ABSES
Oleh:
Fathin Fadhilah
G1A219120
Pembimbing:
dr. Erny Kusdiyah, M.Kes
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Abses
Oleh:
Fathin Fadhilah
G1A219120
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus ini dengan judul “Abses”. Laporan ini merupakan bagian dari tugas
Program Studi Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Rotasi 2 di
Puskesmas Olak Kemang.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................43
4
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn.M / Laki-laki / 49 tahun
b. Pekerjaan : Wiraswasta
c. Alamat : RT 03 Olak Kemang
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : menikah
b. Jumlah anak : 2 orang
c. Status ekonomi keluarga : Menengah ke bawah
d. Kondisi Rumah :
5
K kondisi dapur pasien tampak sedikit
berantakan. Pencahayaan di dapur
cukup.. kamar mandi pasien terdiri
dari satu bak dan jamban leher angsa.
Kamar mandi tampak cukup bersih.
Sumber air bersih dari PDAM.
6
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Sekitar rumah merupakan pemukiman yang masih jarang
penduduk, halaman sekitar rumah masih banyak berupa lahan kosong yang
beberapa masih berupa rawa ditumbuhi ilalang. Pada lingkungan sekitar
rumah pasien telah terdapat saluran drainase air. Lingkungan tampak
cukup bersih dan asri.
7
memegang barang. Pasien tidak langsung datang ke puskesmas dikarenakan
puskesmas tidak buka pada hari itu dan pasien hanya mengobati dengan obat
salep yang pasien beli sendiri di apotek, namun pasien tidak mengetahui dan
tidak ingat obat apa yang diberikan. Demam (-) , Batuk (-)
8
- Irama : reguler
- Tipe : thorako abdominal
8. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, rc +/+
Lensa : normal, keruh (-)
Gerakan bola mata : baik
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor, ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel. tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal
9
Pulmo :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak kuat
angkat.
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : Linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Palpasi Nyeritekan (-),defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Ekstrimitas
Superior : Akral hangat, CRT< 2s, sianosis (-)
Digiti I : terdapat abses (+) , pus (+) , hiperemis (+) , dolor (+) ,
gangren (-) , kotor (-) , edema (+) nyeri tekan (+)
Inferior : Akral hangat, CRT< 2s, sianosis (-), edem (-), ulkus (-)
10
X. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah Rutin
WBC : 7.200/ sel/mm3 darah
RBC : 4.86 juta sel/mm3 darah
PLT : 244.000 sel/mm3 darah
HGB : 12.6 g/dl
XI. Pemeriksaan Anjuran :
Kultur bakteri
Foto Manus AP
Ultrasonografi
XII. Diagnosis Kerja :
Abses et Digiti I Regio Manus Dextra
XIII. Diagnosis Banding :
Selulitis
Kista Sebaseus
XIV. Manajemen
Promotif
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita, memiliki
prognosis yang baik dengan syarat menjaga kebersihan luka. Jelaskan juga
11
tahap penyembuhan luka dan bahwa luka butuh perawatan dalam beberapa
hari.
Menjelaskan Konsumsi makanan yang cukup dan bergizi
Menjelaskan kepada pasien tata carabdan penggunaan alat pelindung diri
ketika bekerja
Menerapkan personal hygiene khususnya untuk menjaga kebersihan luka
Preventif
Hindari luka jangan kotor
Hindari luka jangan basah, terutama saat memakai perban
Istirahatkan bagian tubuh yang sakit
Jangan memanipulasi area yang sakit secara berlebihan
Kuratif
Non Farmakologi
Insisi dan drainase
Debridement
12
Farmakologi
Gentamicin salep 0,1 % 3 x 1
Ibuprofen 200 mg 3 x 1
Vitamin c 50 mg 3x1
Tradisional
Kencur
Pada penelitian sari kencur maupun beras kencur terhadap efek analgesic
dilakukan pada manusia diapatkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa 200
ml sari kencur 10% yang diberikan secara oral mempunyai khasiat analgesik
yang tidak berbeda dengan metampiron 500 mg. Sedangkan penelitian dengan
beras kencur menunjukkan bahwa beras kencur mempunyai efek analgesik
yang tidak berbeda dengan novalgin. Cara mengkonsumsinya adalah dengan
menyiapkan sebanyak 3 x 1 tea bag (5 g serbuk kencur)/hari yang masing-
masing diseduh dalam 1 cangkir air diminum sebelum makan.
