Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEMINAR KE SD AN

“MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYLE DALAM PEMBELAJARAN IPA

SISWA KELA IV SEKOLAH DASAR”

DISUSUN OLEH :

NAMA : TIA ANGGRAINI

NPM : 5017204

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2020
HALAMAN PENGESAHAN

“MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYLE DALAM PEMBELAJARAN IPA

SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”

MAKALAH SEMINAR KE SD AN

Oleh

Tia Anggraini

5017204

DISAHKAN OLEH :

Lubuklinggau, 2020

Mengetahui
Kepala Prodi PGSD Dosen Pembimbing

Tio Gusti Satria,M.Pd R. Angga Bagus K,M.Pd


NIDN. 0212089301 NIDN. 0220129101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah Segala puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah seminar ke sd an tentang
“MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYLE DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA
SEKOLAH DASAR” dan shalawat serta salam penulis persembahkan Kepada Rasulullah SAW
sebagai suri teladan bagi umatnya .
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dari dosen pembimbing saya yaitu Bapak
R. Angga Bagus K, M.Pd dan dorongan serta doa dari berbagai pihak, Tugas Makalah ini tidak
akan selesai dengan sebaik ini. Sehingga saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang sudah membantu saya dalam membuat Tugas Makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kepada
pembaca serta mendapat ridho dari Allah SWT. Dan juga saya mengharapkan yang terbaik dalam
pembuatan makalah ini untuk dimanfaatkan dikemudian harinya.
Dalam Tugas Makalah ini saya mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekeliruan karena
saya disini tak lepas dari kesalahan, oleh karena itu saya mengaharapkan kritik dan saran dari semua
pihak agar saya bisa menyadari kesalahan saya dan bisa memperbaiki kesalahan yang saya buat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Lubuklinggau, Mei 2020

