Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR

PRAKTIKUM 8 : ISOLASI MIKROORGANISME DARI LINGKUNGAN

Nama : Aulia Masyitoh ( 11190950000086 )


Kelas : C2
Kelompok : 4 (Empat)
 Hanifah Dewi S ( 11190950000074 )
 Kayyskaff Dze T ( 111909500000100 )
 Aulia Fitri R ( 111909500000102 )

Dosen : Arina Findo Sari, M. Si.


Remila Selvany, M. Si.
Tanggal Praktikum : 17 November 2020

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DASAR


PUSAT LABORATORIUM TERPADU
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2020
ISOLASI MIKROORGANISME DARI LINGKUNGAN

I. Tujuan
Mengamati keanekaragaman mikroorganisme pada berbagai bahan lingkungan.

II. Cara Kerja


Isolasi Mikroorganisme dari tangan

Telapak tangan yang belum


dicuci ditempelkan pada Hal yang sama
Masing-masing
salah satu media NA dan dilakukan pada media
media NA dan PDA
telapak tangan yang sudah PDA
disiapkan
dicuci pada media lainnya.

Karakterisitik koloni Lalu, diinkubasi selama


mikroba yang tumbuh 24-48 jam pada suhu
pada masing-masing ruang (37ºC) untuk media
media dimati dan NA dan 3-7 hari pada
dicatat. suhu ruang untuk media
PDA

Isolasi Mikroorganisme dari udara

Petri berisi NA dan Dibiarkan kira - kira Lalu, diinkubasikan pada


petri berisi PDA selama 4 menit temperatur yang sesuai
diletakkan dalam kemudian tutup dengan ruangan sumber
keadaan terbuka (tanpa kembali dengan isolasi itu selama 24-48
tutup) di ruangan yang penutup petri jam untuk media NA dan
menjadi sumber isolasi, 3-7 hari untuk media PDA

Morfologi koloni -
koloni yang tumbuh
diamati dan dilakukan
isolasi dan
pemurnian.
Isolasi Mikroorganisme dari bahan padat

Bahan sumber isolasi 1 gram bahan yang telah 0,1 ml sampel pada
digerus sedikit (secara digerus dimasukkan ke pengenceran 104,
aseptik) dengan dalam Naci 0,9% 105 dan 106 (tiga
menggunakan mortar yang kemudian di vortex dan pengenceran
telah disterilkan dengan dilakukan pengenceran seri terakhir) diambil
sedikit alkohol 70%. hingga pengenceran 106 hari untuk media
PDA

Morfologi koloni - Diinkubasikan pada


Dan masing-
koloni yang tumbuh temperatur yang sesuai
masing
diamati dan dilakukan dengan temperatur ruangan
pengenceran
isolasi dan sumber isolasi selama 24-
dimasukkan ke
pemurniannya. 48 jam untuk media NA
dalam petri.
dan 3-7 hari untuk media
PDA.

Isolasi Mikroorganisme dari bahan cair


a) Cara Sebar (Spread Method)

Jika bahan terlalu pekat, Tetesan tersebut


0,1 ml bahan cair yang bahan diencerkan disebarkan secara
menjadi sumber isolasi terlebih dahulu dengan merata dengan
diteteskan di atas akuades atau NaCl 0,9% menggunakan
permukaan agar petri. steril. spatula drygalsky

Morfologi koloni - Lalu, diinkubasikan pada


koloni yang tumbuh temperatur yang sesuai
diamati dan dilakukan dengan temperatur sumber
isolasi dan isolasi selama 24-48 jam
pemurniannya. untuk media NA dan 3-7
hari untuk media PDA.
b) Cara tuang (Pour Plate Method)

10 ml media agar dicairkan 0,1 ml bahan cair yang Jika bahan terlalu
dalam tabung reaksi dengan menjadi sumber isolasi pekat, diencerkan
menggunakan pemanas, diteteskan ke dalam terlebih dahulu
angkat dan temperaturnya tabung reaksi yang dengan akuades atau
dipertahankan sekitar 40-45 berisi media agar NaCI 0,9% steril.
° C. tersebut.

Morfologi koloni - Lalu, diinkubasikan Bahan dikocok sesaat dengan


koloni yang tumbuh pada temperatur yang menggunakan vortex sambil
diamati dan dilakukan sesuai dengan mempertahankan agar tetap
isolasi dan temperatur sumber cair. Campuran bahan dan
pemurniannya. isolasi selama 24-48 agar dituang ke dalam petri,
dan dibiarkan membeku.
jam.

c) Cara tuang lain :

Media agar yang masih Jika bahan terlalu


disimpan didalam labu 0,1 ml bahan cair pekat, diencerkan
erlenmeyer dicairkan dengan yang menjadi sumber terlebih dahulu dengan
menggunakan pemanas, lalu isolasi ke diteteskan akuades atau NaCl
diangkat dan dipertahankan dalam petri steril 0,9% steril.
temperaturnya sekitar 40- yang masih kosong.
45° C.

