Anda di halaman 1dari 6

Nama : Iim Ismaya

NIM/Kelas : 1805930/Kimia-D 2018


Tugas : Resume dan Analisis Materi Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan

Poin-poin inti dari materi podcast “Integrasi Nasional (Bagian II)”


Dasar Historis, Yuridis dan Sosiologis Integrasi Nasional
1. Dasar historis Integrasi Nasional
Aspek historis Integrasi nasional dapat kita pelajari dari mulai periode sejarah kerajaan-
kerajaan nusantara, zaman pergerakan nasional, zaman kemerdekaan, orde lama, orde baru
dan orde reformasi.
a. Zaman kerajaan Sriwijaya, berkuasa antara 671 M s.d 1183 M di bawah kekuasaan raja
pertama yaitu Dapunta Hyan Sri Jayanegara. Kerajaan Sriwijaya mampu mengintegrasi
wilayah nusantara meliputi Sumatra, Jawa, Pulau Bangka, bahkan sampai ke Kamboja,
Thailand Selatan, Champa (Vietnam) dan Malaya (Malaysia). Dari hal tersebut
tergambar bahwa Sriwijaya merupakan satu kesatuan negara yang besar pada masanya.
b. Zaman Kerajaan Majapahit, berkuasa antara 1293 M hingga 1500 M. Kerajaan
Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk
dengan patih Gajah Mada yang sangat terkenal. Menurut buku Negara Kertagama,
wilayah Majapahit terbentang dari Sumatra, Semenajung Malaya, Kalimantan,
Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan
sebagian kepulauan Filipina. Majapahit dapat mengintegrasikan wilayahnya yang
sangat luas terutama pada masa kejayaan raja Hayam Wuruk dan patihnya yaitu Gajah
Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapanya.
c. Zaman Pergerakan Nasional, pada masa ini Integrasi nasional ditandai dengan
dibentuknya organisasi-organisasi perjuangan seperti Budi Utomo (20 Mei 1908),
Syarekat Islam (SI) dan ikrar para pemuda pemudi bangsa melalui Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928.
d. Zaman Kemerdekaan, bagi bangsa Indonesia proklamasi kemerdekaan merupakan
momentum awal Integrasi nasional. Secara politik, proklamasi kemerdekaan
merupakan pernyataan bangsa Indonesia kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia,
bahwa Indonesia telah merdeka, terbebas dari belenggu penjajah, dan sederajat dengan
bangsa lain di dunia.
2. Landasan yuridis Integrasi Nasional
Secara yuridis, landasan ideal integrasi nasional tercantum dalam dasar Negara Indonesia
Pancasila, sila ketiga yaitu, Persatuan Indonesia. Integrasi nasional memiliki peran
penting dalam mewujudkan persatuan Indonesia dalam realitas bangsa Indonesia yang
beranekaragam, baik itu dari segi suku bangsa, agama, ras dan golongan yang berbeda-
beda, maupun dari aspek latar belakang budaya serta adat istiadat yang beraneka ragam
pula.

Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional


Dinamika integrasi nasional dapat dicermati dari realitas bahwa pasca proklamasi
kemerdekaan ternyata masih banyak terdapat berbagai rongrongan dari pihak-pihak lain yang
hendak memecah belah bangsa Indonesia. Dalam rentang periode tersebut pula terjadi
peristiwa-peristiwa penting seperti Deklarasi Djuanda, yakni tentang pengumuman integritas
kedaulatan wilayah Indonesia; Perjanjian Helsinki, terjadi antara pemerintah Indonesia
dengan Gerakan Aceh Merdeka atau GAM yang intinya menunjukkan upaya kuat pemerintah
Indonesia dan rakyat Aceh untuk tetap bersatu dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.

Resume materi Dasar Historis, Yuridis dan Sosiologis Integrasi Nasional serta
Dinamika Dan Tantangan Integrasi Nasional

