Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGETAHUAN ADMINISTRASI dan ARSIP

DOSEN PENGAMPU:
Sri Arita S.Pd, M.PdE
DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
Finky’An Syafana Putri (19053079)
Natasya Amelia Prayuli (19053051)
Siti Khaira Sabila (19053062)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah Pengetahuan Administrasi dan Arsip mengenai “Perkembangan Administrasi dan
Manajemen”, yang dibimbing oleh Ibu Sri Arita, S.Pd, M.Pd.E

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Demikianlah, Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi
mengenai,“ Perkembangan Administrasi dan Manajemen“ Insya Allah bermanfaat bagi semua
pihak.

Padang, 10 September 2020

Penulis


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Administrasi telah ada sejak adanya dua orang manusia (Adam & Hawa) bekerjasama untuk
mencapai tujuan hidupnya yang didorong oleh kebutuhan dengan kemampuan yang serba
terbatas, sehingga terjadi praktik administrasi secara alami atau pelaksanaan administrasi sebagai
seni. Administrasi juga berkembang bersama sama dengan perkembangan peradaban manusia.

Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan kompleks serta sulit
dipenuhi secara individual dan keterbatasan sumberdaya mewarnai perkembangan kehidupan
manusia dewasa ini. Hal ini mendorong manusia melakukan kerjasama, baik secara individual
maupun secara organisasi. Itu sebabnya dikatakan bahwa dunia modern adalah dunianya
kerjasama, sebab tanpa melakukan kerjasama, tiap individu, organisasi bahkan negara dan
pemerintahan tidak akan dapat survive. Meskipun aktivitas kerjasama sudah ada sejak adanya
peradapan manusia namun pada zaman sekarang ini bentuk kerjasama tersebut semakin
menunjukan kompleksivitas dan menyangkut hampir semua aspek kehidupan dan memerlukan
sistem peadministrasian yang kompleks pula.

Sejalan dari uraian di atas, maka kami tertarik untuk mengkaji hal ini lebih lanjut dan terdorong
untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul Perkembangan Administrasi dan Manajemen.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan administrasi?

2. Bagaimana perkembangan paradigma administrasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan administrasi;

2. Untuk mengetahui perkembangan paradigma administrasi;


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Administrasi Publik

Sejarah perkembangan administrasi publik pada dasarnya dapat ditelusuri melalui berbagai
literatur yang membahas tentang Administrasi Publik. Literatur yang membahas sejarah
administrasi publik yaitu karya E. N. Gladen bejudul “A History of Public Administration” yang
terbit tahun 1972 dalam Keban (2004: 25). Literatur tersebut membahas tentang praktik
administrasi dan peranan pegawai tata usaha, manajer tingkat menengah pada zaman kuno,
khususnya di Mesir dan dunia Timur. Pada waktu itu birokrasi sudah melakukan skandal korupsi
dan birokrasi yang berbeli-belit.

Literatur yang ditulis oleh L. D. White dalam Keban (2004: 25), pada tahun (1948), (1951),
( 1954), (1958). Dalam terbitan pertama ini menjelaskan pengalaman administrasi Amerika
Serikat selama 1789-1801, terbitan kedua tentang pengalaman Amerika Serikat selama 1801-
1829, terbitan yang ketiga membahas tentang pengalaman negara yang sama selama 1829-1861,
dan terakhir pengalaman negara tersebut salama periode 1861-1901. Dalam tulisan White
menjelaskan tentang penciptaan dan kedewasaan otoritas eksekutif dan departemen lewat
pemerintahan Hamilton yang dikenal sebagai arsitek pemerintahan baru waktu itu tanpa bantuan
menggunakan sektor swasta sebagaimana disarankan setelah tahun 1901. Dalam terbitan kedua,
White menjelaskan tentang era administrasi, Jeffersonian yang merupakan titik awal yang
melahirkan ide dan praktik Federalisme. White kemudia menjelaskan dalam terbitan ketiga
tentang “Jacksonian” menekankan pentingnya pemerintahan negara bagian dan lokal, dan mulai
merosotnya moralitas di dalam pemberian layanan publik, dan diversifikasi struktur birokrasi
untuk disesuaikan dengan meningkatnya besaran pemerintahan. Dalam terbitan keempat, White
memusatkan perhatiannya pada dua isu administratif yang paling besar saat itu, yaitu isu tentang
bagaimana mempertahankan kepresidenan, dan isu tentang reformasi pelayanan publik.

Meskipun tentang sejarah administrasi publik sangat terbatas,namun hal ini bukan berarti bahwa
administrasi publik pada jaman dulu kurang berperan atau tidak diterapkan. Akal sehat kita
menunjukkan kepada kita, bahwa fungsi administrasi publik sudah ada sejak dulu kala dan hal
ini dapat dilihat dari bagaimana raja-raja mempertahankan kekuasaannya dan meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Dapatkah raja-raja zaman dulu termasuk raja-raja di Indonesia
mengelola pemerintahannya atau memimpin prajuritnya tanpa suatu sistem administrasi
tertentu ? Banyaknya dan bagaimana kompleksnya fungsi-fungsi manajemen dan administrasi
yang harus diterapkan oleh pendiri candi borobudur di Jawa Tengah. Tentu saja pekerjaan yang
kompleks sifatnya apalagi melibatkan publik dalam suatu pembagian kerja secara horizontal dan
vertikal dengan metode dan teknik tertentu, pasti menggunakan sistem administrasi atau
manajaemen yang kompleks. Oleh karena itu, cukup disiplin yang amat sangat tua. Untuk
Indonesia mulai peninggalan sejarah dan budaya harus diakui pernah maju dalam bidang
tersebut.

Secara jelas disiplin ini mulai diajarkan setiap tahun 1950an pada berbagai Perguruan tinggi di
Indonesia ketika modernisasi sebagai bagian dari doktrin pembangunan bagi negara-negara
berkembang disebarluaskan administrasi publik yang telah berkembang pesat di Amerika Serikat
diinstitusionalkan di Indonesia dalam bentuk bantuan teknis sebagai wujud dari komitmen
negara maju terhadap negara-negara sedang berkembang.

2.1.1 Perkembangan Administrasi sebagai Seni dan Ilmu Pengetahuan

Pekembangan administrasi dan manajemen meneurut Siagian (1977) dapat dibagi menjadi 3 fase
utama yaitu:

1. Fase Pra Sejarah yang berakhir pada tahun 1 masehi;

2. Fase Sejarah yang berakhir pada tahun 1886

3. Fase Modern yang dimulai pada tahun 1886 dan yang masih berlangsung hingga sekarang ini.

1. Fase Pra Sejarah

Banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa prinsip-prinsip Administrasi telah dilaksanakan


pada fase pra-sejarah ini, meskipun mungkin masyarakat purba pada masa itu tidak secara sadar
melaksanakannya.

a. Zaman Mesopotamia

Pada zaman Mesopotamia ini telah dijalankan prinsip-prinsip administrasi dan manajemen
terutama di bidang pertanian, perdagangan, komunikasi, pengangkutan terutama pengangkutan
sungai bahkan masyarakat Mesopotamia telah menggunakan logam sebagai alat tukar menukar
yang memperlancar jalannya perdagangan.

b. Zaman Babilonia

Administrasi perdagangan, pemerintahan, perhubungan dan pengangkutan telah berkembang


pula dengan baik sejak zaman Babilonia ini. Peradaban Babilonia telah berhasil pula membina
suatu sistem administrasi dan manajemen dibidang teknologi, yaitu dengan adanya taman
gantung.

c. Mesir Kuno

Analisis terhadap peninggalan-peninggalan zaman pra sejarah, membuktikan bahwa di Mesir


kuno aspek administrasi dan manajemen yang sangat berkembang ialah penataan usaha kerja
sama di bidang pemerintahan, militer, perpajakan dan pertanian (termasuk irigasi). Piramida di
Mesir juga merupakan pembuktian bahwa dalam pembangunan peninggalan sejarah itu telah
melibatkan ratusan ribu orang yang bekerjasama, dan tentunya didasari dengan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan atau pengerahan tenaga, dan pengawasan yang sifatnya formal.
Di Mesir juga ditemukan bukti-bukti bahwa orang-orang Mesir telah menerapkan system
desentralisasi dan penggunaan staf penasehat 2000 tahun sebelum masehi.

d. Tiongkok Kuno

Tiongkok Kuno telah berhasil menciptakan suatu sistem Administrasi kepegawaian yang sangat
baik. Demikian baiknya ciptaan itu sehingga banyak prinsip-prinsip administrasi kepegawaian
modern yang terkenal dengan istilah “Merit System” itu dipinjam dari prinsip-prinsip
Administrasi kepegawaian Tiongkok Kuno.

Tokoh-tokoh terkenal pada zaman ini adalah :

1. Confusius

Beliau terkenal tidak hanya sebagai ahli filsafat dan rohaniawan yang agung akan tetapi juga
sebagai Negarawan dan Administrator yang besar. Selama jabatannya sebagai perdana menteri,
Tiongkok Kuno menjadi sangat teratur, beliau telah menyusun apa yang ia sebut sebagai
ketentuan Administrasi negara (Rules of Public Administration) yang merupakan kode etik bagi
para pejabat pemerintah pada waktu itu.

2. Chow

Chow pun pernah menjabat sebagai perdana menteri Tiongkok Kuno. Beliau telah menciptakan
apa yang disebut Undang-Undang Chow (The Constitution of Chow) yang merupakan syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pegawai negeri. Syarat-syarat itu cukup berat sekalipun
dilihat dari kacamata modern sekarang ini, yaitu : kejujuran, kecakapan, pengabdian kepada
kepentingan umum, pengetahuan yang mendalam tentang kondisi negara,, kemampuan selalu
sibuk dan produktif.

3. Moti

Beliau ini dipandang sebagai perdana menteri yang berpandangan sosialime pertama di dunia
dan sumbangnnya yang terpenting adalah perbaikan di bidang pertanian.

e. Romawi Kuno

Pekembangan Administrasi pada zaman Romawi Kuno dibuktikan dengan adanya ahli filsafat
terkenal yaitu Cicero, terutama dalam 2 bukunya yang masing-masing berjudul “ De Office ” dan
“ De Legibus (The Low). Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa pemerintah Romawi Kuno
telah berhasil memerintah daerah yang sangat luas. Tugas-tugas pemerintah dibagi dalam
departemen-departemen yang disebut “Magistrates” yang dipimpin oleh seorang magistrator. Di
samping itu, pemerintah Romawi Kuno telah berhasil pula mengembangkan Administrasi
Militer, Administrasi Pajak, Administrasi Perhubungan lebih dari zaman-zaman sebelumnya.
f. Yunani Kuno

Sumbangan terkenal dari Yunani Kuno yang mempengaruhi jalannya proses administrasi ialah
pengembangan konsep demokrasi. Sebagaimana diketahui, demokrasi dalam bahasa Yunani
terdiri dari 2 kata yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “krato” yang berarti kekuasaan. Jadi
kekuasaan rakyat. Letak perbedaan konsep demokrasi di kala itu dan sekarang ialah terletak pada
perbedaan interpretasi tentang “rakyat”. Yang tergolong kepada rakyat dari suatu polis (Negara
kota) pada zaman yunani kuno hanya terbatas pada mereka yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

1. Pria

2. Dewasa ( 21 Tahun )

3. Lahir di Athena ( sebagai polis terbesar dan terpenting )

4. Orang Tua warga negara Athena.

Dengan pembatasan-pembatasan ini pun Yunani Kuno telah berhasil menciptakan parlemen
pertama di dunia yang pada waktu itu disebut “Dewan Orang-Orang Tua yang Bijaksana”.
Urusan-urusan di bidang pertahanan diatur sendiri oleh suatu dewan yang disebut “Dewan
Militer”.

