Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEMESTER VI MODUL - 21

KEDOKTERAN KEHAKIMAN
(SKENARIO – 3)

Oleh

WAHYU GUSTI PRADHA

71170811018

SGD – 7

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Semester VI
Modul – 21 (KEDOKTERAN KEHAKIMAN) SKENARIO – 3 ini dengan
baik. Dalam menyelesaikan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
keterbatasan yang saya miliki, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangatlah saya harapkan demi dan untuk pengembangan makalah
ini kedepan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa yang
membacanya dan sekaligus dapat menambah ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 16 Mei 2020

Wahyu Gusti Pradha


DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Bab I Pendahuluan............................................................................................
1. Latar Belakang..................................................................................
2. Rumusan Masalah.............................................................................
3. Tujuan..............................................................................................
Bab II Pembahasan..................................................................................…….
1. Skenario............................................................................................
2. Seven Jump Hasil Diskusi................................................................
Seven Jump Hasil Diskusi (Step I)................................................
Seven Jump Hasil Diskusi (Step II)..............................................
Seven Jump Hasil Diskusi (Step III).............................................
Seven Jump Hasil Diskusi (Step IV).............................................
Seven Jump Hasil Diskusi (Step V)..............................................
Seven Jump Hasil Diskusi (Step VI).............................................
Seven Jump Hasil Diskusi (Step VII)............................................
Bab III Penutup.................................................................................................
1. Kesimpulan.......................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak
dahulu dan terjadi dimana saja. Pembunuhan anak sendiri adalah suatu
bentuk kejahatan terhadap nyawa dimana kejahatan ini bersifat unik.
Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan haruslah ibu
kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan
tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia telah
melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut adalah hasil hubungan
gelap. Selain itu, keunikan lainnya adalah saat dilakukannya tindakan
menghilangkan nyawa anaknya, yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian. Patokannya dapat dilihat apakah sudah atau belum ada tanda-
tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat, atau diberikan pakaian.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu infanticide dan pembunuhan anak biasa dalam aspek


medicolegal?
2. Bagaimana menentukan bayi viable / non-viable?
3. Apa saja tanda – tanda mayat bayi sudah dirawat?

3. TUJUAN

1. Mengetahui infanticide dan pembunuhan anak biasa dalam aspek


medicolegal.
2. Mampu menentukan bayi viable / non-viable.
3. Mengetahui tanda – tanda mayat bayi sudah dirawat.
BAB II
PEMBAHASAN

1. SKENARIO – 3

MAYAT OROK/BAYI

Seorang petugas kebersihan menemukan orok/bayi di dalam kotak mie


instan di tempat pembuangan sampah sementara (TPSS), yang kemudian
segera melaporkannya ke petugas kepolisian.
Polisi setelah melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) langsung
membawa mayat orok/bayi tersebut ke RSBM untuk dilakukan autopsi. Pada
orok/bayi masih dijumpai tali pusat yang sudah terpotong dan terklem,
panjang badan orok/bayi 45 cm, berat badan 3200 gram, dijumpai warna
kemerahan pada hampir seluruh permukaan puncak kepala bagian belakang,
dijumpai ossifikasi centre pada os. Talus dan os. Kuboid.
Untuk lebih jelas lagi apakah orok/bayi viable atau nonviable maka
dokter yang bertugas melakukan “Tes uji apung paru”, walaupun orok/bayi
sudah mengalami proses pembusukan.
2. HASIL DISKUSI

STEP I (TERMINOLOGI)

1. Ossifikasi centre :
- Salah satu proses pembentukan tulang baru oleh sel yang disebut
osteoblast
2. Viable dan non-viable :
- Viable adalah bayi dapat mempertahankan hidupnya sendiri / dapat
hidup setelah dilahirkan
- Non-viable adalah bayi tidak dapat mempertahankan hidupnya
sendiri / tidak dapat hidup setelah dilahirkan
3. Tes uji apung paru :
- Prosedur otopsi yang digunakan dalam menentukan apakah paru-paru
telah mengalami respirasi atau tidak
4. Otopsi :
- Pemeriksaan pasca kematian sesosok mayat untuk menentukan sebab
kematian atau sifat-sifat perubahan patologis
5. Os. Talus :
- Penghubung antara kedua tulang pada tungkai kaki atau tulang kering
dan tulang fibula
6. Os. Kuboid :
- Tulang pangkal kaki yang berbentuk kubus

