Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANTENATAL CARE DAN
INTRANATAL CARE

Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas
Dosen Pengampu : Warliana M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 5
Rulyana Prihastiwi P17324417009
Latifah Indah Rahma P17324417020
Ratna Juwita P17324417031
Jalum 3A

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI BANDUNG


PRODI KEBIDANAN KARAWANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
Makalah  ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah  ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 Pengertian Standar Pelayanan Minimal.........................................................3
2.2 Standar Pelayanan Minimal Antenatal Care...........................................3
2.3 Pelayanan Antenatal Terpadu.......................................................................11
2.4 Standar Alat Antenatal.................................................................................26
2.5 Standar Pelayanan Minimal Intranatal Care.........................................27
2.6 Standar Asuhan Intranatal Kebidanan..........................................................33
2.7 Manajemen Asuhan Intranatal......................................................................35
2.8 Asuhan Pada Kegawatdaruratan Persalinan.................................................36
2.9 Upaya Pemerintah dalam Asuhan Kebidanan Komunitas...........................37
BAB 3....................................................................................................................45
3.1 Simpulan.......................................................................................................45
3.2 Saran.............................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu/ Maternal Mortality Rate, merupakan salah satu
indikator pembangunan kesehatan di seluruh dunia. Definisi Kematian Ibu adalah
Kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan
atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/ cedera (World Health
Organization). Angka Kematian Ibu (AKI) dihitung berdasarkan jumlah kematian per
100.000 kelahiran hidup dalam jangka waktu tertentu di suatu wilayah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan asuhan
antenatal perlu dilaksanakan secara terpadu dengan program lain yang terkait.
Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi adalah integrase asuhan antenatal dengan
pelayanan program Gizi, Imunisasi, IMS-HIV-AIDS, ESK dan Frambusia, TB dan
Kusta, Malaria, Kecacingan, dan Intelegensia  dengan pendekatan yang responsif
gender  untuk menghilangkan missed opportunity yang ada. Selanjutnya akan
menuju pada pemenuhan hak reproduksi bagi setiap orang khususnya ibu
hamil. Untuk itu perlu adanya perbaikan standar pelayanan asuhan antenatal yang
terpadu, yang mengakomodasi kebijakan, strategi, kegiatan dari
program t e r k a i t .   Dalam pelaksanaannya perlu dibentuk tim pelayanan Asuhan
Antenatal Terintegrasi, yang dapat memfasilitasi kemitraan antara dokter spesialis,
dokter umum, bidan maupun dukun dengan sistem rujukan yang jelas, dilengkapi
fasilitas pendukung dari masing-masing program guna mewujudkan Making
Pregnancy Safer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana standar pelayanan minimal antenatal di komunitas?

1
2. Bagaimana standar pelayanan minimal asuhan intranatal pada kebidanan
komunitas?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui standar pelayanan minimal antenatal di komunitas
2. Mengetahui standar pelayanan minimal asuhan intranatal pada kebidanan
komunitas

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Standar Pelayanan Minimal


Standa Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh
setiap warga negara secara minimal. Setiap warga negara sesuai dengan kodratnya
berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan memanfaatkan
seluruh potensi manusiawi yang dimilikinya. Sebaliknya Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah berkewajiban menjamin agar setiap warga negara dapat
menggunakan haknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa hambatan atau
halangan dari pihak manapun.
Konsep standar pelayanan minimal berubah dari Kinerja Program
Kementerian menjadi Kinerja Pemda yang memiliki konsekuensi reward dan
punishment, sehingga Pemda diharapkan untuk memastikan tersedianya sumber daya
(sarana, prasarana, alat, tenaga dan uang/biaya) yang cukup agar proses penerapan
SPM berjalan adekuat.
Standar pelayanan minimal merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan
oleh Pemda untuk rakyatnya, maka target standar pelayanan minimal harus 100%
setiap tahunnya. Untuk itu dalam penetapan indikator Standar Pelayanan Minimal,
Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non Kementerian melakukan pentahapan pada
jenis pelayanan, mutu pelayanan dan/atau sasaran/lokus tertentu.
Standar pelayanan minimal merupakan salah satu program strategis
nasional. Pada Pasal 68 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
disebutkan bahwa Kepala Daerah yang tidak melaksanakan program strategis
nasional akan dikenai sanksi yaitu sanksi administratif, diberhentikan sementara
selama 3 (tiga) bulan, sampai dengan diberhentikan sebagai kepala daerah. Menurut
PP 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu

3
Jenis pelayanan dasar pada SPM kesehatan daerah provinsi

Pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat


bencana dan/atau berpotensi bencana provinsi.

Pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa


provinsi.

Jenis pelayanan dasar pada SPM kesehatan daerah kab/kota :

Pelayanan kesehatan ibu hamil;

Pelayanan kesehatan ibu bersalin;

Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;

Pelayanan kesehatan balita;

Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;

Pelayanan kesehatan pada usia produktif;

Pelayanan kesehatan pada usia lanjut;

Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;

Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus;

Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat;

Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis; dan

Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan


daya tahan tubuh manusia (human immunodeficiency virus), yang bersifat
peningkatan/promotif dan pencegahan/preventif.

4
2.2 Standar Pelayanan Minimal Antenatal Care
a. Pernyataan Standar
Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan ibu hamil kepada semua ibu hamil di wilayah kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu kehamilan.

b. Pengertian
a) Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal
satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan
dua kali pada trimester ketiga yang dilakukan oleh Bidan dan atau
Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan baik yang bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang
memiliki Surat Tanda Register (STR).
b) Yang disebut dengan standar pelayanan antenatal adalah pelayanan
yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T
yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;
2. Ukur tekanan darah;
3. Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
4. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri);
5. Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ);
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan;
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan;
8. Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin
darah (Hb), pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah

5
dilakukan sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada
indikasi); yang pemberian pelayanannya disesuaikan dengan
trimester kehamilan.
9. Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan;
10. Temu wicara (konseling)

c. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


1. Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa

No Barang Jumlah Fungsi


1 ampul x
Sejumlah sasaran
- Pencegahan Tetanus pada ibu
Vaksin Tetanus ibu hamil/10
1 dan tetanus pada bayi saat
Difteri (Td); (tergantung
persalinan
status
imunisasi ibu)

Tablet tambah 90 tablet x jumlah - Pencegahan anemia defisiensi


2
darah ibu hamil besi dan defisiensi asam folat

Alat deteksi risiko ibu hamil


Sejumlah ibu - Mengetahui hamil
a. tes kehamilan
3 hamil atau tidak
Sejumlah ibu - Mengetahui anemia
b. pemeriksaan Hb
hamil atau tidak

6
- Mengetahui golongan darah ibu
c. pemeriksaan Sejumlah ibu hamil sebagai persiapan mencari
golongan darah hamil pendonor darah bila terjadi
Komplikasi

- Mengetahui diabetes dan risiko


d. Pemeriksaan Sejumlah ibu
pre eklamsi dan
glukoprotein urin hamil x 15%
eklamsi

Kartu ibu/rekam Sejumlah ibu


4 - Form rekam medis bagi ibu
medis ibu hamil
Pencatatan kesehatan ibu dan
Sesuai anak sampai umur 6 tahun
5 Buku KIA
Kebutuhan Media KIE bagi ibu
dan keluarganya

d. Definisi Operasional Capaian Kinerja


Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil dinilai dari cakupan
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K4) sesuai standar di wilayah
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.

e. Rumus Penghitungan Kinerja


Persentase ibu Jumlah ibu hamil yang
hamil mendapatkan pelayanan K4 di
mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan

7
pelayanan = milik pemerintah dan swasta x 100 %
Jumlah semua ibu hamil di wilayah
kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun yang
sama.

f. Contoh Penghitungan
Di Kabupaten “A” terdapat 4000 ibu hamil. Adapun rincian yang
berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah adalah
sebagai berikut:

Fasilitas Pelayanan Jumlah Sasaran Ibu Jumlah yang Mendapat


Kesehatan Hamil Pelayanan K4

(a) (b) (c)


Puskesmas A 1000 950
Puskesmas B 1000 1000
Puskesmas C 1000 1000
Puskesmas D 1000 900
Jumlah 4000 3850

Hasil rekapitulasi pada tahun itu, ibu hamil yang mendapat pelayanan
K4 sebanyak 3850 orang. Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “A”
dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil adalah 3850/4000 x 100 %
= 96,2%.
Catatan: Mengingat jumlah kunjungan masih 3850 orang, diperlukan
rencana strategis tahun depan untuk menjangkau 150 orang yang belum
berkunjung. Perlu dianalisis sebab-sebab merekabelum berkunjung apakah
persoalan sosialisasi, akses, sudah memeriksa sendiri atau tidak mau

8
mendapat pelayanan skrining.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mempunyai strategi untuk
menjangkau seluruh ibu hamil agar seluruhnya memperoleh pelayanan
kesehatan ibu hamil sesuai standar
g. Target
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan ibu hamil adalah 100 persen.
h. Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan ibu hamil
2. Pemeriksaan kehamilan
3. Pemberian Buku KIA
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Rujukan ANC jika diperlukan

i. Teknik Penghitungan Pembiayaan


Langkah
Kegiatan Variabel Komponen Volume
1. Pendataan
Ibu Hamil
Pendataan Bumil Jumlah Petugas X
Transport X Jumlah
Petugas Biaya Transport Kunjungan X
Petugas/BBM (1) Jumlah Puskesmas

Bumil Data Jumlah


Bumil
1 Paket X
Kegiatan
Pengadaan
Formulir Pendataan X
Formulir
Jumlah
Puskesmas
2. Pemeriksaan
Kehamilan
(Anc)

9
A. Pelayanan Pelayanan
Petugas
Dalam Gedung Antenatal
Pengadaan Set 1 Paket X Jumlah
Alat Kesehatan Pemeriksaan Puskesmas, Jaringan
Kehamilan Dan Jejaringnya
Pengadaan Set
Pemeriksaan (1 Paket X Jumlah
Pemeriksaan
Laboratorium Sasaran) / 100
Laboratorium
90 Tablet Fe X
Pengadaan Tablet Fe
Obat Jumlah Sasaran
90 Tablet
Bumil
Pengadaan Paket 1 Paket X Jumlah
Vaksin
Imunisasi Td Sasaran Ibu Hamil/10
Jumlah Petugas X
Pelayanan Antenatal Biaya Transport X
B.Pelayanan Luar
Petugas Biaya Transport Jumlah Kunjungan
Gedung
Petugas/BBM (Rutin Dan
Sweeping)
Pengadaan Set
Puskesmas, Jaringan
Alat Kesehatan Pemeriksaan
Dan Jejaringnya
Kehamilan
Terintegrasi Dengan
Pengadaan Tablet Fe Paket Pengadaan
Obat
90 Tablet Tablet Fe Pelayanan
Dalam Gedung
Pengisian Dan
3.Pengisian Dan Terintegrasi Dengan
Pemanfaatan Petugas Pemanfaatan Buku
Buku KIA Pelayanan Antenatal
KIA
1 Buku X Jumlah
Buku KIA Sesuai Kebutuhan
Sasaran Ibu Hamil

10
1 Paket X Jumlah
Pengadaan Register
Desa (Integrasi Untuk
4.Pengisian Kartu Kohort Ibu
Register Ibu Kebutuhan Ibu
Ibu Dan Kohort (Antenatal,Bersalin,
Bersalin Dan Ibu
Nifas)
Nifas)
1 Paket X Jumlah Ibu
Kartu Ibu Pengadaan Kartu Ibu
Hamil
Pengadaan Formulir
Formulir Dan 1 Paketx Jumlah
Kartu Ibu. Formulir
ATK Puskesmas
Pelaporan,Dan ATK
Pelayanan
Jumlah Petugas X
Kegawatdaruratan
5.Rujukan Petugas Biaya Transport X
Maternal Biaya
Jumlah Rujukan
Transport/Bbm

Keterangan:
1. Unit cost mengacu pada Perda dan atau standar biaya yang berlaku di
daerah setempat;
2. Pengadaan Set Peralatan Kesehatan mengacu pada Permenkes Nomor 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas;
3. Pengadaan Set Peralatan Kesehatan Ibu Hamil mengacu pada Permenkes
Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi serta Pelayanan Kesehatan
Seksual;
4. Pengadaan Set Peralatan Kesehatan Bayi Baru Lahir mengacu pada
Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak;
5. Pemeriksaan Laboratorium pada Ibu dan Anak mengacu pada Pedoman
Pemeriksaan Ibu dan Anak (PPIA);
6. Pengisian dan pemanfaatan buku KIA mengacu pada Kepmenkes Nomor

11
284/MENKES/SK/III/2004 tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak.

j. Monitoring dan Evaluasi


1) Sistem Informasi Puskesmas
2) Sistem Informasi Rumah Sakit
3) Sistem Informasi Kesehatan Daerah
k. Sumber Daya Manusia
1) Bidan
2) Dokter/DLP
3) Dokter Spesialis Kebidanan

2.3 Pelayanan Antenatal Terpadu


A. Konsep Pelayanan
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan
pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru
lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi
kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu
nifas.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat
memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini
masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara
adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal
harus dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan
antenatal yang berkualitas.
Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan

12
komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui :
a. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasidan
gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan
cerdas
b. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
c. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman;
d. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/komplikasi.
e. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan.
f. Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarganya dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan
bila terjadi penyulit/komplikasi.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus


Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau
kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan
dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan
ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD
(Cephalo Pelvic Disproportion)
2. Ukur Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah

13
dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria)
3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamilberisiko KEK. Kurang energi
kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm.
Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
4. Ukur Tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukursetelah kehamilan 24 minggu
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan
letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada
akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat
kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status
imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan
status imunisasiTibu saat ini. Ibu hamil minimalmemiliki status imunisasi T2

14
agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan
status imunisasi T5 (TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin
adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil
yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik daerah
endemis/epidemi (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium
khusus adalah pemeriksaan laboratoriumlain yang dilakukan atas indikasi
pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan jugauntuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita
anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Pemeriksaan kadarhemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua
dilakukan atas indikasi.
c. Pemeriksaan protein dalam urin

15
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga.
e. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan
darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di
daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria
apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan
ibu hamil yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya
dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua
ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya
saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Di daerah epidemi
HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan
pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada pemeriksaan
laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang
persalinan Teknik penawaran ini disebut Provider Initiated Testing and
Councelling (PITC) atau Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan
Kesehatan dan Konseling (TIPK).

16
h. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin.

Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan


pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan. Mengingat kasus perdarahan dan
preeklamsi/eklamsi merupakan penyebab utama kematian ibu, maka diperlukan
pemeriksaan dengan menggunakan alat deteksi risiko ibu hamil oleh bidan termasuk
bidan desa meliputi alat pemeriksaan laboratorium rutin (golongan darah, Hb), alat
pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-protein urin), dan tes hamil.

9. Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
10. Temu wicara (konseling)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal
yang meliputi :
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya
secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar
beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari)
dan tidak bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan
selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2
kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan

17
dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga
terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat
perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan
dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas
kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda bahaya baik
selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada
hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat
nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil
segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan
yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting
untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin
untuk mencegah anemia pada kehamilannya.
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit
menular dan penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi pada
kesehatan ibu dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di daerah Epidemi
meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah
epidemic rendah.
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera

18
diberikan informasi mengenai resiko penularan HIV dari ibu ke
janinnya. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dilakukan
konseling Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Bagi
ibu hamil yang negatif diberikan penjelasan untuk menjaga tetap HIV
negatif diberikan penjelasan untuk menjaga HIV negative selama hamil,
menyusui dan seterusnya.
Salah satu program pemerintah dalam upaya Pencegahan Dan
Penularan HIV Dari Ibu Ke Bayi atau Prevention Mother To Child
Transmission of HIV (PMTCT) merupakan progran yang
direncakanan dan dijalankan pemerintah untuk mencegah
terjadinya penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayinya. Program
PMTCT mencegah penularan HIV/AIDS pada perempuan
usia produktif dengan kehamilan HIV positif. Program
PMTCT dilaksanakan pada perempuan usia produktif dengan
melibatkan remaja dalam menyebarkan informasi tentang
HIV/AIDS, selain itu juga meningkatkan kesadaran
perempuan tentang bagaimana cara menghindari penularan virus
HIV dan IMS ( Infeksi Menular Seksual) dan menjelaskan
manfaat konseling dan tes HIV secara sukarela kepada kelompok
yang berisiko, kader dan tenaga kesehatan.
Kebijakan program PMTCT mulai dilaksanakan pada
tahun 2005 dibeberapa daerah di Indonesia. Target yang harus
dicapai adalah 100% ibu yang memeriksakan kandungannya
menerima informasi mengenai Safe Motherhood, cara berhubungan
seks yang aman, pencegahan dan penanganan Infeksi Menular
Seksual (IMS), program PMTCT, konseling pasca tes dan
pelayanan lanjutan
Upaya pencegahan penularan HIV/AID dari ibu ke bayi
adalah dengan program PMTCT (Prevention of Mother to Child

19
Transmission). Dalam pelaksanaanya PMTCT mempunyai empat
prong/pilar yaitu:
a. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan
usia reproduktif.
b. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu
dengan HIV.
c. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil
dengan HIV kepada bayi yang dikandungnya.
d. Memberikan dukungan psikologis, sosial, dan perawatan
kepada ibu dengan HIV beserta bayi dan keluarganya.
Akses untuk terapi suportif, terapi infeksi oportunistik,
dan ART (Antiretroviral Therapy). (Kemenkes, 2015)
Tenaga kesehatan memberikan informasi tentang HIV ,
menawarkan tes HIV , melaksanakan tes HIV,
menyampaikan hasil tes dan melakukan konseling pasca tes
dan melakukan rujukan ke unit perawatan, dukungan dan
pengbatan (PDP) jika hasil tes positif. Hambatan yang
dialami tenaga kesehatan adalah tidak semua tenaga
kesehatan mampu dalam menyampaikan informasi
mengenai HIV, tidak semua mampu menawarkan tes HIV
hingga pasien mau untuk diperiksaa, keterbatasan jumlah alat
tes dan pelaporan yang belum lengkap dan akurat serta masih
kuatnya stigma mengenai HIV. (Sudrani, 2018)
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau
Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT) merupakan
program pemerintah untuk mencegah penularan virus HIV /
AIDS dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Program tersebut
mencegah terjadinya penularan HIV / AIDS pada perempuan
usia produktif kehamilan dengan HIV positif, penularan

20
HIV/AIDS dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya. (WHO,
2009 dan Kemenkes 2015)
Dalam pelaksanaan PMTCT dimulai dengan pelayanan
ANC terpadu, konseling dan tes HIV wajib pada ibu hamil pada
saat ANC pertama kali. Konseling pasca tes bagi ibu hamil
yang hasilnya positif dilaksanakan bersamaan dengan
(couple counseling), pemberian kondom diberikan sebagai
alat pencegahan penularan IMS dan HIV.
Untuk ibu hamil yang sudah mengetahui status HIV
sebelum hamil terapi ARV tetap dilanjutkan sesuai panduan
sebelum hamil, jika ibu mengetahui status HIVnya pada saat
hamil maka diberikan ARV tanpa melihat stadium klinis dan
jumlah CD4nya. Untuk ibu yang mengetahui status HIVnya pada
saat persalinan segera diberikan ARV.

h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif


Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya
segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh
yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai
bayi berusia 6 bulan.
i. KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang masih
memberikan perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi mengalami
tetanus neonatorum. Setiap ibu hamil minimal mempunyai status
imunisasi T2 agar terlindungi terhadap infeksi tetanus.

21
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan,
ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan
pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan
pada periode kehamilan.

B. Jenis Pelayanan
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari:
1. Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
a. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
b. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan
dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil :
 Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda terutama
pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah kehamilan
berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali kalau
memang cukup berat, hingga tidak dapat makan dan berat badan
menurun terus.
 Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai
mengganggu aktivitassehari-hari maka perlu diwaspadai.
 Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul padaibu hamil mungkin dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin.

22
 Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan
tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
 Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan
janinnya.
 Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari
liang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda
bahaya pada kehamilan.
 Batuk lama
Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut dan
dapat dicurigai ibu hamil menderita TB.
 Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu masalah
pada kehamilan yang harus diwaspadai.
 Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa
lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi
pada sore hari. Kemungkinan ibu menderita kurang darah.
 Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila
bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu. Namun apabila hal ini
terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.
 Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu
hamil.
 Gerakan janin

23
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan
keempat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan
ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka ibu
hamil harus waspada.
 Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri,
bicara sendiri, tidak mandi, dsb.
Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini
disebabkan karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang
mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan dikonsulkan ke
psikiater.
 Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu hamil
seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu mau
berterus terang pada kunjungan pertama, yang mungkin disebabkan
oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan masalahnya kepada
orang lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas
kesehatan diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan
dukungan agar mau membuka diri.

c. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang


sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat
penyakit yang diderita ibu hamil.
d. Menanyakan status imunisasiTetanus ibu hamil
e. Menanyakan jumlah tablet tambah darah (tablet Fe) yang dikonsumsi ibu
hamil
f. Menanyakanobat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,
diuretika,antivomitus, antipiretika, antibiotika, obat TBdan sebagainya.
g. Di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat pemakaian

24
obat malaria.
h. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit
pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-langkah
penanggulangan penyakit menular seksual.
i. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi
dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
j. Menanyakankesiapanmenghadapipersalinandanmenyikapi kemungkinan
terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
 Siapa yang akan menolong persalinan?
Setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga kesehatan.
 Dimana akan bersalin?
Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas atau di rumah sakit
 Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau keluarga
terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan
dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi
persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.
 Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah yang
sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan
ibu melahirkan.
 Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon
ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan. Alat
transportasi tersebut dapat berupa mobil, ojek, becak, sepeda, tandu,
perahu, dsb.
 Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?

25
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak.
Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin)
atau dasolin (dana sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan untuk
membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan dan
kegawatdaruratan.

Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader
ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya.
Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan
antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar oleh
suami.

2. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai
jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis
(kejiwaan) ibu hamil.
3. Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau
diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan normal
dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.
Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi
anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana tindak-
lanjutnyaharus diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya. Jelaskan
tanda-tanda bahaya dimana ibu hamil harus segera datang untuk mendapat
pertolongan dari tenaga kesehatan. Apabila ditemukan kelainan atau keadaan
tidaknormal pada kunjungan antenatal, informasikan rencana tindak lanjut
termasuk perlunya rujukan untuk penanganan kasus, pemeriksaan
laboratorium/penunjang, USG, konsultasi atau perawatan, dan juga jadwal

26
kontrol berikutnya, apabila diharuskan datang lebih cepat.
Ibu hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah ibu
hamil yang mengalami segala bentuk tindak kekerasan yang berakibat, atau
mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan;
termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan
semena-mena kebebasan, baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun
dalam kehidupan pribadi.
Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) terhadap korban kekerasan merupakan
tempat dilaksanakannya pelayanan kepada korban kekerasan baik di rumah
sakit umum pemerintah dan swasta termasuk rumah sakit POLRI secara
komprehensif oleh multidisipliner dibawah satu atap (one stop services)
4. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu.
Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar
pelayanan antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga
kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu dan Buku
KIA.
Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat
lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas
pelayanan antenatal.
Dengan menerapkan pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan,
maka kualitas pelayanan antenatal dapat ditingkatkan.
5. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif.
KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari
pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk
membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya

2.4 Standar Alat Antenatal


Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi perlatan steril dan tidak steril,
bahan-bahan habis pakai, formulir yang disediakan dan obat-obatan.

27
Peralatan Bahan Habis Formulir yang
Peralatan Tidak Steril Obat-Obatan
Steril Pakai Disediakan
1.    Timbangan dewasa
2.    Pengukur tinggi badan
3.    Sphygmomanometer
(tensimeter)
4.    Stetoskop
5.    Funduskup a. Golongan
6.    Termometer aksila roborantia
1.  Bak 1. Buku KIA
7.    Pengukur waktu (Vitamin B6
instrumen a. Kasa bersih 2. Kartu status
8.    Senter dan B
2.  Spatel lidah b. Kapas 3. Formulir rujukan
9.    Refleks hammer kompleks)
3.  Sarung c. Alkohol 4. Buku register
10.  Pita pengukur lingkar b. Tablet zat
Tangan 70% 5. Alat tulis kantor
lengan atas besi
(handscoen) d.Larutan 6. Kartu penapisan
11.  Pengukur hb c. Vaksin TT
4.  Spuit klorin dini
12.  Metline d.Kapsul
(jarum) 7. Kohort  ibu/bayi
13.  Bengkok Yodium
14.  Handuk kering e. Obat KB
15.  Tabung urine
16.  Lampu spiritus
17.  Reagen untuk
pemeriksaan urine
18.  Tempat sampah

2.5 Standar Pelayanan Minimal Intranatal Care


a. Pernyataan Standar
Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai
standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan
Kesehatan Ibu Bersalin kepada semua ibu bersalin di wilayah kerjanya

28
dalam kurun waktu satu tahun.
b. Pengertian
1) Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang
dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis
Kebidanan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan
Pemerintah maupun Swasta yang memiliki Surat Tanda Register
(STR) baik persalinan normal dan atau persalinan dengan
komplikasi.
2) Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes, Poskesdes,
Puskesmas, bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik utama,
klinik bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit
pemerintah maupun swasta.
3) Standar pelayanan persalinan normal mengikuti acuan asuhan
persalinan normal yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan

c. Defenisi Operasional Capaian Kinerja


Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu bersalin dinilai dari cakupan
pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar di wilayah
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
d. Rumus Penghitungan Kinerja
Persentase ibu Jumlah ibu bersalin yang
bersalin mendapatkan pelayanan persalinan
mendapatkan sesuai standar di fasilitas kesehatan
Jumlah semua ibu bersalin yang
pelayanan = x 100 %
ada di wilayah kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.

29
e. Contoh Penghitungan
Di Kabupaten “B” terdapat 5000 ibu bersalin. Rincian yang
berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya yang bekerja sama dengan pemerintah daerah adalah sebagai berikut:

Fasilitas Pelayanan Jumlah Sasaran Jumlah yang Dilayani


Kesehatan Ibu Hamil Sesuai Standar
(a) (b) (c)
Puskesmas A 1000 350
Puskesmas B 1000 1000
Puskesmas C 1000 1000
Puskesmas D 2000 2000
Jumlah 5000 4350

Hasil rekapitulasi pada tahun itu, ibu bersalin di fasilitas kesehatan


sebanyak 4350 ibu. Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “B” dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu bersalin adalah 4350/5000 x 100 % =
87 %.
Catatan: Mengingat jumlah pertolongan persalinan masih 4350 orang
diperlukan rencana strategis tahun depan untuk menjangkau 650 orang yang
belum berkunjung. Perlu dianalisis sebab-sebab mereka tidak bersalin sesuai
standar Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mempunyai strategi untuk
menjangkau seluruh ibu bersalin agar seluruhnya memperoleh pelayanan
kesehatan ibu bersalin sesuai standar.

f. Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam

30
pelayanan kesehatan ibu bersalin adalah 100 persen.
g. Langkah-langkah Kegiatan
1) Pendataan ibu bersalin
2) Pelayanan persalinan
3) Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA
4) Pencatatan dan pelaporan
5) Rujukan pertolongan persalinan jika diperlukan
h. Teknik Penghitungan Pembiayaan

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Volume


Pendataan Bulin Jumlah Petugas x
1.Pendataan Petugas
Biaya transport Transport x Jumlah
Bulin
Ibu Bersalin petugas/BBM Kunjungan x Jumlah
Formulir
(1) Puskesmas

Data Jumlah Bulin

1 Paket x Kegiatan
Pengadaan Formulir Pendataan x Jumlah
Puskesmas

2. Pelayanan
Bulin Data Jumlah Bulin
Persalinan
Petugas Pelayanan persalinan

Terintegrasi dengan
pengadaan paket
Pengadaan Buku buku KIA pada
Buku KIA
KIA Pelayanan
Kesehatan Ibu
Hamil
3. Pencatatan dan
Pelaporan
Petugas Pencatatan dan
pelaporan
Bulin Data jumlah Bulin

31
1 Paket x
Register Pengadaan Register Jumlah Bulin x
Kohort ibu Kohort Ibu Jumlah
Puskesmas
Formulir dan Pengadaan formulir 1 Paket x
ATK dan ATK Jumlah
4. Rujukan
pertolongan
persalinan
(jika diperlukan)
Pelayanan
Kegawatdaruratan Jumlah Petugas x
maternal Transport x Jumlah
Petugas
Biaya transport Rujukan x Jumlah
petugas/BBM Puskesmas
(1)
Terintegrasi dengan
Set paket pengadaan Set
Alat Kegawatdaruratan Kegawatdaruratan
kesehatan maternal pada
maternal (3) Pelayanan Rujukan
ANC
Jumlah Pendamping
Biaya transport Bulin (maksimal 2
Pendamping
petugas/BBM orang) x Transport
Bulin
(1) per Rujukan x
Jumlah Puskesmas
Paket
Biaya
operasional
Rumah Tunggu sewa/operasional
rumah tunggu
(jika diperlukan)
Puskesmas

2.6 Standar Asuhan Intranatal Kebidanan


1. Pelayanan Kebidanan Komunitas
a. Standar Pelayanan Kebidanan

32
1) Asuhan saat persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai,
kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai,
dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan
berlangsung.
2) Persalinan yang aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan
sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan
tradisi setempat.
3) Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk
membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap.
4) Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada
kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman
untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan
perineum.
b. Persiapan Bidan
Persiapan bidan, meliputi :
1) Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan
memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan .
2) Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman
untuk persalinan dan kelahiran bayi.
3) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang
diperlukan dan pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-
bahan yang diperrlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap
persalinan dan kelahiran bayi.

33
4) Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan keluarganya.
Karena jika terjadi keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang
lebih memadai dapat memahayakan keselamatan ibu dan
bayinya.apabila iu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi
asuhan yang telah diberikan.
5) Memberikan asuhan sayang ibu, seperti memberi dukungan
emosional, membantu pengaturan posisi ibu, memberikan cairan
dan nutrisi, memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar
mandi secara teratur, serta melakukan pertolongan persalinan yang
bersih dan aman dengan teknik pencegahan infeksi.

d. Persiapan Peralatan
1) Persiapan untuk pertolongan persalinan
- Waskom
- Sabun cuci
- Handuk kering dan bersih
- Selimut
- Pakaian ganti
- Pembalut
- Kain pel
- Lampu
2) Persiapan Untuk Bayi
- Handuk Bayi
- Tempat Tidur Bayi
- Botol air panas untuk menghangatkan alas
- Pakaian bayi
- Selimut bayi
3) Bidan
- Partus Set

34
- Hecting Set
- Timbangan Bayi
- Obat-obatan
- APD ( Alat Perlindungan Diri )

4) Persiapan Ibu dan Keluarga


a. Keluarga telah mengambil keputusan bahwa persalinan
dilakukan di rumah maka keluarga memberikan masukan atau
ide dan bersedia/mampu memberikan dukungan yang
diperlukan.
b. Kegiatan rumah tangga secara rinci perlu dibahas untuk
membentuk jaringan kerja, yaitu siapa yang mengurus anak-
anak yang lain.

Persalinan adalah saat yang menegangkan bahkan dapat


menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya
untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang
menegangkan dapat dilakukan dengan asuhan sayang ibu selama
proses persalinan.

2.7 Manajemen Asuhan Intranatal


Manajemen asuhan intranatal di rumah dibagi dalam 4 tahap sesuai dengan
tahap yang ada dalam persalinan, yaitu kala I, II,III, dan IV. Dengan memberikan
asuhan intranatal yang baik dan benar sesuai dengan standar, maka bidan dapat
memberikan pertolongan persalinan yang memadai dan tepat waktu, meningkatkan
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan dapat membantu menurunkan angka
kematian atau kesakitan ibu dan bayi.

1. Asuhan Persalinan Kala I

35
Bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam
pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Bidan perlu mengingat konsep
tentang konsep sayang ibu, rujuk bila partograf melewati garis waspada atau
ada kejadian penting lainnya

2. Asuhan Persalinan Kala II


Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi.
Bidan dapat mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan
rujukan
3. Asuhan Persalinan Kala III
Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam melakukan
manajemen aktif kala III. Hal penting dalam asuhan persalinan kala III adalah
mencegah kejadian perdarahan, karena penyebab salah satu kematian pada
ibu.
4. Asuhan Persalinan Kala IV
Asuhan persalinan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam
setelah plasenta lahir.Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal yang
menjadi perhatian pada asuhan persalinan kala IV.

2.8 Asuhan Pada Kegawatdaruratan Persalinan


Persalinan merupakan proses yang alamiah, tetapi dalam prosesnya tidak
menutup kemungkinan terjadi komplikasi – kmplikasi atau kegawatdaruratan.
Beberapa tindakan yang harus dilakukan bidan apabila menghadapi kasus
kegawatdaruratan persalinan adalah sebagai berikut :

1. Jangan menunda untuk melakukan rujukan.


2. Mengenali maslah dan memberikan instruksi yang tepat.
3. Selama proses merujuk dan menunggu kedatangan dokter atau
tindakan selanjutnya, lakukan pendampingan secara terus menerus.

36
Tetap berada di samping ibu dan berikan pertolongan
kegawatdaruratan secara tepat.
4. Lakukan observasi dan catat denyut nadi setiap 5 menit sekali dan
tekanan darah setiap 15 menit sekali.
5. Rujuk segera bila terjadi Fetal Distress atau persalinan memanjang.
6. Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat
kasus dengan singkat.

2.9 Upaya Pemerintah dalam Asuhan Kebidanan Komunitas


A. Manajemen Terpadu Kehamilan Dan Persalinan atau Integrated
Management of Pregnancy and Childbirth (IMPAC)
Pesan utama untuk kesehatan ibu dan perinatal adalah rangkaian perawatan
dan cakupan universal yang memastikan perawatan terampil di setiap kelahiran dalam
konteks perawatan berkelanjutan. Manajemen Terpadu Kehamilan dan Persalinan
adalah paket pedoman dan alat yang menanggapi bidang utama program kesehatan
ibu dan perinatal dan merupakan pusat kegiatan bantuan teknis Departemen untuk
mendukung negara-negara dalam cara strategis dan sistematis untuk meningkatkan
ibu, perinatal, dan bayi baru lahir kesehatan. IMPAC menawarkan kerangka kerja di
mana kebijakan, program, dan rencana aksi nasional dapat dielaborasi.
Berbagai faktor yang sangat penting untuk akses ke perawatan terampil sebelum,
selama dan setelah kehamilan dan persalinan dibahas. Ini menargetkan sistem
kesehatan, petugas kesehatan, serta promosi kesehatan.
 Sistem kesehatan
Pada tingkat sistem kesehatan, pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan
tidak hanya akses ke, tetapi juga kualitas perawatan esensial dan darurat. Tujuan ini
melibatkan kebijakan kesehatan nasional serta manajemen infrastruktur, pasokan, dan
pembiayaan tingkat kabupaten. Lebih lanjut, ini mencakup penilaian kebutuhan lokal
dan pengawasan kinerja sistem kesehatan.

37
 Pekerja kesehatan
Untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi pekerja layanan kesehatan
adalah strategi kedua dari pendekatan IMPAC. Departemen memberikan pedoman
klinis untuk perawatan sebelum, selama dan setelah kelahiran. Ini juga bekerja sama
dengan program kesehatan lainnya untuk mengintegrasikan layanan lebih lanjut ke
perawatan antenatal, seperti misalnya pencegahan penularan HIV dari ibu-ke-bayi
(PMTCT) atau pengobatan malaria.
 Promosi kesehatan
Faktor-faktor yang berbeda menentukan mengapa wanita tidak mencapai
perawatan terampil selama kehamilan, persalinan dan setelah kelahiran termasuk
kualitas dan ketersediaan layanan serta biaya, jarak, transportasi yang tersedia, proses
pengambilan keputusan keluarga dan kurangnya dukungan. Untuk menanggapi
dengan lebih baik kebutuhan kesehatan wanita dan bayi baru lahir dan untuk
meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan yang tersedia, program perlu
mengimplementasikan intervensi untuk meningkatkan kesehatan di rumah dan untuk
melibatkan perempuan, keluarga dan pelaku masyarakat, termasuk sektor lain, untuk
mengidentifikasi masalah dan solusi utama untuk mencapai perawatan.

B. Audit Maternal Neonatal


Definisi dari Audit Maternal Neonatal (AMP) itu sendiri adalah
Serangkaian kegiatan penelusuran sebab kematian atau kesakitan ibu,
perinatal dan neonatal guna mencegah kesakitan dan kematian serupa di masa
yang akan datang.

Tujuan dilaksanakannya AMP antara lain :


a. Menentukan sebab dan faktor terkait dalam kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal
b. Memastikan dimana dan mengapa berbagai system & program gagal dalam
mencegah kematian

38
c. Menentukan jenis intervensi & pembinaan yang diperlukan.
AMP di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1997, namun dirasa belum
berdampak pada perbaikan kesehatan maternal dan perinatal, ada beberapa kendala
yang menghambat keberhasilan program tersebut, antara lain, Implementasi di
lapangan sangat bervariasi, dan dibeberapa daerah pelaporan pelaksanaan AMP tidak
terdokumentasikan dengan baik, Banyak daerah yang belum mempunyai tim
pengkaji, Hasil pengkajian masih sebatas menjadi dokumen dan belum ditindak
lanjuti, serta Rekomendasi belum dilaksanakan dengan optimal di Kab/Kota yang
bersangkutan. Upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) merupakan tugas bersama, Kementerian Kesehatan selaku leading
sector tidak dapat bekerja sendiri, walaupun Kementerian Kesehatan telah
mengeluarkan Buku Pedoman AMP sebagai acuan bagi pelaksana program dalam
mengoptimalkan program tersebut, namun dukungan dan peran aktif dari Lintas
Sektor dan Lintas Program serta Organisasi profesi dan Organisasi lainnya sebagai
mitra dalam mendukung keberhasilan program tersebut. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI)
merupakan Organisasi profesi yang ikut berperan dalam pelaksanaan AMP tersebut.
Mengutip dari Pertemuan Orientasi Pelaksanaan AMP di Hotel Grand Cempaka,
Jakarta. DR. Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) selaku Ketua IDAI
menyampaikan, “IDAI mempunyai tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraan anak dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. IDAI
berpartisipasi aktif dalam membina dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
anak di Indonesia. Adapun peran dari anggota IDAI dalam mendukung pelaksanaan
AMP adalah, mengisi form AMP untuk kepentingan perbaikan sistem layanan
kesehatan anak, sebagai reviewer internal/eksternal, mengembangkan AMP di tempat
kerja, sebagai fasilitator dalam pelatihan AMP, dan memberikan rekomendasi
berdasarkan temuan AMP serta melaksanakan rekomendasi tersebut”. Sedangkan
POGI, sebagai organisasi yang memperjuangkan hak-hak kesehatan reproduksi dalam
hal ini mempunyai sikap tersendiri dalam hal pelaksanaan AMP, “pada prinsipnya

39
POGI sangat mendukung pelaksanaan AMP tersebut, beberapa sikap POGI antara
lain adalah, mewajibkan seluruh anggota terlibat secara aktif pada setiap kegiatan
AMP, meningkatkan peran POGI cabang seluruh Indonesia untuk terlibat aktif pada
setiap kegiatan AMP, melalui Himpunan/Pokja membuat rekomendasi
bersama stakeholder  lain, sosialisasi dan implementasi dari rekomendasi tersebut,
mencegah angka kematian, dan mengurangi angka kematian”, ungkap Dr. dr. Poedjo
Hartono, SpOG (K) pada pertemuan Orientasi Pelaksanaan AMP di Hotel Grand
Cempaka, Jakarta. Diharapkan dengan dukungan dari Organisasi – organisasi tersebut
dapat mengoptimalkan pelaksanaan dari AMP sehingga dapat berdampak terhadap
upaya penurunan AKI dan AKB di Indonesia.

C. RUMAH TUNGGU KELAHIRAN


Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) adalah suatu tempat atau ruangan
yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal sementara bagi ibu hamil dan
pendampingnya (suami/kader/dukun atau keluarga), yang berada di dekat
fasilitas pelayanan kesehatan (Poskesdes, Puskesmas, Rumah Sakit), selama
beberapa hari sampai menunggu persalinan tiba dan setelah persalinan.
Sasaran RTK adalah semua ibu hamil, bersalin, dan nifas (dengan atau
tanpa faktor resiko) yang sulit mendapatkan akses ke fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan status kesehatannya. Ibu hamil dengan faktor risiko
dan risiko tinggi, yaitu :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Anak lebih dari 4
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm, atau penambahan berat badan <9 Kg selama masa kehamilan
5. Anemia dengan Hemoglobin <11 g/dl
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang

40
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: tuberculosis,
kelainan jantung ginjal-hati psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, sistematik Lupus, Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
congenital
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi: persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksi vakum/forceps
11. Riwayat nifas dengan komplikasi: pendarahan pascapersalinan, infeksi
masa nifas, psikosis post partum (post partum blues)
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat congenital
13. Kelainan jumlah janin: kehamilan ganda, janin dampit, monster
14. Kelainan besar janin: pertumbuhan janin terhambat, janin besar
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sunsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu

Semua rumah tunggu kelahiran harus berada dekat dengan fasilitas


pelayanan kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar dapat segera membawa
ibu hamil apabila saat bersalin tiba atau terjadi kegawatdaruratan.
Semakin dekat lokasi rumah tunggu kelahiran dari fasilitas pelayanan
kesehatan, semakin baik karena apabila terjadi kegawatdaruratan ibu
hamil dapat ditangani dengan cepat.

Kriteria pemilihan Rumah Tunggu Kelahiran

1. Merupakan sebuah rumah atau suatu ruangan yang berupa


bagian dari bangunan lain atau rumah penduduk. Jarak yang

41
dianjurkan dari rumah tunggu kelahiran ke fasilitas pelayanan
kesehatan tidak lebih dari 10 menit dengan berjalan kaki.
2. Jarak tempuh dari rumah ibu hamil ke rumah tunggu kelahiran
lebih dari 2 jam.
3. Untuk pemilihan rumah tunggu kelahiran, perlu diperhatikan
kelayakan huni bagi ibu hamil dan pendampingnya, dimana
terdapat ruangan untuk tidur dan kamar mandi serta air bersih.

Adapun kegiatan pada tahap pelaksanaan Rumah Tunggu Kelahiran,


adalah:

Pengorganisasian

Untuk pengelolaan rumah tunggu kelahiran, perlu diperhatikan


faktor-faktor di bawah ini agar pengelolaan rumah tunggu kelahiran
menjadi lebih efektif, yaitu:

1. Bentuk pelayanan rumah tunggu kelahiran. Beberapa alternatif


pelayanan yang disediakan dalam RTK antara lain adalah RTK
tanpa pelayanan perawatan kesehatan ibu dan bayi dan RTK
dengan pelayanan perawatan kesehatan ibu dan bayi.
2. Jejaring pelayanan. RTK merupakan salah satu mata rantai dari
jejaring dalam rujukan kasus dalam rangka kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal. Oleh karena itu keberadaan dan
pengelolaannya harus berjejaring dengan sistem pelayanan
kesehatan yang telah ada. Mata rantai rujukan dapat berupa
fasilitas pelayanan kesehatan yang di bentuk oleh masyarakat.
3. Managemen dan tenaga yang dibutuhkan. RTK dapat dikelola
oleh tenaga sukarela dari masyarakat, RS, atau Dinas
kesehatan, serta swasta. Semua kegiatan dan biaya harus

42
tercatat, dan pencatatan serta pelaporan kegaitan harus dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Peralatan dan Bahan. Kebutuhan minimal adalah perlengkapan
kamar tidur seperti tempat tidur dan kasur. Selain itu
diperlukan peralatan dapur serta bahan habis pakai, bisa
disediakan oleh pemerintah, swasta, atau masyarakat setempat.

Mekanisme Operasional

Operasional RTK sangat bergantung pada banyak hal, antara lain:

1. Jumlah dan jenis staf


2. Jumlah sasaran ibu hamil
3. Cara merujuk (dari rumah ke rumah tunggu kelahiran, dari
rumah tunggu kelahiran ke RS)
4. Besarnya biaya tinggal per ibu hamil
5. Biaya rujukan
6. Biaya Pengelolaan
7. Kondisi tempat
8. Aktifitas ibu hamil

Penyebarluasan Informasi

Adanya rumah tunggu kelahiran perlu disosialisasikan kepada


masyarakat dengan memberikan informasi tentang manfaatnya. Untuk
itu diperlukan sosialisasi melalui media cetak (spanduk, leaflet,
banner, stiker, dll) dan media elektronik (TV spot, radio spot)

Pengelolaan Rumah Tunggu Kelahiran


Pengelolaan sangat bergantung pada bentuk pelayanan yang
diberikan dan tujuan pembentukannya, serta ketersediaan sumberdaya.

43
Untuk itu diperlukan manajemen dan pelayanan yang baik agar
mereka dapat nyaman tinggal di rumah tunggu kelahiran.
Dalam rangka menilai keberhasilan pelaksanaan rumah tunggu
kelahiran, diperlukan kegiatan pemantauan dan evaluasi yang dapat
dilaksanakan melalui supervisi, pencatatan dan pelaporan. Pencatatan
dan pelaporan pelayanan rumah tunggu kelahiran merupakan bagian
dari pencatatan dan pelaporan Poskesdes, Puskesmas, dan Rumah
Sakit. Pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh masyarakat dapat
dipantau melalui indikator-indikator di bawah ini:
1. Persentase ibu hamil yang memanfaatkan rumah tunggu
kelahiran yang datang sebelum bersalin
2. Jumlah ibu hamil berisiko tinggi yang datang beberapa hari
sebelum bersalin
3. Jumlah ibu bersalin selamat yang dirujuk dari rumah tunggu
kelahiran
4. Jumlah bayi baru lahir selamat yang dirujuk dari rumah tunggu
kelahiran

44
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pengintegrasian beberapa jenis pelayanan/program kedalam pengelolaan Asuhan
Antenatal Terintegrasi yang telah dicoba untuk dibuatkan sebuah pedoman, tentu bisa
berjalan efektif jika masing-masing pemegang program di lapangan/unit pelayanan
terdepan sampai dengan para pengambil kebijakan di tingkat pusat memiliki
kesamaan visi, misi dan tujuan.Kesamaan visi, misi dan tujuan ini akan menjadi
modal awal yang berhargauntuk membuat kesepakatan dan strategi untuk mau dan
mampu berbagikewenangan, tugas dan tanggung jawab serta yang paling penting juga
sumber dayayang selama ini terfragmentasi. Isi pedoman ini masih bersifat umum
dan berbentuk draft sehingg sangat terbuka untuk diberikan masukan dan kritikan dari
berbagai pihak yang kompeten. Pada akhirnya dengan adanya masukan dan kritikan
tersebut diharapkan akan bisalebih menyempurnakan isi dan kualitas dari buku
pedoman ini sehingga akan benar-benar mudah dipahamai serta diterapkan oleh
petugas/pemberi pelayanan antenatal. Akhirnya dengan tersusunnya draft pedoman Asuhan
Antenatal Terintegrasiakan bisa memberikan manfaat nyata buat kelompok sasaran
yaitu ibu hamil maupun masayarakat pada umumnya.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah yang telah ditulis ini dapat memberikan
pengetahuan dan sajian informasi kepada pembaca tentang standar pelayanan
minimal antenatal care dan intranatal care

45
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI no 4 tahun 2019 tentang standar teknis pemenuhan mutu pelayanan


dasar pada standar pelayanan minimal bidang kesehatan

Permenkes RI no 43 tahun 2016 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan


Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. 2016. Upaya Idai Dan Pogi Dalam
Mendukung Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (Amp), dalam
http://www.kesmas.kemkes.go.id
diakses tanggal 18 juli 2019
http://dinkes.banggaikab.go.id
https://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/maternal/impac/en/

diakses pada tanggal 18 juli 2019

Kementerian Kesehatan RI (2015) Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV


dan SIfilis dari Ibu ke Anak Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta. Tersedia pada:
htp://siha.depkes.go.id/portal/files_uplo ad/Manlak_PPIA_2015.pdf.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,Persalinan, Dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual

Yulifah, Rita. (2014). Asuhan Kebidanan Komunitas Edisi 2. Jakarta. Salemba


Medika

46
47

Anda mungkin juga menyukai