Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN TN. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS


TUMOR RENAL

OLEH:
ADE IRAWAN
(2020-01-14901-002)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI NERS
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh:


Nama : Ade Irawan
NIM : 202002 14901002
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. B
dengan Diagnosa Medis Tumor Renal

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Dasar Profesi pada Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Asuhan Keperawatan ini telah disetujui


Tanggal , November 2020

Preseptor Akademik Preseptor Lahan

Dewi Aprilyanti, Ners. M.Kep Ria Asihai, S.Kep. Ners


LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh:


Nama : Ade Irawan
NIM : 202002 14901002
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. B
dengan Diagnosa Medis Tumor Renal

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Keperawatan Dasar Profesi pada Program
Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Asuhan Keperawatan ini telah disahkan


Tanggal, November 2020

Preseptor Akademik Preseptor Lahan

Dewi Aprilyanti, Ners. M.Kep Ria Asihai, S.Kep. Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

Meilitha Carolina, Ners, M. Kep.


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan
keperawatan stase Keperawatan Anak ini dengan judul “Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan Pada Tn. B dengan Diagnosa Medis Tumor Renal”.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
penyusun untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Profesi Ners
Keperawatan.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M. Kep. selaku Ketua Program Studi Ners.
3. Dewi Aprilyanti, Ners. M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan Laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Anak ini.
4. Ria Asihai, S.Kep. Ners selaku pembimbing klinik yang telah banyak
memberi bimbingannya dalam menyelesaikan Laporan pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa asuhan keperawatan ini jauh dari
sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga asuhan keperawatan ini dapat berguna bagi
pengembangan ilmu kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan medikal
bedah dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan
karunia-Nya kepada kita semua.

Palangka Raya, Desember 2020

Ade Irawan
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan..................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit............................................................................ 1
1.2 Manajemen Keperawatan........................................................................ 9
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian............................................................................................... 22
2.2 Analisis Data........................................................................................... 25
2.3 Prioritas Masalah dan Diagnosa Keperawatan........................................ 24
2.4 Intervensi Keperawatan...........................................................................29-30
2.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...............................................31-32
Daftar Pustaka
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit
1.1 Definisi
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan
ginjal. Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang padat ganas
atau kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat cepat dan
mendesak sel-sel disekitarnya.
Tumor Ginjal atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi
pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa.
Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista
(rongga berisi cairan) atau tumor biasanya jinak. Seperti organ tubuh lainnya,
ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada dewasa, jenis kanker ginjal yang
paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis,
hipernefroma), yang berasal dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis.
1.1.2 Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak
retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah
oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutub atas ginjal
kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari kira-kira 1,3 juta nefron.1, 6,
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-
struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan
meninggalkan ginjal.
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis
kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi klinis
didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang)
x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170 gram, atau
kurag lebih 0,4% dari berat badan.
Gambar 1. Letak Ginjal

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula
ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medula
banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis, dan
duktus kolegentes.

Gambar 2. Laju filtrasi glomerulus.


Ginjal menerima sekitar 20 % dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter
per menit darah dari 40 % hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600
ml/menit. Normalnya 20 % dari plasma disaring di glomerulus dengan LFG 120
ml/menit atau sekitar 170 liter per hari. Penyaringan terjadi di tubular ginjal
dengan lebih dari 99 % yang terserap kembali meninggalkan pengeluaran urin
terakhir 1-1,5 liter per hari.
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena
renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end
arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang
dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini,
berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada daerah vaskularisasinya.4,6,7

Gambar 3. Pembuluh darah ginjal

Fungsi utama ginjal adalah sebagai organ pengatur dalam mengekskresi


bahan-bahan kimia asing tertentu (misalnya obat-obatan) hormon dan metabolit
lain, tetapi fungsi yang paling utama adalah mempertahankan volume dan
komposisi ECF dalam batas normal. Tentu saja ini dapat terlaksana dengan
mengubah ekskresi air dan zat terlarut, kecepatan filtrasi yang tinggi
memungkinkan pelaksanaan fungsi ini dengan ketepatan tinggi. Pembentukan
renin dan eritropoietin serta metabolisme vitamin D merupakan fungsi
nonekskretor yang penting. Sekresi renin berlebihan yang mungkin penting pada
etiologi beberapa bentuk hipertensi. Defisiensi eritropoietin dan pengaktifan
vitamin D yang dianggap penting sebagai penyebab anemia dan penyakit tulang
pada uremia.
Ginjal juga berperan penting dalam degradasi insulin dan pembentukan
sekelompok senyawa yang mempunyai makna endokrin yang berarti, yaitu
prostaglandin. Sekitar 20% insulin yang dibentuk oleh pankreas didegradasi oleh
sel-sel tubulus ginjal. Akibatnya penderita diabetes yang menderita payah ginjal
membutuhkan insulin yang jumlahnya lebih sedikit. Prostaglandin merupakan
hormon asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam banyak jaringan tubuh.
Medula ginjal membentuk PGI dan PGE2 yang merupakan vasodilator potensial.
Prostaglandin mungkin berperan penting dalam pengaturan aliran darah ke ginjal,
pegeluaran renin dan reabsorpsi Na+. Kekurangan prostagladin mungkin juga
turut berperan dalam beberapa bentuk hipertensi ginjal sekunder, meskipun bukti-
bukti yang ada sekarang ini masih kurang memadai.
1.1.3 PENYEBAB / ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan
membelah secara wajar. Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan
menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini akan
menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang
dikenal sebagai tumor. Tidak semua tumor merupakan kanker (keganasan).
Tumor yang ganas disebut tumor maligna. Sel-sel dari tumor ini menyusup dan
merusak jaringan di sekitarnya.
Sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran darah atau
sistem getah bening dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya (proses ini dikenal
sebagai metastase tumor). Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui.
Tetapi penelitian telah menemukan faktor-faktor tertentu yang tampaknya
meningkatkan resiko terjadinya kanker ginjal. Resiko terjadinya karsinoma sel
ginjal meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Kanker ini paling sering
terjadi pada usia 50-70 tahun. Pria memiliki resiko 2 kali lebih besar
dibandingkan wanita.
Faktor resiko lainnya adalah:
a) Merokok
b) Kegemukan (obesitas)
c) Tekanan darah tinggi (hipertensi).
d) Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko tinggi,
juga pekerja yang terpapar oleh asbes).
e) Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun memiliki
resiko tinggi).
f) Penyinaran.
g) Penyakit Von Hippel-Lindau.
h) Makanan tinggi lemak.
i) Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
j) Faktor lain yang diduga memicu munculnya RCC adalah dialysis jangka panjang,
penggunaan analgesic dalam waktu lama.

1.1.4 KLASIFIKASI
1. Tumor Jinak
a. Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri
atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan
merupakan tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma. Tumor
jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya simpai
ginjal. Kadang tumor ini ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena
pertumbuhan yang multisentrik (De Jong, 2000).
b. Fibroma Renalis
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis
atau tumor sel interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara
tidak sengaja sewaktu melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun gejala
klinis yang signifikan. Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal
keras, dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam medula atau
papilla. Tumor tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi
tubulus di dekatnya.
c. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus
berwarna kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang
terletak dalam korteks ginjal. Tumor ini jarang ditemukan, pada autopsi didapat
sekitar 20% dari seluruh autopsi yang dilakukan. Secara histologis tidak jelas
perbedaannya dengan karsinoma tubulus renalis ; keduanya tersusun atas sel
besar jernih dengan inti kecil. Perbedaannya ditentukan hanya berdasarkan
ukurannya ; tumor yang berdiameter kurang dari 30 mm ditentukan sebagai
tumor jinak. Perbedaan ini sepenuhnya tidak dapat dipegang sebab karsinoma
stadium awal juga mempunyai diameter kurang dari 30 mm. Proses ganas dapat
terjadi pada adenoma korteks.
d. Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma
granulernya (tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan
mengalami distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma kadang-kadang dapat
begitu besar sehingga mudah dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.

