Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEMESTER VI MODUL 20
SKENARIO 2

FAKULTAS KEDOKTERAN

Disusun oleh :
Kartika Amalia
71170811030

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam marilah kita
senantiasa kita junjungkan kehadirat Nabi Muhammad SAW.

Kami sadar bahwa makalah yang kami kerjakan tidaklah sempurna dan masih
ada kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan penyusun makalah berikutnya di masa mendatang. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami selaku penyusun khususnya dan
umumnya pembaca dan pengguna makalah ini. Aamiin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 11 April 2020

Kartika Amalia
71170811030

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I...........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

1.1 Latar belakang..................................................................................................................1

BAB II.........................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.........................................................................................................................2

2.1 SKENARIO.............................................................................................................2

2.1 SEVEN JUMP HASIL DISKUSI..........................................................................2

2.1.1 STEP I TERMINOLOGI...............................................................................2

2.1.2 STEP II IDENTIFIKASI MASALAH..........................................................3

2.1.3 STEP III ANALISA MASALAH...................................................................3

2.1.4 STEP IV SKEMA...........................................................................................5

2.1.5 STEP V LEARNING OBJECTIVE.............................................................5

2.1.6 STEP VI BELAJAR MANDIRI....................................................................5

2.1.7 STEP VII.........................................................................................................5

BAB III......................................................................................................................................11

PENUTUPAN...........................................................................................................................11

ii
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................11

3.2 Saran......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuhmanusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Istilahpeptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk
membasmi hama yang merugikan manusia.Termasuk peptisida ini adalah insektisida.
Ada 2 macam insektisuda yang palingbenyak digunakan dalam pertanian :1. Insektisida
hidrokarbon khorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon )2. Isektida fosfat organic ( IFO
=Organo Phosphatase insectisida )Paling sering digunakan adalah IFO yang
pemakaiannya terus menerus meningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang
paling banyak digunakandalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu
derivatnya adalah Tabundan Sarin. Bahan ini dapat menembusi kulit yang normal
(intact) juga dapaatdiserap diparu dan saluran makanan,namun tidak berakumulasi
dalam jaringantubuh seperti golongan IHK.Macam-macam IFO adalah malathion
( Tolly )Paraathion,diazinon,Basudin,Paraoxon dan lain-lain. IFO ada 2 macam
adalahIFO Murni dan golongan carbamate.Salah satu contoh gol.carbamate
adalahbaygon.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

Seorang perempuan 30 tahun, belum kawin, ditemukan keluarga dalan kondisi


tidak sadar di tempat tidur dalam kamarnya. Di lantai dekat tempat tidur ditemukan
botol racun serangga cair yang berisi d-aletrin 0,3%.
Keluarga membawa perempuan itu ke Rumah Sakit. Setibanya di UGD, pasien

diperiksa oleh Dokter Jaga. Dari hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran: koma, TD:

160/100 mmHg, Nadi: 115 x/menit, reguler. RR: 24 x/menit. Suhu tubuh: 380 C. Kulit

wajah kemerahan, pada pemeriksaan mata, terlihat Pupil mengecil, refleks cahaya tidak

dapat dinilai

2.1 SEVEN JUMP HASIL DISKUSI

2.1.1 STEP I TERMINOLOGI


d-aletrin 0,3% : senyawa insektisida yang merupaka golongan dari pyretroid

Koma : kondisi pasien dalam keadaan tidak sadar sepenuhnya atau


diperoleh total jumlah GCS adalah 3

2.1.2 STEP II IDENTIFIKASI MASALAH

 Perempuan (30th) ditemukan tidak sadar, kemudian ditemukan botol racun


serangga cair yang berisi d-aletrin 0,3% di lantai.