Media agar yang telah cair


Morfologi koloni - Lalu media agar dituang ke dalam petri,
koloni yang tumbuh diinkubasikan pada digoyangkan secara perlahan
diamati dan dilakukan temperatur yang sesuai dengan arah melingkar
isolasi dan dengan temperatur bolak - balik hingga
pemurniannya. sumber isolasi selama permukaan agar merata dan
24-48 jam. sumber isolasi dan media
tercampur dengan baik.

Isolasi Jamur (Mikoriza) Arbuskula atau J (M) A


1. Metoda pengambilan contoh tanah untuk analisa J (M) A
Penetapan jenis Permukaan tanah dibersihkan, Bila perlu mencari
tanaman atau tumbuhan tanah digali sampai + / - informasi mengenai
target yang diperlukan, kedalaman 20 cm kemudian lokasi dari penduduk
ambil 4 titik sampling contoh tanah tersebut diambil
setempat
dan dimasukkan kedalam
dekat tumbuhannya.
wadah atau plastik sampel dan
beri keterangan seperlunya.

Setelah tiba Pengukuran pH


dilaboratorium,tanah tanah, GPS lokasi,
harus segera batasan admisnitrasi
dikeringkan. lokasi

2. Metoda penyaringan contoh tanah untuk mendapatkan spora J (M) A

Tanah yang telah kering Selanjutnya tanah dan Suspensi disentrifus


angin diambil sebanyak air diaduk, disaring dengankecepatan
100 g. dimasukkan ke dengan saringan 2000 rpm selama 2
dalam wadah kemudian bertingkat berukuran menit.
ditambah air dengan 425, 300, 150 dan 53
perbandingan 1:5. mikrometer.

Supernatan kembali Suspensi disentrifus Supernatan dibuang,


disaring menggunakan kembali pada selanjutnya endapan
saringan 53 µm sambil kecepatan 1000 rpm yang diperoleh + / 20
dicuci dengan air selama 30 detik. ml larutan sukrosa
mengalir, 50% dan diaduk.
. Catatan: setelah
penambahan sukrosa
harus dikerjakan
segera
semua hasil
penyaringan ditaruh Spora akan terlihat
dalam cawan yang berbeda dengan benda
berisi air dan diamati lainnya.
dengan mikroskop
stereo
penambahan sukrosa
harus dikerjakan
segera
3. Metoda pembuatan preparat J (M) A Dibawah mikroskop stereo

Spora yang terpilih Kemudian dipindahkan ke Lalu, diberi label


dapat diambil dengan atas gelas preparat yang berisi keterangan
pinset halus atau telas ditetesi larutan tutup rizosfer tanaman
jarum suntik atau PLVG (polyvinyl alcohol atau tumbuhan
pipet Pasteur. lacto glycerol) dan tutup
dengan kaca penutup.

Lokasi pengambilan
tanah dan bila
teridentifikasi spora J
(M) A dapat ditulis
pada label tersebut.

4. Pengamatan spora J (M) A

Awal pengamatan spora Selanjutnya digunakan


dengan perbesaran objektif perbesaran 10x atau Catatlah dalam buku
terkecil (4x) biasanya 40x, bila perlu catatan:
sudah dapat menentukan gunakan 100x setelah
suku atau famili, kadang kaca penutup ditetesi
sampai genus atau marga. minyak imersi

Bentuk spora, warna dan ukuran


Bila pertu dapat spora (bisa dibuat gambar), Bila
ditambahkan reagen ada perhiasan spora catat bentuk
Melzer untuk melihat perhiasan yang terlihat. Spora
reaksi dinding spora dari genus atau marga tertentu
dan hasil pengamatan (Gigaspora dan Scutellospora dll)
ini dicatat. perlu dipecah untuk menentukan
marganya.
Pengamatan morofologi kapang dengan metode slide culture (microculture).
1. Metode Heinrich's, cara kerja:.

Object glass, cover Setelah sterilisasi selesai


glass, tissue basah Ditutup dengan
lilin (parafin-petrolatum)
yang dimasukkan cover glass
steril diberikan pada
dalam cawan disiapka sebelah kiri dan kanan
dan sterilkan dengan tempat yang akan ditutup
autoclave. cover glass (aseptis).
-ditutup dengan cover
glass

Suspensi spora jamur


Lalu diInkubasi diteteskan dalam media cair
Preparat diamati
pada suhu kamar pada penutup media kaca
dan diamati di
selama 3x24 jam. yang tidak diberi lilin.
bawah mikroskop.
Diberikan sampai setengah
luasan cover glass. cover
glass ditekan secara media
merata.

2. Metode Riddle, cara kerja:

Setelah semua steril, Spora jamur


Persiapan sama media Saboraud diinokukasikan pada
seperti metode Dextrose Agar steril bagian atau potongan
Heinrich's dipotong berbentuk agar. Potongan agar
kubus dan diletakkan di ditutup dengan cover
atas object glass. glass.
.

Preparat diambil Diinkubasikan


dan diamati di pada suhu kamar
bawah mikroskop. selama 3x24 jam.
3.Prosedur yang lebih sederhana, cara kerja:

cawan petri yang media PDA disiapkan dan Media yang memadat
berisi kapas yang di dijaga tetap tetap cair. - dibelah dengan jarum
atasnya terdapat media PDA diteteskan inokulum yang berujung
object glass dan pada object glass secara L. spora jamur yang
cover glass aseptis lalu ditunggu akan diamati diulaskan
disterilkan. memadat (diteteskan pada belahan tersebut.
jangan terlalu banyak).
.

Pertumbuhan Ditutup dengan cover


miselium dan spora glass tepat di atas media
pada object glass dan ditekan hingga
diamati dengan merata. Diinkubasi
perbesaran sedang. selama 2x24 jam.

Pemisahan Koloni dan Pembuatan Kultur Murni Hasil Isolasi

Bagian dari koloni yang


memiliki penampakan Ose digoreskan Pertumbuhannya
morfologi yang berbeda dari secara zig-zag pada diamati, jika masih
sekian banyak koloni yang media agar steril baru ada koloni yang
tumbuh pada agar petri dan diinkubasikan bercampur dalam satu
diambil sedikit dengan selama 24 jam. goresan,
menggunakan ose steril.

Dan diberi label untuk Koloni yang dianggap Dilakukan prosedur 1


disimpan sebagai telah murni dan 2 kembali hingga
kultur murni yang diinokulasikan ke diperoleh koloni-
akan diidentifikasi dalam agar miring koloni yang seragam
sifat-sifat dan (murni).
dalam tabung reaksi
jenisnya.
III. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Media NA (Isolasi dari Tangan)


No. Perlakuan Spesies Pigmen Ukuran Bentuk Elevasi Permukaan Margin Optik
1 Putih
Sp1 Moderate Circular Flat Halus Serrate Translucent
susu
Putih
Sp2 Large Irregular Flat Kasar Undulate Opaque
Sebelum susu
cuci Putih
Sp3 Moderate Irregular Flat Kasar Serrate Opaque
tangan susu
Sp4 Kuning Pinpoint Irregular Convex Kasar Convex Opaque
Putih
Sp5 Moderate Circular Umbonate Halus Serrate Opaque
susu
2 Putih Entire
Sp1 Moderate Circular Convex Halus Opaque
susu lobate
Putih
Setelah Sp2 Large Irregular Flat Halus Undulate Opaque
susu
cuci
Entire
tangan Sp3 Kuning Small Spindle Umbonate Mengkilap Translucent
lobate
Putih Entire
Sp4 Small Circular Flat Halus Opaque
susu lobate

Tabel 2. Hasil Pengamatan Media PDA (Isolasi dari Tangan)


No. Perlakuan Spesies Warna Warna Tekstur
Margin Ukuran
Spora Dasar Hifa
1 Sebelum Filament
Sp1 Putih Hitam Halus Moderate
cuci ous
tangan Entire
Sp2 Orange Orange Mengkilap Small
Lobate
2 Setelah Filament
Sp1 Putih Putih Halus Large
cuci ous
tangan Sp2 Hitam Serrate Hitam Kasar Large
Entire
Sp3 Orange Orange Mengkilap Small
Lobate

Tabel 3. Hasil Pengamatan Media NA (Isolasi dari Udara di Laboratorium)


No. Perlakuan Spesies Pigmen Ukuran Bentuk Elevasi Permukaan Margin Optik
1 Udara di Putih Filament Translu
Sp1 Large Irregular Raised Halus
lantai 1 susu ous cent
laboratori Putih Undulat
Sp2 Large Irregular Flat Halus Opaque
um susu e
Putih Undulat
Sp3 Large Irregular Flat Halus Opaque
susu e
Entire
Sp4 Krem Small Circular Convex Halus Opaque
lobate
Putih Entire Translu
Sp5 Pinpoint Circular Convex Halus
susu lobate cent
Moderat
Putih Filament Translu
Sp6 e Circular Raised Halus
susu ous cent

Tabel 4. Hasil Pengamatan Media PDA (Isolasi dari Udara di Laboratorium)


No. Perlakuan Spesies Warna Warna Tekstur
Margin Ukuran
Spora Dasar Hifa
1 Udara di Titik –
filamen Putih
lantai 1 Sp1 Titik halus Pinpoint
tous kapas
laboratori Hitam
um Hijau Entire
Sp2 Hitam halus Moderate
army lobate
Entire
Sp3 Hijau tua Putih halus Moderate
lobate
Putih Kering
filamen
Sp4 seperti Putih seperti Pinpoint
tous
kapas bubuk
Titik
Putih
Sp5 Hitam serrate halus Pinpoint
kapas
pekat

Tabel 5. Hasil Pengamatan Media NA (Isolasi dari Bahan Padat/Daun)


No. Perlakuan Spesies Pigmen Ukuran Bentuk Elevasi Permukaan Margin Optik
1. Permukaa
Putih Transluc
n atas Sp1 Large Irregular Flat Kasar Undulate
susu ent
daun
2 Permukaa
Putih Filament Transluc
n bawah Sp2 Large Irregular Flat Halus
susu ous ent
daun

Tabel 6. Hasil Pengamatan Media PDA (Isolasi dari Bahan Padat/Daun)