A. Dasar Historis, Yuridis dan Sosiologis Integrasi Nasional


1. Dasar Historis Integrasi Nasional
Adapun berkenaan dengan aspek mendasar secara historis tentang integrasi nasional,
yaitu dengan menelusuri perstiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau, yang
dapat menjadi pelajaran bagi kehidupan bangsa Indonesia dalam mengkokohkan integrasi
nasional serta persatuan dan kesatuan bangsa.
a. Zaman kerajaan Sriwijaya, menjadi simbol kejayaan dari kerajaan terbesar di Nusantara.
Kemaharajaan besar tersebut dapat menjadi referensi bagi kaum nasionalis untuk
menunjukkan bahwa negara Indonesia sekarang, pada masa lalu ketika zaman kerajaan
nusantara Sriwijaya yang berpusat di Palembang, merupakan satu kesatuan negara yang
besar dan sangat dihormati. Jika dianalisis dalam konteks pembahasan aspek integrasi
nasional, maka zaman kerajaan Sriwijaya menjadi pelajaran berharga bagi bangsa
Indonesia, bahwa betapa hebatnya raja Sriwijaya telah mampu bertahan hingga lima abad
lamanya.
b. Zaman kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan besar yang berpusat didaerah Trowulan,
Mojokerto, dekat sungai Brantas, Jawa Timur. Model integrasi ini bersifat kemaharajaan
(imperium) Majapahit. Struktur kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur konsentris.
Dimulai dengan konsentris pertama yaitu wilayah inti kerajaan (nagaragung): pulau Jawa
dan Madura yang diperintah langsung oleh raja dan saudara-saudaranya. Konsentris
kedua adalah wilayah di luar Jawa (mancanegara dan pasisiran) yang merupakan
kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (tanah sabrang) adalah negara-negara
sahabat di mana Majapahit menjalin hubungan diplomatik dan hubungan dagang, antara
lain dengan Champa, Kamboja, Ayudyapura (Thailand).
c. Zaman Pergerakan Nasional, terjadi pada awal abad 20, yaitu pada tahun 1908. Pada
masa ini sering disebut sebagai momentum awal lahirnya kebangkitan nasional. Para
tokoh ingin memperjuangkan integrasi nasional dalam satu kesatuan yang baru yaitu
bangsa Indonesia yang mederka, bersatu berdaulat, adil dan makmur dalam wadah
NKRI.
d. Zaman Kemerdekaan, integrasi nasional pada masa ini, didasari oleh semangat dan
gerakan kebangsaan Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan yang diploklamirkan
pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa tersebut semangat dan gerakan kebangsaan
Indonesia telah berhasil mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan
kemerdekaan.
2. Landasan Yuridis Integrasi Nasional
Landasan yuridis integasi nasional secara tata urutan sistematika dapat dikemukakan
antara lain,
a. Landasan Ideal Integrasi Nasional
Landasan ideal dari pentingnya integrasi nasional adalah Pancasila, sila ke-3, yaitu
persatuan Indonesia.
b. Landasan Konstitusional Integrasi Nasional UUD NRI 1945
Terdapat dalam Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945, antara lain:
1) Pembukaan UUD 1945 aline IV, Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada persatuan Indonesia.
2) Dalam pasal-pasal UUD 1945, yaitu :
a) Pasal 1 UUD NRI 1945
Ayat (1) yaitu negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
Republik
b) Pasal 30 UUD NRI 1945
Ayat (1), bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
Ayat (2), yaitu Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan kemanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
Ayat (3), Tentara nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
3) Landasan ketetapan MPR RI no V/MPR/2000, tentang Pemantapan Persatuan
dan Kesatuan Nasional.
Maksud dan tujuan secara umum mengidentifikasi permasalahan yang ada,
menentukan kondisi yang harus diciptakan dalam rangka menuju kepada
rekonsiliasi nasional dan menetapkan arah kebijakan sebagai panduan untuk
melaksanakan pemantapan persatuan dan kesatuan nasional.
c. Landasan Sosiologis Integrasi Nasional
Landasan sosiologis dalam konteks integrasi nasional mengandung arti bahwa,
bersatunya seluruh masyarakat Indonesia dilandasi oleh realitas suatu komunitas
sosial yang memberi tempat dalam suatu keseluruhan masyarakat yang berbeda-beda
dalam satu wadah bersama, karena didasarkan adanya kepentingan yang sama.
Kemauan untuk bersatu didasari oleh perintis kemerdekaan bangsa Indonesia, karena
mereka menyadari begitu heterogennya masyarakat dan budaya bangsa ini. Itulah
sebabnya bentuk negara sebagai salah satu perwujudan integrasi nasional adalah
NKRI. Adapun perwujudan integrasi nasional masyarakat dan budaya bangsa
Indonesia yang heterogen itu diungkapkan dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika.

B. Dinamika dan tantangan Integrasi Nasional


1. Dinamika Integrasi Nasional
Dinamika itu bisa kita contohkan peristiwa integrasi berdasar lima jenis integrasi
sebagai berikut :
a. Integrasi bangsa
Tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of Understanding) di Vantaa,
Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil secara damai mengajak Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setia memegang teguh kedaulatan
bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil
menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005.
b. Integrasi wilayah
Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, pemerintah Indonesia
mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar laut teritorial seluas 12 mil
diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau
Negara Indonesia. Dengan deklarasi ini maka terjadi integrasi wilayah teritorial
Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah dan laut tidak lagi
merupakan pemisah pulau, tetapi menjadi penghubung pulau-pulau di Indonesia.
c. Integrasi nilai
Pengalaman mengembangkan Pancasila sebagai nilai integratif terus-menerus
dilakukan, misalnya, melalui kegiatan pendidikan Pancasila baik dengan mata kuliah di
perguruan tinggi dan mata pelajaran di sekolah. Melalui kurikulum 1975, mulai
diberikannya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah. Saat ini,
melalui kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran PPKn. Melalui pelajaran ini, Pancasila
sebagai nilai bersama dan sebagai dasar filsafat negara disampaikan kepada generasi
muda.
d. Integrasi elit-massa
Dinamika integrasi elit–massa ditandai dengan seringnya pemimpin mendekati
rakyatnya melalui berbagai kegiatan. Misalnya kunjungan ke daerah, temu kader PKK,
dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya mendekatkan elit dan massa akan
menguatkan dimensi vertikal integrasi nasional. Berikut ini contoh peristiwa yang
terkait dengan dinamika integrasi elit massa.
e. Integrasi tingkah laku (perilaku itegratif)
Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga
politik dan pemerintahan termasuk birokrasi. Dengan lembaga dan birokrasi yang
terbentuk maka orang-orang dapat bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan dan
pola kerja yang teratur, sistematis, dan bertujuan. Pembentukan lembaga-lembaga
politik dan birokrasi di Indonesia diawali dengan hasil sidang I PPKI tanggal 18
Agustus 1945 yakni memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sidang PPKI ke-2 tanggal
19 Agustus 1945 memutuskan pembentukan dua belas kementerian dan delapan
provinsi di Indonesia.
2. Tantangan Integrasi Nasional
a. Primordialisme, mucul disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
- Adanya sesutau yang dianggap istimewa pada rasnya, suku bangsanya,
agamnya atau daerahnya
- Sikap ingin mempertahankan keutuhan kelompok atau komunitas dari ancaman
luar
- Adanya nilai-nilai ysng dijunjung tinggi karena berkaitan dengan keyakinan
misalnya nilai keagamaan, falsafah hidup dan lain-lain.
b. Stereotip Etnis, berkaitan dengan ras, suku bangsa, kepercayaan, pekerjaan maupun
kebangsaan. Pada hakikatnya stereotip merupakan imaginasi mentalis yang kaku,
yaitu dalam wujud pemberian penilaian negatif yang ditujukan kepada
outgroupnya. Sebaliknya kepada ingroupnya memberikan penilaian positif. Hal ini
akan menyebabkan timbulnya prasangka (prejudice) yang kuat dan merupakan
tantangan bagi integrasi nasional. Stereotip etnis ini akan menyebabkan seseorang
bersifat konservatif dan tertutup terhadap hal-hal baru dan asing, hal ini harus
dihindari karena akan menimbulkan disintegrasi bangsa.
c. Etnosentrisme, sebagai pandangan bahwa kelompoknya sendiri adalah pusat
segalanya, dan semua kelompok yang lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan
standar kelompok tadi. Dengan kata lain etmosemtrisme adalah kebiasaan setiap
kelompok untuk mengganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan
yang paling baik, hal ini dapat membahayakan integrasi nasional di tengah
masyarakat Indonesia yang multikultural.

Sumber:

Dosen PKN MKWU DPU FPIPS UPI. (2019). Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi edisi revisi. Bandung: Cv Maulana Media Grafika

Dirjen Belmawa Kemenristekdikti. (2016). Pendidika Kewarganegaraan Untuk


Perguruan Tinggi. Jakarta cetakan 1

Ismail dan Hartati S. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan (Konsep Dasar Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara di Indonesia). Pasuruan: Cv. Penerbit Qiara Media

Anda mungkin juga menyukai