Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN An. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS DI RUANGAN


POLI ANAK PUSKESMAS KAYON PALANGKARAYA

DISUSUN OLEH :

Lastri Lestari
(2016.C.08a.0751)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Lastri Lestari

NIM : 2016.C.08a.0751

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. M


Dengan Diagnosa Medis Febris Di Ruang Poli Anak Puskesmas
Kayon Palangka Raya.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Efri Dulie, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Diagnosa Medis
Febris Di Ruang Poli Anak Puskesmas Kayon Palangka Raya. dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya, Saya berharap laporan pendahuluan
penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai penyakit Febris.

Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini


terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katayang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Palangka Raya, 29 Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit....................................................................................3
2.2 Manajemen asuhan Keperawatan ..........................................................6
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian............................................................................................9
3.2 Diagnosa............................................................................................18
3.3 Intervensi..........................................................................................19
3.4 Implementasi.....................................................................................20
3.5 Evaluasi..............................................................................................20
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................21
4.2 Saran...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh diatas normal, yaitu
diatas 38°C. Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat pula
merugikan. Pada tingkat tertentu demam merupakan bagian dari pertahanan tubuh
yang bermanfaat karena timbul dan menetap sebagai respon terhadap suatu
penyakit, namun suhu tubuh yang terlalu tinggi juga akan berbahaya (Tjahjadi,
2007).
Gejala demam dapat dipastikan dari pemeriksaan suhu tubuh yang lebih
tinggi dari rentang normal. Dikatakan demam, apabila pada pengukuran suhu
rektal >38 0C atau suhu oral >37,80C atau suhu aksila >37,20C sedangkan pada
bayi berumur kurang dari 3 bulan, dikatakan demam apabila suhu rektal > 38 0C
dan pada bayi usia lebih dari 3 bulan apabila suhu aksila dan oral lebih dari 38,3
0C (Greg kelly, 2010)
Jadi Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas
untuk mengimbangi produksi panas yang berlebih sehingga terjadi peningkatan
suhu tubuh.Demam tidk berbahaya jika dibawah 39oC, dan pengukuran tunggal
tidak menggambarkan demam.Selain adanya tanda klinis, penentuan demam juga
berdasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan
dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut(Potter dan Perry, 2009).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di
seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap
tahunnya. Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat
sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam (Setyowati
dalam Wardiyah, 2016).
Di Indonesia penderita demam sebanyak 465 (91.0%) dari 511 ibu yang
memakai perabaan untuk menilai demam pada anak mereka sedangkan sisanya
23,1 saja menggunakan thermometer (Setyowati, 2013). Data Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung tahun 2013 menyebutkan bahwa demam pada anak usia 1-14
tahun mencapai 4.074 anak dengan klasifikasi 1.837 anak pada usia 1-4 tahun,
1.192 anak pada usia 5-9 tahun dan 1.045 anak pada usia 10-14 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada Febris yakini
sebagai berikut : Bagaimana asuhan keperawatan pada An. M dengan diagnosa
medis Febris di Ruang Poli Anak Puskesmas Kayon Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan ini adalah
agar penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan secara kompherensif
yang meliputi bio, psiko, sosial, dan spiritual pada An. M dengan Febris dengan
menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada An. M dengan masalah Febris
2) Menegakan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada An. M
dengan masalah Febris
3) Membuat intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada
An. M dengan masalah Febris
4) Membuat Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang dibuat
pada An. M dengan masalah Febris
5) Membuat evaluasi asuhan keperawatan pada An. M dengan masalah Febris

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Menambah pengentahuan dan keterampilan bagi mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Febris.
1.4.2 Praktis
1. Ilmu Pengetahuan
Mengembangkan ilmu pengetahuan terbaru khususnya dalam bidang
keperawatan serta dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan.
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan Febris.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan demam jika suhu orang
menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006).
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2004).
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu
tubuh secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi
sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi
yang terletak dalam hipotalamus anterior.
2.2 Anatomi fisiologi
2.2.1 Otak
Otak terdiri dari otak besar yaitu disebut dengan cerebrum, otak kecil
disebut cerebellum dan batang otak disebut brainsistem. Beberapa karakteristik
khas otak orang anak yaitu mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan
dan mendapat sirkulasi darah sebanyak 20% dari cardiac output dan
membutuhkan kalori sebesar 400 kkal setiap hari.
Otak mempunyai jaringan yang paling banyak menggunakan energi yang
didukung oleh metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa
otak relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan
proses yang terus-menerus tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar oksigen
dan glukosa kurang dalam jaringan ota maka metabolisme menjadi terganggu dan
jaringan saraf akan mengalami kerusakan. Secara struktural, cerebrum terbagi
menjadi bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan sub korteks yang disebut
struktural subkortikal. Korteks cerebri terdiri dari korteks sensorik yang berfungsi
untuk mengenal, interpretasi impuls sensorik yang diterima sehingga individu
merasakan, menyadari adanya suatu sensasi rasa/indera tertentu. Korteks sensorik
juga menyimpan sangat banyak data memori sebagai hasil rangsang sensorik
selama manusia hidup. Korteks motorik berfungsi untuk memberi jawaban atas
rangsangan yang diterimanya. Struktur su kortikal :
1) Basal ganglia : melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan
mengkoordinasi gerakan dasar, gerakan halus atau gerakan trampil dan
sikap tubuh.
2) Talamus : merupakan pusat rangsang nyeri
3) Hipotalamus : pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom
dan terlibat dalam pengolahan perilaku insting seperti makan, minum, seks,
dan motivasi.
4) Hipofise : bersama hipotalamus mengatur kegiatan sebagian besar kelenjar
endokrin dalam sistem dan pelepasan hormon,
Cerebellum ( otak kecil ) terletak dibagian belakang kranium menempati
fosa cerebri posterior dibawah lapisan durameter tentorium cerebri. Dibagian
depannya terletak batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr atau 88% dari
berat batang otak seluruhnya. Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisper cerebelli
kanan dan kiri yang dipisahkan oleh vermis. Fungsi cerebellum pada umumnya
adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot sehingga gerakan dapat
dilakukan dengan sempurna.
2.2.2 Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata kearah kaudal
didalam kanalis vertebralis cervikalis I memajang hingga setinggi cornu
vertebralus lumbalias I-II . Terdiri dari 31 segmen yang setiap segmennya terdiri
dari satu pasang saraf spinal. Dari medula spinalis bagian cervical keluar 8
pasang, dari bagian thorakal 12 pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan dari
bagian sakral 5 pasang serta dari coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis.
Fungsi medula spinalis :
1) Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu
ventralis
2) Mengurus kegiatan refeks spinalis dan refleks tungkai
3) Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju
cerebellum
4) Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh
2.3 Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000). Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya: perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab
demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa
hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000
bahwa etiologi febris, diantaranya :
1) Suhu lingkungan.
2) Adanya infeksi.
3) Pneumonia.
4) Malaria.
5) Otitis media.
6) Imunisasi

2.4 Klasifikasi
2.4.1 Fever 
Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis
2.4.2 Hyperthermia
Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang
panas, infrared), ultrasound atau obat > obatan
2.4.3 Malignant hyperthermia
Peningkatan suhu tubuh yang tepat dan berlebihan yang menyertai
kekakuan otot karena anestesi total.

