Makalah Imunisasi Praktik 2
Makalah Imunisasi Praktik 2
NIM : P00324218024
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Imunisasi campak” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
laporan.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Imunisasi campak” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian campak?
2. bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak?
3. bagaimana etiologi, epidemiologi, patofisiologi dan gejala klinis penyakit
campak?
4. Bagaimana pencegahan penyakit campak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian campak
2. Untuk mengetahui etiologi, epidemiologi dan patofisiologi dari penyakit
campak
3. Untuk mengetahui riwayat alamiah dari penyakit campak
4. Untuk mengetahui cara pencegah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Stadium kataral
Di tandai dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam
ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk.
2. Stadium erupsi
Ditandai dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka,
tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.
3. Stadium konvalesensi
Ditandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam, dan terjadi
hiperpigmentasi
B. Riwayat Alamiah Penyakit Campak
1.Tahap Prepatogensis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit
(stage of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah
terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih
terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu
dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang
peniamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan
tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang
bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit
akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.
2.Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu:- Tahap Inkubasi, - Tahap Dini, - Tahap
Lanjut, dan -Tahap Akhir.
· Tahap Inkubasi
Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahap ini individu
masih belum merasakan bahwa dirinya sakit
Penyakit tetap berlangsung secara kroni
C. Etiologi,
1. Epidemiologi
D.Patofisiologi
Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi
dalam 3 stadium, yaitu:
· Stadium erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang – kadang terlihat bercak
koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapuler disertai naiknya suhu
badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema
timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan
pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah
pada hari ke 3, dan
ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
normal kecuali bila ada komplikasi menghilang sesuai urutan terjadinya.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di
daerah leher belakang. Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang
disertai diare dan muntah. Variasi yang biasa terjadi adalah Black
Measless, yaitu morbili yang disertai dengan perdarahan di kulit, mulut,
hidung, dan traktus digestivus.
· Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau
hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang
sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema
Diagnosis
Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodormal, sel raksasa
multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat
diisolasi pada biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan
limfositosis relatif. Pungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak
biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar
glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah patognomonis
untuk rubeola/campak.
5. Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif).
Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:
a. Bronkopnemonia
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh
pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini
dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan
malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun seperti
tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan
tertentu perlu dilakukan pencegahan.
b. Komplikasi neurologis
Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi,
afasia, gangguan mental, neuritis optica dan ensefalitis.
c. Encephalitis morbili akut
Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka
kematian rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili
ialah 1:1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan
virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.
d. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf
pusat. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti
kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan
klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun
setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan
masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita
morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena
morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun
kemudian.
Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli
memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit
campak sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7
tahun kemudian SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak
didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE
setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan
setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.
e. Immunosuppresive measles encephalopathy
Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita
defisiensi imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-
obatan imunosupresif.
7. Prognosis
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis
buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis
atau bila ada komplikasi4.
Angka kematian kasus di Amerika Serikat telah menurun pada tahun-tahun ini
sampai tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena keadaan
sosioekonomi membaik.
Campak bila dimasukkan pada populasi yang sangat rentan, akibatnya
bencana. Kejadian demikian di pulau Faroe pada tahun 1846 mengakibatkan
kematian sekitar seperempat, hampir 2000 dari populasi total tanpa
memandang umur.
2.4 Pencegahan Penyakit Campak
a. Pencegahan
· Imunisasi aktif.
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi
mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi
(endemik). Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz
dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan
imunitas yang berlangsung lama. Dianjurkan untuk memberikan vaksin
morbili tersebut pada anak berumur 10 – 15 bulan karena sebelum umur
10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik
karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan pula agar anak
yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis
diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi pada umur 15
bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili
pada anak berumur 9 bulan ke atas.
Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap
telur. Hanya saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu
sembuh. Vaksin ini juga dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif
yang sedang mendapat tuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh
diberikan pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati,
penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan
imunosupresif.
· Imunisasi pasif.
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma
adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat
dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25
mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan
tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk
bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk kontak dibangsal rumah saki
· Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena
penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi
penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari
penularan lingkungan sekitar.
b. Pengobatan
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul.
Diberikan sedatif, antipiretik untuk demam tinggi, tirah baring dan masukan
cairan yang cukup. Penderita harus dilindungi dari kontak dengan cahaya
yang kuat selama masa fotofobia. Adanya komplikasi seperti ensefalitis,
SSPE, bronkopneumonia pada setiap kasus harus dinilai secara individual.
c. Campak di Indonesia
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran