PENGELOLAAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA ANAK DENGAN
DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG MAWAR 1 RSUD BATANG
Ni’ma Salisa NIM : P1337420317104
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2020 PENGELOLAAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA ANAK DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG MAWAR 1 RSUD BATANG
Ni’ma Salisa1), RR. Sri Sedjati2), Mardi Hartono3)
1) Mahasiswa program sudi DIII Keperawatan Pekalongan 2) Dosen jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang 3) Dosen jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang Email : nima.salisa@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Menurut Kemenkes RI 2017, Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara di wilayah endemis. Pada tahun 2017 dengan kasus sebanyak 493 orang serta IR 26,12 per 100.000 penduduk. Tujuan : Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang cara pengelolaan keperawatan hipertermi pada anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) di Ruang Mawar 1 RSUD Batang. Metode : Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa atau kondisi pasien. Subjek dalam penelitian ini adalah dua pasien anak dengan masalah hipertermi dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil : Setelah dilakukan perawatan hipertermi dengan menggunakan kompres hangat pada An. D dan An. N kedua pasien sudah sesuai dengan kriteria hasil. Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan suhu tubuh dapat teratasi (36,˚C5- 37,2˚C). Saran : Diharapkan perawat memperhatikan masalah hipertermi pada pasien anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) untuk itu, diperlukan upaya untuk memberikan tindakan kompres hangat serta mengajarkan kepada keluarga pasien bagaimana cara mengompres dengan benar dalam memberikan asuhan keperawatan. Kata Kunci : Hipertermi, Dengue Haemorrhagic Fever, aedes aegypti
PENDAHULUAN Berdasarkan data yang
Demam berdarah didapatkan dari Rekam Medik RSUD dengue/DBD (Dengue Batang tercatat bahwa penyakit Haemorrhagic Fever/DHF) adalah Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) penyakit infeksi yang disebabkan pada anak tahun 2017 menempati oleh virus dengue (arbovirus) dengan urutan keempat dari lima penyakit, manifestasi klinis demam selama 2-7 meliputi Typoid sejumlah 329 pasien hari, nyeri otot dan nyeri sendi yang (43,28%), Diare sejumlah 264 pasien disertai leukopenia, ruam, (34,73%), Bronchopneumonia limfadenopati, dan trombositopenia. sejumlah 122 pasien (16,05%), DHF (Amin Huda Nurarif & Hardi sejumlah 36 pasien (4,73%), dan Kusuma, 2015, p.170). Penyakit Asma sejumlah 9 pasien (1,18%). Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) Sedangkan pada tahun 2018 DHF di temukan di seluruh dunia, menempati urutan ketiga dari lima terutama di negara-negara tropis dan penyakit, meliputi Diare sejumlah subtropis baik sebagai penyakit 204 pasien (54,54%), Typoid endemik maupun empidemik. Hasil sejumlah 132 (35,29%), DHF epidemiologi menunjukkan bahwa sejumlah 23 pasien (6,14%), penyakit DHF sebagian besar Bronchopneumonia sejumlah 8 menyerang anak usia <15 tahun, pasien (2,13%), dan Asma sejumlah namun dapat juga menyerang orang 7 pasien (1,87%). Dari data tersebut dewasa. Dengue biasanya terjadi angka kesakitan DHF pada anak di pada musim penghujan, dimana RSUD Batang dari tahun 2017 banyak genangan air yang dapat mengalami peningkatan jika menyebabkan jentik-jentik nyamuk dibandingkan tahun 2018. berkembang biak dan hidup. Masalah keperawatan yang Penularan penyakit DHF dapat muncul pada kasus Dengue menular melalui vektor gigitan Haemorrhagic Fever (DHF) salah nyamuk aedes aeygepti. satunya yaitu hipertermi. Penyebaran arbovirus di dalam darah pasien untuk banyak istirahat dan menyebabkan hipotalamus tidak memberikan kompres hangat pada mampu mengontrol suhu tubuh lipatan paha dan aksila. (Amin Huda sehingga mengakibatkan terjadinya Nurarif & Hardi kusuma, 2015). hipertermi. Hipertermi merupakan Kompres hangat adalah memberikan keadaan ketika seseorang mengalami rasa hangat pada daerah tertentu atau berisiko untuk mengalami dengan menggunakan cairan atau alat kenaikan suhu tubuh mencapai yang menimbulkan hangat pada >38˚C per aksila. (Ayu Putri Ariani, bagian tubuh yang memerlukan. 2016). Dampak negatif dari Tindakan ini selain untuk hipertermi jika tidak segera ditangani melancarkan sirkulasi darah juga secara kompehensif akan dapat menurunkan suhu tubuh. menyebabkan terjadinya peningkatan (ASASKI, 2017, p.138-139). resiko dehidrasi, kejang demam, dan Berdasarkan pengalaman peningkatan laju metabolisme. penulis saat praktik klinik (Amin Huda Nurarif dan Hardi keperawatan di Rumah Sakit, dalam Kusuma, 2015). penanganan hipertermi pada pasien penanganan hipertermi secara DBD perawat lebih cenderung ke farmakologis yaitu dengan tindakan farmakologis yaitu dengan pemberian antipiretik seperti pemberian antipiretik, namun tidak paracetamol dan antibiotic untuk memberikan pembelajaran atau tidak mengatasi infeksi bakteri. Sedangkan mempraktikkan secara langsung secara non farmakologisnya yaitu prosedur pemberian kompres hangat dengan mengobservasi tanda-tanda baik tempat maupun area tubuh yang vital pasien, mengobservasi keadaan akan dikompres seperti di lipatan umum pasien, mengobservasi warna paha maupun aksila. Berdasarkan kulit pasien, menganjurkan pasien latar belakang tersebut maka penulis untuk menggunakan pakaian tipis tertarik untuk membuat Karya Tulis untuk menyerap keringat, Ilmiah (KTI) dengan judul menganjurkan pasien untuk banyak “Pengelolaan Keperawatan minum air putih, menganjurkan Hipertermi pada Anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever yang digunakan adalah dengan (DHF) di Ruang Mawar 1 RSUD wawancara, observasi, pemeriksaan Batang”. fisik, kuesioner atau angket, rekam METODE PENELITIAN medis. Instrument yang digunakan Metode penulisan yang penulis sebagai alat pengumpul data digunakan oleh penulis adalah adalah Format pengkajian asuhan metode deskriptif, yaitu metode yang keperawatan anak, Alat kesehatan bertujuan untuk mendapatkan suatu yang digunakan untuk pemeriksaan gambaran yang realistis dan obyektif fisik, meliputi: tensimeter, stetoskop, dari suatu kondisi tertentu yang thermometer, dan alroji/jam tangan sedang terjadi dalam satu kelompok manual, lembar KPSP (Kuesioner masyarakat, terutama pada pelayanan Pra Skrinning Perkembangan), SOP kesehatan Moch. Imron (2014). Kompres hangat. Karya tulis ilmiah ini berbentuk studi HASIL DAN PEMBAHASAN kasus yang menggambarkan 1. Pengkajian pengelolaan keperawatan hipertermi Klien 1 (An. D) pada anak dengan dengue Berdasarkan pengkajian pada Haemorrhagic Fever (DHF). tanggal 4 Desember 2019 pukul Subjek dalam studi kasus ini 15.20 WIB. Pasien mendapatkan adalah pasien anak yang dirawat di terapi ceftriaxone 1x750 mg, Psidii ruang Mawar 1 RSUD Batang. syrup 3 x 1 sendok teh, infus RL 12 Teknik sampling yang digunakan tpm botol ke 9, infus Paracetamol adalah convinience sampling 200 mg/4 jam. Saat dilakukan method, dimana dalam penetapan pengkajian ibu pasien mengatakan sampel dengan mencari