2. Fase Sejarah

a. Gereja Katolik

Mempunyai sumbangan besar terhadap pemikiran adm melalui praktek administrasi terutama
dalam organisasi 1000 tahun yang lalu, memberi kontribusi dalam hal Hirarki otoritas,
spesialisasi aktivitas sepanjang garis fungsional dan konsep staf.

b. Nicolo Machiaveli

Machiaveli membuat 4 prinsip-prinsip kepemimpinan yaitu:

1) Pentingnya Relying upon mass consent. Otoritas prince adm pemimpin datang dari adm yang
diberikan oleh bawahan. Tak seorangpun menjadi pimpinan tanpa disetujui pengikut;

2) Pemimpin harus Stive for cohesiveness dalam organisasi;

3) Pemimpin harus mempunyai satu kemauan untuk survive;

4) Pemimpin harus mejadi pimpinan yang perhatikan wisdom, kindness dan justice, sifat yang
diuji pada setiap waktu.
c. Revolusi Industri

Inovasi teknologi dari revolusi industri memberi dampak dinamik terhadap pemikiran-pemikiran
administrasi dan manajemen terjadi di Inggris antara tahun 1700-1785, revolusi industri di
inggris mengubah manusia di segala bidang termasuk di bidang adm dan manajemen sebagai
sebagai teknik dan praktek kerjasama manusia. Pada fase revolusi industri, Richard Arkwright
memberi kontribusi dalam penggunaan efficient managerial principles yang berhubungan dengan
produksi yang kontinu, koordinasi mesin-mesin, material, orang-orang , capital, factory disiplin
dan tanda- tanda pembagian kerja. Adam Smith juga memberi kontribusi tentang pembagian
kerja, di mana ditunjukkan bahwa spesialisasi dapat meningkatkan efisiensi.

3. Fase Modern

Fase modern ini ditandai dengan lahirnya gerakan Manajemen Ilmiah yang dipelopori
F.W.Taylor sebagai seorang sarjana Pertambangan. Taylor memperhatikan bahwa efisiensi dan
produktifitas buruh tidak terlalu tinggi disebabkan terlalu banyaknya waktu dan gerak-gerik
kaum buruh yang tidak produktif. Kemudian Taylor mengadakan penyelidikan tentang hal-hal
tersebut yang disebut “ Time and Motion Study “ dan hasilnya dituliskan dalam suatu buku yang
berjudul “ The Principles of Scientific Management “ dan diterbitkan pada tahun 1911 setelah
terlebih dahulu dibacakan dalam kongres para sarjana teknik Amerika.

Demikian pula di Prancis seorang ahli pertambangan yang bernama Henri Fayol. Beliau
menyelidiki sebab musabab kegagalan perusahaan yang ditempatinya bekerja. Berkat usahanya
itu perusahaan tersebt dapat diselamtkan dari kehancuran. Dan kemudian hasil pemikirannya itu
dituangkan dalam suatu buku yang terbit pada tahun 1916, dan pada tahun 1930 diterjemahkan
kedalam ke dalam bahasa inggris dengan judul “ General and Industrial Management “.

Pada dasarnya kedua tulisan dari ahli tersebut diatas saling melengkapi, karena Taylor menyoroti
pada pelaksana dan pimpinan tingkat rendah, sedang Fayol menyoroti golongan pimpinan tingkat
atas dari suatu organisasi.

