Anda di halaman 1dari 40

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN

PENDAMPING ASI (MP-ASI) DAN STATUS GIZI BADUTA USIA 6-24 BULAN DI
PUSKESMAS SAMPARA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma III

Gizi

DISUSUN OLEH :

EMARTIKA NINGSIH

P00331018061

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

PRODI D III JURUSAN GIZI

2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN

PENDAMPING ASI ( MP-ASI) DAN STATUS GIZI BADUTA USIA 6-24 BULAN DI

PUSKESMAS SAMPARA

Yang diajukan oleh :

EMARTIKA NINGSIH

P00331018061

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama,

Dr. La Banudi, SST, M.Kes Tanggal.........................................

NIP. 197112311992031009

Pembimbing Pendamping

Hariani, SST, MPH Tanggal...........................................

NIP. 196812311994032001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Proposal Penelitian ini dengan judul “gambaran

tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping asi (MP-ASI) dan status gizi

baduta usia 6-24 bulan, yang dimana sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Diploma III Gizi.

Proses penyusunan Proposal ini telah melewati perjalanan panjang dalam penyusunannya

yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril dan material pihak lain. Karena itu sudah

sepatutnya penulis dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekes Kemenkes Kendari

2. Ibu Sri Yunanci, SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes Kendari

3. Ibu Euis Nurlela, S.Gz, M.Kes selaku Ketua Prodi D-III Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes

Kendari.

4. Bapak Dr. La Banudi, SST, M.Kes, selaku dosen pembimbing 1, dengan penuh kesabaran

dan keiklasan yang memotivasi dan mendampingi saya.

5. Ibu Hariani, SST, MPH, selaku dosen pembimbing II, yang penuh keikhlasan dan kesabaran

yang memotivasi dan mendampingi saya.

6. Seluruh dosen dan staf Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kendari

7. Institusi lain yang berhubungan dengan tempat pengambilan data

8. Teman-teman angkatan 2018 yang telah membantu dan selalu ada disamping saya dalam

menyelesaikan studi ini serta memberikan pengalaman baru dalam hidup ini

3
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama penulisan Proposal penelitian ini

10. Ucapan terima kasih yang tidak ternilai harganya saya persembahkan kepada Bapak saya

BANA dan Mama saya SARTINI yang telah membesarkan, mengasuh dengan penuh kasih

sayang, doa, dukungan moril dan materil serta segala pengorbanan yang tidak ternilai.

Akhirnya penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

dari itu saran kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaa penulisan sangat diharapkan.

Atas saran dan kritik, penulis ucapkan banyak terima kasih.

Semoga Proposal ini bermanfaat bagi pembaca, Aamiin.

Kendari, 2020

penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………….

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………….

A. Latar Belakang……………………………………………………………

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………...

A. TINJAUAN TEORI………………………………………………………..

1. Pengertian Pengetahuan…………………………………………………

2. Factor yang mempengaruhi pengetahuan……………………………….

3. Pengertian MP-ASI………………………………………………………

4. Tujuan pemberian MP-ASI……………………………………………..

5. Syarat pemberian MP-ASI……………………………………………….

6. Tahapan pemberian makanan pendamping asi (MP-ASI)……………………..

7. Pengetahuan gizi

5
B. KERANGKA KONSEP…………………………………………………….

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................

A. Jenis dan desain penelitian .............................................................................................

B. Waktu Dan Tempat ................................................................................................

C. Populasi Dan Sampel .............................................................................................

D. Variabel Penelitian .................................................................................................

E. Jenis Dan Pengumpulan Data .................................................................................

F. Penyajian Data ........................................................................................................

G. Definisi Oprasional .................................................................................................

H. Pengolahan Dan Analisis Data ...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

6
DAFTAR GAMBAR

7
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan atau minuman

tambahan yang mengandung zat gizi dan diberikan mulai usia 6-24 bulan untuk

memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Setelah bayi berusia 6 bulan, kebutuhan zat

gizi semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi, sementara

produksi ASI mulai menurun, karena itu bayi membutuhkan makanan tambahan sebagai

makanan pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan yang tidak tetap kualitas dan

kuantitasnya dapat menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada gangguan

pertumbuhan dan perkembangan apabila tidak segera diatasi (Mutalib,2014) Masa bayi

merupakan kelompok masyarakat rawan gizi dimana prevalensi tertinggi ditemukan pada

kelompok tersebut. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) kementrian kesehatan 2018

menunjukan kecendrungan prevalensi anak balita pendek atau stunting sebesar 30,8%.

Angka ini menurun 6,4% dibandingkan angka kasus berdasarkan Riskesdas 2015 yaitu

sebesar 37,2%. Namun jumlah tersebut masih jauh dari angka minimum stunting yang di

tetapkan WHO yaitu 20% . Demikian juga dengan kasus gizi kurang atau underweight

pada tahun 2018 yaitu sebesar 17,7%.

World Health Organization (WHO) merekomendasi para ibu untuk menyusun

secara eksklusif 6 bulan, melanjutkan dengan memberikan makanan pendamping ASI

dari bahan – bahan local yang kaya nutrisi tetapi sambal memberikan ASI sampai anak

usia 2 tahun ( Hakim, 2014). Menurut susanti (2012) jika pemberian ASI dan MP- ASI

dapat terlaksana dengan baik, tentu akan menimbulkan dampak positif terhadap

8
pertumbuhan dan perkembangan anak di usia balita. Oleh karena itu, ASI merupakan

makanan bayi terbaik untuk tumbuh dan berkembang. Selain kandungan gizi ASI yang

lengkap, dengan menyusu maka bayi juga mendapat stimula sensori yang komprehensif

(taktil, penciuman, pendengaran, kehangatan dan kasi sayang) dari ibu. Selain ASI, anak

juga harus mendapat asupan gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang

optimal (Soetjiningsih, 2013 dalam hariani dkk, 2016).

Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF

merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai tumbuh

kembang optimal pada anak, yaitu : (1) memberikan air susu ibu kepada bayi segera

dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, (2) memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja

atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, (3)

memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan

sampai 24 bulan, dan (4) meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau

lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya makanan pendamping

ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah

setempat (indigenous food) (Yuliarti, N 2010).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indrawati (2016) factor yang

mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI antara lain pengetahuan gizi ibu

dan pendidikan ibu, sedangkan status pekerjaan ibu dan sikap ibu tidak mempengaruhi

factor pemberian MP- ASI. Penelitian ini dilakukan oleh simandjuntak antara lain

pengetahuanibu tentang dampak pemberian ASI pertama kali atau inisiasi menyusui

merupakan factor yang dominan pengaruhnya terhadap pemberian makanan pendamping

ASI (MP-ASI) dini.

9
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan dasar (2018), proporsi pola pemberian

makanan pendamping asi (MP-ASI) pada baduta usia 6-24 bulan menurut data provinsi

yang paling rendah terdapat pada provinsi nusa tenggara barat sebesar 20,03% dan yang

paling tinggi adalah provinsi Bangka Belitung yaitu sebesar 56,07%, sedangkan untuk

provinsi Sulawesi tenggara sebesar 40,03%, (badan penelitian dan pengembangan

kesehatan repoblik Indonesia, 2018).

Berdasarkan data dari profil Kesehatan Provinsi Sulawesi tenggara tahun 2018,

terjadi fluktuasi atau perubahan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 kasus gizi buruk

berjumlah 385 kasus, tahun 2013 kasus gizi buruk berjumlah 333 kasus, tahun 2014

kasus gizi buruk berjumlah 250 kasus, tahun 2015 kasus gizi buruk berjumlah 254 kasus,

tahun 2016 kasus gizi buruk berjumlah 279 kasus dan tahun 2018 kasus gizi buruk

berjumlah 263 kasus (dines kesehatan provinsi Sulawesi tenggara, 2018).

Angka pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan di Sulawesi Tenggara

cenderung fluktuatif, peningkatan signifikan dilaporkan pada tahun 2015 dengan cakupan

54,5%, atau naik sebesar 21,25% dari tahun sebelumnya, namun di tahun 2016 kembali

turun menjadi 46,63%. Capaian yang fluktuatif mengindikasikan belum bakunya program

peningkatan cakupan ASI Ekslusif yang di lakukan oleh program teknis terkait ( Dinkes

Prov Sultra, 2017 ).

Status gizi balita di Indonesia yaitu sebanyak 3,8%, pada balita dengan status gizi

buruk dan 14%, balita dengan status gizi kurang, status balita berdasarkan tinggi badan

yaitu balita berdasarkan tinggi badan yaitu balita sangat pendek sebanyak 19,8% dan

balita pendek sebanyak 19,8%, sedangkan status balita berdasarkan berat badan yaitu

10
balita yang sangat kurus sebanyak 2,8% dan balita kurus sebanyak 6,7%. Status gizi akan

mempengaruhi tumbuh kembang balita sehingga balita yang mempunyai status gizi buruk

ataupun kurang bisa mengakibatkan balita pendek dan kurus (Kemenkes, 2018).

Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah umur 2

tahun (baduta) merupakan masalah yangs perlu ditanggulangi dengan serius, usia di

bawah 2 tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses

tumbuh kembang anak baik fisik maupun kecerdasan, kurus dan stunting pada usia

sekolah akan berdampak pada performa belajar di sekolah yang pada gilirannya akan

mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (kemenkes RI. 2017).

Pengetahuan ibu mengenai MP-ASI dapat menunjang pencapaian sasaran

SDG‟s. Usia pertama kali pemberian MP-ASI ditentukan oleh pengetahuan ibu.

Rendahnya tingkat pengetahuan ibu mengenai risiko pemberian MP-ASI dini perlu

ditingkatkan dengan cara pemberian sosialiasi di masyarakat, baik oleh petugas kesehatan

maupun kader (Siolimbona1 dkk, 2016).

Tujuan pemberian makanan pedamping ASI adalah untuk menambah energi dan

zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi

secara terus menerus. Dengan demikian makanan tambahan diberikan untuk mengisi

kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan

ASI (Talibo, 2015).

Jutaan anak didunia tidak mendapatkan gizi sesuai kebutuhan bagi perkembangan

mental dan fisik di masa kanak-kanak, kekurangan gizi pada anak merupakan penyebab

lebih dari sepertiga jumlah kematian anak. Data World Health Organization (WHO),

11
menyebutkan terdapat 51% angka kematian anak balita disebabkan oleh pneumonia,

diare, campak, dan malaria. Lebih dari separuh kematian tersebut erat hubungannya

dengan masalah gizi. Oleh karena itu prioritas utama penanganan utama adalah

memperbaiki pemberian makanan kepada bayi dan anak serta perbaikan gizi ibunya.

(WHO,2013).

Pada usia 6 bulan pencernaan bayi mulai kuat sehingga pemberian MPASI bisa

diberikan karena jika terlalu dini akanmenurunkan konsumsi ASI dan mengalami

gangguanpencernaan tetapi apabila terlambat akan menyebabkankurang gizi bila terjadi

dalam waktu yang panjang(Baso, 2 2007).Usia penyapihan 6-24 bulan merupakan usia

yang sangat rawan karena pada masa ini merupakan masa peralihan dari ASI ke

pengganti ASI atau ke makanan sapihan. Pemberian MP-ASI yang tidak tepat dalam

jumlah yang cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas, akan mengakibatkan

gangguan pertumbuhan dan kurang gizi. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah kurang

gizi maka diperlukan perbaikan kuantitas dan kualitasMP-ASI. Untuk memperoleh MP-

ASI yang baik secara kuantitas kan kualitas maka diperlukan peranan petugas kesehatan

untuk memberikan informasi tentang praktek pemberian makanan yang baik untuk anak

dibawah usia 2 tahun kepada ibu, pengasuh dan keluarga.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti merasa tertarik dan berminat

untuk melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang

pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan status gizi baduta usia 6-24 bulan.

12
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah : “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian

makanan pendamping Asi dengan status gizi Baduta usia 6-24 bulan dikecamatan

sampara?

3. Tujuan umum

a. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang

pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi baduta usia 6-24 bulan

b. Tujuan Khusus :

 Untuk mengetahui pengetahuan Ibu tentang MP-ASI di puskesmas sampara

 Untuk mengetahui status gizi baduta usia 6-24 bulan dipuskesmas sampara

4. Manfaat penelitian

 Dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang pentingnya

pengetahuan ibu dan pemberian makanan pendamping MP-ASI.

 Bagi peneliti merupakan suatu pengalaman dan mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang diperoleh selama proses perkuliahan.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu tyang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini melalui panca inra

manusia yakni indra penglihatan, indra pendengaran, penciuman,rasa dan raba namun

sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.

(Notoatmodjo,2012).

b. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Faktor Internal

a,) Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah yang diperlukan untuk mendapat informasi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan

serta dalam pembangunan (Nursalam,dalam wawan,2010). Pada umumnya

makin tinggi pendidikan sesorang makin mudah menerima informasi.

b.) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,

berulang, dan banyak tantangan. Sedangkan pekerjaan umumnya merupakan

14
kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c.) Umur

Elisabeth BH yang dikutip Nursalam(2003) menjelaskan usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Huclok

(1998) menyatakan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

2. Faktor Eksternal

a.) Lingkungan

yang dikutip dari Nursalam dalam wawan (2010) menuliskan lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang

dapat mempengaaruhi perkembangan atau perilaku orang atau kelompok.

b.) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi ( Wawan ,2010).

1. Pengetahuan Tentang MP-ASI

1. Pengertian MP-ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna

memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari

ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan

secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi.

Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan

15
fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi

sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian MP-ASI tersebut. Sanitasi dan

hygienitas.

MP-ASI yang rendah memungkinkan terjadinya kontaminasi mikroba yang dapat

meningkatkan risiko atau infeksi lain pada bayi. Selama kurun waktu 4-6 bulan

pertama ASI masih mampu memberikan kebutuhan gizi bayi, setelah 6 bulan

produksi ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI saja.

Peranan makanan tambahan menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi

bayi.

Sebagaimana diketahui ASI merupakan makanan utama dan pertama bagi bayi.

Kandungan yang kaya akan berbagai macam kebutuhan yag diperlukan oleh bayi

semuanya berada dalam ASI. Sehingga makanan jenis apapun akan sulit menandingi

kehebatan ASI.

Setelah memasuki umur tertentu, umumnya kalangan medis sepakat menyebut

usia 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi sudah bertambah. ASI dan susu formula tidak

lagi mencakupi kebutuhannyaakan makanan. Disaat inilah, bayi mulai memerlukan

makanan pendamping ASI.

Meskipun demikian, ada orang tua yang sudah memberikan makanan tambahan

sebelum bayinya berumur 6 bulan. Umumnya,hal ini lebih banyak terjadi di kalangan

orang tua yang kurang berpendidikan. Pada banyak kasus hal ini mungkin tidak jadi

masalah. Bayi bisa menerima makanan pendamping ASI meski usianya baru 4 atau 5

bulan. Sebenarnya ini tergantung sensitivitas dan daya tahan sisitem pencernaan dari

bayi itu sendiri. Secara umum, dokter akan menyarankan tidak memberikan MP-ASI

16
pada bayi dibawah usia 6 bulan. Setelah 6 bulan , pemberian ASI saja hanya

memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi. Itu sebabnya bayi memang sudah perlu

mendapatkan makanan pendamping ASI.

Sebaiknya orang tua segera mulai mengenalkan pemberian MP-ASI ini kepad

bayinya yang sudah beusia 6 bulan. Pemberian MP-ASI di usia 8 bulan tidak hanya

penting untuk kebutuhan nutrisi bayi. Apabila MP-ASI tidak segera diberikan, masa

krisis untuk mengenalkan makanan padat yang memerlukan ketrampilan mengunyah ,

umunya pada periode usia 6-7 bulan, dikhawatirkan akan terlewati. Apabila hal ini

terjadi dikemudian hari, bayi akan mengalami kesulitan untuk menelan makanan atau

akan menolak makan bila diberi makanan padat.