Rehabilitatif
Menaati nasihat dokter dan rutin minum obat yang diberikan
Rutin kontrol untuk perawatan luka
13
RESEP Puskesmas Ilmiah 1
Dinas Kesehatan Kota Jambi a. Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
dr. Fathin Fadhilah b. dr. Fathin Fadhilah
SIP :G1A219120 SIP :G1A219120
Jl. KH. M Saleh Rt 01 , Kel Pasir Panjang, Kec. Danau Teluk, Jambi Jl. KH. M Saleh Rt 01 , Kel Pasir Panjang, Kec. Danau Teluk, Jambi 36265
36265 c.
h.
i.
Pro : Tn. M
Pro : Tn. M j. Umur: 49
Umur: 49 Alamat:Rt 03 Olak Kemang
Alamat:Rt 03 Olak Kemang
Ilmiah 2 Ilmiah 3
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Abses (Latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi
(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya
serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Abses pada tangan merupakan
terbentuknya kumpulan nanah (pus) pada tangan, yang biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri. Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cedera,
tetapi masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah
putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair.
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Abses septik dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh. Abses septik disebabkan oleh bakteri. Sebagai respons kekebalan tubuh
terhadap bakteri, sel-sel darah putih berkumpul di tempat yang terinfeksi dan
mulai memproduksi enzim yang menyerang bakteri. Enzim ini menghancurkan
dan membunuh bakteri, akan tetapi enzim ini juga mencerna jaringan tubuh.
Cairan (pus) abses merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan
sel darah putih yag sudah mati, yang dicairkan oleh enzim autolitik. Pada saat
tekanan di dalam rongga meningkat, maka pus (nanah) mengambil jalur pada
daya tahan terendah dan dapat keluar melalui
kulit atau ke dalam rongga atau visera tubuh bagian dalam.
Sedangkan abses steril bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi disebabkan oleh
iritasi seperti jarum suntik. Abses steril tidak menyebabkan infeksi, biasanya
berupa benjolan padat dan keras karena bekas luka, dan tidak mengandung cairan
nanah
15
B. Anatomi dan Fisiologi Punggung Tangan
Tulang tangan disusun dalam beberapa kelompok. Karpal (tulang pangkal tangan)
atau tulang yang masuk formasi pergelangan adalah tulang pendek terdiri dari
metakarpal yang membentuk kerangka tapak tangan dan berbentuk tulang pipa.
Dan falanx yang merupakan tulang jari dan berbentuk tulang pipa.
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung distal
ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal. Antara
tulang- tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut
adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan
hamate.
a. Metakarpal
16
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian
proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal. Persendian
yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi
sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan
metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang
telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di
tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.
b. Falang
17
C. Etiologi
Abses pada tangan cukup sering terjadi, dan biasanya disebabkan oleh cedera.
Abses bisa terjadi di bagian mana saja di tangan. Infeksi dapat terjadi setelah
adanya cedera pada kulit, misalnya kulit terluka akibat tertusuk benda tajam.
Abses pada telapak tangan juga bisa terjadi akibat adanya kalus (kapalan) yang
terinfeksi.Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses
melalui beberapa cara :
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan
jarum yang tidak steril
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia
dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan
terbentuknya abses.
3. Agen Fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik,
ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih (frosbite).
18
merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang.
Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik
yang mengiritasi dan langsung mengakibatkan radang.
5. Nekrosis Jaringan
Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya pasokan
oksigen dan makanan pada daerah bersangkutan, yang akan mengakibatkan
terjadinya kematian jaringan. Kematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang
kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi infark sering memperlihatkan suatu
respons radang akut.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
terdapat gangguan sistem kekebalan.Bakteri tersering penyebab abses
adalah Staphylococus Aureus Abses bisa terbentuk di seluruh bagian tubuh,
termasuk paru-paru, mulut, rektum dan otot.
Abses sering ditemukan di dalam kulit atau tepat dibawah kulit, terutama
jikatimbul di wajah. Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya
tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan
tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih
putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum
menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering, abses
akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah, hangat
pada permukaan abses, dan lembu
D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dapat ditemukan meliputi:
nyeri yang hebat,
rasa hangat, dan
kemerahan pada daerah terbentuknya abses.
pembengkakan pada kelenjar getah bening didekatnya.
19
Abses pada telapak tangan awalnya dirasakan sebagai nyeri berdenyut yang hebat
dengan pembengkakan dan sakit sekali jika disentuh. Pembengkakan dan rasa
nyeri yang terjadi bisa lebih hebat pada punggung tangan dibandingkan pada
telapak tangan.
Abses juga bisa berbentuk di sekitar tendon yang berada di sepanjang bagian
dalam jari tangan. Abses jenis ini disebabkan oleh cedera yang menembus salah
satu lipatan jari pada telapak tangan. Akibatnya, mekanisme pergerakan pada
tendon yang terkena menjadi terganggu, sehingga jari tangan hampir tidak dapat
digerakkan. Selain itu, serngkali ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening
di dekat abses dan juga demam.
20
E. Patofisiologi
Jaringan rusak/mati/nekrosis
Peradangan
Sel darah putih mati
Demam
Pembedahan
Jaringan menjadi abses & berisi PUS
Gangguan
Thermoregulator Pecah
(Pre Operasi)
Setalah peradangan dimulai area yang radang diinvasi oleh neutrofil dan makrofag
serta memulai melakukan fungsi skavengernya membersihkan jaringan dari agen
infeksi atau toksik. Makrofag yang telah berada dalam jaringan mulai kerja
fagositiknya. Akibatnya leukosit dalam darah meningkat dan mengeluarkan pirogen.
Pirogen endogen akan mengalir dalam darah dan akan bergerak dari tempat
produksinya menuju pusat termoregulator di hipotalamus. Pirogen endogen yang
sudah berada pada hipotalamus, akan merangsang sel-sel hipotalamus untuk
mensekresikan asam arakhidonat. Pensekresian asam arakhidonat akan menstimulasi
pengeluaran prostaglandin E2 yang menyebabkan demam. Masalah keperawatan
yang muncul adalah Hipertermi.
22
Makrofag dapat mengfagositosis jauh lebih banyak bakteri dari pada neutrofil
dan mereka dapat juga memakan banyak jaringan nekrotik. Bila neutrofil dan
makrofag menelan bakteri dan jaringan nekrotik dalam jumlah besar maka
neutrofil dan makrofag akan mati, menyebabkan terbentuknya rongga dalam
jaringan yang meradang yang berisi berbagai bagian jaringan nekrotik, neutrofil
yang mati dan makrofag yang mati. Campuran ini disebut nanah. Akibat
penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan
pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses,
nekrosis jaringan dan kulit menyebabkan abses pecah dan menyebabkan
kerusakan pada kulit. Masalah keperawatan yang muncul Kerusakan Integritas
Kulit
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.
2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan
pemeriksaanrontgen,USG, CT Scan, atau MRI
3) Kultur : mengidentifikasi organisme penyebab abses sentivitas menentukan
23
G. Diagnosis
Diagnosis abses berdasarkan gejala klinis, jika meragukan bisa dibantu dengan
pemeriksaan ultrasonografi
H. Diagnosis Banding
I. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan
yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada sebagian
besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan
medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu
abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila
abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat
menekan trakea. (Siregar, 2004)
J. Penatalaksanaan Medis
24
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik
antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan
adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang didapat
melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani
MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin,
trimethoprim-sulfamethoxazole,dandoxycycline
25
BAB III
ANALISA KASUS
S, David R.Hand and Finger Infections. Merck Manual Home Health Handbook.
2008.
28