Kedua tokoh inilah yang memegang peranan dan memberikan sumbangan yang sangat besar
dalam meletakkan dasar pertumbuhan administrasi dan manajemen sebagai ilmu pengetahuan.
Karenanya F.W. Taylor dijuluki sebagai Bapak Gerakan Managemen Ilmiah dan H. Fayol
dijuluki sebagai Bapak Teori Administrasi.

Kemudian Siagian, menjelaskan perkembangan administrasi Ditinjau dari segi penerapan


perkembangan ilmu administrasi, sejak lahirnya hingga sekarang ilmu administrasi telah
melewati empat tahap yaitu:
1. Tahap Survival (1886 – 1930)

Tahap ini sering dikatakan sebagai tahun lahirnya administrasi karena pada tahun inilah (1886).
Gerakan Manajemen Ilmiah dimulai oleh Frederick Winslow Taylor. Dalam jangka waktu yang
paling panjang para ahli yang menspesialisasikan dirinya dalam bidang administrasi dan
manajemen memperjuangkan diakuinya administrasi dan manajemen sebagai salah satu cabang
ilmu pengetahuan.

2. Tahap Konsolidasi dan penyempurnaan (1930 – 1945)

Tahap ini disebut tahap konsolidasi dan penyempurnaan karena dalam jangka waktu inilah
prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalil ilmu administrasi dan manajemen lebih
disempurnakan sehingga kebenarannya tidak dapat dibantah lag. Dan waktu ini pula gelar-gelar
kesarjanaan dalam ilmu administrasi dan niaga mulai banyak diberikan oleh lembaga-lembaga
pendidikan tinggi.

3. Tahap Human Relations (1945 – 1959)

Tahap ini disebut tahap human relations karena setelah terciptanya prinsip-prinsip, rumus-rumus,
dan dalil-dalil yang sudah teruji kebenarannya perhatian para ahli dan sarjana beralih pada faktor
manusia serta hubungan formal dan informal apa yang perlu diciptakan, dibina, dan
dikembangkan oleh antara manusia pada semua tingkatan-tingkatan organisasi demi
terlaksananya kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suasana yang intim dan
harmonis.

4. Tahap Behaviouralisme (1959 hingga sekarang)

Pengertian terhadap semakin pentingnya peranan manusia dalam usaha mencapai tujuan yang
telah ditentukan, mengakibatkan para ahli dan sarjana memusatkan penyelidikannya pada
masalah perilaku manusia. Jika tindak-tanduk itu merugikan organisasi diselidiki pula bagaimana
caranya agar tindakan yang merugikan itu diubah menjadi tindakan yang menguntungkan
organisasi. Jika sebaliknya tindak-tanduk itu menguntungkan organisasi diselidiki pula cara-cara
yang dapat ditempuh untuk lebih meningkatkan kegiatan demi tercapainya tujuan yang
organisasi yang lebih efisien, ekonomis, dan efektif.

Dugaan Siagian adalah tahap behaviouralisme ini berakhir, ilmu administrasi dan manajemen
akan memasuki tahap matematika. Dugaan ini didasarkan kepada observasi yang teliti serta
gejala-gejala yang telah mulai terlihat sebagai akibat dari ditemukannya alat-alat modern
(sebagai hasil perkembangan teknologi yang amat pesat) yang sekarang pun telah melalui banyak
dipergunakan oleh organisasi modern dalam berbagai aspek kegiatannya seperti komputer dalam
pengelolaan data.
2.2 Perkembangan Paradigma Administrasi Publik

Thomas Kuhn dalam bukunya “The Stucture of Scientific Revolutions” mendefinisikan


paradigma, yaitu suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar atau cara
memecahkan suatu masalah yang diantu suatu masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu.

Robert T Golembiewski menganggap bahwa paradigma adalah standar suatu displin ilmu dilihat
dari fokus dan lokusnya. Fokus mempersoalkan apa kajian (what of the field) atau cara
bagaimana memecahkan (solution) persoalan. Sedangkan lokus mempersoalkan di mana lokasi
(where of the field) atau medan penerapan ilmu pengetahuan.

Dalam perkembangan bidang ilmu administrasi publik tumbuh dan dikenal sejumlah padardigma
yang menggambarkan adanya perubahan dan perbedaan dalam tujuan, teori, dan metodologi
atau dalam bangunan epsitemologi serta nilai-nilai yang mendasari. Perkembangan paradigma
administrasi publik, khususunya dari Nicholas Henry (1988) dan Frederickson (1984) sudah
cukup dikenal sebagai sarjana administrasi publik, di Indonesia dapat kita lihat antara lain dalam
tulisan Ali Mufiz (1984), Irfan Islamy (1984), Miftah Toha (1984), dan Adam Indrawijaya
(1985).

Nicholas Henry mengemukakan lima paradigma administrasi publik, yaitu:

1. Paradigma 1: Dikotomi Politik dan Administrasi (1900-1926)

Pada paradigma Dikotomi Politik dan Administrasi, Fokus ilmu administrasi negara hanya
terbatas pada masalah organisasi, kepegawaian, dan penyusunan anggaran dalam birokrasi
pemerintah.

Frank J Goodnow dan Leonard D White dalam bukunya Politics and Administration menyatakan
dua fungsi pokok dari pemerintah yang berbeda:

1. fungsi politik yang melahirkan kebijaksanaan atau keinginan negara,

2. fungsi Administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan negara.

Penekanan pada Paradigma ini terletak pada Locusnya, menurut Goodnow locusnya berpusat
pada ( government Bureucracy ) birokrasi Pemerintahan. Administrasi negara memperoleh
legitimasi akademiknya lewat lahirnya Introduction To the study of Public Administration oleh
Leoanrd D White yang menyatakan dengan tegas bahwa politik seharusnya tidak ikut
mencampuri administrasi, dan administrasi negara harus bersifat studi ilimiah yang bersifat
bebas nilai.

2. Paradigma 2: Prinsip – Prinsip Administrasi (1927-1937)


Pelopor dari paradigma kedua ini adalah W.F. Willoghby yang menerbitkan buku berjudul
“Principles of Public Administration”. Pada periode inilah administrasi mencapai puncak
kejayaannya di mana para ahli administrasi negara diterima baik oleh kalangan industri maupun
kalangan pemerintah selama tahun 1930-an dan awal tahun 1940-an yang disebabkan oleh
kemampuan manajerialnya.

Prinsip-prinsip administrasi dipandang dapat berlaku universal pada setiap bentuk dari organisasi
dan setiap lingkungan sosial budaya. Pada fase ini administrasi diwarnai oleh berbagai macam
kontribusi dari bidang-bidang lain seperti industri dan manajemen, berbagai bidang inilah yang
membawa dampak yang besar pada timbulnya prinsip-prinsip administrasi.

Sedangkan Locus dari paradigma ini kurang ditekankan karena esensi prinsip-prinsip tersebut,
di mana dalam kenyataan bahwa bahwa prinsip itu bisa terjadi pada semua tatanan, lingkungan,
misi atau kerangka institusi, ataupun kebudayaan, dengan demikian administrasi bisa hidup
dimanapun asalkan prinsip-prinsip tersebut dipatuhi.

Luther H. Gullick dan Lyndall Urwick mengajukan tujuh prinsip administrasi dalam anagram
singkat yaitu POSDCORB yang memiliki kepanjangan dari Planning, Organizing, Staffing,
Directing, Coordinating, Reporting, Budgeting.