No. Perlakuan Spesies Warna Warna Tekstur
Ukuran Margin
Spora Dasar Hifa
1 Daun Coklat Coklat Entire
Sp1 Large Halus
sawo Tua tua Lobate
kecik Merah Moderat Merah Entire
Sp2 Mengkilap
Muda e muda Lobate
Sp3 Putih Large Putih Mengkilap Serrate
Hijau Moderat Hijau Entire
Sp4 Halus
Tua e tua Lobate
Abu- Entire
Sp5 Large Abu-abu Halus
abu Lobate

Tabel 7. Hasil Pengamatan Media NA (Isolasi dari Bahan Cair/Air Minum Masak)
No. Perlakuan Spesies Pigmen Ukuran Bentuk Elevasi Permukaan Margin Optik
1 Air Putih Circulla Entire Translu
Sp1 Small Flat Halus
minum susu r Lobate cent
masak Putih Moderat Irregula Undulat Translu
Sp2 Flat Halus
susu e r e cent

Tabel 8. Hasil Pengamatan Media PDA (Isolasi dari Bahan Cair/Air Minum Masak)
No. Perlakuan Spesies Warna Spora Margin Warna Dasar Tekstur Hifa Ukuran
1. Air Putih
minum kekuningan
masak dengan cincin Entire Putih
Sp1 Mengkilap Moderate
hitam di lobate Kekuningan
setengah
diameternya
Entire
Sp2 Putih Putih Mengkilap Pinpoint
Lobate
Small-
Sp3 Putih Undulate Putih Halus
Moderate
Entire
Sp4 Putih Putih Mengkilap Moderate
Lobate
IV. Pembahasan
Mikroorganisme yang terdapat pada suatu lingkungan alami merupakan populasi
campuran dari berbagai jenis baik mikroorganisme pada tanah, air, udara, makanan
maupun yang terdapat pada tumbuhan, hewan dan manusia (Darmuti, 2017).
Mikroorganisme terdapat di berbagai tempat seperti tanah, debu, air, udara, kulit dan
selaput lendir. Mikroorganisme dapat berupa bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain.
Mikroorganisme mudah terhembus udara dan menyebar ke mana-mana karena ukuran
selnya kecil dan ringan (Susilowati dan Lisyawati, 2001). Pemisahan mikroorganisme dari
populasi campuran diperlukan untuk mengetahui berbagai jenis, mempelajari kultural,
morfologi, sosiologi,fisiologi, dan karakteristik mikroorganisme tersebut. Teknik
pemisahan tersebut disebut dengan isolasi disertai dengan pemurnian (Darmuti, 2017).
Isolasi bakteri merupakan suatu proses pengambilan mikroorganisme dari medium atau
lingkaran asalya lalu menumbuhkannya pada medium buatan sehingga dapat memperoleh
biakan bakteri yang murni (Singleto & Sainsbury, 2006).
Praktikum kali ini adalah pengisolasian mikroorganisme berasal udara, air, daun
dan telapak tangan. Masing-masing isolat diletakan pada 2 media pertumbuhan yang
berbeda yaitu, media Nutrient Agar (NA) dan Media Potato Dextrose Agar (PDA). Media
NA mengandung pepton, yeast dan beef extract yang berfungsi sebagai sumber nitrogen
dan sumber karbon, sumber vitamin dan beberapa senyawa lain untuk mendukung
pertumbuhan bakteri. Media NA juga mengandung NaCl untuk menyeimbangkan tekanan
osmotik sel bakteri dan medium (Jorgensen et al,2015). Sedangkan media PDA
mengandung infusi kentang, dextrosa, asam tartar dan asam laktat. Infusi kentang
memberikan suplay vitamin, mineral,protein, asam lemak, dan nutrisi lain yang dibutuhkan
fungsi dekstrosa (D-glukosa) merupakan karbohidrat sederhana yang dapat memicu
pertumbuhan fungi, serta asam tartar dan asam laktat dibutuhkan untuk menyesuaikan
keasaman medium sehingga bakteri tidak dapat tumbuh pada rentang pH tersebut (3,5-5,6)
sehingga hanya fungsi yang didapatkan (Downes & Ho, 2001).
Untuk mengidentifikasi suatu mikroorganisme dapat dilihat dari sifat morfologi.
Morfologi bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu morfologi makroskopik (morfologi
koloni) dan morfologi mikroskopik (morfologi seluler). Morfologi makroskopis yaitu
bentuk bakteri dengan mengamati karakteristik koloninya pada lempeng agar.
Karakteristik koloni dibedakan atas dasar bentuk koloni, ukuran koloni, pinggiran (margin
koloni), peninggian (elevasi), warna koloni, permukaan koloni,konsistensi dan pigmen
yang dihasilkan koloni. Beberapa koloni mungkin akan berwarna, ada yang berbentuk
lingkaran, sementara ada yang bentuknya tidak teratur (Sukini et al., 2017). Menurut
Pradhika (2008), koloni bakteri mempunyai ciri yang berbeda-beda tergantung jenisnya
dan mediumnya.
Pengujian pertama yang dilakukan adalah mengisolasi bakteri dan fungi pada
telapak tangan manusia sebelum di cuci dan setelah di cuci pada media NA dan PDA.
Aktivitas yang tinggi menyebabkan tangan terkontaminasi oleh bakteri sehingga tangan
dapat menjadi perantara masuknya bakteri kedalam tubuh. Salah satu cara yang paling
umum dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan mencuci tangan
menggunakan sabun. Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan infeksi (Rousdy et al., 2017). Berdasarkan hasil pengamatan
pada media NA, sebelum cuci tangan terdapat lima spesies bakteri dan setelah cuci tangan
terdapat empat spesies bakteri. Sedangkan pada media PDA sebelum cuci tangan terdapat
dua spesies fungi dan setelah cuci tangan terdapat tiga spesies fungi. Hal ini berarti, ada
sebagian bakteri yang terhambat pertumbuhannya karena aktivitas mencuci tangan
(Depkes RI, 2003). Mencuci tangan menggunakan detergen atau sabun yang tidak
mengandung antiseptik juga dapat mengurangi jumlah mikroorganisme di tangan (Ismyati,
2015). Sehingga Mencuci tangan terbukti efektif dalam membunuh bakteri yang menempel
ditangan (Luby et al., 2009).
Identifikasi yang dilakukan adalah secara makroskopis dengan menggunakan
pengamatan untuk melihat morfologi koloni. Hasil pengamatan media NA setelah dan
sebelum mencuci tangan diperoleh data, pigmen koloni ada yang berwarna putih susu dan
kuning. Ukurannya bervariasi, mulai dari small, pinpoint, moderete, dan large. Bentuknya
terdapat circular, irregular, dan spindle. Elevasi setiap spesies berbeda-beda, ada yang flat,
convex, dan umbonate. Permukaan ada yang kasar, halus, dan mengkilap. Margin koloni
setiap spesies juga berbeda-beda, yaitu serrate, undulate, convex, dan entire lobate. Optik
atau jumlah cahaya yang melewati koloni ada yang translucent dan opaque. Sehingga
sesuai dengan teori (Sukini et al., 2017) yaitu jika dilihat pertumbuhan di petri dish, ukuran
koloni bakteri ada yang berbentuk titik (pinpoint/punctiform), kecil (small), sedang
(moderat) dan besar (large). Mikroorganisme kromogenik sering memproduksi pigmen
intraseluler, beberapa jenis lain memproduksi pigmen ekstraseluler yang dapat terlarut
dalam media. Warna pigmen yang dihasilkan dapat putih, kuning, merah, ungu dan
sebagainya. Berdasarkan jumlah cahaya yang dapat melewati koloni opaque (tidak dapat
ditembus cahaya), transparan (bening). Bentuk koloni bakteri ada yang sirkuler (bulat
bertepi) ireguler (tidak beraturan, bertepi) dan yang rhizoid (berbentuk seperti akar dan
pertumbuhannya menyebar. Sedangkan dilihat dari tepi atau pinggirannya, koloni bakteri
ada yang memiliki tepi yang rata (entire), tepi yang berlekuk (lobate). Tepi yang
bergelombang (undulate), tepi yang bergerigi (serrate) dan tepi yang menyerupai benang
(filamentous). Jika dilihat dari elevasi atau ketinggian pertumbuhan koloni bakteri, maka
bentuk koloni dapat dibedakan menjadi koloni flat, jika ketinggian tidak terukur, nyaris
rata dengan medium, raised (ketinggian nyata terlihat), namun rata pada seluruh
permukaan, convex, peninggian koloni berbentuk cembung seperti tetesan air dan
umbonate jika peninggian koloni berbentuk cembung dibagian tengah lebih menonjol.
Kemudian pada media PDA sebelum dan sesudah mencuci tangan diperoleh hasil
morfologi makroskopis yang berbeda-beda dari masing-masing spesies, jamur yang
tumbuh tersebut memiliki warna spora yang berbeda-beda, yaitu putih, oranye, dan hitam.
Marginnya ada yang filamentous, entire lobate dan serrate. Tekstur hifa ada yang halus,
mengkilap dan kasar serta ukurannya bervariasi mulai dari small, moderate dan large.
Morfologi jamur juga dapat dilihat dari hifa yang tumbuh. Jamur berbentuk sel atau benang
bercabang, mempunyai dinding dari selulosa atau kitin atau keduanya, mempunyai
protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil, dan
berkembang biak secara aseksual, seksual, atau keduanya. Jamur terdiri dari kapang dan
khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen dan multiseluler, khamir berupa sel
tunggal dengan pembelahan sel melalui pertunasan (Pratiwi, 2008).
Pengujian kedua yaitu isolasi mikroorganisme dari udara yang ada di laboratorium
menggunakan media NA dan PDA. Hasil Berdasarkan hasil isolasi bakteri asal udara yang
menggunakan medium NA (Nutrien Agar) dengan metode cawan terbuka (eksposure
plate), dilakukan inkubasi selama 24-48 jam. Setelah dilakukan inkubasi, terlihat koloni
bakteri asal udara yang tumbuh pada medium cawan petri tersebut. Koloni tersebut diamati
morfologinya berdasarkan pigmen, ukuran, bentuk, tepian, warna, elevasi, permukaan dan
optik (Walid et al., 2019). Didapatkan hasil 6 spesies, spesies yang ditemukan memiliki
ciri-ciri morfologi yang berbeda. Diantaranya ada yang berwarna putih susu dan krem,
ukrannya ada yang small, moderate dan large. Bentuknya juga bervariasi ada yang irregular
dan circular, elevasi ada yang raised, flat dan convex, margin ada yang filamentous,
undulate dan entire lobate serta optic ada yang translucent dan opaque. Permukaan dari 6
spesies tersebut sama yaitu halus. Perbdaan morfologi dapat terjadi karena hal ini bisa
disebabkan dari karakter dari setiap bakteri tersebut. Menurut Cappucino dan Sherman
(2005), keragaman bentuk morfologi koloni ini dapat mengindikasikan bahwa masing-
masing koloni memiliki karakter yang berbeda. Menurut Pudjadi (2015) faktor yang
mempengaruhi konsentrasi jumlah bakteri di udara seperti suhu di dalam ruangan.
Selanjutnya dengan menggunakan media PDA terdapat 5 spesies fungi. Menurut
saputra et al (2017) Sebagian besar didapatkan koloni jamur yang tumbuh di media adalah
Aspergillus sp., Penicillium sp., Fusarium sp. dll. Koloni dari jenis jamur ini merupakan
jamur kontaminan yang sering berada di udara. Berdasarkan pengamatan didapatkan
morfologi makroskopis yang bervariasi. Warna spora dari spesies yang ditemukan beragam
ada yang titik-titik hitam, hijau army, hijau tua, putih seperti kapas dan titik hitam pekat
dengan warna dasar yang beragam pula. Margin pada fungi yang ditemukan berbeda-beda
yaitu filamentous, entire lobate dan serrate. Teksturnya ada yang halus dan kering seperti
bubuk. Ukurannya ada yang pinpoint dan moderate. Banyaknya fungi yang tumbuh pada
media PDA dapat disebabkan dari kelembaban udara. Kelembaban pada substrat termasuk
di udara adalah merupakan salah satu faktor utama dalam pertumbuhan jamur. Pada
umumnya, sebagian besar jamur dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang lembab
(Quidesat, 2009). Jamur yang terdapat di udara adalah dalam bentuk spora. Spora jamur
merupakan alat reproduksi, baik seksual maupun aseksual. Cara jamur berkembang biak
melalui spora, spora memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga dapat menyebar melalui
udara dengan mudah (Saputra et al., 2017).
Pengujian ketiga adalah isolasi mikroorganisme dari bahan padat dari daun
menggunakan media NA dan PDA. Pertama pada media NA, bagian yang digunakan
adalah permukaan atas daun dan bawah daun. Berdasarkan percoban didapatkan 2 spesies
bakteri dengan warna putih susu, ukuran large, berbentuk irregular, elevasinya flat,
permukaan ada yang kasar dan halus, margin ada yang undulate dan filamentous dan
keduanya translucent. Mikroorganisme pada daun yang terdapat dalam jaringan disebut
bakteri endofit. Bakteri endofit adalah bakteri yang hidup di dalam jaringan tanaman inang
tanpa menyebabkan gejala-gejala penyakit. Mikroba endofit adalah organisme hidup yang
berukuran mikroskopis yang hidup di dalam jaringan tanaman (xylem dan phloem), daun,
akar, buah, dan batang. Mikroba ini hidup bersimbiosis saling menguntungkan. Mikroba
endofit mendapatkan nutrisi dari hasil metabolisme tanaman dan memproteksi tanaman
melawan herbivora, serangga, atau jaringan yang patogen tua (Putri et al., 2018). Jumlah
bakteri endofit di dalam tanaman tidak dapat ditentukan secara pasti. Sampel daun yang
dipakai dalam hal ini adalah daun yang agak tua. Karena itu, bakteri endofit yang
didapatkan tidak banyak. Permukaan atas terdapat satu spesies bakteri endofit begitupun
dengan permukaan bawah daun. Namun, jumlah isolat bakteri endofit yang didapatkan dari
daun muda lebih banyak di bandingkan daun tua, karena metabolit sekunder lebih banyak
pada daun muda dibandingkan daun tua (Putri et al., 2018).
Kemudian pada media PDA dengan menggunakan daun sawo kercik didapatkan 5
spesies fungi dengan morfologi warna spora yang bermacam-macam diantaranya berwarna
coklat tua, merah muda, putih, hijau tua dan abu-abu. Berukuran large dan moderate,
memiliki tekstur hifa halus atau mengkilap dan memiliki margin entire lobate kecuali pada
spesies 3 yang memiliki margin serrate. Jamur endofit yang hidup pada jaringan tumbuhan
berpotensi menghasilkan senyawa metabolit sekunder sama seperti inangnya (Santana,
2011). Menurut Santana (2011), bahwa variasi yang tinggi dari jamur endofit pada daun
dewasa bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pada daun dewasa memiliki peran
lebih menguntungkan untuk kolonisasi jamur seperti adanya perubahan biokimia daun
yang mempengaruhi kolonisasi endofit untuk distribusi endofit. Kedua, daun dewasa
mungkin telah mendukung keberadaan endofit lebih tinggi karena biomassa yang lebih
tinggi menyediakan sumber daya yang lebih untuk kolonisasi bila dibandingkan dengan
daun muda.
Pengujian terakhir adalah isolasi mikroorganisme bahan cair dari air minum masak
dengan menggunakan media NA dan PDA. Berdasarkan hasil pengamatan, pada media NA
didapatkan 2 spesies bakteri, pada spesies 1 berwarna putih susu dengan ukuran small,
bentuknya circular, elevasi flat, bentuk permukaan halus, marginnya entire lobate dan
translucent. Morfologi spesies 2 berwarna putih susu, ukuran moderate, bentunya irregular,
elevasi flat, permukaanya halus, margin undulate dan translucent. Bakteri yang biasanya
terdapat pada air adalah bakteri coliform. Bakteri E. Coli merupakan kelompok bakteri
Coliform, semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri Coliform semakin tinggi pula resiko
kehadiran bakteri pathogen lainnya yang biasa hidup dalam kotoran manusia yang dapat
menyebabkan diare. Sebagian besar dari hasil penelitian, air tanah mengandung bakteri
coliform, tetapi tidak semua air tanah mengandung bakteri E. Coli (WA Depth Health,
2016). Menurut Depkes RI, Ditjen PPM dan PLP (2000), air baku yang bersih harus dijaga
agar tidak terkontaminasi bakteri dan jamur 10 dalam waktu 2 x 24 jam. Dengan proses
perebusan diharapkan bakteri patogennya mati, namun proses penyimpanan selanjutnya
ada kemungkinan terkontaminasi lagi.
Selanjutnya menggunakan media PDA, hasil isolasi mikroorganisme dari air
minum yang sudah dimasak pada media PDA juga didapatkan banyak fungi yang tumbuh
terdapat empat spesies dengan jumlah koloni yang banyak dengan morfologi makroskopis
yang berbeda-beda. Warna spora yang diperoleh adalah putih kekuningan dengan cincin
hitam disetengah diameternya dan putih dengan warna dasar putih kekuningan dan putih.
Marginnya entire lobate, dan undulate, tekstur hifanya mengkilap dan halus. Ukurannya
moderate, pinpoint dan small-moderate. Walaupun air sudah dimasak hingga mendidih,
hal itu dapat terjadi karena proses penyimpanan. Tempat penyimpanan air setelah dimasak
kemungkinan tidak bersih atau terkontaminasi oleh mikroorganisme pada tempat
penyimpananya. Peluang terkontaminasi dengan kuman patogen dapat terjadi mulai dari
cara mencuci, air yang digunakan untuk mencuci, ataupun cara menyimpan alat setelah
dicuci (Syafiatun, 2006).
V. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
mikroorganisme terdapat pada telapak tangan, udara, media cair dan media padat. Isolasi
mikroorganisme dari telapak tangan, didapatkan hasil bakteri pada media NA sebelum cuci
tangan adalah lima spesies dan sesudah cuci tangan didapatkan hasil lebih sedikit yaitu
empat spesies. Sedangkan isolat fungi yang tumbuh pada media PDA sebelum mencuci
tangan terdapat dua spesies dan sesudah mencuci tangan didapatkan hasil lebih banyak
yaitu tiga spesies. Isolasi mikroorganisme dari udara dengan media NA terdapat 6 spesies.
Sedangkan pada media PDA terdapat 5 spesies. Kemudian isolasi mikroorganisme dari
daun, terdapat bakteri endofit pada media NA sebanyak 2 spesies dan jamur endofit pada
media PDA adalah 5 spesies. Isolasi mikroorganisme dari air masak, walaupun air sudah
dimasak sampai matang namun didapatkan bakteri sebanyak 2 spesies dan fungi 4 spesies,
jumlah tersebut masih tergolong banyak. Hal tersebut bisa terjadi karena tempat
penyimpanan air yang terkontaminasi.
Daftar Pustaka
Cappucino, J.G. & Sherman, N. 2005. Microbiology A Laboratory Manual. New York:
Benjamin Cummings.
Darmuti. 2017. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Yang toleran Terhadap Fungisida Tillo dan
Insektisida Regent Pada Tanah Sawah Pertanian Padi Di Desa Cisalak – Cimanggu.
[Skripsi]. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003 . Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1098/menkes/sk/vii/2003 Tentang Pedoman
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.
Depkes RI. 2000 . Pedoman Program Penyehatan Air. Jakarta: Ditjen PPM dan PLP.
Downes FP.,& Ho K. 2001 . Compedium Of Methods For The Microbiological
Examination Of Foods. Washington DC : APHA.
Jorgensen JH.,Pfalter MA., Carroll KC., Funke G., Landry ML., Richter SS., dan Warnock
& DW. 2015 . Manual Of Clinical Biology. USA: ASM Press.
Luby, SP, Agboatwalla, M, Bowen, A,Kenah, E, Sharker, Y & Hoekstra, RM. 2009.
Difficulties in Maintaining Improved Handwashing Behavior. (vol. 81, no. 1, hal.
140– 145). Karachi, Pakistan : Am. J.Trop. Med.Hyg
Pratiwi, S. T. 2008 . Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Putri, Moca F., Fifendy, Mades., Putri, Dwi H. 2018 . Diversitas Bakteri Endofit Pada Daun
Muda dan Tua Tumbuhan Andaleh (Morus macroura miq.). Eksakta (19(1): 125-
130).
Quidesat, K., K. Abu-Elteen, A. Elkarmi, and M. Abussaud. 2009 . Assesment of Airborne
Pathogens in Healthcare Settings. African Journal of Microbiology Research, 3(2):
66- 76.
Rousdy, D.W., D. Kartika, dan Rahmawati. 2017. Studi Analisis Perilaku Mencuci Tangan
Terhadap Kepadatan Koloni Bakteri Sebelum dan Setelah Mencuci Tangan Pada
Mahasiswa.Jurnal Protobiont. Pontianak : Univeritas Tanjungpura.
Saputra, A.A., Bayu, M.A., dan Karneli. 2017. Gambaran Jamur Udara Pada Laboratorium
Analisis Kesehatan Politeknik Kesehatan Palembang Tahun 2017. Jurnal
Kesehatan Palembang. Palembang : Politeknik Kesehatan Palembang.
Singleton, P., & Sainsbury, D. 2006 . Dictioonary of Microbiology and Molecular Biologi
3th Edition. England : John Wiley and Sons Sussex.
Sukini, Yodong, dan Megananda, H.P. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Mikrobiologi.
Jakarta : Kemenkes RI.
Susilowati,A. & Shanti L. 2001 . Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber
Kontaminasi Kultur In Vitro di Sub-Lab Biologi Laboratorium. MIPA Pusat
UNAS. Biodiversitas. Volume 2 (1) : 110-114.
Syafiatun, Laily. 2006 . Kualitas Bakteriologis Air Minum di Warung Kupang Kecamatan
Tangulangin dan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya.
Walid, Ahmad., N. Naintyn., dan Kusuma W. 2019 . Studi Morfologi Koloni Bakteri Udara
di Lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Tadris Insitut Agama Islam Negeri
Bengkulu. Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA. Bengkulu : IAIN Bengkulu.
Lampiran
 Pertanyaan :
1. Bagaimana kita membedakan secara morfologi koloni bakteri dan jamur?
Jawab :
Perbedaan Koloni Bakteri Koloni Jamur

Maasa sel/hifa massa sel yang terlihat yang massa hifa seperti benang
muncul dari satu sel bakteri
Struktur tubuh terdiri dari massa sel bakteri terdiri dari hifa jamur yang
yang dihasilkan dari dihasilkan oleh satu spora
pembelahan bakteri tunggal
Penampilan Luar halus atau kasar penampilan yang kabur

Margin memiliki batas yang pasti memiliki batas yang


berfilamen

Tekstur terlihat basah dan mengkilap seperti bubuk atau benang

Bentuk berbentuk lingkaran atau tidak jamur bersifat filamentosa atau


beraturan rizoid

2. Mengapa alat yang digunakan dalam prosedur isolasi (misalnya mortar dan pinset) harus
dalam keadaan steril?
Jawab :
Alat yang digunakan dalam prosedur isolasi harus dalam keadaan steril supaya mengurangi
kontaminasi biakan dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sehingga mikroorganisme
yang diinginkan saja yang dihasilkan tumbuh.
3. Apakah yang harus dilakukan untuk lebih memastikan bahwa sel-sel yang terdapat dalam
koloni-koloni yang seragam adalah murni?
Jawab :
Diperlukan pengujian seperti uji biokimia mikroorganisme. Uji yang bisa digunakan
misalnya dengan cara pengecatan gram. Apabila bakteri tidak berubah karakteristiknya
maka bakteri yang diisolasi sudah merupakan biakan murni, namun apabila di dalam uji
pengecatan gram berbeda karakteristiknya maka bukan biakan murni. Hal ini mungkin
disebabkan karena adanya kontaminan di dalam isolasi bakteri.
 Hasil isolat mikroorganisme

Gambar 1. Isolasi dari sebelum cuci tangan Gambar 2. Isolasi dari setelah cuci tangan media
media NA media NA
(Sumber : Audarina, 2019) (Sumber : Audarina, 2019)

Gambar 3. Isolasi dari sebelum cuci tangan Gambar 4. Isolasi dari setelah cuci tangan pada
media PDA media PDA
(Sumber : Audarina, 2019) (Sumber : Audarina, 2019)

Gambar 5. Isolasi dari udara di laboratorium Gambar 6. Isolasi dari udara di laboratorium
media NA media PDA
(Sumber : Audarina, 2019) (Sumber : Audarina, 2019)
Gambar 7. Isolasi dari daun pada Gambar 8. Isolasi dari daun pada
media NA media PDA
(Sumber : Audarina, 2019) (Sumber : Audarina, 2019)

Gambar 9. Isolasi dari air minum masak Gambar 10. Isolasi dari air minum masak
pada media NA pada media PDA
(Sumber : Audarina, 2019) (Sumber : Audarina, 2019)

Anda mungkin juga menyukai