Anda di halaman 1dari 18

KONSEP MEDIS

A.     DEFINISI
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan
Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram
(1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung
sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.
Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo,
2002).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin
Tucker.2003 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman. 2000 )
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan
pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

B. ETIOLOGI
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1.  Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2.  Gangguan Metabolisme
3.  Genetik
4.  Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi
virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid
adalah;
 Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.
 Umur.
 Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini
juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
 Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka
anda kemungkinan besar akan terkena juga.
 Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

C. KASIFIKASI
Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1.  Reumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2.  Reumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3.  Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4.  Possible Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


 Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
 Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
 Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.

D. PATOFISIOOGI
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran
sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. 
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya
masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi
progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus (Long, 1996).
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis RA dibagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi

artikular dan manifestasi ekstraartikular . Manifestasi artikular dibagi

menjasi 2 kategori , yaitu gejala inflamasi akibat aktivitas sinovitis yang

bersifat reversibel dan gejala akibat kerusakan struktur persendian yang

bersifat ireversibel. Sinovitis merupakan kelainan yan umumnya bersifat

reversibel dan dapat diatasi dengan pengobatan medikamentosa atau

pengobatan non surgical lainnya (Shah and Clair, 2012).

Gejala klinis yang berhubungan dengan aktivitas sinovitis adalah

kaku pagi hari . Beberapa aspek lain yang berhubungan dengan sendi yaitu

(Suarjana, 2009) :

Manifestasi ektraartikular pada RA meliputi (Shah AND Clair,

2012):

a) Vertebrata Servikalis , merupakan segmen yang sering terlibat pada

RA. Proses imflamasi ini melibatkan persendian diatrodial yang

tidak tampak oleh pemeriksaan . Gejala ini umunya bermanifestasi

sebagai kekakuan pada selutuh segmen leher disertai dengan

berkurangnya lingkup gerak sendi secara menyeluruh .

b) Gelang bahu , pergelangan gelang bahu akan mengurangi lingkup

gerak sendi gelang bahu. Kaki dan pergelangan kaki, keterlibatan

persendian metatarsop halangeal (MTP) , telonavikularis dan

pergelangan kaki merupakan gambaran yang khas pada RA .

c) Tangan keterlibat persendian pergelangan tangan metacarphop

halangeal (MCP) , dan proximal inerphalangeal (PIP) hampir


seluruh dijumpai pada RA .

d) Konstitusional , 100% terjadi pada pasien RA engan ditandai adanya

penururnan berat badan , demam >38,30C , kelelahan dan pada banyak

kasus sering terjadi kaheksia (malnutrisi) yang secara umum merefleksi

derajat imflamasi dan biasanya mendahului terjadinya gejala awal

kerusakan sendi .

e) Nodul , merupakan level tertinggi pada penyakit ini dan terjadi 30-

40% pada penderita .

f) Sjogren’ssyndrome , terjadi hanya 10% pasien dengan ditandai

dengan adanya keratoconjutivitas sicca (dry eyes).

g) Vaskulitis , hanya terjadi <1% pada penderita dengan penyakit RA

yang sudah kronis .

h) Limfoma , resikonya pada pasien RA mencapai 2-4 kali lebih besar

dibandingkan populasi umum . Hal ini disebabkan penyebaran B-

cell lymphoma secara luas.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan utama terapi adalah:


1.  Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2.  memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3.  Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1.  Istirahat
2.  Latihan fisik
3.  Panas
4.  Pengobatan
a.  Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b.  Natrium kolin dan asetamenofen  meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap
terapi obat
c.   Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari 
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.
d.  Garam emas
e.  Kortikosteroid
5.  Nutrisi  diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan
indikasinya sebagai berikut:
a.  Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan
fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b.  Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c.   Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d.  Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan


yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan keluarganya dengan
dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk
dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama
(Mansjoer, dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau
diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti
inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat
menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan
sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal
(Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju
pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini.
Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat
dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya
digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi
lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini,
seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil,
menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak
memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang
mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara
persendian agar tetap lentur.

H. KOMPIKASI
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau
obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati
akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
I. PEMERIKSAAN PENUNGJANG

Pemeriksaan penunjangan ini tidak banyak berperan dalam diagnosis

artritis rheumatoid , pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit

membantu untuk melihat prognosis pasien , seperti :

a. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.

b. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien

artritis reumatoid terutama bila masih aktif . Sisanya dapat

dijumpai pada pasien lepra , TB paru , sirosis hepatis , penyakit

kolagen dan sarkoidosis .

c. Leukosit normal atau meningkat sedikit

d. Trombosit meningat

e. Kadar albumin serum trurun dan globulin

f. Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun

g. Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif

h. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukan inflamasi

i. Tes aglutinasi lateks menunjukan kadar igC atau igM (faktor

mayor dari rheumatoid ) tinggi . Makin tinggi iter , maka makin

berat penyakitnya

j. Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantupenegakkan

diganosa dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen men

unjukan erosi tulang yang khas terjadi kemudian dalam perjala

nan penyakit tersebut (Rosyidi, 2013).


KONSEP KEPERAWATAN
A. PEMERIKSAAN FISIK
a. Riwayat keperawatan
 Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
 Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
  Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
  Catat bila ada krepitasi
  Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
  Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
  Ukur kekuatan otot
 Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
 Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
b. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image
dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon
1.    Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
         Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
         Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
         Riwayat keluarga dengan RA
         Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
         Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2.    Pola Nutrisi Metabolik
         Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
         Riwayat gangguan metabolic
3.    Pola Eliminasi
         Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4.    Pola Aktivitas dan Latihan
         Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
         Jenis aktivitas yang dilakukan
         Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
         Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5.    Pola Istirahat dan Tidur
         Apakah ada gangguan tidur?
         Kebiasaan tidur sehari
         Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
         Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6.    Pola Persepsi Kognitif
         Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7.    Pola Persepsi dan Konsep Diri
         Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
         Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

8.    Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama


         Bagaimana hubungan dengan keluarga?
         Apakah ada perubahan peran pada klien?
9.    Pola Reproduksi Seksualitas
         Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
         Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
         Agama yang dianut?
         Adakah gangguan beribadah?
         Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
c. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera, agen pencedera biologis
2. Resiko cedera berhubungan dengan keselamatan pasien
3. Gangguan mobilitas fisik b/d adanya nyeri
4. Gangguan bodi image
5. Deficit perawatan diri
d. Intervensi

No Diagnose Tujuan Intervensi

1 1. Nyeri akut tujuan : stelah dilakukan tindakan - Observasi


keperawatan diharapkan criteria 1. identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,
berhubungan dengan
hasil : frekuensi,kualitas,intensitas nyeri.
agen pencedera agen 1. Nyeri berkurang. 2. Identifikasi skala nyeri
2. Mampu mengontrol nyeri 3. identifikasi respon nyeri non verbal
pencedera biologis
3. Mampu mnegenali nyeri 4. identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
dan tanda nyeri nyeri.
4. Menyatakan rasa nyaman 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
stelah nyeri berkurang 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
7. monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
8. monitor efek samping penggunaan analgesic
- observasi
1. berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. control lingkunga yang memperberat rasa nyeri.
3. fasilitasi istrhat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
-edukasi
1. jeleaskan penyebab , periode dan pemicu nyeri.
2. jelaskan strategi meradakan nyeri
3. anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
- kolaborasi
1. kolaborasi pemberian analgetik
2 Resiko cedera berhubungan Tujuan : setelah dilakukan - observasi
dengan keselamatan pasien tindakan keperawatan diharapkan 1. identifikasi kebutuhan keselamatan (mis, kondisi fisik ,fungsi
criteria hasil: menjaga keselamatan kognitif dan riwayat perilaku
pasien 2. monitor perubahan status keselamatan lingkungan
- terapiutik
1. hilangkan bahaya keselamatan lingkungan ( mis, fisik,
biologi dan kimia,) jika memungkinkan
2. memodifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan
resiko
3. sediakan alat bantu keamanan lingkungan
4. gunakan perangkatpelindung
5. hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas
6. fasilitas relokasi ke lingkungan yang aman
7. lakukan program skrining bahaya lingkungan ( mis, timbal )
-edukasi
1. ajarakn individu , keluarga dan kelompokresiko tinggi
bahaya lingkungan
3 Gangguan mobilitas fisik Tujuan : setelah dilakukan - Observasi
b/dberhubungan dengan tindakan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
adanya nyeri criteria hasil : - nyeri berkurang 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai ambulasi.
4. Monitor kondisi umum selama melakukakan ambulasi.
- Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu.. ( mis .tongkat
atau ,truk)
2. Fasilitasi melakukan mobilitas fisik jika perlu,
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi.
- Edukasi
1. Edukasi tujuan dan prosedur ambulasi dini
2. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
3. Ajarkan ambulasi se
derhana yang dilaukan ( mis, berjalan ditempat tidur ke
kursi roda )
4 Gangguan bodi image Tujuan : setelah dilakukan - Observasi
tindakan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
criteria hasil : - mampu perkembangan.
mengungkapkan perasaan tenang 2. Identifikasi budaya , agama, jenis kelamin , dan umur terkait
citra tubuh
3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan
isolasi social
4. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
5. Monitor apakah bias melihat bagian tubuh yang berubah
- Terapeutik
1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan penampilan fisik terhadap harga diri.
3. Diskusikan perubahan akibat pubertas , kehamilan dan
penuaan
4. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh
( mis, luka , penyakit pembedahan.
5. Diskusikan cara mengambangkan harapan citra tubuhsecara
realistis.
6. Diskuskan presepsi pasien dan keluarga tentang perubahan
citra tubuh.
-Edukasi

1. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra


tubuh .
2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra
tubuh.
3. Anjurkan menggunakan alat bantu ( .mis, pakaian , wig ,
kosmetik.)
4. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung ( mis. Kelompok
sebaya.)
5. Latih fungsi tubuh yang dimiliki.
6. Latih peningkatan penampilan diri ( mis berdandag)
7. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain
maupun kelompok
5 Deficit perawatan diri -- Tujuan : setelah dilakukan - Observasi
tindakan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
criteria hasil : kemampuan 2. Monitor tingkat kemandirian
menjaga kebersihan diri 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu alat bantu kebersihan diri,
berpakaian , berhias, dan makan.
- Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang terapeutik ( mis. Suasana hangat ,
rilexs
2. Siapkan keperluan pribadi( mis, parfum, sikat gigi, dan sabun
mandi.
3. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian , bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri.
6. Jadwalkan rutinitas perawatan.
- Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi
11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag
2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • Hasmira
    Hasmira
    Dokumen13 halaman
    Hasmira
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • SAP DBD Dan Leaflet
    SAP DBD Dan Leaflet
    Dokumen12 halaman
    SAP DBD Dan Leaflet
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Susi Susanti
    Susi Susanti
    Dokumen113 halaman
    Susi Susanti
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Sampul PKL Rsu Makassar
    Sampul PKL Rsu Makassar
    Dokumen6 halaman
    Sampul PKL Rsu Makassar
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan DBD
    Penyuluhan DBD
    Dokumen8 halaman
    Penyuluhan DBD
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Irawati
    Irawati
    Dokumen15 halaman
    Irawati
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Sampul Keompok
    Sampul Keompok
    Dokumen1 halaman
    Sampul Keompok
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Sampul Masita
    Sampul Masita
    Dokumen2 halaman
    Sampul Masita
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Rosmi Sasmita Presentsion 3
    Rosmi Sasmita Presentsion 3
    Dokumen7 halaman
    Rosmi Sasmita Presentsion 3
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Sampul Wiwindaa
    Sampul Wiwindaa
    Dokumen6 halaman
    Sampul Wiwindaa
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Sampul Masita
    Sampul Masita
    Dokumen6 halaman
    Sampul Masita
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Sap Dan Efet Diae
    Sap Dan Efet Diae
    Dokumen10 halaman
    Sap Dan Efet Diae
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • HASMIRA
    HASMIRA
    Dokumen7 halaman
    HASMIRA
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Irawati
    Irawati
    Dokumen15 halaman
    Irawati
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Mita Resiko Kekurangan Volume Cairan
    Mita Resiko Kekurangan Volume Cairan
    Dokumen2 halaman
    Mita Resiko Kekurangan Volume Cairan
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Mitha
    Mitha
    Dokumen34 halaman
    Mitha
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Sap Gizi Seimbang
    Sap Gizi Seimbang
    Dokumen13 halaman
    Sap Gizi Seimbang
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Sampul PKL Rsu Makassar
    Sampul PKL Rsu Makassar
    Dokumen6 halaman
    Sampul PKL Rsu Makassar
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Sampul Jurnal
    Sampul Jurnal
    Dokumen1 halaman
    Sampul Jurnal
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen4 halaman
    Proposal
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • KASUS
    KASUS
    Dokumen1 halaman
    KASUS
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Sampul Jurnal
    Sampul Jurnal
    Dokumen5 halaman
    Sampul Jurnal
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Riska NYERI AKUT
    Riska NYERI AKUT
    Dokumen3 halaman
    Riska NYERI AKUT
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Riska
    Skripsi Riska
    Dokumen12 halaman
    Skripsi Riska
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Santi
    Skripsi Santi
    Dokumen12 halaman
    Skripsi Santi
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat
  • Hasni
    Hasni
    Dokumen16 halaman
    Hasni
    rosmi sasmita
    Belum ada peringkat