OLEH:
ADE IRAWAN
(2020-01-14901-002)
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan
keperawatan stase Keperawatan Anak ini dengan judul “Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan Pada Tn. B dengan Diagnosa Medis Tumor Renal”.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
penyusun untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Profesi Ners
Keperawatan.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M. Kep. selaku Ketua Program Studi Ners.
3. Dewi Aprilyanti, Ners. M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan Laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Anak ini.
4. Ria Asihai, S.Kep. Ners selaku pembimbing klinik yang telah banyak
memberi bimbingannya dalam menyelesaikan Laporan pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa asuhan keperawatan ini jauh dari
sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga asuhan keperawatan ini dapat berguna bagi
pengembangan ilmu kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan medikal
bedah dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan
karunia-Nya kepada kita semua.
Ade Irawan
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan..................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit............................................................................ 1
1.2 Manajemen Keperawatan........................................................................ 9
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian............................................................................................... 22
2.2 Analisis Data........................................................................................... 25
2.3 Prioritas Masalah dan Diagnosa Keperawatan........................................ 24
2.4 Intervensi Keperawatan...........................................................................29-30
2.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...............................................31-32
Daftar Pustaka
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit
1.1 Definisi
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan
ginjal. Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang padat ganas
atau kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat cepat dan
mendesak sel-sel disekitarnya.
Tumor Ginjal atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi
pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa.
Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista
(rongga berisi cairan) atau tumor biasanya jinak. Seperti organ tubuh lainnya,
ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada dewasa, jenis kanker ginjal yang
paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis,
hipernefroma), yang berasal dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis.
1.1.2 Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak
retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah
oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutub atas ginjal
kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari kira-kira 1,3 juta nefron.1, 6,
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-
struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan
meninggalkan ginjal.
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis
kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi klinis
didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang)
x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170 gram, atau
kurag lebih 0,4% dari berat badan.
Gambar 1. Letak Ginjal
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula
ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medula
banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis, dan
duktus kolegentes.
1.1.4 KLASIFIKASI
1. Tumor Jinak
a. Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri
atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan
merupakan tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma. Tumor
jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya simpai
ginjal. Kadang tumor ini ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena
pertumbuhan yang multisentrik (De Jong, 2000).
b. Fibroma Renalis
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis
atau tumor sel interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara
tidak sengaja sewaktu melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun gejala
klinis yang signifikan. Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal
keras, dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam medula atau
papilla. Tumor tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi
tubulus di dekatnya.
c. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus
berwarna kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang
terletak dalam korteks ginjal. Tumor ini jarang ditemukan, pada autopsi didapat
sekitar 20% dari seluruh autopsi yang dilakukan. Secara histologis tidak jelas
perbedaannya dengan karsinoma tubulus renalis ; keduanya tersusun atas sel
besar jernih dengan inti kecil. Perbedaannya ditentukan hanya berdasarkan
ukurannya ; tumor yang berdiameter kurang dari 30 mm ditentukan sebagai
tumor jinak. Perbedaan ini sepenuhnya tidak dapat dipegang sebab karsinoma
stadium awal juga mempunyai diameter kurang dari 30 mm. Proses ganas dapat
terjadi pada adenoma korteks.
d. Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma
granulernya (tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan
mengalami distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma kadang-kadang dapat
begitu besar sehingga mudah dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.
Terbentuk massa
Faktor Resiko:
merokok,kegemukan,
tekanan darah tinggi,dll
+ Metastase tumor
Regangan
fasis ginjal & Tumor ganas Kurang informasi
kontraksi Batu ginjal
otot ureter
PK Demam
Nyeri pada sisi Menurunnya
Inflamasi
ginjal yang berat badan
Ureter
terkena
Hematuria
MK gg kesimbangan
cairan krg dr
Perubahan
kebutuhan tubuh
warna Urin mjd
MK Kurang
pengetahuan
1.1.6 GEJALA KLINIS
a) Pada stadium dini, tumor ginjal jarang menimbulkan gejala.
b) Pada stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria
(adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih
yang tampak kemerahan atau diketahui melalui analisa air kemih.
c) Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke
beberapa bagian atau seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat
kimia pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah.
d) Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon eritropoietin,
yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel
darah merah.
e) Gejala lainnya yang mungkin terjadi:
1) Nyeri pada sisi ginjal yang terkena.
2) Penurunan berat badan.
3) Kelelahan.
4) Demam yang hilang-timbul.
Keluhan utama biasanya hanya benjolan di perut,perutnya membuncit
ketika di bawa ke Dokter oleh orang tuanya, hematuri karena invasi tumor yang
menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis
tubuh terhadap protein tumor. Gejala lain yang bisa muncul adalah :
1) Malaise ( merasa tidak enak badan).
2) Anorexia.
3) Anemia.
4) Lethargi.
5) Hemihypertrofi
6) Nafas pendek,dyspnea,batuk,nyeri dada ( karena ada metastase ).
1.1.7 Penatalaksaan
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di
sebelah kontralateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. Pembedahan ini
kadang kala diawali dengan pemberian sitostatika atau radiasi (Basuki, 2003).
Sitostatika. Pemberian sitostatika dimulai sebelum pembedahan dan
dilanjutkan beberapas eri setelah pembedahan dengan memberikan hasil yang
cukup memuaskan. Sitostatika yang dipergunakan adalah kombinasi dari
Actinomisin D dengan Vincristine.
Radiasi Eksterna. Tumor Wilm memberikan respon yang cukup baik
terhadap radioterapi (bersifat radiosensitif). Radiasi diberikan sebelum atau
setelah operasi dan kadang kala diberikan berselingan dengan sitostatika sebagai
terapi sandwich (Basuki, 2003).