2. Tujuan Pemberian MP-ASI

Pada umur 0-6 bulan pertama dilahirkan, ASI merupakan makanan yang terbaik

bagi bayi, namun setelah usia tersebut bayi mulai membutuhkan makanan tambahan

selain ASI yang disebut makanan pendamping ASI. Pemberian makanan pendamping

ASI mempunyai tujuan memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan bayi atau baita

guna pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotorik yang optimal, selain itu

untuk mendidik bayi supaya memiliki kebiasaan makan yang 9 baik. Tujuan tersebut

dapat tercapai dengan baik, jika dalam pemberian MP-ASI sesuai pertambahan umur,

kualitas, dan kuantitas makanan baik serta jenis makanan yang beraneka ragam .

MP-ASI diberikan sebagai pelengkap ASI sangat membantu bayi dalam proses

belajar makan dan kesempatan untuk menanankan kebiasaan makan yang baik. Tujuan

pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan

bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus, dengan

17
demikian makanan tanbahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan

nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI.

3. Syarat pemberian MP-ASI

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan sejak bayi berusia 6 bulan.

Makanan ini diberikan karena kebutuhan bayi akan nutrien-nutrien unruk pertumbuhan

dan perkembangannya tidak dapat dipenuhi lagi hanya dengan pemberian ASI. MP-ASI

hendaknya bersifat padat gizi, kandungan serat kasar dan bahan lain yag sukar dicerna

semiimal mungkin, sebab serat yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu proses

pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi. Selain itu juga tidak boleh bersifat kamba,

sebab akan cepat memberi rasa kenyang pada bayi . MP-ASI jarang dibuat dari satu jenis

bahan pangan, tetapi merupakan suatu campuran dari beberapa bahan pangan dengan

perbandingan tertentu agar diperoleh suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi .

pencampuran bahan pangan hendaknya didaarkan pada konsep komplementasi protein,

sehingga masing-masing bahan akan saling menutupi kekurangan asam-asam amino

esensial, serta diperlukan suplementasi vitamin, mineral,serta energi dari minyak atau

gula untuk menambah kebutuhan gizi energi.

Makanan bayi dan balita jelas berbeda dengan makanan orang dewasa. Makanan

pendamping ASI yang baik harus memenuhi syarat utama, yakni sehat, mudah dicerna,

dan mengandung sejumlah nutrisi terutama energi dan protein. Apabila untuk makanan

pendamping ASI yang sudah diberikan rutin setiap hari. Berikut beberapa persyaratan

MP-ASI yang baik:

18
a. Sehat Makanan harus bebas dari kuman penyakit, pengawet, pewarna, dan racun.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat rentan terhadap pengaruh kuman dan

penyakit dan bahan tambahan makanan (zat aditif) . zat tambahan yang umumnya berupa

bahan kimia harus dijauhkan dari makanan bayi.

b. Mudah Dicerna Makanan tambahan untuk bayi hanya terdiri dari satu bahan atau

beberapa bahan saja. Ini karena sistem pencernaa bayi yang belum siap untuk menerima

bermacam-macam makanan. Bahan makanan seperti pisang dan pepaya dapat diperoleh

dengan mudah di Negara-negara tropis, sementara apel dan pir kebanyakan

dibudidayakan di daerah subtropis. Demikian pula dengan jenis-jenis sayuran dan sumber

karbohidrat yang berbeda-beda untuk beberapa daerah. Walaupun telah banyak pusat

perbelanjaan yang menjual barang-barang impor, penggunaan bahan makanan lokal akan

lebih menjamin kesegaran dan merupakan bentuk ketahanan pangan yang baik.

c. Masih segar atau Fresh Sebaiknya MP-ASI disiapkan sesaat sebelum diberikan kepada

bayi dan dibuat dari bahan-bahan segar yang bebas pulusi. Oleh karena itu, bahan MP-

ASI harus memenuhi standar higienis baik dalam bentuk bahan mentah ataupun cara

pengolahannya.

d. Mudah diolah Pengolahan bahan MP-ASI sebaiknya tidak terlalu lama, tetapi teksturnya

cukup lembut untuk pencernaan bayi yang baru mengenal MP-ASI. Bahan yang mudah

diolah tentu akan memudahkan orang tua menyiapkan MP-ASI untuk anaknya.

e. Harga terjangkau Makanan pendamping ASI tidak harus mahal. Jika harganya

terjangkau tentu akan lebih baik. Secara umum harga bahan pangan nabati lebih murah

dari bahan pangan hewani. Selain itu, porsi makan bayi masih sedikit sehingga tidak

perlu membeli bahan MP-ASI terlalu banyak.

19
f. Cukup kandungan gizinya Makanan tambahan yang diberikan ke bayi harus memenuhi

kecukupan gizi bayi. Kombinasi yang tepat antara bahan nabati dan hewani diharapkan

memenuhi kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain itu,

bahan nabati lebih berisiko kecil menyebabkan alergi dari pada bahan hewani. Selain itu

perlu diingat bahwa bahan makanan sumber protein dapat memacu pertumbuhan fisik

bayi lebih baik.

g. Jenis makanan sesuai dengan umur bayi Ada beberapa makanan yang tidak pantas

diberikan untuk bayi usia 6 bulan karena baru tepat diberikan ke bayi berumur 9 bulan,

ini harus diperhatikan karena kemampuan pencernaan bayi yang lebih muda usianya

berbeda dengan bayi yang sudah besar. Kemampuan cerna bayi berkembang sesuai

dengan umurnya. Untuk pengenalan MP-ASI awal, sari buah tunggal, pure buah tunggal,

atau bubur nasi lembut lebih mudah dicerna darp pada buah utuh, pure aneka buah, atau

roti.

h. Pengolahan MP-ASI haruslah higienis Alat yang digunakan juga diperhatikan

kebersihannya agar kita bisa memberikan MP-ASI yang sehat dan aman bagi anak kita.

4. Jenis-jenis Makanan Pendamping ASI

1) Berdasarkan tekstur dan kepadatannya, makanan pendamping ASI terdiri dari:

a) MP-ASI cair: air tomat, air jeruk, air teh dan sebagainya.

b) MP-ASI dihaluskan: aneka buah-buahan (seperti pisang, pepaya, dan kentang

yang dihaluskan (diblender), bubur saring atau nasi tim, dan sebagainya.

c) MP-ASI padat: bubur padat, roti, finger food (jenis makanan kecil seukuran jari

yang mudah digenggam jemari bayi), biskuit, dan sebagainya (Evelin & Nanang,

2010).

20
2) Berdasarkan cara membuatnya, makanan pendamping ASI dibedakan atas :

a) MP-ASI instan, yaitu berupa produk dalam kemasan buatan pabrik, seperti bubur

susu instan aneka rasa, finger food, roti, dan sebagainya.

b) MP-ASI olahan: makanan pendamping ASI yang diolah sendiri oleh para ibu

dirumah dengan aneka kreasi dan variasi. Akan sangat bermanfaat jika para ibu

mampu dan sempat membuat sendiri aneka makanan pendamping ASI ini. Sebab,

pemilihan dan cara pengolahan bahan-bahannya dapat lebih terjamin (Evelin &

Nanang, 2010).

5. Tahapan Pemberian Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI harus diberikan secara bertahap, baik dari sisi tekstur

maupun jumlah porsi makanannya. Ingat, sesuaikan dengan perkembangan sistem

pencernaan, kebutuhan nutrisi, dan usia bayi. Memberikan makanan pendamping ASI

terlalu dini bisa menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan bayi karena bayi belum

siap menerima makanan. Menurut (Sutomo tahun 2013), berikut tahapan makanan

pendamping ASI berdasarkan usia bayi:

a) Usia 6-7 bulan

Pada usia 6 bulan, sistem pencernaan bayi sudah berkembang dan sudah siap untuk

menerima makanan. Berikan makanan yang lembut seperti bubur saring, bubur susu, atau

pure buah. Kenalkanlah bayi dengan satu jenis makanan saja. Hal ini untuk menghindari

reaksi alergi dan penolakan karena sistem pencernaan yang masih belum sempurna.

b) Usia 7-9 bulan

Pada usia 7-9 bulan, ketertarikan bayi terhadap makanan menjadi semakin besar.

Sistem pencernaannya juga sudah semakin berkembang, diikuti dengan pertumbuhan

21
gigi. Makanan lunak dan sedikit bertekstur sudah mulai bisa diperkenalkan. Tujuannya

adalah untuk merangsang pertumbuhan gigi dan melatih bayi menggigit dan mengunyah.

c) Usia 9-12 bulan

Pada usia 9-12 bulan, perkembangan motorik bayi sudah berkembang. Bayi sudah

mulai belajar berjalan. Giginya juga sudah mulai banyak tumbuh. Makanan bertekstur

semi padat seperti nasi atau makanan yang dicincang sudah boleh diberikan kepada bayi.

Berikan juga finger snacks untuk melatihnya memegang, menggigit, dan mengunyah

makanan.

d) Usia 12-24 bulan

Menginjak usia satu tahun, sistem pencernaan bayi sudah mendekati sempurna.

Biasanya bayi sudah bisa mengunyah dengan baik makanan semi padat, seperti nasi tim,

karena giginya tumbuh dengan baik. Terus berikan finger snacks untuk melatihnya

makan sendiri.

Pada usia di atas 1 tahun, menu makanan bayi disiapkan untuk peralihan ke menu

keluarga. Tetapi perlu diingat, jangan terburu-buru memberikan bayi makanan yang

dimakan oleh seluruh keluarga. Tetap pilihlan makanan yang tidak berbumbu tajam, tidak

mengandung gas, tekstur makanan masih agak lunak dan dalam bentuk potongan kecil

sehingga mudah dicerna oleh bayi (Sutomo, 2013).

e) Cara Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI merupakan suatu cara untuk mengenal

makanan baru selain ASI kepada bayi. Oleh karena itu, cara pemberian makanan tersebut

22
perlu diperhatikan agar makanan itu tidak menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi.

Agar makanan dapat diberikan secara efisien maka cara pemberian yang baik adalah:

1. Siapkan makanan dan minuman untuk bayi. Jangan lupa kenakan celemek pada bayi

sehingga makanan yang tumpah tidak langsung mengotori bajunya.

2. Sebaiknya, dudukkan bayi pada kursi makan bayi. Pastikan bayi duduk dengan aman dan

nyaman di kursi.

3. Lakukan pemberian makanan dalam suasana interaksi yang menyenangkan. Tatap mata

bayi ketika menyuapinya. Bicaralah pada bayi tentang apa saja. Misalnya, tentang nama

makanan yang ia santap, tentang rasanya, maupun tentang bahan-bahannya.

4. Suapi bayi sedikit-sedikit. Jangan tergesa-gesa. Tujuannya agar bayi tidak tersedak

memuntahkannya.

5. Jika bayi tidak mau disuapi lagi, jangan dipaksa. Mungkin ia sudah kenyang atau ada rasa

yang tidak disukai dari makanan itu (Evelin & Nanang, 2010).

f) Dampak Ketidak cukupan Pemberian Makanan Pendamping ASI

Terlambat memberikan makanan pendamping ASI dapat menimbulkan

serangkaian dampak negatif pada kesehatan. Berikut di antaranya :

a. Kekurangan nutrisi

Pada usia 6 bulan ke atas, ASI sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi,

sehingga harus ditunjang dengan makanan pendamping ASI. Bila pemberiannya

terlambat, dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang.

