Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

ACIDI-ALKALIMETRI

Nama : Wahyu Intan Novitasari

NIM : 4305020021

SEMESTER I
FAKULTAS FAMASI UNIKA WIDYA MANDALA
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
TEORI ACIDI-ALKALIMETRI

Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimwtri adalah
reaksi penetralan atau acidi-alkalimetri. Acidi-alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang
terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam
standar (acidimetric), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa
lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hydrogen dan
ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut.
Titrasi asam-basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Kata metri berasal dari bahasa
Yunani yang berarti ilmu, proses atau seni mengukur. Jadi asidimetri dapat diartikan penentuan
kadar suatu asam dalam larutan dan alkalimetri dapat diartikan penentuan kadar suatu basa
dalam suatu larutan. Acidi-alkalimetri menyangkut titrasi asam dan atau basa diantaranya :
1. Asam kuat-basa kuat
2. Asam kuat-basa lemah
3. Asam lemah-basa kuat
4. Asam kuat-garam dari asam lemah
5. Basa kuat-garam dari basa lemah
Mengingat kembali bahwa perhitungan kualitas zat dalam titrasi didasarkan pada jumlah
pereaksi yang tepat saling menghabiskan dengan zat tersebut, sehingga berlaku :
Jumlah ekivalen analat = jumlah ekivalen pereaksi atau (V x N) analat = (V x N) pereaksi
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh
tertentu yang akan di analisis. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-
larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis
larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-v olume
suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan.
Indikator dalam titrasi adalah indikator pH karena indikator ini berubah warnanya sesuai
dengan perubahan pH. Suatu indikator pH memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH
tertentu.
Larutan yang dititrasi dalam acidi-alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya bila
larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus
menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pHmeter) pada awal titrasi (yakni
sebelum ditambah basa) dan pada waktu tertentu setelah titrasi dimulai, maka kalau pH larutan
dialurkan lawan volume titrant, kita peroleh grafik yang disebut kurva titrasi.
BAB II
PROSEDUR KERJA

A. Pembuatan Larutan Baku Primer Na2B4O7 ± 0,1N


1. Timbang seksama 19,1875 gram Na2B4O7 dan berat botol timbang pada timbangan gram
balance.
2. Dilarutkan dalam beker glass dengan air bebas CO2 atau Aquadest, dimasukkan ke labu
takar kemudian bilas beker glass dengan Aquadest dan masukkan hasil bilasan ke labu
takar, tambahkan Aquadest ke dalam labu takar ad 1000ml, tutup labu dan homogenkan.
3. Lakukan orientasi botol timbang pada timbangan analitik balance, sehingga diketahui
berat botol timbang dan zat, berat botol timbang, dan berat zat sebesar 19,1875 gram.

B. Pembuatan Larutan Baku Sekunder HCl ± 0,1N


1. Timbang seksama 8 gram HCl
2. Kemudian dilarutkan dan diencerkan dengan air dalam beker glass, dimasukkan ke labu
takar, bilas beker glass kemudian masukkan hasil bilasan pada labu takar, tambahkan air
ad 1000 ml, tutup labu dan homogenkan.

C. Data Percobaan
1. Standarisasi HCl dengan Na2B4O7 (baku primer dipipet 10 ml)

Volume Volume
Volume
Awal Akhir
m
0,00 ml 9,80 ml 9,80
l
m
0,00 ml 9,70 ml 9,70
l
m
0,00 ml 9,75 ml 9,75
l
m
29,25 /3
l
Rata - rata
m
9,75
l

2. Penetapan kadar Na2B4O7 dengan HCl (sampel dipipet 10 ml)

Volume Volume
Volume
Awal Akhir
0,00 ml 9,85 ml 9,85 Ml
0,00 ml 9,75 ml 9,75 Ml
0,00 ml 9,90 ml 9,90 ml
29,5/3 ml
Rata - rata
9,83 ml

D. Perhitungan Kadar
1. Normalitas Baku Primer
Berat zat : 19,1875 gram
Mr baku primer : 381,37 n:2
Mr 381,37
BE = = = 190,685
N 2

Gram 19,1875
N= = = 0,10062 N Na2B4O7
BE x V 190,685 x 1

2. Standarisasi Baku Sekunder dengan Baku Primer


N1 x V1 = N2 x V2
N1 x 9,75 ml = 0,10062 x 10 ml
N1 = 1,00624
9,75
= 0,10320 N NaOH

3. Penetapan Kadar Sampel


N1 x V1 = N2 x V2
N1 x 10 ml = 0,10320 x 9,83 ml
N1 = 1,014497 = 0,10145 grek/l
10
= 0,10145 = 0,05072 grol/l
2

0,05072 X 381,37 = 19,34493 gram/l


= 1,93449 gram/100ml
= 1,93449 o/o b/v

Kesetaraan :
1 ml HCl ± 1 N setara dengan 95,34 mg Na2B4O7.10H2O
1 ml HCl ± 0,1 N setara dengan 0,01907 g Na2B4O7.10H2O
Kadar = V x N x gram kesetaraan
0,1
= 9,83 x 0,10320 x 0,01907
0,1
= 0,19345/10 ml x 10 g/100 ml
= 1,93450 o/o b/v
BAB III
PEMBAHASAN

Penentuan kadar Na2B4O7 pada reaksi acidi-alkalimetri ini menggunakan prinsip


penetrala asam basa. Reaksi pada percobaan ini sebagai berikut :
Na2B4O7 + 3 H2O 2 NaBO2 + 3 H3BO3
2 NaBO2 + 4 H2O2 NaOH + 2 H3BO3
2 NaOH + 2 HCl 2 NaCl + 2 H2O
Pada percobaan acidi-alkalimetri ini, digunakan larutan HCl sebagai larutan standar,
namun karena HCl merupakan larutan standar sekunder maka perlu distandarisasi. Na2B4O7
0,1N sebagai larutan standar primer. Untuk menstandarisasi larutan HCl sehingga dapat
diketahui konsentrasinya, indikator yang digunakan adalah MR 0,1o/o. Sampel yang
ditentukan kadarnya adalah senyawa Boraks (Na2B4O7).
Untuk pembuatan larutan standar HCl, dibutuhkan Kristal HCl sebanyak 8 gram dan
aquades sebanyak 1000 ml. sedangkan untuk pembuatan larutan standar Na2B4O7 diperlukan
Kristal boraks sebanyak 19,1875. Kemudian dilakukan standarisasi larutan HCl dengan
menggunakan larutan Na2B4O7 untuk menentukan konsentrasi HCl. Proses standarisasi ini
menggunakan indikator MR 0,1o/o, sehingga setelah tercapai titik ekivalen didapat
perubahan warna dari kuning menjadi merah.
Pada saat pengambilan Na2B4O7 dilakukan dengan menggunakan pipet, sebanyak 10
ml. kemudian dilakukan proses titrasi dengan menggunakan indikator MR 0,1o/o dan HCl
sebagai baku sekunder. Setelah titik ekivalen tercapai didapat perubahan warna larutan dari
kuning menjadi merah.
Dari perhitungan normalitas baku primer didapat N dari Na2B4O7 adalah 0,10062 N.
pada perhitungan standarisasi baku sekunder dengan baku primer diperoleh hasil 0,10320 N
NaOH. Sehingga didapat kadar sampel sebesar 1,93449 o/o b/v.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Pembuatan larutan baku sekunder HCl dilakukan dengan cara melarutkan 8 gram Kristal
HCl dengan 1000 ml aquadest.
2. Pembuatan larutan baku primer Na2B4O7 dilakukan dengan cara melarutkan 19,1875
gram Na2B4O7 dengan 1000 ml aquadest.
3. Dari normalitas baku primer diperoleh nilai 0,10062 N Na2B4O7
4. Dari proses standarisasi HCl dengan Na2B4O7 diperoleh normalitas HCl sebesar 0,10320
N
5. Presentase kadar sampel yang didapat sebesar 1,93449 o/o b/v dengan kadar kesetaraan
1,93450 o/o b/v.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.acapemiaa.epu//935/265///aapraa_ Paatitu/mi Kamiaa Faamiasa lktakamieraa/

https://kapraa_paatitu/mi.ap/kapraa_-paatitu/mi-aktakamieraa/

Depaaremie_ Kesehara_ I_pr_esaa. 93/3. Farmakope Indonesia Edisi Ketia

Anda mungkin juga menyukai