subjek atas badan pasien panas sejak seminggu dasar hal-hal yang menyenangkan yang lalu. Pasien terdiagnosa peneliti. Subjek dijadikan sampel Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). karena kebetulan dijumpai di tempat Selain badannya yang panas, pasien dan waktu secara bersamaan pada tidak nafsu makan tetapi tidak mual, pengumpulan data. (Nursalam, 2017, BB saat ini 24 kg, BAB pasien 1x p.175). metode pengumpulan data sehari dengan konsistensi padat dan berbau khas, BAK ± 1000 cc perhari badan pasien panas sejak seminggu berwarna kuning, trombosit 105 yang lalu. Pasien terdiagnosa 10ˆ/µL (150-450), hematokrit 48,0% Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). (33-49). Selain badannya yang panas, BAB Pasien dilakukan pengkajian pasien 1x sehari dengan konsistensi di Ruang Mawar pada tanggal 4 padat dan berbau khas, BAK ± 800 Desember 2019 pukul 15.20 WIB. cc perhari berwarna kuning, pasien Keluhan utama, ibu pasien tidak nafsu makan tetapi tidak mual, mengatakan badan pasien panas. BB saat ini 14 kg, trombosit 105 Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien 10ˆ/µL (150-450), hematokrit 48,0% tampak lemah, kesadaran (33-49). composmentis, badan teraba hangat, Pasien dilakukan pengkajian suhu 38,9˚C per aksila, nadi 110 di Ruang Mawar pada tanggal 19 x/menit, frekuensi pernafasan 29 Desember 2019 pukul 15.00 WIB. x/menit, dan mukosa bibir kering. Keluhan utama, ibu pasien Hasil pemeriksaan laboratorium yang mengatakan badan pasien panas. dilakukan pada tanggal 4 Desember Dari hasil pemeriksaan fisik pasien 2019 adalah hematokrit 31,8 % (nilai tampak lemah, kesadaran normal 33-49), trombosit 92 10ˆ3/uL composmentis, badan teraba hangat, (nilai normal 150-450), dan muka tampak kemerahan, suhu pemeriksaan serologi dengan hasil 38,6˚C per aksila, nadi 115 x/menit, dengue Ig G positif. frekuensi pernafasan 27 x/menit, dan mukosa bibir kering. Hasil Klien II (An. N) pemeriksaan laboratorium yang Berdasarkan pengkajian pada dilakukan pada tanggal 19 Desember tanggal 19 Desember 2019 pukul 2019 adalah hematokrit 35,0% (nilai 15.00 WIB. Pasien mendapatkan normal 35-44), trombosit 105 terapi Meropenem 2 x 300 mg, Psidii 10ˆ3/µL (nilai normal 150-450), dan syrup 3 x 1 sendok teh, infus RL 12 pemeriksaan serologi dengan hasil tpm botol ke 10, infus Paracetamol dengue ig G positif. 200 mg/8 jam. Saat dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan Berdasarkan pengkajian yang Diagnosa keperawatan ini ditegakkan telah dilakukan kepada An. D dan karena sesuai dengan batasan An. N sudah sesuai antara data yang karakteristik menurut Lynda Juall ada dikonsep teori dengan data yang Carpenito, 2012, p. 54, mengalami ditemukan dilapangan dan tidak kulit kemerahan, badan teraba ditemukan adanya kesenjangan hangat, dan adanya peningkatan suhu antara teori dengan hasil temuan di tubuh >38°C per aksila. Berdasarkan lapangan. Kondisi yang ditemukan data yang ditemukan pada An. D dan pada An. D dan An. N ini sesuai an. N penulis tidak menemukan dengan teori yang menerangkan kesenjangan antara data yang ada bahwa gambaran klinis yang dialami dikonsep teori dengan data yang pasien dengue haemorrhagic fever ditemukan dilapangan. (DHF) dengan hipertermi 3. Intervensi Keperawatan berhubungan dengan proses infeksi Pada tahap perencanaan virus dengue, biasanya didahului keperawatan penulis menyusun oleh demam tinggi selama 2-7 hari, rencana intervensi yang disesuaikan Mual, muntah, tidak ada nafsu dengan rencana tujuan dan kriteria makan, Perdarahan terutama hasil pada masalah keperawatan perdarahan bawah kulit : ptechie, hipertermi berhubungan dengan ekhimosis, hematoma ruam kulit, proses infeksi virus dengue. Tujuan leukopeni, trombositopenia, Ig G anti yang diharapkan adalah setelah dengue positif (Amin Huda Nurarif diberikan tindakan keperawatan & Hardhi Kusuma, 2015). penanganan hipertermi dengan kompres hangat dan banyak minum 2. Diagnosa Keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu Diagnosa keperawatan yang tubuh dalam batas normal dengan ditegakkan dari data yang ditemukan kriteria hasil : Suhu tubuh dalam pada klien 1 dan klien II sudah sesuai rentang normal (36,5˚C – 37,2˚C), berdasarkan teori (Nurarif Amin Nadi dalam rentang normal (75- Huda & hardi Kusuma, 2015) yaitu 120x/menit), RR dalam rentang hipertermi berhubungan dengan normal (20-30 x/menit), tidak ada proses infeksi virus dengue. perubahan warna kulit dan badan sirkulasi darah, mengurangi rasa normal. sakit, memberi rasa hangat, nyaman Rencana tindakan keperawatan dan tenang pada pasien (TIM yang telah ditentukan pada An.D dan ASASKI, 2017). Ajarkan kepada An.N sesuai dengan teori menurut keluarga pasien bagaimana cara Amin Huda Nurarif dan hardi mengompres yang benar, dengan Kusuma (2015) meliputi : Observasi rasional : untuk meningkatkan keadaan umum pasien, dengan pengetahuan dan pemahaman pada rasional : untuk mengetahui keluarga pasien tentang bagaimana perkembangan keadaan umum cara kompres yang tepat dan benar pasien. Observasi tanda-tanda vital, pada pasien DHF. Anjurkan pasien dengan rasional : untuk mengetahui untuk banyak minum, dengan perubahan tanda vital pasien. rasional : peningkatan suhu tubuh Observasi warna kulit, dengan mengakibatkan penguapan tubuh rasional : untuk mengetahui warna meningkat sehingga perlu diimbangi kulit pasien. Beri tindakan kompres, dengan asupan cairan yang banyak. dengan rasional : kompres Anjurkan pasien untuk memakai menggunakan air hangat didasarkan pakaian yang longgar, tipis dan bahwa kompres dengan menyerap keringat, dengan rasional : menggunakan air dingin tidak efektif pakaian tipis membantu mengurangi menurunkan panas. Karena kontak penguapan tubuh. Anjurkan pasien dengan air dingin maka pembuluh untuk banyak istirahat, dengan darah yang kontak dengan kain rasional : aktivitas yang berlebihan kompres dingin akan menyempit dapat mempengaruhi suhu tubuh. (vasokonstriksi) sehingga Kolaborasi dalam pemberian obat menyulitkan pengeluaran panas, antipiretik (contohnya : dengan vasodilatasi dapat paracetamol), dengan rasional : meningkatkan penguapan yang untuk membantu dalam penurunan mempercepat penurunan suhu tubuh. panas. Pada tahap perencanaan, Kompres hangat selain menurunkan penulis tidak menemukan suhu tubuh juga dapat memperlancar kesenjangan antara teori dengan kondisi nyata yang terjadi di Ruang 04.00 WIB memberikan infus Mawar 1 RSUD Batang kabupaten paracetamol 200 mg. Pukul 06.00 Batang. WIB mengkaji keadaan umum pasien, mengobservasi warna kulit, mengukur tanda – tanda vital. Pukul 4. Implementasi 08.00 WIB memberikan infus Klien I (An. D) paracetamol 200 mg. Pukul 13.00 Tindakan keperawatan pada An. WIB mengukur tanda-tanda vital, D (klien I) tanggal 4 desember 2019 Memberikan kompres hangat pada pukul 15.20 WIB mengkaji keadaan daerah lipatan paha dan aksila umum pasien, mengobservasi warna dengan melibatkan keluarga dalam kulit pasien, mengukur tanda-tanda mengompres, Pukul 16.00 WIB vital, memberikan kompres hangat memberikan infus paracetamol 200, pada daerah lipatan paha dan aksila menganjurkan pasien untuk banyak dan mengajarkan kepada keluarga minum air putih, menganjurkan pasien bagaimana cara mengompres pasien untuk banyak istirahat. Pukul yang benar, menganjurkan pasien 20.00 WIB memberikan infus untuk memakai pakaian yang paracetamol 200 mg. Pukul 21.00 longgar, tipis, dan menyerap WIB mengukur tanda-tanda vital. keringat. Pukul 16.00 WIB Tindakan keperawatan pada hari Memberikan infus paracetamol 200 ketiga pada tanggal 6 Desember mg, menganjurkan pasien untuk 2019 yaitu Pukul 00.00 WIB banyak minum air putih, memberikan infus paracetamol 200 menganjurkan pasien untuk banyak mg, pukul 04.00 WIB memberikan istirahat. Pukul 20.00 WIB infus paracetamol 200 mg, pukul memberikan infus paracetamol 200 06.10 WIB mengkaji keadaan umum mg, mengukur tanda-tanda vital. pasien, mengukur tanda-tanda vital Tindakan keperawatan pada hari pasien, mengobservasi warna kulit, kedua tanggal 5 Desember 2019 mengukur tanda-tanda vital, pukul yaitu pukul 00.00 WIB Memberikan 13.25 WIB menganjurkan pasien infus paracetamol 200 mg. Pukul untuk banyak minum air putih, menganjurkan pasien untuk banyak WIB memberikan infus paracetamol istirahat, mengukur tanda-tanda vital. 250 mg, mengukur tanda-tanda vital, memberikan kompres hangat pada Klien II (An. N) daerah lipatan paha dan aksila Tindakan keperawatan pada dengan melibatkan keluarga dalam An. N (klien II) Pada tanggal 19 mengompres, menganjurkan pasien Desember 2019 pukul 15.00 WIB untuk banyak minum air putih, mengkaji keadaan umum, menganjurkan pasien untuk banyak mengobservasi warna kulit, istirahat, pukul 21.00 mengukur mengukur tanda-tanda vital pasien, tanda-tanda vital. Tindakan pukul 16.00 WIB memberikan infus keperawatan hari ketiga pada tanggal paracetamol 250 mg, memberikan 21 Desember 2019 Pukul 00.00 WIB kompres hangat pada daerah lipatan memberikan infus paracetamol 250 paha dan aksila dan mengajarkan mg, pukul 06.15 WIB mengkaji kepada keluarga pasien bagaimana keadaan umum pasien, mengukur cara mengompres yang benar, tanda-tanda vital pasien, menganjurkan pasien untuk memakai mengobservasi warna kulit, pukul pakaian yang longgar, tipis, dan 08.00 WIB Memberikan infus menyerap keringat, menganjurkan paracetamol 250 mg, pukul 13.50 pasien untuk banyak minum air WIB mengukur tanda-tanda vital, putih, menganjurkan pasien untuk Pukul 13.50 WIB menganjurkan banyak istirahat, pukul 21.00 WIB pasien untuk banyak minum air mengukur tanda-tanda vital. putih, Pukul 15.00 WIB Tindakan keperawatan hari kedua menganjurkan pasien untuk banyak pada tanggal 20 Desember 2019 istirahat. Pukul 00.00 WIB memberikan infus paracetamol 250 mg, pukul 06.20 5. Evaluasi WIB mengkaji keadaan umum, Klien 1 (An. D) mengobservasi warna kulit, Dari evaluasi yang dilakukan mengukur tanda – tanda vital, pukul pada An. D (klien 1) didapat data 08.00 WIB memberikan infus subjektif ibu pasien mengatakan paracetamol 250 mg, pukul 16.00 badan pasien sudah tidak panas, ibu pasien mengatakan pasien sudah Desember 2019 yaitu pada pasien I tidak lemas. Data objektif yang bernama An. D, berumur 5 tahun, didapat adalah kondisi pasien dan pasien II bernama An. N, membaik, kesadaran composmentis, berumur 3 tahun. Selain itu, ada suhu 36,6˚C, nadi 100 x/menit, beberapa data yang sesuai dengan frekuensi pernapasan 26 x/menit, batasan karakteristik menurut Lynda badan normal, mukosa bibir lembab. Juall Carpenito, 2012, diantaranya pada pasien I dan pasien II Klien II (An. N) mengalami kulit kemerahan, badan Pada An. N (Klien II) didapat teraba hangat, dan adanya data subjektif Ibu pasien mengatakan peningkatan suhu tubuh (>38˚C), badan pasien sudah tidak panas, ibu dimana pada pasien I suhu 38,9˚C pasien mengatakan pasien sudah per aksila dan pada pasien II suhu tidak lemas. Data objektif yang 38,6˚C per aksila. Data yang tidak didapat adalah kondisi pasien sesuai dengan batasan karakteristik membaik, kesadaran composmentis, yaitu tidak mengalami takikardi, Suhu : 36,9˚C, nadi : 80 x/menit, takipnea dan kejang. Pada pasien I frekuensi pernapasan : 24 x/menit, nadi 110 x/menit, masih dalam badan normal, mukosa bibir lembab. rentang normal (75-120 x/menit) dan Berdasarkan data subjektif dan data frekuensi pernapasan 29 x/menit, objektif pada klien I dan klien II, masih dalam rentang normal (20- evaluasi pada hipertermi yang 30x/menit). Pada pasien II nadi dialami oleh kedua pasien analisinya 115x/menit, masih dalam rentang menunjukkan masalah telah teratasi normal (75-120 x/menit) dan pada hari ketiga. frekuensi pernapasan 27 x/menit, masih dalam rentang normal (20- SIMPULAN DAN SARAN 30x/menit). 1. Simpulan b. Diagnosa keperawatan a. Pengkajian Diagnosa keperawatan yang Pengkajian dilakukan pada dapat ditegakkan berdasarkan analisa pasien I tanggal 4 Desember 2019 data yang diperoleh dari pengkajian dan pasien II pada tanggal 19 pasien an. D dan An. N yaitu Hasil evaluasi yang didapatkan hipertermi berhubungan dengan pada kasus pengelolaan keperawatan proses infeksi virus dengue. hipertermi pada An. D dan An. N Diagnosa tersebut telah didukung berdasarkan data subjektif dan data oleh data subjektif dan data objektif objektif yang ditemukan analisisnya yang ditemukan pada saat menunjukkan masalah teratasi. pengkajian. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, c. Rencana keperawatan dapat disimpulkan bahwa hasil dari Perencanaan yang disusun evaluasi sesuai dengan kriteria hasil untuk mengatasi masalah hipertermi yang telah direncanakan dan rencana tindakan keperawatan f. Hasil Pembahasan disusun sesuai dengan masalah yang (Pengkajian-Evaluasi) ditemukan dan mengacu pada Hasil pembahasan dari landasan teori yang ada pada NIC pengkajian sampai evaluasi sudah (Nursing Intervension Classification) sesuai dengan teori dan tidak ada – NOC (Nursing Outcomes kesenjangan antara teori dengan Classification). kondisi riil. Pada tahap tindakan d. Implementasi keperawatan keperawatan dilaksanakan selama 3 Dalam tahap pelaksanaan hari dan semua tindakan telah penulis melakukan sesuai dengan dilaksanakan sesuai dengan rencana rencana tindakan yang telah disusun. tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan selama 3 hari secara disusun. Pada tahap evaluasi, hasil berturut-turut pada an. D mulai dari evaluasi sesuai dengan kriteria tanggal 4-6 Desember 2019 dan An. hasil yang telah direncanakan dimana N pada tanggal 19-21 desember masalah keperawatan dapat teratasi. 2019. Semua rencana tindakan yang telah disusun pada perencanaan 2. Saran keperawatan sudah dapat a. Bagi Rumah Sakit Batang dilaksanakan semua pada tahap Karya Tulis Ilmiah ini dapat implementasi. memberikan tambahan referensi e. Evaluasi tindakan pengetahuan baru serta keterampilan dalam merawat pasien, khusunya Untuk penulis berdasarkan dari merawat pasien Dengue pengetahuan dan pengalaman yang Haemorrhagic fever (DHF) dengan didapat dari akademik maupun masalah hipertermi secara optimal praktik lapangan selama mengelola untuk meningkatkan mutu pelayanan kasus di rumah sakit, diharapkan rumah sakit. kedepannya jika penulis menemukan b. Bagi Perawat kasus yang sama dapat mengelola Setelah membaca Karya Tulis pasien secara komprehensif dan Ilmiah yang penulis susun, benar juga pada saat tindakan, selalu diharapkan perawat dapat menjalin menjelaskan tujuan dan prosedur, sosialisasi yang baik dengan tenaga kemudian melibatkan keluarga dalam kesehatan di ruangan, memberikan melakukan tindakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan dan melakukan DAFTAR PUSTAKA tindakan keperawatan untuk Adriana Dian (Eds.) (2011). mengatasi masalah hipertermi pada Tumbuh Kembang Dan Terapi pasien Dengue haemorrhagic Fever Bermain Pada Anak, Jakarta : (DHF). Salemba Medika. c. Bagi Prodi Keperawatan Amin Huda Nurarif & Hardi Pekalongan Kusuma. (2015). Asuhan Diharapkan bagi perpustakaan keperawatan berdasarkan Prodi Keperawatan Pekalongan diagnosa medis & nanda nic noc untuk lebih memfasilitasi buku-buku (edisi revisi jilid 1). Yogyakarta : sebagai sumber bacaan yang Mediaction. mendukung dalam pembuatan karya Ariani Ayu Putri. (2017). Demam tulis ilmiah, terutama buku yang Berdarah Dengue, Yogyakarta : berhubungan dengan keperawatan Nuha Medika. kesehatan agar penulis tidak ASASKI. (2017). Buku Panduan kesulitan dalam mendapatkan buku Praktikum 18 Kompetensi yang penulis butuhkan Asisten Perawat. Jakarta : IN d. Bagi Penulis MEDIA. Carpenito Lynda Juall-Moyet (Eds.) Untuk Mahasiswa. Jakarta : CV (2016). Buku Saku Diagnosis Agung Seto Keperawatan (Edisi 13). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. (2017). EGC. Situasi Penyakit demam Dinarti & Mulyani, Y. (2017). Berdarah Di Indonesia 2017. Bahan Ajar Keperawatan (online). Dokumentasi Keperawatan. Notoatmojo, Soekidjo. (2012). Jakarta : Pusat Pendidikan Metodologi Penelitian Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Kesehatan. Cipta. Dinas Kesehatan Kabupaten Batang. Nursalam (Ed.) (2017). Metodologi (2017). Profil Kesehatan Penelitian ilmu Keperawatan Kabupaten Batang 2017. Batang : Pendekatan Praktis (Edisi 4), Dinas Kesehatan Kabupaten Jakarta : Salemba Medika. Batang. (online) Padila. (2017). Asuhan Keperawatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Penyakit Dalam, Yogyakarta : Tengah. (2018). Profil Kesehatan Nuha Medika. Provinsi Jawa Tengah 2018. Pearce Evelyn C. (2012). Anatomi Semarang : Dinas Kesehatan Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Provinsi Jawa tengah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Hendica Dony Setiawan, dkk. Utama. (2014). Keperawatan Anak dan RANUH IG.N. GDE. (2013). Tumbuh Kembang (Pengkajian Beberapa Catatan Kesehatan Dan Pengukuran), Yogyakarta : Anak, Jakarta : CV sagung Seto Nuha Medika. Rekam Medik RSUD Batang, 2019 Hermayudi & Ariani Ayu Putri. Ridha H. Nabiel. (2014). Buku Ajar (2017). Penyakit Daerah Tropis, Keperawatan Anak, Yogyakarta : Nuha Medika. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Imron Moch & Munif Amrul. Riyadi Sujono & Suharsono (Ed.) (2010). Metodologi Penelitian (2010). Asuhan Keperawatan Bidang Kesehatan Bahan Ajar Pada Anak Sakit, Yogyakarta : Gosyen Publishing. Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue, Jakarta : CV Sagung Seto Soetjiningsih & RANUH IG.N. GDE. (2012). Tumbuh Kembang Anak (Edisi 2), Jakarta : EGC. Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : IKAPI. Sujarweni Wiratna. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Gava Media. Sulistyaningsih. (2012). Metodologi Penelitian Kebidanan : Kuantitatif-Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu. Suriadi & Yuliani Rita (Ed.) (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2 Jakarta : CV Sagung Seto. Wijaya Andra Saferi & Putri Yessie Mariza. (2015). KMB 2 keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta : Nuha Medika 2018.