STEP II (IDENTIFIKASI MASALAH)

 Ditemukan orok/bayi di dalam kotak mie instan


 Dilakukan otopsi pada bayi dijumpai tali pusat yang sudah terpotong dan
terklem dan kemerahan pada hampir seluruh permukaan puncak kepala
bagian belakang dijumpai ossifikasi centre pada os. Talus dan os. Kuboid
 Dokter melakukan tes uji apung paru

STEP III (ANALISA MASALAH)

1. Mengapa pada bayi tersebut dijumpai warna kemerahan hampir seluruh


puncak kepala?
Jawab :
- Karena gagal fungsi jantung memompa darah ke seluruh tubuh,
akibatnya darah merembes keluar dari pembuluh darah akibat adanya
gaya gravitasi dan posisi terlentang dari mayat bayi makan darah akan
menumpuk dan akan muncul tanda kemerahan (tanda lebam / livor
mortis).
2. Apa aspek hokum yang berkaitan pada scenario?
Jawab :
- Pasal 181 KUHP tentang melahirkan anak lalu anak itu dibuang
- Pasal 308 KUHP tentang menelantarkan anak sampai mati

3. Dari pemeriksaan otopsi, bagian tubuh manakah yang perlu diperiksa


pada bayi tersebut?
Jawab :
- Bagian kepala karena ditemukan kemerahan pada hampir seluruh
puncak kepala bayi.

4. Mengapa pada scenario harus dilakukan pemeriksaan viable atau non-


viable sementara pada scenario itu bayinya sudah meninggal? Dan untuk
apa dilakukan pemeriksaan uji apung paru?
Jawab :
- Uji apung paru : kalau paru mengapung artinya dia pernah hidup
(pernah bernapas diluar kandungan), kalau dia tenggelam artinya dia
tidak pernah hidup / bernapas diluar kandungan.
- Viable atau non-viable : untuk mengetahui bayi ini meninggal karena
dibunuh atau karena tidak bisa bertahan hidup.

STEP IV (SKEMA)
STEP V (LEARNING OBJECTIVES)

Mahasiswa/I mampu memahami dan menjelaskan :


4. Infanticide dan pembunuhan anak biasa dalam aspek medicolegal
5. Penyebab – penyebab kematian pada bayi
6. Menentukan bayi viable / non-viable
7. Pemeriksaan untuk mengetahui umur bayi yang ditemukan
8. Tanda – tanda bayi tersebut sudah dirawat

STEP VI (BELAJAR MANDIRI

STEP VII (HASIL BELAJAR MANDIRI)

Infanticide dan pembunuhan anak biasa dalam aspek medicolegal

Infanticide adalah suatu tindak pidana pembunuhan anak dengan


ketentuan:
1. Si pelaku harus ibu kandung anak tersebut
2. Alasan psikologis (perbuatan yang tercela takut diketahui orang lain)
3. Anak tersebut dibunuh sesaat setelah dilahirkan (belum di rawat /
disusukan).

Dasar – dasar hukum Infanticide

KUHP pasal 341


Seorang ibu yang karena takut diketahui bahwa ia telah melahirkan anak,
pada waktu itu dilahirkan atau tidak berapa lama kemudian, dengan sengaja
menghilangkan nyawa anak itu, karena bersalah melakukan pembunuhan
anak, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 7 tahun.

KUHP pasal 342


Seorang ibu yang untuk menjalankan keputusan yang diambilnya, karena
takut diketahui bahwa tidak lama lagi ia akan melahirkan anak, pada waktu
anak itu dilahirkan atau tidak berapa lama kemudian dengan sengaja
menghilangkan nyawa anak itu, karena bersalah melakukan pembunuhan
anak berencana, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun.