3. Paradigma 3: Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik (1950-1970)

Dengan adanya berbagai kritik konseptual, maka administrasi negara melompat ke belakang ke
dalam induk disiplin ilmu politik. Dikotomi antara politik dan administrasi tidak realistis dan
prinsip administrasi tidak konsisten dan tidak dapat berlaku universal. Fase paradigma ini
menerapkan suatu usaha untuk menetapkan kembali hubungan konseptual antara administrasi
saat itu, karena hal itulah administrasi pulang kembali menemui induk ilmunya yaitu Ilmu
Politik, akibatnya terjadilah perubahan dan pembaruan Locusnya yakni birokrasi pemerintahan
akan tetapi konsekuensi dari usaha ini adalah keharusan untuk merumuskan bidang ini dalam
hubungannya dengan focus keahliannya yang esensial. Terdapat perkembangan baru yang dicatat
pada fase ini yaitu timbulnya studi perbandingan dan pembangunan administrasi sebagi bagian
dari administrasi negara.

4. Paradigma 4: Administrasi Negara sebagai Ilmu Administrasi (1956-1970)

Pada masa ini, administrasi negara telah berkembang sebagai ilmu administrasi. Perkembangan
ini diawali dengan ketidaksenangan bahwa ilmu administrasi dianggap sebagai ilmu kelas dua
setelah ilmu politik. Sebagai suatu paradigma, pada fase ini ilmu administrasi hanya memberikan
fokus, tetapi tidak lokusnya. Usaha pengembangan, terutama diperoleh dari fakultas administrasi
perusahaan (school of business administrator) mempercepat proses mencari alternatif paradigma
ilmu administrasi. Pada tahun 1956 terbitlah jurnal Administrative science Quarterly, sebagai
sarana untuk menyuarakan pendapat dan konsepsi-konsepsi.

5. Paradigma 5: Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara (1970- sekarang)

Pada masa ini, administrasi negara telah berkembang menjadi ilmu administrasi negara, yaitu
merambah ke teori organisasi, ilmu kebijakan, dan ekonomi politik.

G. Frederickson (1984:27-30), mengemukakan enam paradigma administrasi publik, yaitu:

1. Paradigma 1: Birokrasi Klasik

Fokus pengamtan paradigma ini adalah struktur (disain) organisasi dan fungsi prinsip-prinsip
manajemen, sedangkan yang menjadi lokus adalah berbagai jenis organisasi baik pemerintahan
maupun bisnis.Nilai pokok yang ingin diwujudkan adalah efisiensi, efektifivitas, ekonomi dan
rasionalitas. Tolak utama paradigma ini antara lain : Weber: Bureaucracy, (1922), Wilson : The
Study of Public Administration (1887), Taylor: Scientific Management, (1912) serta Gulick dan
Urwick: Papers on the Science of Administration , (1937).

2. Paradigma 2: Birokrasi Neo-Klasik

Nilai yang dianut dan dicapai paradigma ini adalah serupa dengan paradigma pertama,tetapi
yang merupakan lokus dan fokusnya berbeda. Lokus dari paradigma ini adalah “keputusan” yang
dihasilkan oleh birokrasi pemerintahan,sedangkan fokusnya adalah “proses pengambilan
keputusan” dengan perhatian khusus kepada penerapan ilmu perilaku, ilmu manajemen, analiosa
sistem danpenelitian operasi. Teoritisi pendukung paradigma ini antara lain adalah Simon:
Administration Behavior (1948), Cyer dan March: Abehavioral Theory of the Firm (1963).

3. Paradigma 3: Kelembagaan

Paradigma kelembagaan fokusnya terletak pada pemahaman mengenai “perilaku birokrasi” yang
dipandang juga sebagai suatu organisasi yang kompleks. Masalah-masalah efisiensi, efektivitas,
dan produktivitas organisasi kurang mendapat perhatian. Salah satu perilaku organisasi yang
diungkapkan oleh paraddigma ini adalah perilaku pengambilan keputusan yang bersifat gradual
dan inkremental, yang oleh Limdblom dipandang sebagai satu-satunya cara untuk memadukan
kemampuan dan keahlian birokrasi dengan preferensi kebijakan dan berbagai kemungkinan bisa
dari pejabat-pejabat politis. Di anatara teoritisi yang cukup berpengaruh adalah Thompson:
Organization in Action: The Social Science Bases of Asministration Theory (1967), Mosher:
Democracy and the Public Service (1968), dan Etzioni: A Comprative Analysis of Complex
Organization (1962).