Penulis
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan jantung peradaban bangsa. Dalam rangka membangun
sebuah peradaban bangsa suatu bangsa diperlukan manusia yang memiliki kemampuan dan
berkarakter. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendidikan di Indonesia yang memiliki
tujuan untuk membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya, sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003,
Bab I, Pasal 1, yang menyatakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Paradigma pendidikan yang dikembangkan saat ini dalam kurikulum 2013 adalah
paradigma konstruktivis. Pandangan konstruktivis menekankan pada keaktifan siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru
berperan sebagai fasilitator dan motivator. Guru diharapkan mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tidak merasa dipaksa untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. Karena itu hendaknya dalam pembelajaran seorang
guru dituntut menguasai berbagai metode pembelajaran dan mengaplikasikannya di dalam
kelas. Seorang guru harus selalu mengacu pada paradigma baru dalam merancang suatu
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Pemilihan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA harus mengacu
pada fungsi pendidikan IPA, yaitu mengembangkan kemampuan berpikir dan tindakan yang
efektif, kreatif, sikap, dan nilai ilmiah (Menurut Liza Pramawati (2012: 11). Mengingat
pentingnya peran mata pelajaran IPA dalam pengembangan potensi yang dimiliki siswa dan
pengembangan sains dan teknologi, maka proses pembelajaran IPA di sekolah harus
menjadi perhatian guru, sehingga siswa tidak lagi bersikap negatif dengan menganggap
bahwa pelajaran IPA itu sulit dan membosankan.
Pada kurikulum 2013, disebutkan tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah
menuntut siswa agar mampu melakukan dan menemukan sesuatu. Akan tetapi dalam
kenyataannya, pada saat pembelajaran IPA banyak sekali masalah yang muncul yang
dialami oleh guru diantaranya kesulitan memahami pelajaran, guru sering kesulitan dalam
memunculkan minat belajar anak, kurang optimal dalam penerapan metode pembelajaran
yang ada, kesulitan memilih dan menentukan alat peraga yang sesuai dengan materi yang
diajarkan dan kesulitan menanamkan konsep yang benar pada siswa dan sering bersifat
verbalistik. Pada pembelajaran IPA, apabila siswa tidak dapat mengerjakan soal atau tidak
memahami materi dan menghadapi kesulitan, minat belajar siswa dengan sendirinya akan
menurun sehingga siswa tersebut tidak dapat menyukai pelajaran IPA itu sendiri, Akan
tetapi sebaliknya, jika siswa dapat mengerti dan dapat mengerjakan soal dan permasalahan
IPA dengan mudah dan benar, minat sswa dengan sendirinya meningkat sehingga siswa
tersebut akan menyukai pelajaran IPA.
Penciptaan pembelajaran IPA agar menarik, menyenangkan, bersemangat, aktif dan
meningkatkan prestasi belajar, guru hendaknya berupaya memilih model pembelajaran yang
sesuai dengan tugas dan tujuan pembelajaran yang akan ditempuh siswa. Pencapaian tujuan
pembelajaran IPA sebagaimana tersebut di atas belum memuaskan. Yang terjadi proses
pembelajaran IPA diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak
siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa memahami
informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya kehidupan sehari-hari, akibatnya
motivasi dan aktivitas belajar siswa sangat rendah, sehingga hasil belajarnya juga kurang.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar (1) Kondisi Pembelajaran (2) Metode
Pembelajaran (3) Hasil Pembelajaran. Daya tarik pembelajaran, biasanya diukur dengan
mengamati kecenderungan si-belajar untuk tetap/terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat
kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan
mempengaruhi keduanya. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
langsung, guru cenderung mengabaikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, padahal
peran pengetahuan awal siswa sangatlah penting dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang cenderung dapat meningkatkan aktivitas siswa
dan hasil belajar adalah model pembelajaran siklus belajar (learning cycle). Model
pembelajaran ini memungkinkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa melakukan
proses pembelajaran yang efektif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, manantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup,
kreativitas dan kemandirian Pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Siswa
dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya. Model Learning Cycle adalah model
pembelajaran yang terdiri fase– fase atau tahap–tahap kegiatan yang diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang harus
dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Undang-undang Sisdiknas (2003)
Republik Indonesia pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan isi pasal
ini maka pembelajaran merupakan komunikasi dua arah antara guru dan siswa, dimana
peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan
sebagai fasilitator sehingga proses belajar menjadi lebih baik.
Model learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan
kontruktivistik yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: exploration, invention, dan
discovery. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap oleh Anthony W
lorsbach (Ngalimun, 2013: 145) yaitu: engagement, exploration, explanation, elaboration,
dan evaluation. Lima tahap ini dikembangkan lagi oleh Arthur Eisenkraft menjadi tujuh
tahap, yaitu elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation dan
extend. Melalui model pembelajaran bersiklus (learning cycle) siswa dapat mengembangkan
potensi individu yang berhasil dan berguna, kreatif, bertanggung jawab, mengaktualisasikan
dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi, menerima pengalaman,
meningkatkan motivasi belajar karena pembelajaran dilibatkan secara aktif dalam
pembelajaran dan pembelajaran lebih bermakna .Model pembelajaran bersiklus (learning
cycle) diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas siswa dikelas selama proses pembelajaran
berlangsung sehingga pemikiran siswa dapat dikembangkan dengan baik dan memperoleh
hasil yang baik pula.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “Apakah hasil belajar IPA siswa setelah penerapan model pembelajaran learning
cylce siswa kelas IV SD N 57 Lubulkinggau ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran
learning cycle pada pembelajaran IPA
D. Manfaat
Penelitian ini dapat memberikan manfaat :
1. Bagi Siswa
Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran
IPA dalam pembelajaran di sekolah.
2. Bagi Guru
Memberikan pemahaman baru tentang model learning cycle dengan sebagai
alternatif dalam mengajarkan pelajaran IPA.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah khususnya dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelaaran IPA siswa.
4. Bagi Peneliti
Mengetahui pembelajaran learning cycle sehingga terbiasa melakukan inovasi
dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswa dan kualitas
guru mengajar.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
Deskripsi teori berisi teori-teori yang terkait dengan topik penelitian. Teori-teori
tersebut adalah teori mengenai model pembelajaran, pembelajaran IPA SD, learning cycle
Karakteristik Siswa Kelas IV SD
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas. Model
pembelajaran mencakup suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh,
dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu, memiliki sintaks pembelajaran tertentu yang menggambarkan
keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikut oleh serangkaian
kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatan
apa saja yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa (Trianto, 2007: 6-7).
Sintaks dari berbagai model pembelajaran tidak saja mempunyai sejumlah
komponen yang sama, tetapi juga mempunyai perbedaan. Perbedaan inilah yang
harus dipahami oleh guru jika model-model pembelajaran tersebut ingin
dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Menurut Joyce dan Weil (2006: 11), model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, kurikulum dan lain-
lain. Selanjutnya dikemukankan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita
ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Soekamto et al. (dalam Trianto, 2007) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 5) bahwa model
pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Arends (dalam Trianto, 2007: 5) menyatakan istilah model pengajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk sintaksnya,
lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Sejalan dengan Arends, maka Kardi dan
Nur (2003: 9), mengemukakan istilah model pembelajaran mempunyai makna lebih
luas dari strategi, metode, atau prosedur karena model pengajarannya mempunyai 4
ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut
adalah:
1) Rasional teoritik yang logis, disusun oleh para pencipta atau pengembangnya
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai)
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai
b. Fungsi Model Pembelajaran
Banyak model pembelajaran yang telah ditemukan atau dikembangkan oleh
para pakar pendidikan dan pembelajaran. Untuk menjadi seorang guru sains yang
profesional, pengetahuan tentang model-model pembelajaran harus dimiliki oleh
guru dengan baik. Sebab, model pembelajaran memiliki beberapa fungsi.
Sutarto dan Indrawati (2013: 47) Fungsi model pembelajaran tersebut adalah:
1) Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan metode
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Seperti telah dipelajari
sebelumnya bahwa model pembelajaran pada dasarnya memuat metode,
strategi, teknik, dan taktik pembelajaran. Untuk itu,ketika guru menggunakan
model pembelajaran tertentu secara otomatis dia akan mengetahui taktik,
teknik, strategi, dan metode pembelajaran yang akan dilakukan.
2) Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang
diinginkan. Guru telah mengetahui bahwa model pembelajaran digunakan
untuk merealisasikan target pembelajaran atau tujuan pembelajaran dalam
RPP dan implementasinya dalam pembelajaran. Bentuk perubahan perilaku
yang ditargetkan pada siswa sebenarnya termuat dalam rumusan tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, model pembelajaran dapat membentuk atau
menciptakan tercapainya tujuan pembelajaran atau menciptakan perubahan
perilaku pada siswa.
3) Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan
lingkungan yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika guru
menetapkan untuk menggunakan model pembelajaran tertentu, secara
otomatis guru harus menentukan cara dan sarana agar tercipta lingkungan
seperti yang dikehendaki dalam model pembelajaran yang guru pilih. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran dapat
secara langsung membantu guru untuk menentukan cara dan sarana agar
tujuan pembelajaran tercapai.
4) Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang diinginkan
selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan model pembelajaran, guru
dapat mempunyai pedoman untuk berinteraksi dengan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Misalnya cara mengkomunikasikan informasi,
cara memunculkan masalah, cara menanggapi pertanyaan dan jawaban siswa,
cara membangkitkan semangat siswa, dan lain-lain.
5) Membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, dalam suatu
pelajaran. Dengan memahami model-model pembelajaran, dapat membantu
guru untuk mengembangkan dan mengkonstruk kurikulum atau program
pembelajaran pada suatu mata pelajaran.
6) Membantu guru atau instruktur dalam memilih materi pembelajaran yang
tepat untuk pembelajaran, penyusunan RPP, dan silabus. Dengan memahami
model pembelajaran yang baik, guru akan terbantu dalam menganalisis dan
menetapkan materi yang dipikirkan sesuai untuk siswa.
7) Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau pembelajaran
yang sesuai. Oleh karena dalam model pembelajaran ada sintakmatik atau
fase-fase kegiatan pembelajaran, maka dengan model pembelajaran yang
telah dipilih, guru akan terpandu dalam merancang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
8) Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumber
belajar yang menarik dan efektif. Dalam setiap model pembelajaran ada
sistem pendukung. Dengan sistem pendukung pada model pembelajaran
tertentu, guru akan terbimbing untuk mengembangkan materi dan sumber
belajar, misalnya membuat handout, modul, dan lain-lain.
9) Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru.
Dengan memahami dan menerapkan model-model pembelajaran, guru
mungkin menemukan beberapa kendala. Jika kendala-kendala yang
ditemukan kemudian dicarikan solusinya, maka akan memunculkan ide
model atau strategi pembelajaran baru.
10) Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar. Setiap
model pembelajaran tentu memerlukan teori-teori mengajar berupa
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik. Oleh karena itu, ketika guru
menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis guru akan
mengkomunikasikan teori-teori tentang mengajar seperti yang telah
disebutkan.
11) Membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara
empiris. Ketika guru menerapkan model pembelajaran tertentu, guru akan
mengamati aktivitas belajar dan mengajar dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
tertentu guru dapat terpandu untuk membangun hubungan antara kegiatan
yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan yang dilakukan oleh guru.
Jadi dapat dimpulkan bahwa Fungsi Model Pembelajaran adalah sebagai
pedoman bagi pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran
menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut. Selain itu, model
pembelajaran juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Pembelajaran IPA SD
a. Hakikat Pendidikan IPA
Pendidikan IPA merupakan salah satu segi pendidikan yang digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Cain dan Evans (dalam
Wartawan, 2005), IPA pada hakikatnya memiliki 2 komponen , yaitu komponen
produk dan proses. Sebagai sebuah produk, IPA terdiri atas sekumpulan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sebagai sebuah
proses, IPA merupakan suatu rangkaian yang terstuktur dan sistematis yang
dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam.
Hakikat IPA itu memberikan pengertian bahwa IPA tidak hanya meliputi ilmu
pengetahuan mengenai alam tetapi mencakup pengertian proses penyelidikan dan
perolehan ilmu tersebut.
Pendidikan IPA merupakan salah satu segi pendidikan dengan menggunakan
IPA sebagai alatnya untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya dan
pendidikan IPA pada khususnya. Esensi IPA adalah kegunaannya sebagai alat dalam
penemuan pengetahuan dengan jalan pengamatan, eksperimen, dan pemecahan
masalah.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ikm TM 2 2023
    Ikm TM 2 2023
    Dokumen18 halaman
    Ikm TM 2 2023
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Hasil Rapat
    Hasil Rapat
    Dokumen2 halaman
    Hasil Rapat
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • PED. PELAYANAN FARMASI New
    PED. PELAYANAN FARMASI New
    Dokumen44 halaman
    PED. PELAYANAN FARMASI New
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Pedoman Pelayanan PERINA 2023
    Pedoman Pelayanan PERINA 2023
    Dokumen25 halaman
    Pedoman Pelayanan PERINA 2023
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Rancangan Aktualisasi-Windy
    Rancangan Aktualisasi-Windy
    Dokumen22 halaman
    Rancangan Aktualisasi-Windy
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Lembar Mentoring
    Lembar Mentoring
    Dokumen9 halaman
    Lembar Mentoring
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Laudry
    Laudry
    Dokumen1 halaman
    Laudry
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Identifikasi Isu
    Identifikasi Isu
    Dokumen2 halaman
    Identifikasi Isu
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Fitri Lestari
    Jurnal Fitri Lestari
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Fitri Lestari
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen2 halaman
    Gizi
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen1 halaman
    Book 1
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • BAB V Lampiran
    BAB V Lampiran
    Dokumen15 halaman
    BAB V Lampiran
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • NCP Penurunan Curah Jantung
    NCP Penurunan Curah Jantung
    Dokumen12 halaman
    NCP Penurunan Curah Jantung
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • NCP Nyeri Kronis
    NCP Nyeri Kronis
    Dokumen20 halaman
    NCP Nyeri Kronis
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • NCP NAUSEA Fix
    NCP NAUSEA Fix
    Dokumen11 halaman
    NCP NAUSEA Fix
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • NCP Intoleransi Aktifitas Fix
    NCP Intoleransi Aktifitas Fix
    Dokumen16 halaman
    NCP Intoleransi Aktifitas Fix
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat