Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGI IBU DALAM MASA


PERSALINAN

Disusun Oleh

Nama : Resa Sarina

Nim ; A022819024

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN ( Semester 3 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAPURA

( STIKES JAYAPURA )
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul „‟Perubahan
Fisiologis Dan Psikologis ibu Dalam Masa Persalinan „‟ penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan
terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Sentani,07 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………...... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..... 1
C. Tujuan…………………………………………………………………………... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan Kala I…………………………………… 2


B. Perubahan Psikologi Kala I……………………………………………………... 5
C. Perubahan Fisiologis Persalinan Kala II………………………………………… 6
D. Perubahan Fisiologis Kala III…………………………………………………… 7
E. Perubahan Fisiologis Kala IV…………………………………………………... 9
F. Perubahan Psikologis Kala II,III,IV……………………………………………. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 17
B. Saran…………………………………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adnya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta
, dan proses tersebut merupakan proses almiah .
persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar
uterus melalui vagina ke dunia luar.
Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang
kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewah serta tidak melukai ibu dan bayi,
dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa perubahan fisiologis pada persalinan kala I ?
2. Apa perubahan psikologi kala I ?
3. Apa perubahan fisiologis persalinan kala II ?
4. Apa perubahan fisiologis kala III?
5. Apa perubahan fisiologis kala IV ?
6. Apa prubahan Psiklogis II,III,IV ?

C. Tujuan
1. Agar bisa mengetahui perubahan fisiologis pada persalinan kala I
2. Agar bisa mengetahui psikologi kala I
3. Agar bisa mengetahui perubahan fisiologis persalinan kala II
4. Agar bisa mengetahui perubahan fisiologis kala III
5. Agar bisa mengetahui perubahan fisiologis kala IV
6. Agar bisa mengetahui Perubahan Psikologis kala II,III,IV

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan Kala I


a. Metabolisme
Selama persalinan baik metabolism karbohidrat aerobic maupun anaerobic akan naik
secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan karena oleh kecemasan serta
kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolism yang meningkat tercermin
dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernapasan, kardiak output dan kehilangan
cairan.
b. Suhu tubuh
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan , suhu mencapai tertinggi
selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan ini di anggap normal asal
tidak melebihi 0,5-1⁰C. suhu badan yang naik sedikit merupakan keadan yang wajar,
namun bila keadaan ini berlangsung lama,kenaikan suhu ini mengindikasi adanya
dehidrasi.
c. Uterus
Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama myometrium dan serviks. Berikut
ini akan dibahas tentang kedua komponen fungsional dengan perubahan yang terjadi
pada kedua komponen tersebut Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap
penipisan dan pembukaan servik dan pengeluaran bayi dalam persalinan. Kontraksi
uterus saat persalinan sangat unik karena kontraksi ini merupakan kontraksi otot yang
sangat sakit. Kontraksi ini bersifat involunter yang bekerja dibawah control saraf dan
bersifat intermitten yang memberikan keuntungan berupa adanya periode
istirahat/reaksi diantara dua kontraksi.
Terdapat 4 perubahan fisiologi pada kontraksi uterus yaitu :
a) Fundal dominan atau dominasi
Kontraksi berawal dari fundus pada salah kornu. Kemudian menyebar ke
samping dan kebawah. Kontraksi tersebar dan terlama adalah dibagian fundus.
namun pada puncak kontraksi dapat mencapai seluruh bagian uterus.
b) Kontraksi dan retraksi
Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap 15 – 20 menit
selama 30 detik dan diakhir kala 1 setiap 2 – 3 menit selama 50 – 60 detik
dengan intensitas yang sangat kuat. Pada segmen atas Rahim tidak berelaksasi
sampai kembali ke panjang aslinya setelah kontraksi namun relative menetap
pada panjang yang lebih pendek. Hal ini disebut dengan retraksi.

2
c) Polaritas
Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keselarasan
saraf – saraf otot yang berada pada dua kutub atau segmen uterus ketika
berkontraksi. Ketika segmen atas uterus berkontraksi dengan kuat dan
berertraksi maka segmen bawah uterus hanya berkontraksi sedikit dan
membuka.
d) Differensisiasi atau perbedaan kontraksi uterus
Selama persalinan aktif uterus berubah menjadi dua bagian yang berbeda
segmen atas uterus yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika
persalinan maju. Segmen bawah uterus dan servik relative pasif dibanding
dengan dengan segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan yang
berdinding jauh lebih tipis untuk janin. Cincin retraksi terbentuk pada
persambungan segmen bawah dan atas uterus. Segmen bawah Rahim
terbentuk secara bertahap ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian
menipis sekali pada saat persalinan.

d. Faal ligament rotundum


1. Pada kontraksi , fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah
ke depan mendesak dinding perut depan kearah depan. Perubahan letak uterus
pada waktu kontraksi ini penting karena menyebbkan sumbu Rahim menjadi
searah dengan sumbu jalan lahir.
2. Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum, fundus uteri tertambat
sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas

e. Perubahan SAR dan SBR


Selama persalinan uterus berubah menjadi 2 bagian yang berbeda yaitu segmen
atas dan segmen bawah dalam persalinan perbedaan antara segmen atas dan segmen
bawah Rahim lebih jelas segmen atas memegang peranan yang aktif karena
berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan
Sebaiknya segmen bawah Rahim memegang peran pasif dan makin tipis dengan
majunya persalinan karena diregangkan segmen bawah uterus dianologikan dengan
ismus uterus yang melebar dan menipis pada perempuan yang tidak hamil.
Sebagai akibat menipisnya segmen bawah uterus dan bersamaan dengan
menebalnya segmen atas, batas antara keduanya ditandai oleh suatu lingkaran pada
permukaan dalam uterus, yang disebut sebagai cincin retraksi fisiologik. Jadi secara
singkat segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi, menjadi tebal dan mendorong
janin keluar, sebagai respon terhadap gaya dorong kontraksi pada segmen atas
sedangkan segmen bawah uterus dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi dan
menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui janin

3
f. Sistem traktus urinarius
Pada akhir bulan ke 9, pemeriksaan fundus uteri menjadi lebih rendah, kepala
janin mulai masuk PAP dan menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering kencing pada kala I dengan adanya kontraksi uterus/HIS
menyebabkan kandung kencing semakin tertekan
Polyuria sering terjadi selama persalinan hal ini kemungkinan disebabkan karena
peningkatan cardie out put , peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran
plasma ginjal.poliura akan berkurang pada posisi terlentang . Protein urin yang sedikit
dianggap normal dalam persalinan.

g. Perubahan pada vagina dan dasar panggul


1. Pada kala 1 ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina sehingga dapat dilalui
bayi
2. Setelah ketuban pecah , segala perubahan terutama pada dasar panggul yang
ditimbulkan oleh bagian depan bayi menjadi saluran dengan dinding yang tipis
3. Saat kepala sampai vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas. Dari luar
peregangan oleh bagian depan Nampak pada perineum yang meninjol dan
menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka
4. Regangngan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah

h. Sistem kardivaskuler
 Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada saat kontraksi systole meningkat sekitar 10-20
mmhg sedangkan diatole meningkat sekitar 5-10 mmhg
 Denyut jantung
Perubahan yang menyolok selama kontraksi dengan kenaikan denyut jantung
penurunan selama acne sampai satu angka yang lebih rendah dan angka antara
kontraksi. Penurunan yang menyolok selama acne kontraksi uterus tidak terjadi
jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut jantung
diantara kontraksi sedikit lebih tinggi disbanding selama periode persalinan atau
sebelum masuk persalinana. Hal ini mencermikan kenaikan dalam metabolism
yang terjadi selama persalinan.

i. Perubahan Pada Serviks


1. Pendataran serviks/Effasement
Pendataran serviks adlah pemendekan kanalis servikalis dari 1-2 cm menjadi satu
lubang saja dengan pinggir yang tipis
2. Pembukaan serviks adalah pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya
berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter menjadi lubang dengan

4
diameter kira-kira 10 cm yang dapat dilalui bayi. Saat pembukaan lengkap, bibir
portio tidak teraba lagi . SBR, seviks dan vagina telah merupakan satu saluran

j. Sistem Respirasi
Pernapasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum persalinan. Kenaikan
pernapasan ini dapat disebabkan karena adanya reasa nyeri. Kekhawatiran tekhnik
pernapasan yang tidak benar.

k. Hematologi
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gram/100 ml selama persalinan dan kembali
ketingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila tidak terjadi
kehilangan darah selama persalinan, waktu koagulasi berkurang dan akan mendapat
tambahan plasma selama persalinan. Jumlah sel darah putih meningkat selama
progresif selama kala satu persalinansebesar 5000 s/d 15.000 WBC sampai dengan
akhir pembukaan lengkap, hal ini tidak ber indikasi adanya infeksi. Setelah itu turun
lagi kembali keadaan semula.

l. BMR ( basal Metabolisme Rate )


1. Adanya kontraksi dan tenaga mengejan membutuhkan energy yang besar, maka
pembuangan juga akan lebih tinggi dan suhu tubuh meningkat
2. Suhu tubuh akan sedikit meningkat ( 0,5-10c ) selama proses persalinan dan akan
segera turun setelah proses persalinan selesai. Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan metabolism tubuh. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh lebih dari 10c

B. Perubahan Psikologi Kala I


Pada persalinan Kala I selain pada saat kontraksi uterus, umumnya ibu dalam keadaan
santai, tenang dan tidak terlalu pucat. Kondisi psikologis yang sering terjadi pada wanita
dalam persalinan kala I adalah :
1. Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan sendiri.
Ketakutan tersebut berupa rasa takut jika bayi yang yang akan dilahirkan dalam
keadaan cacat, serta takhayul lain. Walaupun pada jaman ini kepercayaan pada
ketakutan-ketakutan gaib selama proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab
secara biologis, anatomis, dan fisiologis kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus bisa
dijelaskan dengan alasan-alasan patologis atau sebab abnormalitas (keluarbiasaan).
Tetapi masih ada perempuan yang diliputi rasa ketakutan akan takhayul.
2. Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan konflik batin. Hal ini
disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat
mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman badan, dan tidak bisa tidur

5
nyenyak, sering kesulitan bernafas dan macam-macam beban jasmaniah lainnya
diwaktu kehamilannya.
3. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak sabaran
sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi terganggu. Ini
disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya
kontraksikontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai
secara psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai beban yang amat
berat.
4. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi yang merupakan
hambatan dalam proses persalinan :
a. Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tanpa sebab
sebab yang jelas
b. Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar
c. Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan
d. Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan takikardi
5. Adanya harapan harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.
Relasi ibu dengan calon anaknya terpecah, sehingga popularitas AKU-KAMU (aku
sebagai pribadi ibu dan kamu sebagai bayi) menjadi semakin jelas. Timbullah dualitas
perasaan yaitu:
a. Harapan cinta kasih
b. Impuls bermusuhan dan kebencian
6. Sikap bermusuhan terhadap bayinya
a. Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
b. Cemas kalau bayinya tidak aman di luar Rahim
c. Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu
7. Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:
a. Takut mati
b. Trauma kelahiran
c. Perasaan bersalah
d. Ketakutan riil

C. Perubahan Fisiologis kala II


a. Kontraksi
Kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot
tekanan pada genetalia dalam serviks dan segmen bawah Rahim ( SBR ) ,
regangan dari serviks, regangan dan terikan pada peritoneum, itu semua terjadi
pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus
diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung selama 60-90 detik, kekuatan
kontraksi, dan kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba

6
apakah jari kita dapat menekan dinding Rahim ke dalam, interval antara kedua
kontraksi pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit

b. Uterus
Keadaan segmen atas Rahim ( SAR ) dan segmen bawah Rahim ( SBR ).
Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR
dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif ( berkontraksi )
dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain
SAR mengadakan suatu kintraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar.
Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan
pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan ( disebabkan karena regangan )
dengan kata lain SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi

c. Perubahan pada vagina dan dasar panggul


Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, terjadi perubahan terutama
pada dasar panggul yang di regangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi
saluran yang dinding-dinding nya tipis karena susuatu regangan dan kepala
sampai di vulva. Lugan menghadap ke depan atas dan anus menjadi terbuka,
perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva.