4. Paradigma 4: Hubungan Kemanusiaan

Inti yang mendasari paradigma ini adalah keikutsertaan dalam pengambilan keputusan, minimasi
perbedaan dan status hubungan antarpribadi, keterbukaan, aktualisasi diri dan optimasi tingkat
kepuasan. Fokus dari paradigma ini adalah “dimensi-dimensi kemanusiaan” dan aspek sosial
dalam tipa jenis organisasi ataupun birokrasi. Para teoritisi yang cukup berpengaruh antara lain:
Rennis Likert: The Human Organization: Its Management and Value (1967), dan Daniel Katz
dan Robert Khan: The Social Pasycology of Organization (1966), pengembangannya meliputi
sensitivty training group & organization development.

5. Paradigma 5: Pilihan Publik

Fokus dari administrai negara menurut paradigma ini tak lepas dari politik. Sedangkan fokusnya
adalah pilihan-pilihan untuk melayani kepentingan publik akan barang dan jasa yang harus
diberikan oleh sejumlah organisasi yang kompleks. Tokoh paradigma ini antara lain: Ostrom,
Buchanan, dan Tullock.

6. Paradigma 6: Administrasi Negara Baru

Fokus dari paradigma ini meliputi usaha untuk mengorganisasikan, menggambarkan, mendesain,
ataupun membuat organisasi dapat berjalan ke arah dan dengan mewujudkan nilai-nilai
kemanusiaan secara maksimal yang dilaksanakan dengan menggambarkan sistem desentralisasi
dan organisasi-organisasi demokratis yang responsif dan mengundang partisipasi serta dapat
memberikan secara merata jasa-jasa yang diperlukan masyrakat. Karakteristik paradigma
administrasi negara baru, menurut Frederickson, menolak bahwa para administrator dan teori
administrasi bersifat netral atau bebas nilai-nilai sebagaimana dianut dalam berbagai paradigma.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

· Pekembangan administrasi dan manajemen menurut Siagian dapat dibagi menjadi 3 fase
utama yaitu:

1. Fase Pra Sejarah yang berakhir pada tahun 1 masehi;

2. Fase Sejarah yang berakhir pada tahun 1886;

3. Fase Modern yang dimulai pada tahun 1886 dan yang masih berlangsung hingga sekarang ini.

Sedangkan di Indonesia, Haryono Sudriamunawar mengklasifikasikannya menjadi tiga masa:

1. Masa penjajahan Belanda;

2. Masa penjajahan Jepang;

3. Masa Kemerdekaan.

· Nicholas Henry membagi perkembangan paradigma administrasi negara menjadi lima:

1. Dikotomi politik administrasi;

2. Prinsip-prinsip administrasi;

3. Administrasi negara sebagai ilmu politik;

4. Administrasi negara sebagai ilmu administrasi;

5. Administrasi negara sebagai ilmu administrasi negara.

Sedangkan G. Frederickson membagi menjadi enam:

1. Birokrasi klasik;

2. Birokrasi Neo-Klasik;

3. Kelembagaan;

4. Hubungan kemanusiaan;
5. Pilihan publik;

6. Administrasi negara baru

3.2 Saran

Setelah membaca uraian di atas, diharapkan pembaca mengetahui betul mengenai sejarah
perkembangan administrasi dan perkembangan paradigma yang berubah-berubah dari masa ke
masa.
DAFTAR PUSTAKA

Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Siagian, P. Sondang. 2004. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Silalahi, Ulbert. 1999. Studi Tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori, dan Dimensi. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.

http://catatanseorangpinggiran.blogspot.com/2017/04/makalah-sejarah-perkembangan.html

Anda mungkin juga menyukai