1. Me-marketing-kan syariah
Dimana perusahaan yang pengelolaannya berlandaskan syariah Islam dituntut
untuk bisa bekerja dan bersikap profesional dalam dunia bisnis. Juga dibutuhkan
suatu program pemasaran yang komprehensif mengenai nilai dan value dari produk-
produk syariah agar dapat diterima dengan baik, sehingga tingkat pemahaman
masyarakat yang masih memandang rendah terhadap diferensiasi yang ditawarkan
oleh perusahaan yang berbasiskan syariah.
2. Men-syariah-kan Marketing
Dengan mensyariahkan marketing, sebuah perusahaan tidak akan serta merta
menjalankan bisnisnya demi keuntungan pribadi saja tetapi juga karena usaha untuk
menciptakan dan menawarkan bahkan dapat merubah suatu values kepada para
stakeholder utamanya (Allah swt, konsumen, karyawan, pemegang saham). Sehingga
perusahaan tersebut dapat menjaga keseimbangan laju bisnisnya dan menjadi bisnis
yang sustainable.
Konsep Pemasaran Syariah sendiri sebenarnya tidak berbeda jauh dari konsep
pemasaran yang kita kenal. Konsep pemasaran yang kita kenal sekarang, pemasaran
adalah sebuah ilmu dan seni yang mengarah pada proses penciptaan, penyampaian,
dan pengkomunikasian values kepada para konsumen serta menjaga hubungan
dengan para stakeholders-nya. Namun pemasaran sekarang menurut Hermawan juga
ada sebuah kelirumologi yang diartikan untuk membujuk orang belanja sebanyak-
banyaknya atau pemasaran yang pada akhirnya membuat kemasan sebaik-baiknya
padahal produknya tidak bagus atau membujuk dengan segala cara agar orang
maubergabung dan belanja. Bedanya adalah Pemasaran Syariah mengajarkan
pemasar untuk jujur pada konsumen atau orang lain. Nilai-nilai syariah mencegah
pemasar terperosok pada kelirumologi itu tadi karena ada nilainilai yang harus
dijunjung oleh seorang pemasar. Pemasaran Syariah bukan hanya sebuah pemasaran
yang ditambahkan syariah karena ada nilai-nilai lebih pada Pemasaran Syariah saja,
tetapi lebih jauhnya pemasaran berperan dalam syariah, dan syariah berperan dalam
pemasaran. Pemasaran berperan dalam syariah diartikanperusahaan yang berbasis
syariah diharapkan dapat bekerja dan bersikap profesional dalam dunia bisnis, karena
dengan profesionalitas dapatmenumbuhkan kepercayaan kosumen. Syariah berperan
dalam pemasaran bermakna suatu pemahaman akan pentingnya nilai-nilai etika dan
moralitas pada pemasaran, sehingga diharapkan perusahaan tidak akan serta
mertamenjalankan bisnisnya demi keuntungan pribadi saja ia juga harus berusaha
untuk menciptakan dan menawarkan bahkan dapat merubah suatu values kepada para
stakeholders-nya sehingga perusahaan tersebut dapat menjaga keseimbangan laju
bisnisnya sehingga menjadi bisnis yang sustainable seperti tujuan dari Pemasaran
Syariah yang diberikan Hermawan dan juga SyakirKonsep Pemasaran Syariah yang
ditawarkan oleh Hermawan dam Muhammad Syakir diantaranya adalah:
1. Syariah Marketing Strategy, untuk memenangkan mind-share, dapat
dilakukan pemetaan pasar berdasarkan pertumbuhan pasar, keunggulan kompetitif
dan situasi persaingan. Dari pemetaan potensi pasar sebelumnya, dapat dilihat bahwa
pasar rasional atau pasar mengambang merupakan pasar yang sangat besar. Para
pebisnis harus dapat membidik pasar rasional yang sangat potensial tersebut. Setelah
itu mereka perlu melakukan positioning sebagai perusahaan yang mampu meraih
mindshare.
2. Syariah Marketing Tactic, untuk memenangkan market-share. Ketika
positioning pebisnis syariah di benak pasar rasional telah kuat, mereka harus
melakukan diferensiasi yang mencakup apa yang ditawarkan (content), bagaimana
menawarkan (context) dan apa infrastruktur dalam menawarkannya. Langkah
selanjutnya para marketer perlu menerapkan diferensiasi secara kreatif dan inovatif
dengan menggunakan marketingmix (price, product, place and promotion). Hal-hal
yang perlu dipersiapkan juga, bagaimana pebisnis melakukan selling dalam
meningkatkan hubungan dengan pelanggan sehingga mampu menghasilkan
keuntungan finansial.
3. Syariah Marketing Value, untuk memenangkan heart-share (kecintaan
pelanggan terhadap produk). Terakhir, semua strategi dan taktik yang sudah
dirancang akan berjalan optimal bila disertai dengan peningkatan value dari produk
atau jasa yang dijual. Peningkatan value di sini berarti bagaimana kita mampu
membangun brand yang kuat, memberikan service yang membuat pelanggan loyal,
dan mampu menjalankan prosesyang sesuai dengan kepuasan pelanggan. Dalam
Syariah Marketing Value, brand merupakan nama baik yang menjadi identitas
seseorang atau perusahaan. Contohnya Nabi Muhammad saw yang terekam kuat di
pikiran semua orang bahwa beliau adalah seorang Al-Amin. Brand itu menjadikan
Nabi Muhammad lebih mudah untuk mengkomunikasikan produknya, karena semua
orang telah mempercayai semua kata-katanya.
4. Syariah Marketing Scorecard, untuk menciptakan keseimbangan value
kepada para stakeholders. Tiga stakeholders utama dari suatu perusahaan adalah
people, customers, dan shareholders. Ketiga stakeholders tersebut sangat penting
karena mereka adalah orang-orang yang sangat berperan dalam menjalankan suatu
usaha. Di dalam pasar komersial (commercial market), perusahaan harus bisa
mengakuisisi dan meretensi pelanggannya. Di dalam pasar kompetensi (competency
market), perusahaan harus bisa memilih dan mempertahankan orang-orang yang
tepat. Sedangkan di dalam pasar modal (capital market), perusahaan harus bisa
mendapatkan dan menjaga para pemegang saham yang tepat. Untuk menjaga
keseimbangan ini, perusahaan harus bisa menciptakanvalue yang unggul bagi ketiga
stakeholders utama tersebut dengan ukuran dan bobot yang sama.
5. Syariah Marketing Enterprise, untuk menciptakan sebuah inspirasi
(inspiration). Setiap perusahaan, layaknya manusia, haruslah memiliki impian
(dream). Inspirasi tentang impian yang hendak dicapai inilah yang akan membimbing
manusia, dan juga perusahaan, sepanjang perjalanannya. sebuah perusahaan harus
mampu menggabungkan antara idealisme dan pragmatisme. Perusahaan harus mampu
idealistik dan sekaligus pragmatis, dan mampu mengimplementasikan kedua hal ini
sekaligus dan secara simultan, tanpa adanya trade-off.Praktek bisnis dan pemasaran
tengah mengalami pergeseran danmengalami transformasi, dari level intelektual
(rasional), ke emosional, dan pada akhirnya ke level spiritual. Pada level intelektual,
pemasar akan menyikapi pemasaran secara fungsional-teknikal dengan menggunakan
sejumlah tools pemasaran, seperti segmentasi pasar, bauran pemasaran (marketing
mix), targeting, dan lain sebagainya. Di level emosional, kemampuan pemasar dalam
memahami emosi dan perasaan pelanggan menjadi penting. Jika di level intelektual
pemasaran layaknya sebuah “robot”, di level emosional menjadi seperti “manusia”
yang berperasaan dan empatik. Di level spiritual ini, pemasaran sudah disikapi
sebagai “bisikan nurani”dan “panggilan jiwa” (calling). Di sini praktek pemasaran
dikembalikan kepada fungsinya yang hakiki dan dijalankan dengan moralitas yang
kental. Prinsip-prinsip kejujuran, empati, cinta, dan kepedulian terhadap sesama
menjadidominan. Paradigma baru muncul dalam pemasaran, dilandasi oleh
kebutuhan yang paling pokok, yang paling dasar, yaitu kejujuran, moral, dan etika
dalam bisnis. Inilah spiritual marketing. Hal ini menjadikan spiritual marketing
merupakan tingkatan tertinggi dalam konsep pemasaran syariah. Spiritual marketing
menjadi jiwa bagi bisnis yang berprinsipkan syariah6Seorang pengusaha dalam
pandangan etika Islam bukan sekedar mencari keuntungan, melainkan juga
keberkahan, yaitu kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh keuntungan yang
wajar dan diridloi oleh Allah swt. Ini berarti yangharus diraih oleh seorang pedagang
dalam melakukan bisnis tidak sebatas keuntungan materiil (bendawi), tetapi yang
penting lagi adalah keuntungan immaterial (spiritual).
2. Etis (akhla>qiyyah)
Keistimewaan lain dari syariah marketer adalah mengedepankanmasalah
akhlak dalam seluruh aspek kegiatannya. Pemasaran syariah adalahkonsep pemasaran
yang sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etikatanpa peduli dari agama
apapun, karena hal ini bersifat universal.
3. Realistis (al-wa>qi’iyyah)
Pemasaran syariah bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis, antimodernitas,
dan kaku, melainkan konsep pemasaran yang fleksibel. Syariah8 Departemen Agama
RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 108728marketer bukanlah berarti para pemasar
itu harus berpenampilan ala bangsaArab dan mengharamkan dasi. Namun syariah
marketer haruslah tetapberpenampilan bersih, rapi, dan bersahaja apapun model atau
gayaberpakaian yang dikenakan.
4. Humanistis (insa>niyyah)
Keistimewaan yang lain adalah sifatnya yang humanistis universal.Pengertian
humanistis adalah bahwa syariah diciptakan untuk manusia agarderajatnya terangkat,
sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, sertasifat-sifat kehewanannya dapat
terkekang dengan panduan syariah. SyariahIslam adalah syariah humanistis,
diciptakan untuk manusia sesuai dengankapasitasnya tanpa memperdulikan ras,
warna kulit, kebangsaan, dan status.Sehingga pemasaran syariah bersifat universal.
Di dalam mengelola sebuah usaha, etika pengelolaan usaha harusdilandasi
oleh norma dan moralitas umum yang berlaku di masyarakat.Penilaian keberhasilan
usaha tidak hanya ditentukan oleh peningkatanprestasi ekonomi dan finansial semata,
akan tetapi keberhasilan itu harusdiukur pula melalui tolok ukur moralitas dan nilai
etika dengan landasannilai-nilai sosial dalam agama.
1. Pahami produk
3. Evaluasi Berkala
5. Memperbanyak jaringan
Semakin banyak orang mengenal produk kita, akan semakin besar potensi
keberhasilan penjualan produk. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan
memperbanyak silaturahmi dengan kerabat ataupun tetangga dan teman. Tentu etika
dalam bersilaturahmi perlu dijaga, jangan sampai ada kesan kita selalu berusaha
mempromosikan produk kita. Ataupun dapat juga menggunakan media sosial dalam
melakukan pemasaran produk.
Pemasaran pada masa Nabi yang banyak dikenal adalah jual beli (bay’) yang
memang sudah ada sebelum Islam datang. Pemasaran dapat dilakukan melalui
komunikasi dan silaturahmi dalam rangka untuk memperkenalkan produk atau barang
dagangan. HR. Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad. Ada beberapa pelajaran yang dapat
dipetik dari sikap tersebut, terutama bagi orang yang ingin sukses dalam melakukan
pemasaran:
Sabar merupakan sifat para nabi terutama nabi nabi yang mendapat gelar ulu
al-‘azm (nabi nabi yang mempunyai keteguhan hati), seperti Nabi Adam, Ibrahim,
Musa, ‘Isa, dan Muhammad. Allah memerintah agar umat islam meniru kesabaran
mereka dalam menghadapi segala cobaan, sebagaimana firman-Nya dalam surah
46/al-Ahqaf ayat 35 “maka bersabarlah kamu seperti orang orang yang mempunyai
keteguhan hati dari rasul rasultelah bersabar”.. Dalam ayat lain, Allah memerintahkan
agar umat islam menjadikan kesabaran dan salat sebagai penolong (surah 2/al-
Baqarah ayat 153.”wahai orang orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang orang yang sabar”.
Kedua, tekun dan tabah. Orang yang tekun dan tabah akan melaksanakan
tugasnya dengan rajin dan tidak mudah patah semangat meskipun banyak rintangan,
hambatan,dan kesulitan yang menghadang.
Ketiga, tidak marah meskipun diperlakukan secara kasar dan bahkan tidak
manusiawi. Rasulullah pernah ditanya oleh seseorang tentang suatu katayang dapat
menjadi modal untuk mengarungi bahtera kehidupan yang adakalanya dihadang oleh
ombak dan badai dan Nabi menyarankan agar orang itu tidak marah. Sebagaimana
disebutkan dalam suatu hadis: “Dari Abu Hurayrah r.a bahwa seorang laki laki
berkata kepada Nabi SAW: ’Berilah wasiat kepadaku’. Rasulullah bersabda,
‘’jangan marah”.laki-laki itu bertanya berkali kali dan dijawab oleh nabi, “jangan
marah”. (HR.al-Bukhari)
Keempat, senantiasa menjaga akhlak mulia dalam menghadapi orang lain, baik
orang itu menyukai maupun tidak menyukainya. Berakhlak mulia merupakan salah
satu dari sekian banyak kebijakan yang harus dilakukan agar tercapai kehidupan yang
harmonis, karena ketika orang saling menghormati, menghargai, dan menyayangi
maka akan timbul solidaritas sosial dikalangan masyarakat yang pada akhirnya akn
terhindar dari segala bentuk kejahatan dan kezaliman. Seseorang yang berprofesi
sebagai pebisnis sangat dianjurkanuntuk menjaga akhlah mulia baik kepada rekan
bisnis, pelanggan, karyawan, bahkan saingan bisnis.
Kelima, suka memaafkan orang orang yang pernah melakukan kesalahan atau
kekhilafan. Dalam memasarkan barang terkadang ada orang yang berlaku negatif
kepada pemasar baik karena merasa terganggu atau tidak suka pada barang yang
ditawarkan maupun karena faktor faktor lain. Karena itu,seorang pemasar dituntut
untuk selalu sabar menghadapi hal hal tersebut. Jika seorang muslim mampu
menahan marah dan mau memaafkan kesalahan orang lain, serta menafkahkan
sebagian hartanya dalam keadaan senang ataupun susah, maka ia termasuk orang
orang yang bertakwa dan dijanjikan surga, sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah dalam surah Ali’ Imran ayat 133-134:
“dan bersegeralah kamukepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang bertakwa,
(yaitu) orang orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwakt lapang maupun
sempit, dan orang orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang orang yang berbuat kebajikan.”
Keenam, bersikap lemah lembut kepada semua orang, termasuk kepada calon
pelanggan. Sikap lemah lembut membuat orang lain senang karena diperlakukan
dengan santun sehingga orang menjadi tertarik baik pada pemasaran maupun barang
atau jasa yang ditawarkan. Dalam Al-Qur’an, Allah menganjurkan agar nabi
Muhammad senantiasa bersikap lemah lembut dan tidak bersikap keras dan berhati
kasar, sebagaimana dijelaskan dalm surah Ali’ Imran ayat 159:
“maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekirannya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang bertakwa kepada-Nya.”
Seorang pemasar juga harus mempunyai banyak relasi agar mudah dalam
memasarkan produk atau jasa. Dalam islam dikenal istilah silaturahmi, yaitu
hubungan karib kerabat yang harus selalu dipelihara dan ditingkatkan. Menurut
Rasulullah, orang yang selalu menjalin silaturahmi akan dipermudah rezekinya dan
pengaruhnya diluaskan, sebagaimana sabdanya: “dari Anas ibn Malik, katanya: Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “barang siapa ingin agar rezekinya
dilapangkan dan pengaruhnya diluaskan, maka hendaklah ia menyambung tali
silaturahmi.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Beberapa sifat yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dalam menjalani
hubungan dengan orang lain, termasuk dalam aktifitas bisnis seperti dalam pemasaran
yaitu: dilarang saling membenci, dilarang saling iri hati, dilarang saling memutuskan
tali silaturahmi, dilarang saling mencari – cari kesalahan, dilarang saling memata
matai, dilarang saling mendengki, dilarang tidak saling menyapa selama tiga hari,
dilarang menjual barang yang sudah dibeli orang lain, dilarang saling menzalimi,
dilarang saling menghina, dilarang salig fitnah, harus menjadi hamba hamba Allah
yang bersaudara dengan tidak melakukan sifat sifat negatif tersebut, dan (n) darah
harta, dan kehormatan seorang Muslim haram bagi Muslim yang lain.
Ketiga, strategi inti (core strategy), yaitu alternalif strategi yang terpilih dalam
decision making. Dibutuhkan pemikiran mendalam yang didukung oleh data dan
fakta.
Strategi pemasaran
Dalam menyusun strategi pemasaran, setidaknya ada dua variabel utama yang
perlu dipertimbangkan, yaitu variabel yang dapat dikontrol, dan variabel yang tidak
dapat dikontrol ole wirausahawan.
Kedua, market budged, yaitu strategi penetapan jumlah dana. Pada umumnya,
bila dana marketing bertambah, maka jumlah penjualan meningkat. Hanya saja,
dalam realitanya tidak mesti demikian. Besarnya anggaran belanja sangat tergantung
pada barang yang dipasarkan dan sesuai denga pengalaman pengusaha.
1. Teliti situasi marketing saat ini. Pemasaran saat ini sangat dipengaruhi
pengalaman masa lalu, tingkat persainagan, serta analisis kekuatan dan
kelemahan.
2. Analisis lingkungan eksternal. Misalnya kondisi ekonomi makro, tingkat
bunga, inflasi , pengangguran, dan pendapatan perkapita, lingkungan
alam, berkurangnya pasokan bahan baku dan keadaan musim.
3. Anlisis peluang dan arahan untuk mencapai peluang. Bisnis yang sukses
adalah yang selalu memperhatikan peluang yang ada, misalnya bagaimana
menjual produk lebih banyak pada pasar yang ada, bagaimana mencari
pasar baru, bagaimana membuat produk baru untuk pasar yang ada, dan
bagaimana membuat produk baru untuk pasar baru.
4. Desain strategi pemasaran.hal ini dapat dikembangkan dengan
memmpertimbangkan segmentasi pasar, target bisnis pasar, , positioning
produk (apa yang istimewa dan spesifik dari produk), dan bauran
pemasaran yang digunakan.
“dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
janagn tolong-menolonglah dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.
Kedua, berlaku adil dalam berbisnis (‘adl). Sikap adil akan mendekatkan
pelakunya pada nilai ketakwaan. Keadilan dapat diwujudkan dengan pemerataan
dalam bidang ekonomi, sebagai mana firman Allah dalam surah 59, al Hasyr ayt 7:
“apa saja harta rampasan (fai’) yang diberikan Allah pada rasul-Nya yang berasal
dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah ia dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”
Ketiga, berkepribadian baik dan simpatik serta menghargai hak dan milik
orang secara benar. Islam melarang seseorang mengambil hak orang lain secara batil,
tidak baik dan tidak simpatik, sebagaimana firman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling makan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku dengan
suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah maha penyayang kepada mu.” (QS.4/an-Nisa:29).
Keempat, melayani nasabah dengan rendah hati (khidmah). Rendah hati dan
perilaku lemah lembut sangat dianjurkan dalam islam, bahkan rasulluloh diperintah
oleh Allah untuk berperilaku demikian, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran
surah Ali’Imran ayat 159:
“Maka disebabkan rahmat dari allah-lah, kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka, sekirannya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilinmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang brtakwa kepada-Nya.”
Kelima, selalu menepati janji dan tidak curang dalam pemasaran kualitas,
kuantitas barang dan jasa. Allah berfirman dalam surah 6/al-An’am:152:
“dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga ia sampai dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan
denga adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sesuai
kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil
kendatipun dia adalah kerabatmu, dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”
“dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan
kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makn harta mereka
brsama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu
adalah dosa besar”. (QS.4/an-Nisa:2). Rasullulah pernah melarang transaksi bisnis,
termasuk pemasaran yang dilakukan dengan penipuan sebagaimana sabdanya: “dari
Abu Hurayrah r.a., katanya, Rasullulah melarang jual beli denga cara melempar dan
jual beli yang mengandung penipuan.” (HR. Muslim).
Ketujuh, tidak suka berburuk sangka dan tidak suka menjelekan barang
dagangana atau milik orang lain. Rasullulah bersabda: “dari Abu Hurayrah bahwa
sanya rasullulah SAW bersabda, “jauhilah prasangka karena sesungguhnya
prasangka itu pembicaraan yang paling dusta, jangan saling mencari-cari
kesalahan, jangan saling memata-matai, jangan saling mendengki, jangan saling iri,
jangan saling membenci, jangan saling bermusuhan, dan jadilah hamba-hamba
Allah yang bersaudara.” (HR.Muslim).
Kesepuluh, saling bekerja sama dengan tujuan untuk dapat saling memberikan
manfaat menuju kesejahteraan bersama. Dalam surah 2/al-Bagarah:273, Allah
berfirman:
“(Berinfaklah) kepada orang-orang kafir yang terikat (oleh jihad) dijalan Allah;
mereka tidak dapat (berusaha) di bumi. Orang-rang yang tidak tau menyangka
mereka orang kaya kartena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal
mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara
mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),
maka sesungguhnya Allah maha mengetahui.”
Beberapa hal yang harus ditinggalkan oleh tenaga pemasaran: a) tidak adil
dalam penetuan tarif dan uang pertanggungan, b) melakukan transaksi terhadap
produk yang mengandung perjudian, penipuan, dan riba, c) khianat atau tidak
menepati janji, d) mempermainkan harga, e) sering berdusta, f) menimbun barang
untuk menaikan harga, g) menjual barang hasil curian atau hasil korupsi, h)
melakukan pemaksaan kepada pelanggan, i) mencari-cari kekurangan dan kesalahan
pesaing, j) menimbulkan permusuhan dan kebencian dalam bisnis, k) menjelek-
jelekan atau menghina barang atau jasa yang menjadi saingannya, l) mubazir dalam
melakukan pemasaran, m) memfitnah pihak lain yang tidak sejalan dengan
perusahaannya, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
‘Abd. Al-Rahman al-Maliki. 2001 M. Politik Ekonomi Islam, terjemah Ibnu Sholah.
Bangil: Al-Izzah.
‘Abd. Allah Zaki al-Kaf. 2002 M. Ekonomi dalam Perspektif Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Ahmad Azhar Basyir. 1984 M. Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta:
BPFE.
Alex D. Triana. 1985 M. Menerapkan Strategi Marketing di Indonesia, Jakarta,
Makalah Marketing Seminar.
Rambat Lupiyoadi. 2005 M. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktik. Jakarta:
Salemba Empat.