BAB 1,2,3 Amelia
BAB 1,2,3 Amelia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembalut wanita merupakan produk sekali pakai yang biasa digunakan wanita
setiap bulannya (Kumalasari, 2016). Kesehatan genetalia merupakan salah satu
pemasalahan organ reproduksi yang sering di alami wanita diberbagai negara
termasuk di Indonesia. Sebanyak 50% penyebab masalah genetalia disebabkan oleh
penggunaan pembalut yang kurang tepat (Ross, 2014). Pembalut merupakan
kebutuhan yang penting bagi perempuan sewaku menstruasi. Pada pembalut yang
banyak beredar, bahan penyerap (absorbent agent) pada pembalut diputihkan dengan
menambahkan berbagai zat kimia dan pemutih klorin sehingga menghasilkan
pembalut dengan tampilan putih. Riset EPA (Environmental Protection Agency)
menunjukkan bahwa rerata zat-zat berbahaya tersebut di dalam setiap pembalut
mengandung sekitar 400 ppt (Julina, 2012). Ditemukan penyebab utama kanker mulut
rahim di Indonesia adalah pembalut berkualitas buruk. Berdasarkan data saat survey
pendahuluan pada tanggal 24 Februari 2020 dengan wawancara pada siswi di SMP
Santa Maria Palangka Raya yang sudah mengalami menstruasi, siswi kurang
mengetahui tentang jenis bahan baku pembalut,bahan kimia yang terdapat didalam
pembalut dan bahaya yang disebakan oleh pembalut berbahan kimia terhadap
kesehatan reproduksi.
Menurut Word Health Organization (WHO) Indonesia merupakan negara
dengan penderita kanker mulut rahim (serviks) no.1 di dunia dan 62% nya
diakibatkan oleh penggunaan pembalut yang kurang berkualitas. Di RSCM, 400
pasien kanker serviks baru setiap tahunnya. Di RSCM, kematian akibat kanker
serviks sekitar 66% (Rismaniar, 2015). Di Indonesia, dilaporkan setiap 1 jam ada 1
wanita yang meninggal karena kanker ganas ini. Diperkirakan kematian akibat kanker
serviks ini akan terus meningkat sebesar 25% dalam kurun waktu 10 tahun
mendatang jika tidak dilakukan tindakan pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat
(Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan, 2015). Hasil rekam
medik data di Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dr. Doris Sylvanus Palangka
1
2
Raya tahun 2013 wanita positif kanker serviks 8,41%, tahun 2014 sebanyak 7,91%
wanita yang positif kanker serviks yang masih bertahan hidup 3,4%. Sedangkan
jumlah penderita kanker serviks mengalami kenaikan tahun 2015 11,11% positif
kanker serviks yang bertahan hidup 8,5%. Namun diantara penderita kanker serviks
yang di pernah mendapat perawatan di BLUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
mulai Tahun 2013-2015 dari tahun 2013 sd 2015 sekitar 97% dan yang bertahan
hidup 89%. Diantara pasien yang meninggal akibat kanker serviks angka kulitas
hidup sekitar 1-2 tahun bahkan ada yang hanya bertahan 1 bulan sejak terdiagnosa
(BLUD dr. Doris Sylvanus, 2013-2015). Berdasarkan data saat survey pendahuluan
pada tanggal 24 Februari 2020 dengan wawancara pada siswi di SMP Santa Maria
Palangka Raya yang berjumah 5 orang siswi yang sudah mengalami menstruasi, data
yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut adalah 3 dari antara 5 (60%) siswi
tersebut kurang mengetahui tentang jenis bahan baku pembalut,bahan kimia yang
terdapat didalam pembalut dan bahaya yang disebakan oleh pembalut berbahan kimia
terhadap kesehatan reproduksi.
Saat ini pembalut yang beredar di masyarakat dan banyak diminati adalah
pembalut sekali pakai. Menurut penelitian terdapat sebanyak 107 bakteri per
milimeter persegi ditemukan di atas pembalut wanita biasa, kondisi inilah yang
membuat pembalut biasa menjadi sumber sarang pertumbuhan bakteri merugikan,
meski pembalut biasa hanya dipakai selama 2 jam saja. Bayangkan banyaknya bakteri
pada permukaan seluas pembalut, apalagi jika dipakai lebih dari 2 jam 107 bakteri per
milimeter persegi ditemukan di atas pembalut biasa. Hampir semua wanita tidak
pernah tahu tentang pembalut yang biasa mereka beli dan pakai selama ini dan
mereka tidak pernah curiga dan tidak pernah mencoba merobek atau mengamati
bahan pembalut yang biasa mereka pakai. Banyak wanita suka membeli pembalut
biasa yang ada di pasaran hanya memikirkan harga murah dan cukup enak dipakai,
tanpa mengetahui sedikitpun resiko kesehatan dari pemakaian pembalut atau
pantyliner biasa (Mujahidah, 2010). Klorin (Cl2) yaitu klor berbentuk gas berwarna
kuning kehijauan. Klorin banyak digunakan di dalam pembuatan kertas, antiseptik,
bahan pewarna, makanan, insektisida, cat lukisan, produk-produk minyak bumi,
3
plastik, obat-obatan, tekstil, pelarut, dan banyak produk pengguna yang lain dimana
seiring dengan kemajuan teknologi dalam pembuatan pembalut dari bahan daur ulang
menggunakan bahan-bahan kimia untuk membersihkannya dan juga menggunakan
bahan klorin agar pembalut tersebut berwarna putih bersih (Matnuh, 2012).
Penggunaan bahan klorin pada pembalut wanita dapat menyebabkan gangguan alat
reproduksi yaitu keputihan, gatal-gatal, iritasi dan menyebabkan kanker (Faiz 2012).
Pengetahuan siswi mengenai pembalut kain sangat diperlukan agar masalah
kesehatan genetalia terutama kanker serviks dapat dicegah sejak memasuki masa
remaja. Begitu juga dengan minat siswi terhadap pembalut kain diharapakan setelah
dilakukan pendidikan kesehatan tentang pembalut dari kain siswi dapat meningkatkan
minat dalam menggunakan pembalut dari kain. Disini perawat mempunyai peran
penting dalam usaha promotif yang meliputi promosi tentang kesehatan seperti
memberikan informasi tentang dampak postif dari pengunaan pembalut kain terhadap
kesehatan reproduksi wanita. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan pengetahuan tentang pembalut dari kain dengan minat siswi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2.1.3.3 Mengkhayal
Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya remaja akan
mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalan mereka melalui dunia
fantasi. Tidak semua khayalan remaja bersifat negatif. Terkadang khayalan remaja
bisa bersifat positif, misalnya menimbulkan ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
2.1.3.4 Akitivitas berkelompok
Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan mengakibatkan
kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan
remaja mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul bersama
teman sebaya. Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga
berbagai kendala dapat mereka atasi bersama.
2.1.3.5 Keinginan mencoba segala sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity).
Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin berpetualang,
menjelajahi segala sesuatu, dan ingin mencoba semua hal yang belum pernah dialami
sebelumnya.
selanjutnya lapisan endometrium (Lapisan dinding rahim) yang sudah menebal akan
menjadi luruh.
2. Siklus di Endometrium:
1) Fase proliferatif
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan yang cepat berlangsung
kurang lebih sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Pada fase ini
berlangsung proses pembentukan dan pematangan ovum di ovarium. Lapisan
permukaan endometrium secara lengkap kembali normal menjelang perdarahan
berhenti atau sekitar empat hari. Pada awal tahap ini, tebal endometrium hanya
sekitar 0.5 mm kemudiaan tumbuh menjadi sekitar 3,5-5 mm.
Fase proliferatif mempunyai durasi yang cukup lebar. Pada perempuan normal
yang subur, durasinya berkisar antara 5-7 hari, atau cukup lama sekitar 21-30 hari
11
(Samsulhadi, 2011). Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen,
karena fase ini tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
Pada fase proliferasi peran hormon estrogen sangat menonjol. Estrogen memacu
terbentuknya komponen jaringan, ion, air dan asam amino yang membantu stroma
endometrium yang kolaps saat menstruasi mengembang kembali.
2) Fase sekretorik
Setelah terjadi ovulasi, folikel de graaf berubah menjadi korpus rubrum lalu
menjadi korpus luteum yang akan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron,
kedua hormon ini mengubah fase proliferatif menjadi fase sekretorik. Pada fase ini
kelenjar endometrium aktif mengeluarkan glikogen untuk menjaga kestabilan hidup
mudigah. Jika implantasi dan pembuahan tidak terjadi maka korpus luteum menjadi
berdegenerasi, kemudian terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen
sehingga fase haid dan fase folikular baru dimulai kembali (Sherwood, 2011). Pada
akhir fase, ketebalan endometrium sudah mencapai 5-6 mm (Guyton , Hall , 2014).