1. Nefrektomi radikal merupakan terapi terpilih apabila tumor belum melewati
garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar
limfa retroperitoneal total tidak perlu dilakukan, tetapi biopsi kelenjar di
daerah hilus dan para aorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi (sampai 10%). Apabila ditemukan penjalaran tumor ke v. Kava,
tumor tersebut harus diusahakan diangkat. Pada waktu pembedahan harus
diusahakan agar tidak terjadi penyebaran untuk mencegah kenaikan tingkat
keganasan klinis. Pada awal pembedahan v. Renalis dan v. Kava sebaiknya
ditutup dengan klem, sebelum memanipulasi ginjal yang kena tumor. Pada
tumor bilateral harus dilakukan pemeriksaan patologi dengan biopsi jarum
untuk menentukan diagnosa dan perangai histologik. Apabila termasuk
golongan prognosis baik, dapat diberikan kemoterapi disusul dengan
nefrektomi parsial. Kalau termasuk golongan prognosis buruk harus
dilakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi dan radiotrapi kemudian dialisis
atau transplantasi ginjal (De Jong, 2000).
2. Kemoterapi
Tumor renal termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi.
Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang
berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping
yang rendah terhadap sel yang normal.Terapi sitostatika dapat diberikan pra
maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang
mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi,
tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko rupture
intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih mudah di reseksi
total. Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam
pengobatan tumor, yaitu : Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin
dan Siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat
sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak
terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-
sel kanker tidak terjadi.
a) Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan lima
hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis
total tidak melebihi 500 mikrogram.Aktinomisin D bersama dengan
vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.
b) Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan
dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih dari
2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis, bersifat
iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian
secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain karena
jarang menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan sebagai
obat tunggal dapat menyebab relaps.
c) Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius,
diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari
berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini tidak dapat melewati
sawar otak, dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila melebihi dosis.
Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.
d) Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m2/hari
selama lima hari berturut-turut.
Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m2/hari
secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari
1.1.8 PROGNOSIS
Prognosisnya kurang baik, terutama pada penderita dengan tumor yang
berdiferensiasi buruk, dan tumor multipel sering ditemukan pada ureter dan vesika
urinaria.
Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan
pengangkatan kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh.
Jika tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai vena
kava, tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih bisa
memberikan harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar
dengan cepat, terutama ke paru-paru. Jika kanker telah menyebar ke tempat yang
jauh, maka prognosisnya jelek karena tidak dapat diobati dengan penyinaran,
kemoterapi maupun hormon.samping dari terapi penyinaran adalah kulit di tempat
penyinaran menjadi merah atau gatal, mual dan muntah.
Imunoterapi menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Diberikan suatu zat yang dikenal sebagai pengubah respon biologis, misalnya
interferon atau interleukin-2. Secara normal, zat tersebut dihasilkan oleh tubuh
dan juga dibuat di laboratorium untuk membantu mengobati penyakit.
1.2.4 Implementasi
Lakukan, informasikan, dan tuliskan, adalah frase tindakan implementasi.
Melakukan asuhan keperawatan dengan dan untuk klien. Menginformasikan hasil
dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota tim layanan kesehatan lain,
secara individual atau dalam konferensi perencanaan. Menuliskan informasi
dengan cara mendokumentasikannya sehingga penyedia layanan kesehatan
selanjutnya dapat melakukan tindakan dengan tujuan dan pemahaman. Selalu
ingat bahwa komunikasi dan dokumentasi yang adekuat akan memfasilitasi
kontinuitas asuhan (Rosdahl dan Kowalski, 2017)
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah
dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah, menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan,
dan perencanaan untuk asuhan di masa depan.
Menurut Dinarti, dkk, (2013). Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assesment, planning). Komponen
SOAP
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
Ruang Praktek :-
2.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Umur : 47 Tahun
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Alamat :
Tgl MRS :
Pasien tidak mengalami nyeri dada , capillary refill 2 detik. Ictus cordis
Porsi 1 1
( )
DO :
Produksi HB menurun
- Pengisian kapiler >2 detik
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat Oksigen Hemoglobin
- Turgor kulit menurun Menurun
- Hb 5,8
- Pemberian tranfusi darah Perfusi Perifer
Suplai O2 menurun Tidak Efektif
4 kolf
- TTV
TD : 120/80 mmHg Perfusi Perifer Tidak
N : 88 x/m Efektif
S : 36,5 C
RR : 18 x/m
-
Obstruksi Saluran Kemih
DS : -
Hari Tanggal jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan Nama
perawat
1 Desember 2020 1. Memonitor tanda-tanda vital klien S:
2. Mengkaji faktor penyebab nyeri O:
3. Mengajarkan klien melakukan - Klien tampak meringis
- Klien tampak meringis kesakitan dan
teknik nonfarmakologis (relaksasi)
bergerak hati-hati
4. Menganjurkan klien untuk - Skala nyeri sedang (4-6) ADE IRAWAN
beristirahat yang cukup - Kesadaran klien compos menthis
5. Berkolaborasi pemberian terapi - TTV:
anti nyeri TD: 100/80 mmHg
N: 103 x/mnt
S: 36,2 C
R: 20x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
1 Desember 2020 1. Mengobservasi konjungtiva dan S:
turgor kulit
2. Mengkaji respon motorik terhadap O :
perintah sederhana 1. Pengisian kapiler >2 detik
3. Memantau status neurologis secara 2. Nadi ferifer menurun atau tidak
teratur teraba
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam 3. Konjungtiva anemis
pemberian transfusi 4. Akral teraba dingin
5. Warna kulit pucat ADE IRAWAN
6. Turgor kulit menurun
7. HB 9,8
8. Tranfusi darah 4 kolf
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
DAFTAR PUSTAKA