 Pemfis:

 kesadaran: koma
 TD : 160/10 mmHg

2
 Nadi : 115 x/mnt, reguler
 RR : 24 x/mnt
 Suhu : 38 celcius
 Kulit wajah kemerahan
 Mata : pupil mengecil, refleks cahaya tidak dapat dinilai
2.1.3 STEP III ANALISA MASALAH

1. Penolongan pertama apa yang dapat dilakukan pada pasien yang keracunan?

2. Apa gejala yang ditemukan pada pasien yang keracunan cairan serangga pada
skenario?

3. Apa yang menyebabkan kulit wajah pasien kemerahan

4. Mengapa pupil pasien mengecil tetapi refleks cahaya tidak dapat dinilai?

5. Kenapa terjadi peningkatan TD?

6. Tindakan triase apa yang diberikan pada pasien ?

2.1.4 STEP IV SKEMA

3
STEP 4 ( MAPPING CONCEPT )

Klasifikasi Bahan makanan,insektisida, fungisida


dan herbisida

Manifestasi klinis Kulit merah, iritasi kulit,


mual dan muntah

Intoksikasi Patofisiologi Asetilkolin yang berlebihan

Penatalaksanaan Memuntahkan racun

Jalur masuk

2.1.5 STEP V LEARNING OBJECTIVE


1. Penolongan pertama apa yang dapat dilakukan pada pasien yang keracunan?

 Karna pasien dalam keadaan gawat darurat, maka dilakukan prinsio ABC
 Airway: pembebasan jalan nafas
 Breathing : menilai fungsi penafasan.
 Sirkulasi : apakah pasie syok atau tidak.
 Karna psien menelan obat serangga maka dilakukan dekontaminasi
gastrointestinal
2. Apa gejala yang ditemukan pada pasien yang keracunan cairan serangga pada
skenario?
Kulit memerah, iritasi kulit, mengeluarkan saliva berlebih, bibir dan ujung jari
membiru, pusing, diare, nyeri otot, kejang – kejang dan sesak nafas

3. Apa yang menyebabkan kulit wajah pasien kemerahan?


Karna suhu tubuh yang cukup tinggi.

4. Mengapa pupil pasien mengecil tetapi refleks cahaya tidak dapat dinilai?
Pada keadaan keracunan insektisida racun tsb,akan mengganggu sistem saraf

4
yaitu akan menurunkan enzim kolinestrase. Enzim ini berfungsi untuk mengubah
asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat sbg sinaps pada saraf

5. Kenapa terjadi peningkatan TD?


- Jadi, insketisida bekerja sbg kolinestrase inhibitor, yang berfungsi sbg
metabolisme asetilkolin. Berperan sbg neurotransmitter pada ganglion simpatis
maupun parasimpatis. Kalau di inhibisi menyebabkan asetilkolin tertimbun
sehingga tjd stimulasi terus menerus pada ganglion simpatis/parasimpatis. jika
terjadi peningkatan terus menerus pada simpatis maka meningkatkan rangsanggan
simpatis dan juga begitu pada parasimpatis.

- Pada skenario terjadi peningkatan rangsangan simpatis sehingga pasien


mimmengalami midriasis

6. Tindakan triase apa yang diberikan pada pasien ?


Triase merah, karna jika tidak ditangani kurang dari satu jam,maka akan terjadi
kematian (triase hitam)

2.1.6 STEP VI BELAJAR MANDIRI


2.1.7 STEP VII
LO
Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan :

A. Patogenesis keracunan cairan insektisida


Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai rute, yaitu:

1. Penetrasi lewat kulit

Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam tubuh dan
menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat kulit merupakan
kontaminasi yang paling sering terjadi. Pekerjaan yang menimbulkan resiko
tinggi kontaminasi lewat kulit adalah:

a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung

5
oleh droplet atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan,
lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminsai pestisida.

b. Pencampuran pestisida.

c. Mencuci alat aplikasi

2. Terhisap melalui saluran pernapasan.

Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung merupakan


terbanyak kedua setelah kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat halus
(kurang dari 10 mikron) dapat masuk ke paru-paru, sedangkan partikel yang
lebih besar (lebih dari 50 mikron) akan menempel di selaput lendir atau
kerongkongan.