3) Fase Menstruasi
Fase ini merupakan fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa setiap
siklusnya/bulannya. Sebab pabila seseorang wanita sudah melalui fase ini wanita baru
dikatakan produktif. Oleh sebab itu fase menstruasi selalu dinanti dan menjadi
pertimbangan oleh para wanita, walaupun kedatangannya kadang membuat sebagian
wanita merasa tidak nyaman untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pada umumnya
keadaan ketidaknyamanan ini terjadi sekitar 1-2 hari, dimana pada awal haid
gumpalan darah haid lebih sering keluar dan pendarahan yang keluar kadang lebih
banyak. Pada fase menstruasi ini tejadi bersamaan dengan dimulainya fase folikular
dan akhir fase luteal di ovarium. Waktu dimana korpus luteum berdegenerasi karena
tidak tejadi implantasi ovum dan fertilisasi yang dibebaskan oleh siklus sebelumnya
yang tidak adekuat, sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun tajam
sehingga menyebabkan dinding endometrium menjadi meluruh (Sherwood, 2011).
Fase ini dinding uterus melepaskan endometrium sebagai proses disertai
pendarahan yang terjadi. Fase ini rata-rata berlangsung selama kurang lebih rentang
3-6 hari. Pada awal terjadinya fase menstruasi menyebabkan kadar progesterone,
12
3) Untuk haid yang cukup deras dapat dengan menggabungkan 2 pembalut, yaitu satu
yang bersayap dengan yang tidak bersayap.
4) Jika haid banyak/deras, maka pembalut diganti setiap 3-4 jam agar lebih nyaman
dan aman.
5) Jika dibutuhkan, rendam dengan air hangat dan cuci dengan sabun mandi jika noda
benar-benar melekat.
Berikut ini Gambar contoh produk industri pembalut cuci ulang
1) Aman lingkungan
Pembalut wanita yang terbuat dari kain dapat dicuci dan dipakai kembali.
Sehingga mengurangi limbah kertas atau plastik yang biasanya dihasilkan dari
pemakaian pembalut wanita biasa.
2) Aman untuk kesehatan
Cenderung aman untuk kesehatan organ reproduksi karena tidak mengandung
zat pemutih atau berbahaya lainnya.Banyak wanita yang mengeluhkan
alergimenggunakan pembalut biasa, dikarenakan adanya sisa zat-zat kimia pada
pembalut disebabkan bahan bakunya terbuat dari kertas koran, kardus, pulp, yang
kemudian disterilkan dan diputihkan dengan bahan kimia.
3) Hemat biaya
Karena bisa pakai ulang, penggunaan pembalut dari kain tentu saja lebih hemat
biaya.
2.4.3.4 Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap suatu
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut.
2.4.3.5 Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
2.4.3.6 Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Budiman, 2013: 5).
yang tinggi terhadap sesuatu; perhatian; kesukaan.” Hal tersebut bermakna bahwa
seseorang akan memprioritaskan suatu hal yang telah menjadi minatnya.
Seseorang yang melakukan kegiatan berdasarkan minatnya, akan disertai
dengan perasaan senang ketika melakukannya. Lain halnya dengan kegiatan yang
diikuti dengan perhatian yang sifatnya sementara, maka hal tersebut belum tentu
disertai dengan perasaan senang. Minat tidak hanya menimbulkan perhatian semata,
melainkan akan mempermudah bagi seseorang untuk memfokuskan konsentrasi pada
bidang atau kegiatan yang dijalani. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gie (2000:
142) bahwa konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan dengan
menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan hal tersebut.
Minat juga erat hubungannya dengan kesadaran seseorang. Dengan adanya
minat dari seseorang terhadap suatu hal, maka juga akan diiringi dengan kesadaran
seseorang untuk tertarik dan senang dengan hal tersebut. Seseorang dapat dikatakan
berminat terhadap suatu hal, apabila orang tersebut tahu dan menyadari akan hal
tersebut. Hal tersebut senada dengan ungkapan yang disampaikan oleh Witherington
(1985: 135) bahwa “minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek seseorang,
suatu soal atau suatu situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, dapat diketahui indikator-
indikator yang akan menjadi acuan untuk mengukur tinggi rendahnya minat siswa
terhadap pemesinan adalah berupa faktor fisik, faktor psikis (motif, perasaan senang,
perhatian, ketertarikan, kesadaran, dan kemauan), serta faktor lingkungan.
lingkungan, perangsang dan kemauan.” Lebih lanjut Nurwakhid (Sugandi, 2012: 30)
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah sebagai berikut:
2.5.2.1 Faktor Fisik
Kondisi fisik individu sangat berperan dalam menentukan minat, misalnya saja
individu memilih pekerjaan yang berat maka kondisi fisiknya harus benar-benar kuat
karena pekerjaan berat adalah pekerjaan yang penuh dengan tantangan. Faktor fisik
merupakan pendukung utama setiap aktivitas yang dilakukan individu.
2.5.2.2 Faktor Psikis
Faktor psikis yang mempengaruhi minat adalah motif, perhatian dan perasaan.
Motif adalah dorongan yang akan datang dari dalam diri manusia untuk berbuat
sesuatu. Sementara itu perhatian akan menimbulkan minat seseorang jika subyek
mengalami keterlibatan dalam obyek. Sedangkan perasaan senang akan menimbulkan
minat yang akan diperkuat adanya sikap positif, sebab perasaan senang merupakan
suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa yang datang pada subyek bersangkutan.
2.5.2.3 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi minat adalah lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
bagi siswa di masa yang akan datang. Ini dapat pula dicapai dengan cara
menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional. Misalnya, siswa
akan menaruh perhatian pada pelajaran tentang gaya berat, bila hal itu dikaitkan
dengan peristiwa mendaratnya manusia pertama di bulan.
2.5.3.3 Memberikan insentif
Insentif merupakan cara yang dipakai untuk membujuk seseorang agar
melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau yang tidak dilakukannya
dengan baik. Diharapkan pemberian insentif akan membangkitkan motivasi siswa,
dan mungkin minat terhadap bahan yang diajarkan akan muncul. Berdasarkan teori
cara meningkatkan minat tersebut, dapat diketahui bahwa minat siswa terhadap
sesuatu hal dapat ditimbulkan meskipun siswa pada awalnya tidak menyukai atau
memberi perhatian lebih terhadap hal tersebut.
2.5.4 Angket Minat Belajar
Angket minat belajar setiap siswa dihitung melalui tahapan berikut:
2.5.4.1 Menghitung skor angket minat belajar setiap siswa di setiap pertemuan
Rumus yang digunakan untuk mencari rerata skor minat belajar dan lembar
observasi minat belajar diadaptasi dari Anas Sudijono (2011: 81) dengan
menjumlahkan data perolehan angket minat belajar dan lembar observasi minat
belajar setiap siswa dibagi dengan jumlah data, maka didapatkan rumus berikut ini:
Keterangan:
MBS= Minat Belajar Siswa
AMB= Skor perolehan angket minat belajar siswa
LMB= Skor perolehan lembar observasi minat belajar siswa
31
Keterangan:
RMBS= Rerata minat belajar siswa
∑MBS= Jumlah skor perolehan minat belajar di setiap pertemuan
n= Banyaknya pertemuan
No Rentang Kriteria
2.6. Penelitian Terkait
Penelitian yang dilakukan oleh Ambar Sulianti, Shofa Mutiara Arafah
Judul : Interaksi Pengetahuan dan Perceived Severity Kanker Serviks Dengan
Perilaku Pemilihan Pembalut Mahasiswi
Tabel 2.1 Interaksi Pengetahuan dan Perceived Severity Kanker Serviks Dengan
Perilaku Pemilihan Pembalut Mahasiswi
Penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah Shariati Zamani, Laila Alfi Husna,
Aning Yulianingtyas
Judul : Pembalut Wanita Ramah Lingkungan dan Beretika
Tabel 2.2 Pembalut Wanita Ramah Lingkungan dan Beretika
media elektronik
maupun
pengamatan
secara langsung.
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Tentang Pembalut Dari Kain
Dengan Minat Siswi.
Ha : Ada hubungan pengetahuan tentang pembalut dari kain dengan minat siswi.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Perancangan Penelitian
Rancangan penelitian didefinisikan sebagai kerangka kerja metode dan teknik
yang dipilih oleh seseorang peneliti untuk menggabungkan berbagai komponen
penelitian dengan cara yang cukup logis sehingga masalah penelitian ditangani secara
efisien. Penelitian ini menggunakan penelitian korelasional. Desain penelitian
korelasional adalah untuk mengungkapkan hubungan korelatif dua variabel atau lebih
(Nursalam, 2014).
36
Menganalisis data
( Misalnya menghitung, mentabulasi, memetakan data-data kuantitatif,
atau membandingkan berbagai peraturan dan menelaahnya )
3.1 Kerangka Kerja Hubungan Pengetahuan Tentang Pembalut Dari Kain Dengan
Minat Siswi.
Sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari website antara lain :
https://www.neliti.com/id/publications/170026/pembalut-wanita-ramah-lingkungan-
dan-beretika#cite
https://www.neliti.com/id/publications/170026/pembalut-wanita-ramah-lingkungan-
dan-beretika#cite
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/psy/article/view/3493
39
Penelitian Terkait
Penelitian yang dilakukan oleh Ambar Sulianti, Shofa Mutiara Arafah
Judul : Interaksi Pengetahuan dan Perceived Severity Kanker Serviks Dengan
Perilaku Pemilihan Pembalut Mahasiswi
Tabel 3.1 Interaksi Pengetahuan dan Perceived Severity Kanker Serviks Dengan
Perilaku Pemilihan Pembalut Mahasiswi
Penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah Shariati Zamani, Laila Alfi Husna,
Aning Yulianingtyas
Judul : Pembalut Wanita Ramah Lingkungan dan Beretika
Tabel 3.2 Pembalut Wanita Ramah Lingkungan dan Beretika
analisis data sekunder dimana data sekunder merupakan salah satu metode penelitian
yang prosedurnya mengumpulkan data dan menganalisis data. Menurut Dinukil
Johnston, 2014 mengatakan bahwa data sekunder merupakan analisis lebih lanjut dari
himpunan data yang sudah ada, yang memunculkan tafsiran, simpulan atau
pengetahuan sebagai tambahan terhadap, atau yang berbeda dari apa yang telah
disajikan dalam keseluruhan dan temuan utama penelitian terdahulu atau semula.
Pada penelitian ini data sekunder merupakan kumpulan data dari jurnal-jurnal
penelitian tentang hubungan pengetahuan tentang pembalut dari kain dengan minat
siswi sehingga peneliti dapat memunculkan penjelasan atau pendapatnya mengenai
hubungan pendidikan kesehatan tentang pembalut kain terhadap pengetahuan dan
minat siswi
Analisis data sekunder pada penelitian ini sebagai berikut :
1) Reduksi Data
Peneliti melakukan penyaringan data yang dapat digunakan sebagai acuan dan
membuang data yang tidak perlu. Seperti contoh pada Jurnal Penelitian mengenai
“Hubungan Pengetahuan Tentang Pembalut Dari Kain Dengan Minat Siswi.”. Dari
penelitian tersebut data yang disaring dan digunakan sebagai pola dasar penjelasan
atau pendapat adalah hubungan pendidikan kesehatan tentang pembalut kain terhadap
pengetahuan dan minat siswi. Dimana Peneliti hanya memfokuskan pada 3 variabel
yang berkaitan dengan topik penelitiannya.
2) Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan ketika beberapa informasi atau jurnal penelitian
terdahulu dapat disusun oleh peneliti untuk menggambarkan dalam bentuk narasi
lengkap, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan untuk penelitiannya. Pada
penelitian ini penyajian datanya dalam bentuk narasi dan grafik, yang menjelaskan
mengenai hubungan pengetahuan tentang pembalut dari kain dengan minat siswi dari
beberapa jurnal penelitian terdahulu.
42
3) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang memberikan penjelasan dari
sebuah rumusan masalah sehingga diketahui tindakan apa yang harus dilakukan.
Kesimpulan ini bersifat sementara karena akan terus berkembang sejalan dengan
penelitian baru dikedepannya. Pada penelitian ini, akan menarik kesimpulan
mengenai bagaimana hubungan pengetahuan tentang pembalut dari kain dengan
minat siswi, sehingga peneliti akan memberikan opininya terkait data sekunder yang
diperoleh. Selanjutnya peneliti akan dapat menyimpulkan pendapatnya pada
kesimpulan dan saran.
3.5 Keterbatasan
Hambatan yang dirasakan oleh peneliti selama proses penyusunan penelitian ini
antara lain :