e. Tumor Jinak Lainnya


Tumor jinak dapat timbul dari jenis sel apapun dari dalam ginjal.
Beberapa menyebabkan masalah klinis, seperti hemangioma yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan, sehingga memberikan rasa nyeri atau
merupakan predisposisi kehilangan darah yang banyak sewaktu terjadi
trauma.Tumor yang jarang ditemukan ialah tumor sel jukstaglomerulor yang
memproduksi renin yang merupakan penyebab terjadinya hipertensi
(Underwood, 2000). Jenis tumor lain yang pernah ditemui adalah lipoma dan
leiomioma (De Jong, 2000).
2. Tumor Ganas
a. Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang
berasal dari tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh
keganasan pada orang dewasa. Tumor ini paling sering ditemukan pada umur
lebih dari 50 tahun. Penemuan kasus baru meningkat setelah ditemukannya alat
bantu diagnosa USG dan CT scan (Basuki, 2003).
b. Nefroblastoma
Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak
berusia kurang dari 10 tahun dan paling sering dijumpai pada umur 3,5 tahun.
Tumor ini merupakan tumor urogenitalia yang paling banyak menyerang anak-
anak. Kurang lebih 10% tumor ini menyerang kedua ginjal secara bersamaan
(Basuki, 2003). Insiden puncaknya antara umur 1- 4 tahun. Anak perempuan
dan laki-laki sama banyaknya. (Underwood, 2000). Tumor Wilms merupakan
10% dari semua keganasan pada anak. Tumor ini mungkin ditemukan pada
anak dengan kelainan aniridia, keraguan genitalia pada anak dan sindrom
Beckwith-Wiedemann (makroglosi, omfalokel, viseromegah dan hipoglikemia
neonatal). Satu persen dari tumor Wilms ditemukan familial dan diturunkan
secara dominan autosomal. Onkogen tumor Wilms telah dilokasi pada garis p
13 kromosom 11 (De Jong, 2000).
Nefroblastoma sering dikenal dengan nama tumor Wilm atau karsinoma
sel embrional. Tumor Wilm sering diikuti dengan kelainan bawaan berupa:
anridia, hemihipertrofi dan anomali organ urogenitalia (Basuki, 2003).
c. Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis
histopatologinya tumor ini dibedakan dalam dua jenis yaitu (1) karsinoma sel
transitional dan (2) karsinoma sel skuamosa. Seperti halnya mukosa yang
terdapat pada kaliks, buli-buli dan uretra proksimal, pielum juga dilapisi oleh
sel-sel transitional dan mempunyai kemungkinan untuk menjadi karsinoma
transitional. Karsinoma sel skuamosa biasanya merupakan metaplasia sel-sel
pelvis renalis karena adanya batu yang menahun pada pelvis renalis (Basuki,
2003).
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel
renalis, dimana sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel transitional
yang berasal dari urotelium pelvis renalis, karena pertumbuhannya ke dalam
rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini akan ditandai dengan adanya
hematuria atau obstruksi (Underwood, 2000)
Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai vena
renalis (Underwood, 2000)
1.1.5 PATOFISIOLOGI
Tumor ini berasal dari tubulus proksimal ginjal yang mula-mula berada
didalam korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor
bisa berasal dari tubulus distalis maupun duktus kolegentes. Biasanya tumor ini
disertai dengan pseudokapsul yang tediri atas parenkim ginjal yang tertekan oleh
jaringan tumor dan jaringan fibrosa. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang
berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia gerota
merupakan barier yang menahan penyebaran tumor ke organ sekitarnya.
Pada irisan tampak berwarna kuning sampai oranye, sedangkan pada
gambaran histopatologik terdapat berbagai jenis, yakni clear cell, granular,
sarkomatoid, papiler dan bentuk campuran.

Sel-sel dalam saluran kemih membelah


diluar kendali

Terbentuk massa
Faktor Resiko:

merokok,kegemukan,
tekanan darah tinggi,dll
+ Metastase tumor

Regangan
fasis ginjal & Tumor ganas Kurang informasi
kontraksi Batu ginjal
otot ureter
PK Demam
Nyeri pada sisi Menurunnya
Inflamasi
ginjal yang berat badan
Ureter
terkena

Hematuria
MK gg kesimbangan
cairan krg dr
Perubahan
kebutuhan tubuh
warna Urin mjd