3. Masuk melalui saluran pencernaan.

Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan


dengan kontaminasi lewat kulit. Keracunan lewat mulut dapat terjadi karena :

a. Makan dan minum saat berkerja dengan pestisida.

b. Pestisida terbawa angin masuk ke mulut.

c. Makanan terkontaminasi pestisida

6
B. Gejala klinis keracunan cairan insektisida

Efek Gejala

1. Muskarinik  Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)

 Kejang perut

 Nausea dan vomitus

 Bradicardia

7
 Miosis

 Berkeringat

2. nikotinik  Pegal-pegal, lemah

 Tremor

 Paralysis

 Dyspnea

 Tachicardia

3. sistem saraf pusat  Bingung, gelisah, insomnia, neurosis

 Sakit kepala

 Emosi tidak stabil

 Bicara terbata-bata

 Kelemahan umum

 Convulsi

 Depresi respirasi dan gangguan jantung

 Koma

C. Penatalaksaan tindakan umum dan tindakan khusus pada keracunan


cairan Insketisida
 Penatalaksanaan secara khusus ditujukan untuk membatasi intensitas efek
toksik zat beracun atau untuk menyembuhkan efek toksik yang
ditimbulkannya, sehingga bermanfaat untuk mencegah bahaya selanjutnya.
 Penatalaksanaan terapi keracunan pada umumnya disebut terapi

8
antidotum, yakni tatacara yang secara khusus ditujukan untuk membatasi
intensitas efek toksik zat beracun atau untuk menyembuhkan efek toksik yang
ditimbulkannya, sehingga bermanfaat untuk mencegah bahaya selanjutnya.
Beberapa asas umum yang mendasari terapi antidotum tersebut meliputi
sasaran, strategi dasar, cara, dan pilihan terapi antidotum. Sasaran terapi
antidotum ialah penurunan atau penghilangan intensitas efek toksik zat
beracun.
Strategi dasar terapi antidotum meliputi penghambatan absorpsi,
distribusi (translokasi), peningkatan eliminasi dan atau penaikan ambang toksik
zat beracun dalam tubuh. Kapan salah satu atau lebih strategi terapi keracunan
diterapkan, utamanya bergantung pada perkiraan rentang waktu dari saat
masuknya racun, gejala-gejala toksik timbul, sampai penderita siap menjalankan
terapi. Informasi rentang waktu di atas dapat diperoleh selama proses anamnesis
pada penderita (bila mungkin) atau orang yang membawanya. Selain informasi
rentang waktu, pilihan strategi terapi juga dipertimbangkan dari hasil
pemeriksaan klinik maupun laboratorik yang diperoleh
D. Jenis antidotum dan Mekanisme
 Membentuk senyawa kompleks dengan racun : dimerkaprol, EDTA,
deferoksamin
 Mempercepat detoksifikasi racun : natrium tiosulfat,dll
 Berkompetisi dengan racun dalam interaksi dengan reseptor : oksigen,
nalokson
 Memblokade reseptor esensial atropine
 Efek antidotum melampaui efek racun : oksigen, glukagon
 Mempercepat pengeliaran racun : NaCl untuk meningkatkan pengeluaran
urin pada keracunan bromide
 Menghambat absorpsi racun : MgSO4
 Mengaktifkan racun : natrium tiosulfat, antitoksin botulinus
 Pengendap racun : natrium sulfat, kalsium laktat.

E. Penatalaksanaan awal pada semua jenis keracunan akut

 Cara Pengobatan Akut :


> Tindakan Darurat :

9
a. Sulfas atropin dosis tinggi
b. Nafas buatan dan oksigen. Nafas buatan tidak boleh dari mulut ke mulut.
c. Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun.
d. Bilas lambung dengan air hangat atau perangsangan muntah dengan sirup ipekak.
e. Laksativa, Magnesium sulfat 25 gram dalam satu gelas air.
f. Pemberian sulfas atropin 2 mg IM, diulang tiap 3-6 menit hingga timbul gejala
atropinisasi.
g. Dosis sulfas atropin untuk anak 0,04 mg/kgBB.
h. Kolinesterase reaktivator, hanya untuk keracunan organofosfat.
> Tindakan Umum :
a. Sekret pada jalan nafas dikeluarkan dengan suction.
b. Hindari pemakaian morfin, aminofilin, barbiturat, fenotiazin, dan obat-obatan
lain yang dapat menimbulkan depresi pernafasan.
c. Jika kejang diatasi dengan antikejang.

TUGAS KHUSUS
Faktor yang menyebabkan seseorang keracunan
Pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai penegas terjadinya keracuan
insektisida pada seseorang adalah kadar aktivitas asetilkolinesterase darah. Sehingga
dengan demikian dapat dinyatakan pula bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya keracunan juga merupakan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
aktivitas kolinesterase darah.
A. Usia, semakin bertambahnya usia seseorang maka kadar rata-rata kolinesterase
dalam darah akan semakin rendah sehingga akan mempermudah terjadinya keracunan
insektisida.
B. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Tingkat pendidikan yang lebih tinggi
diharapkan memiliki pengetahuan mengenai pestisida dan bahayanya lebih baik di
bandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah
C. Status gizi, keadaan gizi seseorang yang buruk akan berakibat menurunnya daya
tahan dan meningkatnya kepekaan terhadap infeksi. Kondisi gizi yang buruk, protein

10
yang ada tubuh sangat terbatas sehingga pembentukan enzim kolinesterase akan
terganggu. Dikatakan bahwa orang yang memiliki tingkat gizi baik cenderung miliki
kadar ratarata kolinesterase lebih besar
D. Jenis Kelamin, kadar kolin bebas dalam plasma darah laki-laki normal rata-rata 4,4
μg/ml. Jenis kelamin sangat mempengaruhi aktivitas enzim kolinesterase, jenis kelamin
laki-laki lebih rendah dibandingkan jenis kelamin perempuan karena pada perempuan
lebih banyak kandungan enzim kolinesterase

11
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Penatalaksanaan terapi keracunan pestisida di rumah sakit A dilihat dari kesembuhan


pasien dikatakan sudah memadai. Keseluruhan pasien dinyatakan sembuh (100%) dan sudah
boleh pulang sebanyak 24 orang atau 70,59%, pulang atas permintaan sendiri sebanyak 9 orang
atau 26,47%, dan melarikan diri ada 1 orang atau 2,94%. Penatalaksanaan terapi keracunan
pestisida di rumah sakit A apabila dilihat dari penatalaksanaan awal, data laboratorium, dan
terapi antidotnya masih perlu ditingkatkan lagi.

3.2 Saran

Bagi Badan Penyuluh Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Ngablak a. Memberikan


penyuluhan tentang pola makan yang sehat dan bergizi agar dapat terhindari dari anemia. b.
Perlu adanya pemberian tablet penambah darah (tablet besi) agar kejadian anemia dapat
diminimalisir. Melakukan pemeriksaan kadar kolinesterase dan hemoglobin arah secara
periodik dan memberikan pengobatan sesuai dengan hasilnya. Bagi Masyarakat Sebaiknya
masyarakat mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah yaitu
makanan yang mengandung protein hewani, vitamin C, Zinc, asam folat, vitamin B12 dan zat
besi

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 , DepKes RI, DitJen
Pengawasan Obat Dan Makanan, Jakarta, Indonesia.

Donatus I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan


Toksikologi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta, 193 - 196.

Flanagan R.J.,Braithwaite R.A., Brown S.S., Widdop B., de Wolff F.A., 1995, Basic
Analytical Toxicology, WHO, Geneve, alih bahasa oleh Noegrohati S., Pusat
Informasi Obat Dan Makanan, BPOM, Jakarta

Goldfrank L.R., Flomenbaum N.E., Lewin N.A., Weisman R.S., Howland M.A.,
1990, Goldfrank‘s, Toxicologic Emergencies, 4th ed., Prentice-Hall International
Inc., USA.

Gooddenberger D., 1995, Keracunan/Takar lajak Obat-obatan dalam Pedoman


Pengobatan , Woodley M. dan Whelan A. Ed., Yayasan Essentia Medica dan Andi
Offset, Yogyakarta, 753 – 754.

Olson K.R., Becker C.e., Benowitz N.L., Buchanan J.F., Mycroft F. J., Osterloh J.,
Woo O.F., (editors), 1990, Poisoning & Drug Overdose, 1st ed., Appleton & Lange,
Norwalk.

13
Lembar Penilaian Makalah

       
NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai
1 Ada Makalah 60  
2 Kesesuaian dengan LO 0 – 10  
3 Tata Cara Penulisan 0 – 10  
4 Pembahasan Materi 0 – 10  
5 Cover dan Penjilidan 0 – 10  
TOT AL  

NB : LO = Learning Objective Medan,


Dinilai Oleh :

Tutor

( )

Anda mungkin juga menyukai