2.5 Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan
tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab
demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh
(pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini
dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida,
yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan
tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit. Mekanisme demam dimulai
dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.
Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar.
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit. Pirogen selanjutnya membawa
pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk
disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen
ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada
anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala febris yaitu :
1) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
2) Kulit kemerahan
3) Hangat pada sentuhan
4) Peningkatan frekuensi pernapasan
5) Menggigil
6) Dehidrasi
7) Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri
punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih
tinggi dari 37,5 ⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan
karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan
kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri
dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan,
kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).
WOC FEBRIS

Febris

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Proses Infeksi Proses infeksi Anoreksia Kelemahan otot pelvis Sistem cerna terganggu Gangguan stimulus
lingkungan
Pola nafas abnormal Penurunan otot tonus Distensi kandung Terjadi gangguan
Kulit merah
kemih motilitas usus
Tekanan ekspirasi Kelemahan fisik Gelisah
menurun
Suhu tubuh di atas Berkemih tidak tuntas Anoreksia
normal Gangguan Perfusi
cerebral Tampak merintih
Tekanan inspirasi Gangguan Resiko defisit
menurun Eliminasi Urin
Kejang nutrisi
Gangguan
Pola Napas tidak Gangguan rasa nyaman
efektif Hipertermia
Mobilitas fisik
2.6 Komplikasi
1) Dehidrasi : meningkatnya penguapan cairan tubuh
2) Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayakan otak.
3) Insufisiensi jantung
4) Insufiensi pulmonal

2.7 Pemeriksaan penunjang


Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang
siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning,
masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah ( di laboratorium , pembiakan
kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap
berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui
biopsy pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan
seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi.

2.8 Penatalaksanaan Medis


2.8.1 Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-
6 jam dan kompres air hangat. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering
terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke
atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang
yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak
mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat
rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
2.8.2 Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Pemberian obat
antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat
berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan
kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak
yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik
terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan
kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.

Manajemen Asuhan Keperawatan


Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
2) Keluhan Utama
Pasien biasanya mengeluh suhu badan terasa panas yang tidak turun-turun.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan utama yang
berisi tentang riwayat perjalanan pasien selama mengalami keluhan secara
lengkap.
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik maupun
psikologik yang pernah diderita pasien sebelumnya. Seperti diabetes
mellitus, hipertensi, trauma, dan lain-lain.
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Sejarah keluarga memegang peranan penting dalam kondisi kesehatan
seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari satu orang keluarga
terdekat dapat meningkatkan resiko untuk menderita penyakit tersebut.
4) Pemeriksaan Fisik
Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
Inspeksi (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding
dada yang adekuat.
Auskultasi (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada.
Penurunan atau tidak terdengarnya suara napas pada satu atau hemitoraks
merupakan tanda akan adanya cedera dada. Hati-hati terhadap adanya
laju pernapasan yang cepat-takipneu mungkin menunjukkan kekurangan
oksigen.
Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi tentang
saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak memastikan
adanya ventilasi yang adekuat.

Kardiovaskuler
Inspeksi dan palpasi. Apakah ada terlihat pucat, kaji capilary refill, area
jantung diinspeksi dan palpasi secara stimultan untuk mengetahui adanya
ketidaknormalan denyutan atau dorongan (heaves). Palpasi dilakukan
secara sistematis mengikuti struktur anatomi jantung mulai area aorta, area
pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan area epigastrik .
Perkusi. Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung. Akan
tetapi dengan adanya foto rontgen, maka perkusi pada area jantung jarang
dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat pada hasil foto torak
anteroposterior.
Brain
Inspeksi konjungtiva, sklera, reflek pupil dan ketajaman penglihatan. Dan
menilai GCS.
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk melokasikan tempat atau rasa yang tidak
nyaman.
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan ketidakadekutan termogulasi suhu
( D.0131 ) hal. 62
2. Hipovolemia berhubungan dengan penurunan masukan oral ( D.0034 )
hal. 85
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya nafsu makan ( D.0019 )
hal. 56
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ( D.0056 ) hal.
128
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ( D.0080 )
hal. 180
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan yang kurang sehat
( D.0055 ) hal. 126
Intervensi Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan ketidakadekuatan termogulasi suhu
Tujuan dan Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan suhu pasien dapat menurun dengan kriteria hasil :
1) Kulit merah menurun
2) Menggigil menurun
3) Mukosa bibir lembab
Intervensi :
1) Identifikasi penyebab hipertermia
2) Sediakan lingkungan dingin
3) Lakukan pendinginan eksternal ( kompres dahi )
4) Anjurkan tirah baring
5) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
Rasional
1) Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola
demam dapat membantu diagnosa
2) Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus
mendekati normal
3) Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga
dapat menurunkan suhu tubuh
4) Untuk kenyamanan pasien
5) Untuk kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
2. Hipovolemia berhubungan dengan penurunan masukan oral
Tujuan dan Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan keseimbangan cairan tubuh dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
1) Turgor kulit meningkat
2) Membran mukosa membaik
Intervensi :
1)Priksa tanda daan gejala hipovolemia
2)Catat intake output dan hitung balance cairan 24 jam
3)Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
4)Berikan cairan intravena, jika perlu
5)Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Raional
1) Untuk mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi dan mencegah
syok hipovolemik
2) Untuk mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan cairan
3) Untuk mempertahankan cairan
4) Untuk memberikan hidrasi cairan tubuh secara parenteral
5) Untuk kolaborasi pemberian diuretik
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya nafsu makan
Tujuan dan Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pemenuhan nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1) Nafsu makan dan porsi makan meningkat
2) BB meningkat
Intervensi :
1) Identifikasi status nutrisi
2) Lakukan oral hygiene sebelum makan
3) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4) Berikan suplemen makanan, jika perlu
5) Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional
1) Untuk mengetahui asupan nutrisi pasien sehingga bisa
menetapkan rencana selanjutnya
2) Untuk kenyamanan pasien
3) Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk
meminimalkan anoreksia
4) Untuk membangkitkan nafsu makan pasien
5) Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pasien sesuai kebutuhan
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan dan Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kebutuhan aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1) Keluhan lemah menurun
Intervensi :
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stiulus
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4) Anjurkan tirah baringn
5) Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional
1) Untuk mengetahui faktor yang mengakibatkan kelelahan
2) Memberikan rasa nyaman
3) Memberikan rasa nyaman dan tenang pada pasien
4) Untuk mengembalikan tenaga pada pasien
5) Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pasien sesuai kebutuhan
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan dan Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kecemasan pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
1) Verbalisasi kebingungan menurun
2) Pola tidur membaik
Intervensi :
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2) Ciptakan suasana terapeutik untuk menubuhkan kepercayaan
3) Dengarkan dengan penuh perhatian
4) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
5) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Rasional
1) Untuk mengetahui perubahan tingkat ansietas
2) Untu membangun rasa kepercayaan pasien
3) Untuk membuat pasien merasa lebih nyaman
4) Untuk membantu kenyaman pasien
5) Untuk dapat menghilangkan rasa cemas pasien
6. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan keadaan yang kurang sehat
Tujuan dan Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pola tidur pasien dapat kembali normal dengan kriteria hasil :
1) Kesulitan tidur menurun
2) Pasien tampak bertenaga lagi
3) Mata tampak lebih segar
4) Pasien dapat tidur normal kembali
Intervensi
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Modifikasi lingkungan
3) Tetapkan jadwal tidur rutin
4) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
5) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu
tidur

Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. (Meirisa, 2013).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29 Juni 2020, pukul: 08.00
WIB pada An. M, tempat tanggal lahir Palangka Raya 14 Desember 2017,
jenis kelamin perempuan, beragama islam, suku dayak/Indonesia,
pendidikan belum sekolah, alamat jl. Abel Gawei dengan diagnose medis
Febris.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan : Ibu pasien mengatakan An. M mengalami demam
yang panasnya tidak turun-turun.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan pada tanggal 28 Juni 2020 klien mengalami suhu
tubuhnya terasa panas, lemas kemudian disertai dengan rasa mengigil.
Kemudian ibu klien mengantarnya ke Puskesmas Kayon Palangkaraya, Di
Ruang Poli Anak pasien diberikan obat paracetamol Kemudian pasien di
rawat jalankan.
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Selama hamil ibu selalu memeriksa kehamilan kebidan dan ke dokter, An.
M lahir dengan persalinan secara normal dan berat badan 2.700gr, Panjang
badan 49 cm lingkar kepala 34,3 cm, Bayi baru lahir diberikan ibunya ASI,
dan bayi tidak memiliki penyakit masa lalu.
Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio campak Hepatiti TT
s
Usia 2 Bulan 2,3,4Bula 1,2,3,4Bulan 9 Bulan Lengkap -
n

3.1.2.4 Riwayat kesehatan keluarga


Ibu pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit sebelumnya.
GONOGRAM KELUARGA

Keterangan :
=
Laki-Laki

=
Perempuan

=
Pasien

=
Tinggal

3.2 Pemeriksaan fisik


3.2.1 Keadaan umum
Pasien tampak berbaring, pasien tampak mengigil, pasien tampak lemas,
pucat, kesadaran composmentis terpasang infus NaCl 0,9 % 20tpm di
tangan kiri.

3.2.2 Kepala dan wajah


Ubun-ubun menutup, keadaan cekung, rambut warna hitam, keadaan halus,
tidak mudah dicabut, keadaan kulit kepala bersih, tidak ada peradangan,
bentuk mata simetris, konjungtiva normal, sclera normal, replek pupil
isokor, bentuk telinga simetris, seruman atau secret tidak adak ada,
ketajaman pendengaran normal, saat mendengar suara perawat, ayah dan
ibu, keadaan bibir kering, platum lunak, jumlah gigi 12 buah,
3.2.3 Leher dan tengorokan
Bentuk leher simetris, reflek menelan baik, pembesaran tonsil tidak ada,
pembesaran vena jugularis tidak ada, benjolan tidak ada, tidak ada
peradangan.

3.2.4 Dada
Bentuk dada simetris, retraksi dada tidak ada, bunyi nafas teratur, tipe
pernafasan dada dan perut, bunyi jantung lup dub, iktus cordis baik, tidak
ada bunyi tambahan, keadaan payudara membaik.
3.2.5 Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan
:
3.2.6 Abdomen
Bentuk simetris, bising usus 36 x/menit, tidak ada asites, tidak ada massa,
hepatomegaly tidak ada, spnomegali tidak ada nyeri abdomen tidak ada

3.2.7 Ektremitas

Pergerakan/ tonus otot5/5, tidak ada oedema, sianosis tidak ada, clubbing
finger tidak ada, keadaan kulit/turgor baik.
3.2.8 Genetalia
Kebersihan genetalia bersih, keadaan labia lengkap, peradangan/benjolan
tidak ada, menorhage usia tidak ada, siklus tidak ada, lain – lain tidak ada.

3.3 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


1.Gizi : Baik, Berat badan 16 kg
IMT anak : 2N + 8 = (2x4) + 8 = 8
+ 8 = 16
2. Kemandirian dalam bergaul : Dapat beradaptasi dengan orang
lain dan
pearawat
3. Motorik halus : Dapat memegang botol minumnya
sendiri
4. Motorik kasar : Dapat berdiri dan duduk
5. Kognitif dan Bahasa : Dapat memanggil orang tuanya
5. Psikososial : Dapat bergaul dengan orang sekitar

3.4 Pola Aktifitas sehari-hari


No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit

1 Nutrisi a. 3x sehari a. 1-3 sendok


a. Frekuensi b. Nafsu makan sehari
b. Nafsu baik b. Nafsu makan
makan/selera c. Nasi, sayur, berkurang
c. Jenis makanan daging, ikan c. Nasi, sayur,
d. Cairan/Minum d. 2000 cc daging
d. 1000 cc
2 Eliminasi a. BAB a. BAB
a. BAB 2 x sehari 2 x sehari
Frekuensi Padat Padat
Konsistensi b. BAK b. BAK
b. BAK 6 x sehari 3 x sehari
Frekuensi Jernih ( 600 cc )
Konsistensi Kuning

3 Istirahat/tidur a. 1 jam a. 1 jam


a. Siang/ jam b. 9 jam b. 8 jam
b. Malam/ jam
4 Personal hygiene a. 3 x sehari a. Tidak mandi
a. Mandi b. 3 x sehari b. Tidak ada
b. Oral hygiene

3.5 Data penunjang


PemeriksaanLaboratorium (29 Juni 2019)
No Parameter Hasil Nilai normal
1 Hemoglobin 15,5 L: 13,5-18,0, P :11,5-16,0
2 Leukosit 13,000/mm3 4,500-11.000
3 LED 123/ mm L<10, P< 15

Pemeriksaan Makroskopis Tinja (29 Juni 2020)


No Parameter Hasil
1. Konsistensi dan bentuk Encer
2. Warna Coklat
3. Bau Khas
4. Darah -/neg
5. Lendir -/neg
6. Parasit -/neg
7. Lain-lain -/neg

Palangka Raya, 29 Juni 2020

Mahasiswa

( Lastri Lestari )

3.7 ANALISIS DATA


DATA SIBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH
DAN DATA PENYEBAB
OBJEKTIF
DS : Kegagalan sistem regulasi Hipertemia
suhu tubuh
- Ibu pasien mengatakan
An. M mengalami demam
Meningkatannya suhu
yang panasnya tidak
badan
turun-turun.
Terpapar lingkungan
DO : panas
- Pasien tampak
Infeksi
mengigil
- Bila diraba terasa Virus dan bakteri
panas
- Mukosa bibir Aktivitas berlebihan Hipovolemia
kering
TD : 100/80 mmHg Hipertemia
N : 86 x/menit
S : 38,9 0C
R : 22 x/menit
Pajanan bakteri
DS : Ibu pasien
mengatakan An. M
merasa haus saat Penurunan masukan oral
badannya terasa panas
dan An. M hanya minum Perubahan status
sedikit sekitar 500 cc kesehatan
DO :
- Pasien tampak Tubuh kekurangan cairan
lemas
- Kulit pasien
tampak kering
- Pasien tampak
penurunan
masukan oral
- Pasien tampak
keringat
- Pasien tampak
terpasang infus
NaCl 0,9 % ( 20
tpm
- Intake minum +
infus = 1000 cc
- Output BAK +
keringat = 600 cc
3.8 PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermia berhubungan dengan kegagalan sistem regulasi suhu tubuh
ditandai dengan pasien tampak mengigil, bila diraba terasa panas,
mukosa bibir kering, TD : 100/80 mmHg, N : 86 x/menit, S : 38,9 0C,
R : 22 x/menit
2. Hipovolemia berhubungan dengan tubuh kekurangan cairan ditandai
dengan pasien tampak lemas, kulit pasien tampak kering, penurunan
masukan oral, pasien tampak berkeringat, pasien tampak terpasang infus
NaCl 0,9 % ( 20 tpm)
3.9 RENCANA KEPERAWATAN