D. Perubahan Fisiologis kala III


Pada kala tiga persalinan, otot uterus ( myometrium ) berkontraksi mengikuti
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Pada kala tiga ,
otot uterus ( myometrium ) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat , menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalm
vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan
permukaan kavum uteri, tempat implementasi plasenta. Akibatnya. Plasenta akan lepas
dari tempat implantasinya.
a. Fase-fase dalam kala III persalinan
1). Fase Pelepasan URI
Cara lepasnya uri sebagai berikut :
- Schultze
Lepasnya seperti kita menutup paying , cara ini paling sering terjadi ( 80%) .
yang lepas duluan bagian tengah . lalu terjadi retroplasenta hematoma yang
menolak uri mula-mula bagian tengah menrut cara ini, pendarahan biasanya
tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir

7
- Duncan
 Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir deluan ( 20 % )
darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban
 Serempak dari tengah dan pinggir plasenta

2). Fase pengeluaran URI


Plasenta yang sudah lepas dari menempel segmen bawah Rahim kemudian melalui
serviks, vagina dan dikeluarkan ke introitus vagina

b. Tanda-tanda pelepasan plasenta


1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum myometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat
2) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vagina
3) Semburan darah secara tiba-tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah ( retroplasental
Pooling ) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampungnya mak darah tersembur keluar dari tepi plasenta
yang terlepas. Tanda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah
bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.penyebab terpisahnya dari dinding uterus
adalah kontraksi adalah kontraksi uterus ( spontan atau dengan stimulus ) setelah
kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban , yang
terkelupas dan di keluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan
pemisahan dan metode ekspulasi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan dengan
penonjolan bagian ibu atau bagian janin
 Cara-cara pelepasan plasenta
1) Metode Ekspulasi Schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah ( sentral ) atau dari pinggir plasenta.
Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina ( tanda ini
dikemukakan oleh ahfled ) tanpa adanya perdarahan per vagina. Lebib besar
kemungkinanya terjadi pada plasenta yang melekat di fundus.
2) Metode ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.
Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. bila lebih hal ini patologik. Lebih
besar kemungkinan pada implantasi lateral. Apabila plasenta lahir, umumnya
otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan terjepit, dan

8
perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal akan lahir spontan dalam waktu
lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap.

c. Pengeluaran Plasenta
1) Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan
daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke
dalam vagina, berate plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya
dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan
banyak akan dapat terjadi.
2) Klien
Sewaktu ada HIS , Rahim didorong sedikit bila tali pusat kembali berarti plasenta,
belumlepas, tetapi bila turun plasenta sudah lepas.
3) Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti
plasenta belum lepas. Tetapi bila tidak bergetar plasenta sudah lepas normalnya
pelepasan plasenta ini berkisar ¼-1/2 kam sesudah bayi lahir, namun bila terjadi
banyak perdarahan atau bila pada persalinan sebelumnya ada riwayat perdarahan
post partum, maka tidak boleh menunggu, sebaiknya plasenta dikeluarkan dengan
tangan. Selain itu, bila perdarahan sudah lebih dari 500 atau satu nierbeken,
sebaiknya langsung dikeluarkan.

E. Perubahan Fisiologis kala IV


Selama 10 – 45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi,uterus berkontraksi
menjadi ukuran sangat kecil yang mengakibatkan perpisahan antara dinding uterus dan
plasenta,dimana nantinya akan memisahkan plasena dari tempat lekatnya. Pelepasan
plasenta membuka sinus–sinus plasenta dan menyebabkan perdarahan. Akan tetapi ,
dibatasi sampai rata–rata 350 ml oleh mekanisme sebagai berikut : serabut otot polos
uterus tersusun berbentuk angka delapan mengelilingin pembuluh–pembuluh darah ketika
pembuluh darah tersebut melaluidinding uterus. Oleh karena itu, kontraksi uterus setelah
persalinan bayi menyempitkan pembuluh darah yang sebelumnya menyuplai darah ke
plasenta.
Selama empat sampai lima minggu pertama setelah persalinan,uterus mengalami
involusi beratnya menjadi kurang dari setengah berat segera setelah pascapersalinan dan
dalam empat minggu uterus sudah sekecil seperti sebelum hamil. Selama permulaan
involusi uterus, tempat plasenta pada permukaan endometrium mengalami autolisis, yang
menyebabkan keluarnya sekter vagina yang dikenal sebagai lokian ( lochea ),yang
diawali dengan lokia rubra hingga serosa, terus berlangsung sampai dengan satu setengah

9
minggu.setelah itu,permukaan endrometrium akan mengalami reepitelisasi dan kembali
ke kehidupan seks nongravid yang normal.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum
hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Akan tetapi , setiap ibu yang menyusui
bayinya, isyarat saraf dari puting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi
polaktin hamper sepulah kali lipat yang berlangsung sekitar 1 jam, sebaliknya prolaktin
atas payudara untuk menyiapkan susu bagi periode penyusuan berikutnya.bila prolaktin
ini tidak ada, jika ia dihambat akibat kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau jika
menyusui tidak kontinu, maka payudara kehilangan kesanggupan untuk mengasilkan susu
dalam beberapa hari, tapi produksi susu dapat kotinu selama beberapa tahun jika anak
mengisap secarackotinu, tetapi normalnya kecepatan pembentukan sangat menurun
dalam tujuh sampai Sembilan bulan.
Bila bayi mengisap susu, impuls sencoris dihantarkan melalui saraf somatic ke
medulla spinalis dan kemudian ke hipotalamus. Hormone ini mengalir dalam darah
menuju kelenjar mammae menyebabkan sel – sel mioepitel yang mengelilingin dinding
luar alveoli berkontraksi dan memeras susu dari alveoli ke duktus. Jadi, dalam 30 detik –
1 menit setelah bayi menghisap kelenjar mammae, susu mulai mengalir. Proses ini
dinamakan ejeksi susu atau pengeluaran susu yang disebabkan oleh gabungan reflek
neourogenik dan hormon oksitosin.
Hal ini juga berdampak pada kontraksi uterus dan berdampak pada proses involusi
perdarahan pasca persalinan.
 Status Fisiologis pada Kala IV
Banyak perubahan fisiologis yang terjadi selama persalinan dan pelahiran dan
kembali ke level pra-persalinan dan menjadi stabil seama satu jam pertama pasca-
partus. Manifestasi fisiologis lain yang terlihat selama periode ini muncul akibat atau
terjadi setelah stress persalinan.
Pengetahuan tentang temuan normal penting untuk evaluasi ibu yang akurat.
Fisiologi kala IV :
1. Tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi dan
pernapasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien biasanya akan
mengalami sedikit peningkatan tapi masih di bawah 3 C, hal ini disebabkan oleh
kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu akan
berangsur normal kembali setelah dua jam. Pemantauan tekanan darah dan nadi
yang rutin selama interval ini adalah satu sarana mendeteksi syok akibat
kehilangan darah berlebihan.
2. Gemetar
Kadang dijumpai pasien pascapersalinan mengalami gemetar, hal ini normal
sepanjang suhu kurang dari C dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi lain.
Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah energi selama

10
melahirkan dan merupakan respon fisiologis terhadap penurunan volume
intraabdominal dan pergeseran hematologi juga memainkan peranan.
3. Sistem Gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa mual
sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan dapat
mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum ke saluran pernapasan dengan
setengah duduk atau duduk di tempat tidur. Perasaan haus dan lapar pasti
dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi dan nutrisi sangat penting diberikan
untuk mencegah dehidrasi dan kekosongan lambung.
4. Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam keadaan
hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering dijumpai kandung kemih
dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini disebabkan oleh
tekanan pada kandung kemih dan uretra selama persalinan. Kondisi ini dapat
diringankan dengan selalu mengusahakan kandung kemih kosong selama
persalinan untuk mencegah trauma. Setelah melahirkan, kandung kemih
sebaiknya tetap kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan terjadi atoni.
Uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan perdarahan dan keparahan
nyeri.
5. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung
aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah
uterus. Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara
cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran
ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini pasien
mengeluarkan banyak sekali urine. Pada persalinan per vaginam, kehilangan
darah sekitar 200-500 ml sedangkan pada persalinan SC pengeluarannya dua kali
lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar hematokrit.
Setelah persalinan, volume darah pasien relatif akan bertambah. Keadaan
ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan
dekompensasio kordis pada pasien dengan vitum kardio. Keadaan ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan adanya hemokonsentrasi sehingga volume
darah kembali seperti kondisi awal.
6. Serviks
Perubahan-perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk
serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus
yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena

11
robekan kecil terjadi selama berdilatasi, maka serviks tidak akan pernah kembali
lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan
menutup secara perlahan dan bertahan. Setelah bayi lahir tangan bisa masuk ke
dalam rongga rahim, setelah dua jam hanya dapat memasuki dua atau tiga jari.
7. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada hari ke-5 pasca melahirkan,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya sekalipun tetap lebih
kendur dibandingkan keadaan sebelum hamil.
8. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva
dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
9. Pengeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesteron, dan Human Plasenta
Lactogen Hormon setelah plasenta lahir, prolaktin dapat berfungsi membentuk
ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai duktus kelenjar ASI.
Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan refleks yang dapat
mengeluarkan oksitosin dari hipofisis sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar
alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan mengeluarkan ASI kedalam
sinus yang disebut “let down refleks” .
Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan refleks yang dapat
mengeluarkan oksitosin dari hipofisis, sehingga akan menambah kekuatan
kontraksi uterus.

F. Perubahan Psikologis Kala II,III,IV

 Perubahan Psikologis Kala II


Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan bangga akan
kelahiran bayinya, tapi ada juga yang merasa takut. Adapun perubahan psikologis
yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
b. Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
c. Frustasi dan marah
d. Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar bersalin
e. Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
f. Fokus pada dirinya sendiri

12
Masalah Psikologis Yang Terjadi Pada Masa Persalinan Masalah psikologis yang
terjadi pada masa persalinan adalah kecemasan. Pada masa persalinan seorang wanita
ada yang tenang dan bangga akan kelahiran bayinya, tetapi ada juga yang merasa
takut.

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Ibu bersalin mengalami gangguan
dalam menilai realitas, namun kepribadian masih tetap utuh. Perilaku dapat terganggu
tetapi masih dalam batas batas normal (Haward 2004).

Kecemasan berbeda dengan rasa takut. Cemas adalah respon emosi tanpa obyek yang
spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasikan interpersonal secara
langsung. Kecemasan dapat diekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis
(Sulistyawati, dkk, 2003).

Secara fisiologis, respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan


sistem syaraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan
mengaktivasi proses tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan menimbulkan
respons tubuh. Bila korteks otak menerima rangsang, maka rangsangan akan dikirim
melalui saraf simpatis kekelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenal/epineprin
sehingga efeknya antara lain nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat, dan tekanan
darah meningkat. Darah akan tercurahkan terutama ke jantung, susunan saraf pusat dan
otak. Dengan peningkatan glikegenolisis maka gula darah akan meningkat. Secara
psikologis, kecemasan akan mempengaruhi koordinasi atau gerak refleks, kesulitan
mendengar atau mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat
individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan orang lain (Sulistyawati, dkk, 2003).
Secara umum kecemasan dipengaruhi oleh beberapa gejala yang mirip dengan orang
yang mengalami stress. Bedanya stress didominasi oleh gejala fisik, sedangkan
kecemasan didominasi oleh gejala psikis. Adapun gejala gejala orang yang mengalami
kecemasan adalah sebagai berikut:
a. Ketegangan motorik/alat gerak seperti gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat
santai, gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, dan mudah kaget.
b. Hiperaktivitas saraf otonom (simpatis dan parasimpatis) seperti keringat berlebihan,
jantung berdebar-debar, rasa dingin di telapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing,
rasa mual, sering buang air kecil, diare, muka merah/pucat, denyut nadi dan nafas
cepat
c. Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan datang seperti cemas, takut,
khawatir, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya.
d. Kewaspadaan yang berlebihan seperti perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi,
sukar tidur, mudah tersinggung, dan tidak sabar (Haward, 2004).

13
 Perubahan Psikologis Kala III
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban.
Perubahan Psikologis
1. Bahagia
Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu kelahiran
bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita yang
sempurna (bisa melahirkan, memberikanan aku ntuk suami dan memberikan
anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat anaknya.
2. Cemas dan Takut
- Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena
persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati
- Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu
- Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya

 Perubahan Psikologis Kala IV


1. phase Honeymoon
phase Honeymoon ialah fase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak
yang lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai “ Psikis
Honeymoon “ yang tidak memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing
saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2. Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment )
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan
tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana agar
hal tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan
salah satu upaya untuk proses ikatan kasih tersebut
3. fase Pada Masa Nifas
a. fase “ Taking in “
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan
tergantung berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan
bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam Phase yang
diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
b. fase “ Taking hold “
Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha mandiri
dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya
misalnya kelancaran buang air besar hormon dan peran transisi. Hal-hal yang
berkontribusi dengan post partal blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan,
kehabisan tenaga. Dengan menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila
orang tua kurang mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat

14
mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya,
untuk mengetahui bahwa itu adalah normal.
4. Bounding Attachment
Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan
afeksi ( kasih sayang )sedangkan Atachmen merupakan interaksi antara ibu dan
bayi secara spesifik sepanjang waktu.Jadi Bounding Atachmen adalah kontak
awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang
merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih
sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang
tua dan bayinya.

5. Respon antara ibu dan bayinya sejak kontak awal hingga tahap perkembangannya.
a. Touch ( sentuhan ).
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan
ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perubahan diberikan
untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan
dilanjutkan sebagai gerakan lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan
merapat pada payudara ibu. Menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan
terjadilah ikatan antara keduanya.
b. Eye To Eye Contact ( Kontak Mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan
segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan
dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai factor yang penting sebagai
hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan
perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-
25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-
kira 4 bulan, perlu perhatian terhadap factor-faktor yang menghambat proses
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak
mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi.
c. Odor ( Bau Badan )
Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih
memainkan peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Penelitian
menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola
bernapasnya berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersamaan makin
dikenalnya bau itu sibayipun berhenti bereaksi.Pada akhir minggu I seorang
bayi dapat mengenali ibunya dari bau badan dan air susu ibunya.Indra
Penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya
ASI pada waktu tertentu.

d. Body Warm ( Kehangatan Tubuh )

15
Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat langsung
meletakan bayinya diatas perut ibu, baik setalah tahap kedua dari proses
melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini
memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupun sibayi kontak kulit agar
bayi tetap hangat.
e. Voice ( Suara )
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut ibu merasa
tenang karena merasa bayinya baik ( hidup ). Bayi dapat mendengar sejak
dalam rahim, jadi tidak mengherankan bila ia dapat mendengar suara-suara
dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu
terhalang selama beberapa hari terhalang cairan amniotic dari rahim yang
melekat pada telinga. Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru
lahir bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan
sengaja dan mereka nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-
suara tertentu daripada yang lain.Contoh ; suara detak jantung ibu.
f. Entrainment ( gaya bahasa )
BBL menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa
artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi diatur, jauh sebelum ia
menggunakan bahasa dalam berkomunikasi ( komunikasi yang positip
g. Biorhytmicity ( Irama Kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama
alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah
adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses
ini dengan memberikan perawatan penuh kasih yang secara konsisten dan
dengan menggunakan tanda bahaya untuk mengembangkan respon bayi dan
interaksi social serta kesempatan untuk belajar.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adnya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran
plasenta , dan proses tersebut merupakan proses almiah .
persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar
uterus melalui vagina ke dunia luar.
Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak
belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewah serta tidak melukai
ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan untuk mahasiswi
kebidanan tentang „‟Perubahan Fisiologis dan Psikologi Ibu Dalam Masa Persalinan

17
DAFTAR PUSTAKA

Herawati M.2011.Psikologi Ibu Anak untuk Kebidanan, Jakarta: selemba medika

Oktarina Mika.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta :
Deepublish,juni 2016

Damayanti,Ika Putri,dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin
dan Bayi Baru Lahir . Yogyakarta

18

Anda mungkin juga menyukai