KUHP pasal 343


Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 341 dan 342, diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan
berencana.
Pengguguran Kandungan
Pengguguran kandungan diatur dalam KUHP oleh pasal-pasal 346, 347,
348, dan 349. Ada tiga unsur atau faktir pada kasus pengguguran kandungan,
yaitu :
- Janin,
- Ibu yang mengandung dan
- Orang ketiga yaitu yang terlibat dalam pengguguran tersebut.

Pengguguran Kandungan dengan Izin Perempuan yang Mengandungnya


Hal ini diatur oleh Pasal 348 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :
1. Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan
seorang perempuan dengan izin perempuan itu, dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu berakibat perempuan itu mati, ia dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun.

Penyebab – penyebab Kematian pada Bayi Akibat Pembunuhan

Asfiksia
Tanda dari pemeriksaan luar :
- Peteki konjungtiva palpebra
- Sianosis mukosa bibir
- Sianosis kuku jari tangan dan jari kaki
- Lebam mayat luas (wajah, leher, tubuh belakang tungkai)
Tanda dari pemeriksaan dalam :
- Peteki epicardium jantung
- Peteki paru
- Perdarahan belakang rawan krikoid
- Busa halus saluran pernapasan

Pembekapan
Tanda luka pembekapan :
- Luka memar dan lecet di pipi
- Luka memar antara hidung dan bibir
- Luka memar mukosa bibir
- Luka memar lidah
Kekerasan Tumpul
Tanda luka kekerasan tumpul :
Memar luka lecet di,
- Kepala
- Mata
- Dada
- Perut
- Pinggang
- Lengan bawah
- Telapak tangan
- Paha
- Lutut
- Tungkai bawah
- Pergelangan kaki

Kekerasan Tajam
Kematian pada bayi baru lahir yang dilakukan dengan melukai bayi
dengan senjata tajam seperti gunting atau pisau dan menyebabkan luka yang
fatal hingga menembus organ dalam seperti hati, jantung dan otak.

Penenggelaman (drowning)
Ini dilakukan dengan membuang bayi ke dalam penampungan berisi air,
sungai bahakan toilet.

Penjeratan (strangulasi)
Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak yang cukup sering
ditemui. Sering ditemukan tanda-tanda bekas jeratan akan ditemukan di
daerah leher disertai dengan memar dan resapan darah. Kadang juga
ditemukan penjeratan dengan menggunakan tali pusat sehingga terlihat
bahwa bayi mati secara alami.

Keracunan
Jarang dilakukan, tetapi pernah terjadi dimana ditemukan sisa opium pada
puting susu ibu, yang kemudian menyusui bayinya dan menyebabkan bayi
tersebut mati.
Menentukan Bayi Viable / Non-viable

Viable
Viable adalah keadaan bayi atau janin yang dapat hidup diluar kandungan
lepas dari ibunya tanpa bantuan alat yang canggih. Bayi dikatakan viable
dengan melihat tanda-tanda yang dapat diukur dan tidak dapat diukur.
Tanda dapat diukur, antara lain yaitu :
- Umur kehamilan > 28 minggu
- Panjang badan kepala – bokong 30 – 33 cm
- BB sekitar 2500 – 3000 gr,
- Lingkar kepala sudah mencapai 33 cm.
Tanda yang tidak dapat diukur :
- Jenis kelamin sudah dapat dikenali
- Bulu badan, alis dan bulu mata sudah tumbuh
- Kuku sudah melewati ujung jari (dapat diketahui dengan menggesek
ujung kuku pada kulit pemeriksa)
- Inti penulangan sudah terbentuk minimal pada tulang kalkaneus atau
kalus (menandakan usia kehamilan kurang lebih 7 bulan) dan
pertumbuhan gigi sudah sampai tahap kalsifikasi.

Non-viable
Non-viable adalah keadaan bayi atau janin yang tidak dapat hidup diluar
kandungan lepas dari ibunya tanpa bantuan alat yang canggih.
Bila bayi belum matur atau matur namun terdapat cacat genetik berat,
maka bayi tersebut dinyatakan tidak viable.

Pemeriksaan untuk mengetahu umur bayi yang ditemukan

Panjang Telapak Kaki


Sebuah penelitian di Mesir, oleh Manjunatha 2011, menimpulkan bahwa
Panjang telapak (diukur dari tumit ke jari terbanjang) kaki dapat digunakan
untuk memperkirakan usia bayi dengan rumus :
Usia = 4,11 x Panjang telapak kaki + 5,6
Panjang telapak kaki dapat digunakan dalam memperkirankan usia bayi
pada sejak awal usia kehamilan, pada kondisi bayi yang mengalami maserasi
dan pembusukan atau bayi yang mengalami kelainan kongenital (misalnya :
anencephaly).

Panjang Kepala-Tungging (CRL)


Menurut NICE Antenatal Guidelines, pengukuran ini sebaiknya digunakan
untuk memperkirakan usia bayi 6-13 minggu, dengan rumus pengukuran
yang direkomendasikan adalah :
Usia = 8,052 x (CRL x 1,037) ½ + 23,73
Lingkar Kepala
Pengukuran ini disarankan untuk memperkirakan usia bayi 13-25
minggu. Rumus yang direkomendasikan :
Loge(GA) = 0,010611HC – 0,000030321HC2 + 0,43498 x 10-7 HC3 +
1,848

Radiologis dan Ultrasonografi


Pemeriksaan radiologis bermanfaat digunakan terutam pada bayi dengan
perkiraan usia <20 minggu.
Pada kasus kematian bayi, postmortem computed tomography (PMCT)
berkembang menjadi sarana yang sangat berguna dalam membantu
menginterprestasikan hasil otopsi terutama pada kasus kematian bayi yang
sudah mengalami proses pembusukan lanjut.

Uji Apung Paru


Test Hydrostatik atau test apung paru digunakan untuk menentukan
apakah bayi pernah bernapas atau tidak.
Pemeriksaan ini berdasarkan fakta bahwa berat jenis paru-paru yang
belum bernapas berkisar antara 1,040-1,056, sedangkan paru-paru yang
sudah bernapas 0,940 akibat udara pernapasan telah memasuki alveoli.
Oleh karena itu paru-paru yang belum bernapas akan tenggelam
sedangkan yang sudah bernapas akan mengapung.

Tanda Bayi Sudah di Rawat

Bayi yang belum di rawat menunjukkan belum adanya rasa kasih sayang
dari ibu terhadap anaknya. Hal ini penting dalam kasus pembunuhan anak
sendiri terkait dengan keadaan psikis atau kejiwaan ibu, seperti tercantum
dalam KUHP padal 341 dan 342.

Tanda Bayi Belum Mendapat Perawatan


- Tubuhnya masih berlumuran darah
- Vernix caseosa (lemak bayi) masih melekat pada tubuh seperti dahi,
belakang telinga, lipat leher, lipat ketiak, lipat paha, dan bokong
- Tali pusat masih tersambung antara perut dan plasenta, apabila terpotong,
ujungnya menunjukkan tepi potongan tidak teratur saat diapungkan di
dalam air
- Bayi belum diberi pakaian
Tanda Bayi Sudah Mendapat Perawatan
- Pemotongan tali pusat dengan alat
- Vernix caseosa pada leher, lipat ketiak, lipat paha sudh dibersihkan
- Adanya makanan atau susu dalam lambung
- Adanya pakaian yang dikenakan oleh bayi
BAB III
PENUTUPAN

1. KESIMPULAN

Pembunuhan anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang


dilakukan oleh seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak
lama kemudian karena takut ketahuan telah melahirkan anak. Berdasarkan
undang-undang, terdapat tiga faktor penting mengenai pembunuhan anak
sendiri, yaitu faktor ibu, waktu, dan psikis.
Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang
diduga kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan
mengenai anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati, adanya tanda-tanda
perawatan, luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian, anak
tersebut dilahirkan cukup bulan dalam kandungan, dan adanya kelainan bawaan
yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

• http://badiklat.kejaksaan.go.id/e-
akademik/uploads/modul/0648298f903bfdfed2e0677366080bf5.pdf
• https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/830dae5fea167ce
692006c14e197f5b1.pdf
• https://www.academia.edu/31318241/infanticide

Anda mungkin juga menyukai