MK nyeri MK Resiko kekurangan


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

MK Kurang
pengetahuan
1.1.6 GEJALA KLINIS
a) Pada stadium dini, tumor ginjal jarang menimbulkan gejala.
b) Pada stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria
(adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih
yang tampak kemerahan atau diketahui melalui analisa air kemih.
c) Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke
beberapa bagian atau seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat
kimia pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah.
d) Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon eritropoietin,
yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel
darah merah.
e) Gejala lainnya yang mungkin terjadi:
1) Nyeri pada sisi ginjal yang terkena.
2) Penurunan berat badan.
3) Kelelahan.
4) Demam yang hilang-timbul.
Keluhan utama biasanya hanya benjolan di perut,perutnya membuncit
ketika di bawa ke Dokter oleh orang tuanya, hematuri karena invasi tumor yang
menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis
tubuh terhadap protein tumor. Gejala lain yang bisa muncul adalah :
1) Malaise ( merasa tidak enak badan).
2) Anorexia.
3) Anemia.
4) Lethargi.
5) Hemihypertrofi
6) Nafas pendek,dyspnea,batuk,nyeri dada ( karena ada metastase ).
1.1.7 Penatalaksaan
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di
sebelah kontralateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. Pembedahan ini
kadang kala diawali dengan pemberian sitostatika atau radiasi (Basuki, 2003).
Sitostatika. Pemberian sitostatika dimulai sebelum pembedahan dan
dilanjutkan beberapas eri setelah pembedahan dengan memberikan hasil yang
cukup memuaskan. Sitostatika yang dipergunakan adalah kombinasi dari
Actinomisin D dengan Vincristine.
Radiasi Eksterna. Tumor Wilm memberikan respon yang cukup baik
terhadap radioterapi (bersifat radiosensitif). Radiasi diberikan sebelum atau
setelah operasi dan kadang kala diberikan berselingan dengan sitostatika sebagai
terapi sandwich (Basuki, 2003).
1. Nefrektomi radikal merupakan terapi terpilih apabila tumor belum melewati
garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar
limfa retroperitoneal total tidak perlu dilakukan, tetapi biopsi kelenjar di
daerah hilus dan para aorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi (sampai 10%). Apabila ditemukan penjalaran tumor ke v. Kava,
tumor tersebut harus diusahakan diangkat. Pada waktu pembedahan harus
diusahakan agar tidak terjadi penyebaran untuk mencegah kenaikan tingkat
keganasan klinis. Pada awal pembedahan v. Renalis dan v. Kava sebaiknya
ditutup dengan klem, sebelum memanipulasi ginjal yang kena tumor. Pada
tumor bilateral harus dilakukan pemeriksaan patologi dengan biopsi jarum
untuk menentukan diagnosa dan perangai histologik. Apabila termasuk
golongan prognosis baik, dapat diberikan kemoterapi disusul dengan
nefrektomi parsial. Kalau termasuk golongan prognosis buruk harus
dilakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi dan radiotrapi kemudian dialisis
atau transplantasi ginjal (De Jong, 2000).
2. Kemoterapi
Tumor renal termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi.
Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang
berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping
yang rendah terhadap sel yang normal.Terapi sitostatika dapat diberikan pra
maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang
mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi,
tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko rupture
intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih mudah di reseksi
total. Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam
pengobatan tumor, yaitu : Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin
dan Siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat
sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak
terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-
sel kanker tidak terjadi.
a) Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan lima
hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis
total tidak melebihi 500 mikrogram.Aktinomisin D bersama dengan
vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.
b) Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan
dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih dari
2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis, bersifat
iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian
secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain karena
jarang menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan sebagai
obat tunggal dapat menyebab relaps.
c) Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius,
diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari
berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini tidak dapat melewati
sawar otak, dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila melebihi dosis.
Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.
d) Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m2/hari
selama lima hari berturut-turut.
Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m2/hari
secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari
1.1.8 PROGNOSIS
Prognosisnya kurang baik, terutama pada penderita dengan tumor yang
berdiferensiasi buruk, dan tumor multipel sering ditemukan pada ureter dan vesika
urinaria.
Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan
pengangkatan kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh.
Jika tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai vena
kava, tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih bisa
memberikan harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar
dengan cepat, terutama ke paru-paru. Jika kanker telah menyebar ke tempat yang
jauh, maka prognosisnya jelek karena tidak dapat diobati dengan penyinaran,
kemoterapi maupun hormon.samping dari terapi penyinaran adalah kulit di tempat
penyinaran menjadi merah atau gatal, mual dan muntah.
Imunoterapi menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Diberikan suatu zat yang dikenal sebagai pengubah respon biologis, misalnya
interferon atau interleukin-2. Secara normal, zat tersebut dihasilkan oleh tubuh
dan juga dibuat di laboratorium untuk membantu mengobati penyakit.

1.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1.2.1 PENGKAJIAN
Identitas Klien
Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti
cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan,
mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
Pengkajian fisik
Pengkajian Perpola
1) Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak
adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit
dapat terjadi karena uremia.
2) Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat
diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan
oliguria sampai anuria,proteinuri, hematuria.
3) Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan
klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya
edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan
otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels ,
pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi
dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan
pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga
disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap
dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati
merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala
penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA
munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan
penanganan penyakit ini.
4) Polatidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus.
5) Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan
rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi
ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit
dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
6) Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali
seperti semula.
7) Hubungan peran :
Pasien tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan
lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan
anak banyak diam.
1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi ureter
b. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi,
mual, muntah ditandai dengan penurunan berat badan lebih dari 20 %
c. Resiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan
berlebihan (fase diuretic) ditandai dengan turgor kulit tidak elastis, mukosa
bibir kering.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b.d keterbatasan kognitif, kurang terpajannya informasi ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, dan tidak akurat dalam mengikuti
instruksi/pencegahan komplikasi.
1.2.3 INTERVENSI
a) DX 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi ureter
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan
nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri berkurang.
2) Klien tidak meringis.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Kaji lokasi dan durasi tingkat Memberikan informasi yang
nyeri diperlukan untuk merencanakan
asuhan.
2 Ajarkan teknik distraksi dan Untuk melancarkan peredaran
relaksasi darah sehingga nyeri berkurang
3 Berikan pengalihan seperti Untuk meningkatkan kenyamanan
reposisi dan aktivitas dengan mengalihkan perhatian
menyenangkan seperti klien dari rasa nyeri
mendengarkan musik atau
nonton TV
4 Kolaborasi pemberian Analgetik dapat mengurangi nyeri
analgetik
(asam mefenamat)

b) DX 2 : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme,
anoreksi, mual, muntah ditandai dengan penurunan berat badan lebih
dari 20 %.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam pasien
mempertahankan status nutrisi adekuat.
Kriteria Hasil :
1) Berat badan stabil.
2) Tidak ditemukan adema.
3) Albumin dalam batas normal.
No Intervensi Rasional
1 Monitor intake makanan Memberikan informasi tentang
setiap hari, apakah klien status gizi klien
makan sesuai dengan
kebutuhannya
2 Anjurkan klien untuk Kalori merupakan sumber energy
mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dengan intake
cairan yang adekuat
3 Kontrol faktor lingkungan Mencegah mual muntah, distensi
seperti bau busuk atau berlebihan, dispepsia yang
bising. Hindarkan makanan menyebabkan penurunan nafsu
yang terlalu manis, makan serta mengurangi stimulus
berlemak dan pedas berbahaya yang dapat meningkatkan
ansietas.
4 Kolaboratif dengan ahli Untuk mengetahui/menegakkan
gizi diet makanan dan minuman

b) DX 3 : Resiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan b.d kehilangan


cairan berlebihan (fase diuretic) ditandai dengan turgor kulit tidak
elastis, mukosa bibir kering.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan
kebutuhan cairan klien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1)Turgor kulit elastic
2) Mukosa bibir lebab
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Ukur intake dan output memberikan informasi tentang
cairan, hitung IWL yang status cairan
akurat
2 Perhatikan tanda-tanda Untuk mengetahui tingkat dehidrasi
dehidrasi
3 Berikan cairan sesuai mencegah terjadinya dehidrasi
indikasi
4 Awasi hasil lab : elektrolit Na+ berfungsi untuk mengikat
Na+ cairan dalam tubuh

d) DX 4 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan b.d keterbatasan kognitif, kurang terpajannya informasi
ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, dan tidak
akurat dalam mengikuti instruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien mengetahui informasi tentang penakitnya.
Kriteria Hasil:
1) Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan
mengikuti prosedur tersebut.
2) Bekerjasama dengan pemberi informasi.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Review pengertian klien dan Menghindari adanya duplikasi dan
keluarga tentang diagnosa, pengulangan terhadap pengetahuan
pengobatan dan akibatnya klien
2 Tentukan persepsi klien Memungkinkan dilakukan
tentang kanker dan pembenaran terhadap kesalahan
pengobatannya, ceritakan persepsi dan konsepsi serta
pada klien tentang kesalahan pengertian
pengalaman klien lain yang
menderita kanker
3 Beri informasi yang akurat Membantu klien dalam memahami
dan faktual. Jawab proses penyakit
pertanyaan secara spesifik,
hindarkan informasi yang
tidak diperlukan
4 Berikan bimbingan kepada Membantu klien dan keluarga
klien/keluarga sebelum dalam membuat keputusan
mengikuti prosedur pengobatan
pengobatan, therapy yang
lama, komplikasi.
5 Anjurkan klien untuk Mengetahui sampai sejauh mana
memberikan umpan balik pemahaman klien dan keluarga
verbal dan mengkoreksi mengenai penyakit klien
miskonsepsi tentang
penyakitnya

1.2.4 Implementasi
Lakukan, informasikan, dan tuliskan, adalah frase tindakan implementasi.
Melakukan asuhan keperawatan dengan dan untuk klien. Menginformasikan hasil
dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota tim layanan kesehatan lain,
secara individual atau dalam konferensi perencanaan. Menuliskan informasi
dengan cara mendokumentasikannya sehingga penyedia layanan kesehatan
selanjutnya dapat melakukan tindakan dengan tujuan dan pemahaman. Selalu
ingat bahwa komunikasi dan dokumentasi yang adekuat akan memfasilitasi
kontinuitas asuhan (Rosdahl dan Kowalski, 2017)
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah
dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah, menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan,
dan perencanaan untuk asuhan di masa depan.
Menurut Dinarti, dkk, (2013). Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assesment, planning). Komponen
SOAP

BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Ade Irawan

NIM : 202002 14901002

Ruang Praktek :-

Tanggal Praktek : 1 Desember 2020

Tanggal & Jam Pengkajian : 1 Desember 2020

2.1 PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia

Agama : Kristen

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMA

Status Perkawinan : Kawin

Alamat :

Tgl MRS :

Diagnosa Medis : Tumor Renal dan Tumor Buli


B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama:
klien mengatakan nyeri pada pingang seraras diremas remas skala
nyeri 4-6 nyeri hilang timbul 5-10 menit
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien masuk ke IGD pasien diberikan tindakan pemasangan infus
NaCl 0,9 % sebanyak 20 tpm setelah dilakukan pemeriksaan
kemudian pasien dianjurkan untuk dirawat diruang untuk
mendapatkan perawatan yang lebih lanjut
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi):
Keluarga Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga.
GENOGRAM KELUARGA: Tidak dikaji
1. Keadaan Umum:
Klien tampak meringis,Kesadaran klien compos menthis,Terpasang
infus NaCl 0,9% ditangan seblah kiri .
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran CM, ekspresi wajah tenang, bentuk badan normal, ,
berbicara lancer, fungsi kognitif orientasi waktu pasien dapat
membedakan antara pagi, siang, malam dapat mengatakan tanggal,
hari dan jam, orientasi orang pasien dapat mengenali keluarga
maupun petugas kesehatan, orientasi tempat pasien dapat mengetahui
bahwa sedang berada di rumah sakit.
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,5 0C  Axilla  Rektal  Oral
b. Nadi/HR : 88...................................................................x/m
c. Pernapasan/RR : 18...................................................................
x/m
d. Tekanan Darah/BP : 120/80 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, Tidak ada nyeri dada,
type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan teratur, suara nafas
vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada.
keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
Keluhan lainnya: tidak ada
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)

Pasien tidak mengalami nyeri dada , capillary refill 2 detik. Ictus cordis

tidak terlihat, suara jantung normal S1 dan S2 lub dup. Masalah


keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
Keluhan lainnya: tidak ada
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS E : 4( buka mata dengan rasangan panggilan ), V : 5 (ada
suara tanpa rangsangan apapun), M : 6 (normal ) Total Nilai GCS :
normal (15), kesadaran : composmenthis , Konjungtiva anemis, Pupil :
isokor tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan kiri positif:
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi urine 1200 ml/12jam, warna merah gelap ,hematuria, bau
pesing, tidak ada masalah/lancar, menggunakan kateter.
Masalah keperawatan : Gangguan Eliminasi Urin
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir
lembab, gigi lengkap dan kotor, tidak ada peradangan dan kemerahan
pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah, mukosa bibir
lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan
pada rektum, tidak terdapat hemoroid, BAB 2x/hari dengan warna
kuning dan konsistensi feses lunak.
Keluhan lainnya :
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
Kemampuan pergerakan sendi bebas, ukuran otot simetris, uji
kekuatan otot ekstrimitas atas 5/5 ekstrimitas bawah 5/5, tulang
belakang normal.

10. KULIT-KULIT RAMBUT


Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi
makanan. Suhu kulit Tn. B Dingin , warna kulit Pucat tidak ada
kelainan, turgor kulit Kurang, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut
lembut, distribusi rambut merata, bentuk kuku simetris tidak ada
kelainan
Keluhan Lainnya :
11. SISTEM PENGINDERAAN :
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Tn.B normal, gerakan bola mata normal, sklera
normal/putih, kornea bening, tidak ada keluhan dan nyeri yang di
rasakan pasien, pasien juga tidak menggunakan alat bantu atau
kacamata
b. Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran :  Berkurang  Berdengung  Tuli
c. Hidung / Penciuman:
Fungsi penciuman pasien baik, hidung simetris tidak ada
peradangan maupun kelainanan yang di alami pasien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak
terbatas.
13. SISTEM REPRODUKSI
Reproduksi tidak ada mengalami kemerahan, gatal-gatal, perdarahan,
tidak ada kelainan pada uretra, kebersihan cukup bersih,
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
C. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Keluarga klien berharapklien cpat sembuh
2. Nutrisida Metabolisme tidak dikaji
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3 x/hari 3 x/hari

Porsi 1 1

Nafsu makan Kurang Baik

Jenis Makanan Susu Ayam,ikan,nasi sayur

Jenis Minuman Susu, air putih Air putih

Jumlah minuman/cc/24 jam 300cc 1200

Kebiasaan makan Pagi, Siang, Malam Pagi, Siang, Malam

Keluhan/masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah

3. Pola istirahat dan tidur


Sebelum Sakit Siang
Sesudah Sakit Sakit
Masalah Keperawatan:Tidak Ada Masalah
4. Kognitif
Klien mengetahui Penyakitnya dan Ingin Cepat sembuh
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
5. Konsep diri
Gambaran diri klien menerima keadaan dirinya
Ideal Diri klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya
Identitas diri klien tidak malu dengankeadaanya
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Lebih banyak beristirahat.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Tidak dikaji
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Selama dirawat diruangan , tindakan maupun perawatan yang
diberikan tidak ada yang bertentangan dengan pola keyakinan yang
dianut klien.
Masalah Keperawatan: tidak masalah keperawatan
D. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Dayak/ Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga
Baik, terlihat selama perawatan banyak keluarga yang secara
bergantian untuk menjengguk klien maupun menunggu klien selama
perawatan di ruangan.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Tidak dapat brkomunikasi
5. Orang berarti/terdekat
Orang yang sangat berarti bagi klien adalah keluarga.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Sebelum sakit berkumpul bersama keluarga, selebihnya digunakan
untuk beristirahat.
7. Kegiatan beribadah
Klien tidak bisa beribadah
Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang lainnya)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 25 November 2020
Tabel 2.2 Data Penunjang Tn. B
Pemeriksaan laboratorium Antibody Rapid Test Tanggal 07 November 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Tanggal, 26 November 2020

Ureum 42 mg/dl 21-53


Creatinin 1,49 mg/dl 0,7-1,5

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Tanggal, 30 November 2020

HGB 9,8 11,5-16,0

WBC 11,91 4.500-11.000

PLT 410 150-400

HCT 30,5 37-48

Tabel 2.3 Data Penunjang Tn. B


Penatalaksanaan Medis
Nama Obat Dosis Rute Indikasi

Transfusi darah 4 Kolf intravena untuk mengembalikan serta


mempertahankan volume
normal peredaran darah,
mengganti kekurangan
komponen selular darah,
meningkatkan oksigenasi
jaringan, serta memperbaiki
fungsi homeostasis pada tubuh

Infus NaCl 0,9% 20 tpm intravena merupakan cairan kristaloid


yang sering ditemui. Cairan ini
mengandung natrium dan
clorida. Cairan infus ini
digunakan untuk menggantikan
cairan tubuh yang hilang,
mengoreksi ketidakseimbangan
elektrolit, dan menjaga tubuh
agar tetap terhidrasi dengan
baik

Ranitidine 3x mg intravena merupakan obat yang dijual


bebas dan digunakan untuk
mencegah dan mengobati
gejala sakit perut yang
berhubungan dengan gangguan
pencernaan dan asam
lambung. 

ketorolac Intravena obat untuk meredakan nyeri


dan peradangan. Obat ini
sering digunakan setelah
operasi atau prosedur medis
yang bisa menyebabkan nyeri

Palangka Raya, 1 Desember 2020


Mahasiswa

( )

2.2 Analisis Data


DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS: klien mengatakan nyeri Inflamasi ureter


pada pingang seraras diremas
remas skala nyeri 5 nyeri
Hematuria
hilang timbul 5-10 menit
DO:

1. Klien tampak meringis Distensi kandung kemih


kesakitan dan bergerak Nyeri akut
hati-hati
2. Skala nyeri sedang (4-6) Nyeri
3. Kesadaran klien compos
menthis
4. TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 88 x/mnt
S: 36,5 C
R: 18x/mnt

DS : - Distensi kandung kemih

DO :
Produksi HB menurun
- Pengisian kapiler >2 detik
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat Oksigen Hemoglobin
- Turgor kulit menurun Menurun
- Hb 5,8
- Pemberian tranfusi darah Perfusi Perifer
Suplai O2 menurun Tidak Efektif
4 kolf
- TTV
TD : 120/80 mmHg Perfusi Perifer Tidak
N : 88 x/m Efektif
S : 36,5 C
RR : 18 x/m

-
Obstruksi Saluran Kemih
DS : -

DO : Aliran urin terhambat


Gangguan Eliminasi
- Distensi kandung kemih Urin
- Volume residu urin
Retensi urin
meningkat.
- Warna urin agak gelap Gangguan Eliminasi
Urin
2.3 Prioritas Masalah
1. Nyeri aku Beehubunagn dengan
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan Produksi HB
menurun
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin
2.4 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn B
Ruang Rawat :

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil ) Intervensi Rasional


1. Nyeri Akut Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital klien 1. Agar mengetahui keadaan
selama 1x7 jam di harapkan 2. Identifikasi skala nyeri umum klien
nyeri berkurang dengan 3. Ajarkan klien melakukan teknik 2. Agar mengetahui skala
kriteria hasil : nonfarmakologis (relaksasi) intensitas, durasi nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 4. Anjurkan klien untuk beristirahat 3. Agar mengurangi rasa
2. Klien tidak meringis yang cukup nyeri tanpa obat
lagi 5. Kolaborasi pemberian terapi 4. Agar mengurangi rasa
analgetik nyeri
5. Agar mengurangi nyeri
melalui obat analgetik
2. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi konjungtiva dan 1. Untuk mengetahui
Behubunagn dengan Produksi keperawatan selama 1 x 7 Jam turgor kulit keadaan pasien
HB menurun diharapkan Perfusi perifer tidak 2. Kaji respon motorik terhadap 2. mampu mengetahui
efektif terpenuhi dengan perintah sederhana tingkat respon motorik
kriteria hasil : klien
1. Mampu mempertahankan 3. Pantau status neurologis secara 3. mencegah/ menurunkan
tingkat kesadaran teratur atelektasis
2. Fungsi sensorik dan 4. Kolaborasi dengan dokter dalam 4. menurunkan resiko
motorik membaik pemberian transfusi terjadinya komplikasi
3. Gangguan elimminasi urin Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda dan gejala 6. Untuk menentukan
berhubungan dengan retensi keperawatan selama 1 x 7 Jam retensi urin intervensi selanjutnya
urin diharapkan eliminasi urin 2. Monitor perubahan retensi urin 7. Untuk mengetahui banyak
teratasi dengan kriteria hasil : urin yang keluar
1. Pasien tidak merasa 3. Anjurkan mengurangi minum 8. Agar tidak terjadi
gelisah penumpukan dikandung
2. Kencing pasien lancar kemih
3. Wajah pasien tidak 4. Kolaborasi dalam pemberian 9. Untuk mempercepat
meringis. obat penyembuhan pasien
2.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari Tanggal jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan Nama
perawat
1 Desember 2020 1. Memonitor tanda-tanda vital klien S:
2. Mengkaji faktor penyebab nyeri O:
3. Mengajarkan klien melakukan - Klien tampak meringis
- Klien tampak meringis kesakitan dan
teknik nonfarmakologis (relaksasi)
bergerak hati-hati
4. Menganjurkan klien untuk - Skala nyeri sedang (4-6) ADE IRAWAN
beristirahat yang cukup - Kesadaran klien compos menthis
5. Berkolaborasi pemberian terapi - TTV:
anti nyeri TD: 100/80 mmHg
N: 103 x/mnt
S: 36,2 C
R: 20x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
1 Desember 2020 1. Mengobservasi konjungtiva dan S:
turgor kulit
2. Mengkaji respon motorik terhadap O :
perintah sederhana 1. Pengisian kapiler >2 detik
3. Memantau status neurologis secara 2. Nadi ferifer menurun atau tidak
teratur teraba
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam 3. Konjungtiva anemis
pemberian transfusi 4. Akral teraba dingin
5. Warna kulit pucat ADE IRAWAN
6. Turgor kulit menurun
7. HB 9,8
8. Tranfusi darah 4 kolf
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
DAFTAR PUSTAKA

Basuki P. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta


Cooper CS, Snyder III HM. 2005. Pediatric Genitourinary Cancer, dalam
Nachtsheim D. Editor. Vademecum Urological Oncology. Texas: Landes
Bioscience.117-123.
De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta
Hardjowijoto S, Djuwantoro D, Rahardjo EO, Djatisoesanto W. 2005.
Management of Wilms’ Tumor in Department of Urology Soetomo
Hospital : report of 70 cases. Jurnal Ilmu Bedah Indonesia vol. 33 no. 1 :1-5
Tongaonkar HB, Qureshi SS, Kurkure PA, Muckaden MA, Arora B, Yuvaraja
TB. 2007. Wilms’ tumor: An update. Indian Journal of Urology. 458-465
Rasad S. 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Balai Penerbit FK UI: Jakarta
Sachdeva K, MD, Makhoul I, MD, Renal Cell Carcinoma,
http://www.emedicine.com.2013
Bukowski M.R, Novick C.A, Renal Cell Carcinoma : Molekuler Biologi,
Imunology, and Clinical Management, http: //www.New England Journal
Of Medicine.com.2003.
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai