejala
1. Muskarinik Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
Kejang perut
Nausea dan vomitus
Bradicardia
7
Miosis
Berkeringat
2. nikotinik Pegal-pegal, lemah
Tremor
Paralysis
Dyspnea
Tachicardia
3. sistem saraf pusat Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
Sakit kepala
Emosi tidak stabil
Bicara terbata-bata
Kelemahan umum
Convulsi
Depresi respirasi dan gangguan jantung
Koma
8
antidotum, yakni tatacara yang secara khusus ditujukan untuk membatasi
intensitas efek toksik zat beracun atau untuk menyembuhkan efek toksik yang
ditimbulkannya, sehingga bermanfaat untuk mencegah bahaya selanjutnya.
Beberapa asas umum yang mendasari terapi antidotum tersebut meliputi
sasaran, strategi dasar, cara, dan pilihan terapi antidotum. Sasaran terapi
antidotum ialah penurunan atau penghilangan intensitas efek toksik zat
beracun.
Strategi dasar terapi antidotum meliputi penghambatan absorpsi,
distribusi (translokasi), peningkatan eliminasi dan atau penaikan ambang toksik
zat beracun dalam tubuh. Kapan salah satu atau lebih strategi terapi keracunan
diterapkan, utamanya bergantung pada perkiraan rentang waktu dari saat
masuknya racun, gejala-gejala toksik timbul, sampai penderita siap menjalankan
terapi. Informasi rentang waktu di atas dapat diperoleh selama proses anamnesis
pada penderita (bila mungkin) atau orang yang membawanya. Selain informasi
rentang waktu, pilihan strategi terapi juga dipertimbangkan dari hasil
pemeriksaan klinik maupun laboratorik yang diperoleh
D. Jenis antidotum dan Mekanisme
Membentuk senyawa kompleks dengan racun : dimerkaprol, EDTA,
deferoksamin
Mempercepat detoksifikasi racun : natrium tiosulfat,dll
Berkompetisi dengan racun dalam interaksi dengan reseptor : oksigen,
nalokson
Memblokade reseptor esensial atropine
Efek antidotum melampaui efek racun : oksigen, glukagon
Mempercepat pengeliaran racun : NaCl untuk meningkatkan pengeluaran
urin pada keracunan bromide
Menghambat absorpsi racun : MgSO4
Mengaktifkan racun : natrium tiosulfat, antitoksin botulinus
Pengendap racun : natrium sulfat, kalsium laktat.
9
a. Sulfas atropin dosis tinggi
b. Nafas buatan dan oksigen. Nafas buatan tidak boleh dari mulut ke mulut.
c. Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun.
d. Bilas lambung dengan air hangat atau perangsangan muntah dengan sirup ipekak.
e. Laksativa, Magnesium sulfat 25 gram dalam satu gelas air.
f. Pemberian sulfas atropin 2 mg IM, diulang tiap 3-6 menit hingga timbul gejala
atropinisasi.
g. Dosis sulfas atropin untuk anak 0,04 mg/kgBB.
h. Kolinesterase reaktivator, hanya untuk keracunan organofosfat.
> Tindakan Umum :
a. Sekret pada jalan nafas dikeluarkan dengan suction.
b. Hindari pemakaian morfin, aminofilin, barbiturat, fenotiazin, dan obat-obatan
lain yang dapat menimbulkan depresi pernafasan.
c. Jika kejang diatasi dengan antikejang.
TUGAS KHUSUS
Faktor yang menyebabkan seseorang keracunan
Pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai penegas terjadinya keracuan
insektisida pada seseorang adalah kadar aktivitas asetilkolinesterase darah. Sehingga
dengan demikian dapat dinyatakan pula bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya keracunan juga merupakan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
aktivitas kolinesterase darah.
A. Usia, semakin bertambahnya usia seseorang maka kadar rata-rata kolinesterase
dalam darah akan semakin rendah sehingga akan mempermudah terjadinya keracunan
insektisida.
B. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Tingkat pendidikan yang lebih tinggi
diharapkan memiliki pengetahuan mengenai pestisida dan bahayanya lebih baik di
bandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah
C. Status gizi, keadaan gizi seseorang yang buruk akan berakibat menurunnya daya
tahan dan meningkatnya kepekaan terhadap infeksi. Kondisi gizi yang buruk, protein
10
yang ada tubuh sangat terbatas sehingga pembentukan enzim kolinesterase akan
terganggu. Dikatakan bahwa orang yang memiliki tingkat gizi baik cenderung miliki
kadar ratarata kolinesterase lebih besar
D. Jenis Kelamin, kadar kolin bebas dalam plasma darah laki-laki normal rata-rata 4,4
μg/ml. Jenis kelamin sangat mempengaruhi aktivitas enzim kolinesterase, jenis kelamin
laki-laki lebih rendah dibandingkan jenis kelamin perempuan karena pada perempuan
lebih banyak kandungan enzim kolinesterase
11
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 , DepKes RI, DitJen
Pengawasan Obat Dan Makanan, Jakarta, Indonesia.
Flanagan R.J.,Braithwaite R.A., Brown S.S., Widdop B., de Wolff F.A., 1995, Basic
Analytical Toxicology, WHO, Geneve, alih bahasa oleh Noegrohati S., Pusat
Informasi Obat Dan Makanan, BPOM, Jakarta
Goldfrank L.R., Flomenbaum N.E., Lewin N.A., Weisman R.S., Howland M.A.,
1990, Goldfrank‘s, Toxicologic Emergencies, 4th ed., Prentice-Hall International
Inc., USA.
Olson K.R., Becker C.e., Benowitz N.L., Buchanan J.F., Mycroft F. J., Osterloh J.,
Woo O.F., (editors), 1990, Poisoning & Drug Overdose, 1st ed., Appleton & Lange,
Norwalk.
13
Lembar Penilaian Makalah
NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai
1 Ada Makalah 60
2 Kesesuaian dengan LO 0 – 10
3 Tata Cara Penulisan 0 – 10
4 Pembahasan Materi 0 – 10
5 Cover dan Penjilidan 0 – 10
TOT AL
Tutor
( )