Salah satunya gagal tumbuh yang berisiko menyebabkan stunting atau anak pendek.

Selain itu dikhawatirkan pula terjadi kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan

23
terjadinya anemia yang berdampak pada kemampuan konsentrasi atau kemampuan

belajarnya.

b. Kemampuan oromotor kurang terstimulasi

Oromotor dapat distimulasi dengan mengenalkan makanan pendamping ASI

dengan berbagai tekstur atau konsistensi, rasa, dan suhu. Celakanya, bila oromotor tidak

terstimulus dampaknya bisa menyebabkan berbagai kondisi, di antaranya :

1. Anak mengalami kesukaran mengunyah dan menelan

2. Dampak lebih lanjut, gigi anak terancam rusak, pertumbuhan rahang terganggu

seperti maloklusi (Kompas.Com, 2012).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan MP-ASI.

Keberhasilan pemberian MP-ASI secara baik dan tepat sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain adalah pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian MP-

ASI, hal tersebut cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal ibu. Semakin

tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh, semakin tinggi pula pengetahuan

tentang pemberian MP-ASI yang tepat yaitu pada usia 6-24 bulan. Selain itu ibu yang

bekerja terlalu sibuk cenderung memiliki waktu yang lebih sedekit untuk memperoleh

informasi tentang pemberian MP-ASI yang tepat, yang berdampak pada tidak

terpenuhinya pemberian MP-ASI yang sesuai pada anak balita. Beberapa hal tersebut

dapat membentuk pengetahuan dan respon sikap dalam pemberian MP-ASI menjadi tidak

terarah sesuai prosedur pemberian yang telah ditetepkan yaitu pada usia 6-24 bulan

(Markum dalam Suparyanto, 2010).

24
1. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui itu bisa apa saja tanpa syarat tertentu, bisa

sesuatu yang didapat dengan atau tanpa metode ilmiah (Marzoeki, 2000, dalam Muthmainah,

2010).

Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI adalah hasil dari tahu faktor

penginderaan terhadap suatu objek tertentu tentang bahan makanan yang diperlukan dalam

satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur

yang dibutuhkan oleh tubu (Muthmainnah, 2010).

2. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera

penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010). Secara garis besarnya dibagi dalam 6

tingkat pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: Tahu bahwa makanan pendamping

ASI sangat penting bagi pertumbuhan anak, tahu manfaat dan tujuan diberikannya

25
makanan pendamping ASI, makanan pendamping ASI sebaiknya mulai diberikan pada

bayi diatas 6 bulan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar

dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar

tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya ibu yang memahami tahapan pemberian

makanan pendamping ASI, bukan hanya sekedar menyebutkan tahapan sesuai usia bayi,

tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus diberikan secara bertahap dan sebagainya.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi

yang lain. Misalnya seorang ibu yang telah paham tentang proses pemberian makanan

pendamping ASI, ia harus tahu kapan waktu dalam pemberian makanan pendamping

ASI, ibu yang telah paham mengenai makanan pendamping ASI, ia akan memberikan

makanan pendamping ASI sesuai dengan jadwal, dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah

sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas

objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

26
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan

yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penelitian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat

menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat

menilai manfaat diberikan makanan pendamping ASI pada bayi, dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 2010).

1. Kerangka konsep

Pemberian ASI

a) Frekuensi pemberian
ASI

Status gizi balita


umur 6-24 bulan

Pemberian MP-ASI

a). frekuensi pemberian MP-ASI

b). jenis pemberian MP-ASI

c). jumlah pemberian MP-ASI

Gambar 2. Kerangka Konsep

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

observasional.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

cross-sectional, yaitu peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu

saat tertentu. Kata satu saat bukan berarti semua subjek di amati tepat pada saat yang

sama, tetapi artinya tiap subjek hanya di observasi satu kali dan pengukuran variabel

subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut (Sastroasmoro, 2011).

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2021 dilakukan di wilayah kerja

puskesmas Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi penelitian yaitu seluruh ibu yang mempunyai Baduta yang berusia 6-24

bulan yang berada di kecamatan sampara Kabupaten Konawe.

2. Sampel

1. Teknik sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai Baduta

usia 6-24 bulan dan ibu sebagai responden dengan menggunakan teknik Total

Sampling yaitu Pengambilan sampel semua populasi dengan total populasi, yang

berada di wilayah Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe.

28
3. Responden

Responden pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki Baduta usia 6-24 bulan

yang berada di wilayah Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe.

D. JENIS DAN PENGAMBILAN DATA

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian

oleh peneliti. Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner

tentang pengetahuan ibu tentang ASI dan Makanan Pendamping ASI dengan status

gizi baduta , karakteristik umur ibu, karakteristik umur baduta, karakteristik

pekerjaan ibu dan ayah, karakteristik pendidikan ibu dan karakteristik paritas. Berat

badan diukur dengan cara menggunakan dacin, Panjang badan dengan cara

pengukuran menggunakan length board.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak langsung dari objek penelitian.

Data dekunder didapatkan dari buku register yaitu jumlah ibu yang mempunyai bayi

usia 6-24 bulan.

E. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

1. Pengolahan data

Data tentang pemberian MP-ASI yang meliputi jenis, tekstur, porsi dan

frekuensi MP-ASI diolah dengan mendeskripsikan hasil yang telah di kumpulkan dari

kuesioner disesuaikan dengan umur kemudian dibandingkan dengan kriteria objektif.

29
2. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisa univariate, dilakukan untuk

memperoleh gambaran dari masing-masing variable, disajikan secara deskriptif dalam

bentuk tabrl distribusi frekuensi. Untuk mendeskripsikan semua variable bebas dan

terikat dalam bentuk table distribusi frekuensi dan narasi.

F. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF

1. Pemberian MP- ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau

minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24

bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Kriteria Objektif yang digunakan :

Sering : jika jumlah /frekuensi persalinan ibu >_ 3kali

Jarang : jika jumlah / frekuensi persalinan ibu < 3 kali

2. Pengetahuan adalah kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan seputar

pemberian kolostrum dan ASI ekslusif. Kriteria obyektif yang digunakan yaitu:

Cukup : jika nilai jawaban responden > 60% dari total jawaban yang benar

Kurang : jika nilai jawaban < 60% dari total jawaban benar

(Sumber: Soekidjo,2003).

30
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Soetjiningsi, IG. N.Gde Ranuh.Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: penerbit buku

Kedokteran EGC. 2013.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor: 1995/Menkes/SK/XIII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi

Anak. Jakarta.

Kumalasari, S, Y., Sabrian, F., dan Hasanah, O. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemberian makanan pendamping ASI dini. Jurnal Jom.Vol 2 No.1 (online) 22 Desember 2018

Bhatia, R, & Jain, U. (2014). Knowledge, Attitude, Practices and Misconceptions Among

Mothers Regarding Complementary Feeding. International Journal of Medical Science and

Public Health. Vol 3. Issue 10 (online) 20 Desember 2018 Lestari, M., U., Lubis, G., dan

Pertiwi,D. (2014).

Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi (MPASI) dengan Status Gizi Anak Usia 1-

3Tahun di Kota Padang Tahun 2012.Jurnal Kesehatan Andalas. 3(2).

Budiman & Riyanto A. (2013). Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan dan Sikap dalam

Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika PP 66-69.

Dewi, Ratna Kartika, Ika Pantiawati, Ossie Happinasari. 2010.

31
Hubungan Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dengan Status Gizi

Pada Balita Usia 6-12 Bulan Di Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumas. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1)Florence, Agnes Grace. 2017.

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Konsumsi dengan Status Gizi pada Mahasiswa

TPB Sekolah Bisnis dan Manejemen Institut Teknologi Bandung. Skripsi. Universitas

Pasundan Bandung.Geswar, Jusma Wijaya Kusuma. 2017.

Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Terhadap Tinggi Badan Mahasiswa Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2017. Skripsi. Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin.

32
LAMPIRAN

Kuisioner

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DAN STATUS GIZI BADUTA USIA 6-24

BULAN DI PUSKESMAS SAMPARA

A. Identitas Responden :

1. Nama :

2. Umur :

3. Pekerjaan :

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Pegawai Swasta

c. Wiraswasta

d. Ibu Rumah Tangga

4. Pendidikan :

a. Tidak sekolah/tidak tamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SMP

d. Tamat SMA/Sederajat

e. Tamat Akademi

f. Sarjana

B. Identitas anak :

1. Nama :

2. Umur :

3. Berat Badan :

33
4. Tinggi Badan :

5. Jenis Kelamin :

C. Pengetahuan gizi ibu balita

Apakah ibu pernah mendengar a. Ya(1)


tentang ASI ekslusif?
b. Tidak(0)

Sampai umur berapakah ASI ekslusif a. 6 bulan (1)


sebaiknya diberikan kepada bayi ? b. Tidak tahu (0)
c. Lainnya (sebutkan)....
Menurut ibu apakah ASI ekslusif a. Ya (1)
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
b. Tidak (0)
hingga 6 bulan?
c. Lainnya (sebutkan)....

Menurut ibu sampai umur berapa a. 2 tahun/24 bulan (1)


anak diberikan ASI?
b. Tidak tahu (0)
c. Lainnya(sebutkan)....
Menurut ibu apakah pengertian MP- a. Makanan pendamping air
ASI? susu ibu(1)
b. Tidak tahu (0)
c. Lainnya (sebutkan)....
Pada umur berapa anak pertama kali a. > 6 bulan (1)
dibeikan MP-ASI? b. Tidak tahu (0)
c. Lainnya (sebutkan)….
Menurut ibu, bagaimana pemberian a. ASI sesering mungkin [(1) ya,
MP-ASI untuk anak berusia 6-9
(0) tidak]
bulan ?
b. Frekuensi 2-3 kali makan,
(Jawaban lebih dari satu)
dan 1-2 kali selingan tiap
harinya [(1) ya, (0) tidak]
c. MP-ASI dengan tekstur

34
bubur kental atau makanan
yang dilumatkan [(1) ya, (0)
tidak]
d. Lainnya (sebutkan)........
Menurut ibu, bagaimana pemberian a. ASI sesering mungkin [(3)
MP-ASI untuk anak berusia 9-12
ya, (0) tidak]
bulan ? (Jawaban lebih dari satu)
b. Frekuensi 3-4 kali makan,
dan 1-2 kali selingan tiap
harinya [(2) ya, (0) tidak]
c. MP-ASI dengan tekstur yang
dicincang halus, dicincang
kasar atau makanan
lembik/lunak [(1) ya, (0)
tidak]
d. Lainnya (sebutkan)........
Menurut ibu, bagaimana pemberian a. Frekuensi 3-4 kali makan,
MP-ASI untuk anak berusia 12-24
dan 1-2 kali selingan tiap
bulan ?
harinya [(2) ya, (0) tidak]
(Jawaban lebih dari satu)
b. Makanan keluarga yang
dihaluskan atau dicincang
seperlunya [(1) ya, (0) tidak]
c. Lainnya (sebutkan
Apakah ibu pernah mendengar istilah a. Ya (1)
PGS (Pedoman Gizi Seimbang)/ 10
b. Tidak (0)
pesan dasar gizi seimbang ?

35
Bila “ya” sebutkan ? a. Syukur dan nikmati aneka

(Jawaban Lebih Dari 1) ragam makanan [(1) ya, (0)


tidak]
b. Biasakan makan sayuran
dan cukup buah-buahan [(1)
ya, (0) tidak]
c. Biasakan mengkonsumsi
lauk pauk yang mengandung
protein tinggi [(1) ya, (0)
tidak]
d. Biasakan mengkonsumsi
aneka ragam makanan
pokok[(1) ya, (0) tidak]
e. Batasi konsumsi pangan
manis, asin dan berlemak
[(1) ya, (0) tidak]
f. Biasakan sarapan [(1) ya, (0)
tidak]
g. Biasakan minum air putih
yang cukup dan aman [(1)
ya, (0) tidak]
h. Biasakan membaca label
pada kemasan pangan [(1)
ya, (0) tidak]
i. Lakukan aktivitas fisik yang
cukup dan pertahankan
berat badan [(1) ya, (0)
tidak]

36
Skor Jawaban Max : 4
jawaban benar

Total skor jawaban___________


Persentase Skor = Total skor jawaban x 100

Total skor total

= ____________ x 100

Kesimpulan :

a. Cukup : Apabila jumlah skor ≥ nilai rata-rata seluruh sampel

b. Kurang : Apabila jumlah skor < nilai rata-rata seluruh sampel

D. Pemberian MP-ASI

Pada umur berapa anak ibu pertama kali dibeikan MP-ASI? a. > 6 bulan (1)
b. Tidak tahu (0)
c. Lainnya (sebutkan)....(77)
Menurut ibu, bagaimana pemberian MP-ASI untuk anak a. ASI sesering mungkin [(1) ya, (0) tidak]
berusia 6-9 bulan? b. Frekuensi 2-3 kali makan, dan 1-2 kali
selingan tiap harinya [(1) ya, (0) tidak]
c. MP-ASI dengan tekstur bubur kental atau
makanan yang dilumatkan [(1) ya, (0) tidak]
d. Lainnya (sebutkan)........(77)
Menurut ibu, bagaimana pemberian MP-ASI untuk anak a. ASI sesering mungkin [(1) ya, (0) tidak]
berusia 9-12 bulan ? b. Frekuensi 3-4 kali makan, dan 1-2 kali
selingan tiap harinya [(1) ya, (0) tidak]
c. MP-ASI dengan tekstur yang dicincang
halus, dicincang kasar atau makanan
lembik/lunak [(1) ya, (0) tidak]

37
d. Lainnya (sebutkan)........(77)
Menurut ibu, bagaimana pemberian MP-ASI untuk anak a. Frekuensi 3-4 kali makan, dan 1-2 kali
berusia 12-24 bulan ? selingan tiap harinya [(1) ya, (0) tidak]
b. Makanan keluarga yang dihaluskan atau
dicincang seperlunya [(1) ya, (0) tidak]
c. Lainnya (sebutkan)........(77)

Jika anak tidak mau makan, tindakan apa yang ibu lakukan ? a. Membujuknya (1)
b. Dibiarkan (1)
c. Memarahinya (1)
d. Lainnya (sebutkan)......(77)
Pada saat kapan ibu memberikan makanan/ASI kepada anak a. Setiap anak membutuhkan (2)
? b. Setiap anak menangis (1)
c. Tidak relevan (66)
d. Lainnya (sebutkan)......(77)
Total skor jawaban___________

Persentase Skor = Total skor jawaban x 100


Total skor total *
= ____________ x 100

Kesimpulan :
a. Cukup : Apabila jumlah skor ≥ nilai rata-rata seluruh sampel

b. Kurang : Apabila jumlah skor < nilai rata-rata seluruh sampel

Formulir Food Frequency Questionnaire (FFQ)

Frequensi konsumsi ( skor konsumsi pangan )


No Bahan makanan >3 1-2 3-6 1-2 2 kali Tidak
kali/hari kali/hari kali/mingg kali/mingg sebulan pernah
u u
(50) (25) (15) (10) (5) (0)
A MAKANAN POKOK
1 Nasi
2 Biskuit
3 Jagung segar
4 Kentang
5 Mie basah
6 Mie kering

38
7 Songgi
8 Singkong
9 Sukun
10 Tape beras ketan
Lainya….

B LAUK HEWANI
11 Daging sapi
12 Daging ayam
13 Ikan segar
14 Ikan teri kering
15 Telur ayam
16 Udang basah
Lainya….

C LAUK NABATI
17 Kacang hijau
18 Kacang kedelai
19 Kacang merah
20 Kacang mete
21 Tahu
Lainya….

D SAYURAN
22 Bayam
23 Kangkung
24 Sawi
25 Terong
Lainya….

E BUAH-BUAHAN
26 Alpokat
27 Anggur

39
28 Durian
29 Jeruk manis
30 Mangga
31 Nenas
32 Papaya
Lainya….

Skor Konsumsi Pangan

40

Anda mungkin juga menyukai