NamaPasien : An. M
RuangRawat :Poli Anak PKM Kayon
Diagnosa Keperawatan Tujuan ( Kriteria Hasil ) Intervensi Rasional
1. Hipertermia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi suhu tubuh 1. Untuk mengetahui suhu
kegagalan sistem regulasi suhu tubuh keperawatan 1 x 7 jam diharapkan 2. Sediakan lingkungan dingin tubuh pasien
ditandai dengan pasien tampak masalah pasien teratasi dengan 3. Lakukan pendinginan eksternal 2. Untuk pasien merasa
mengigil, bila diraba terasa panas, kriteris hasil : ( kompres dahi ) nyaman
mukosa bibir kering, TD : 100/80 1. Suhu tubuh dalam rentang 4. Anjurkan tirah baring 3. Untuk membantu suhu
mmHg, N : 86 x/menit, S : 38,9 0C, R normal ( 36,5-37,5 0C ) 5. Kolaborasi pemberian cairan dan tubuh pasien menurun
: 22 x/menit 2. Bila diraba suhu terasa hangat elektrolit intravena 4. Untuk pasien merasa
3. Mukosa bibir lembab nyaman
5. Untuk mengetahui cairan
dan elektrolit apa yang
diberikan
2. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status hidrasi 1. Untuk mengetahui adanya
tubuh kekurangan cairan ditandai keperawatan selama 1 x 7 jam 2. Monitor intake dan output cairan tanda-tanda dehidrasi dan
dengan pasien tampak lemas, kulit diharapkan masalah pasien teratasi 3. Berikan asupan cairan, sesuai mencegah syok
pasien tampak kering, penurunan dengan kriteris hasil : kebutuhan hipovolemik
masukan oral, pasien tampak 1. Asupan cairan meningkat 4. Ajarkan pasien dan keluarga cara 2. Untuk mengumpulkan dan
berkeringat, pasien tampak terpasang 2. Tidak ada tanda-tanda untuk meningkatkan asupan menganalisis data pasien
infus NaCl 0,9 % ( 20 tpm) dehidrasi cairan melalui oral untuk mengatur
3. Kelembaban membran 5. Kolaborasi pemberian cairan infus keseimbangan cairan
mukosa meningkat NacL 0,9 % 3. Untuk mempertahankan
cairan
4. Untuk menambah
kebutuhan asupan cairan
pasien
5. Untuk kolaborasi pemberian
cairan infus NacL 0,9 %
3.10 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari / Tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP ) Tanda Tangan dan


Jam Nama Perawat
Rabu, 29 Juni 2020 1. Mengidentifikasi suhu tubuh pasien S : Ibu pasien mengatakan suhu tubuh
2. Menyediakan lingkungan dingin An.M masih terasa panas walaupun
09.30 WIB
untuk pasien sudah dikompres
3. Melakukan pendinginan eksternal O: Lastri Lestari
( kompres dahi ) untuk pasien - Pasien tampak masih lemas
4. Menganjurkan tirah baring untuk - Pasien tampat masih pucat
paisen - Saat kulit pasien diraba suhu
5. Mengkolaborasi pemberian cairan tubuh pasien masih panas
dan elektrolit intravena - Suhu tubuh pasien saat diukur
1. 38,9 0 C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1, 2,3,4,5

Rabu, 29 Juni 2020 1. Memonitor status hidrasi S : Ibu pasien mengatakan An.M masih
2. Memonitor intake dan output cairan tidak terlalu banyak minum dan An.M
13.30 WIB
3. Memberikan asupan cairan, sesuai masih merasa lemas
kebutuhan O:
4. Mengajarkan pasien dan keluarga - Pasien tampak lemas Lastri Lestari
cara untuk meningkatkan asupan - Kulit pasien tampak kering
cairan melalui oral - Bibir pasien tampak kering
5. Mengkolaborasi pemberian cairan - Pasien tampak masih terpasang
infus NaCl 0,9 % infus NaCl 0,9 %
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5

33
DAFTAR PUSTAKA
.

Ngastiah, Editor Setiawan S,Kep. (2005). Buku Keperawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Hidayat, A.A. (20010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Nanda.2010.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011. Jakarta : Prima Medika
Karvia, Nia.2007. Penatalaksanaan Demam Pada Anak. Pustaka. Umpad.ac.id/wp-content/.../penatalaksanaan_demam_pada_anak pdf
Suriadi & Yuliani, R. (2001). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai