Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

* Program Profesi Dokter/G1A219120/ Februari/ 2021

** Pembimbing : dr. Erny Kusdiyah, M.Kes

ABSES

Oleh:
Fathin Fadhilah
G1A219120

Pembimbing:
dr. Erny Kusdiyah, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 2
PUSKESMAS OLAK KEMANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Abses

Oleh:
Fathin Fadhilah
G1A219120

Sebagai salah satu tugas Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi

Jambi, Februari 2021

Pembimbing

dr. Erny Kusdiyah, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus ini dengan judul “Abses”. Laporan ini merupakan bagian dari tugas
Program Studi Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Rotasi 2 di
Puskesmas Olak Kemang.

Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan


dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada dr. Erny Kusdiyah, M.Kes selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan baik
dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus
ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan kasus


ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
laporan kasus ini. Sebagai penutup semoga kiranya laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.

Jambi, Februari 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

BAB I STATUS PASIEN............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................10

BAB III ANALISIS KASUS.....................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................43

4
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn.M / Laki-laki / 49 tahun
b. Pekerjaan : Wiraswasta
c. Alamat : RT 03 Olak Kemang
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : menikah
b. Jumlah anak : 2 orang
c. Status ekonomi keluarga : Menengah ke bawah
d. Kondisi Rumah :

Pa pasien tinggal di rumah panggung semi


permanen dengan dinding kayu papan,
lantai terbuat dari kayu papan dan atap
dari genteng. Rumah terdiri dari 2
kamar, 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1
kamar mandi. Di bagian depan rumah
terdapat kolam ikan. Pencahayaan dan
ventilasi rumah cukup baik.

5
K kondisi dapur pasien tampak sedikit
berantakan. Pencahayaan di dapur
cukup.. kamar mandi pasien terdiri
dari satu bak dan jamban leher angsa.
Kamar mandi tampak cukup bersih.
Sumber air bersih dari PDAM.

6
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Sekitar rumah merupakan pemukiman yang masih jarang
penduduk, halaman sekitar rumah masih banyak berupa lahan kosong yang
beberapa masih berupa rawa ditumbuhi ilalang. Pada lingkungan sekitar
rumah pasien telah terdapat saluran drainase air. Lingkungan tampak
cukup bersih dan asri.

III. Aspek Psikologis di Keluarga :


Pasien tinggal di rumah dengan anggota keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan dua orang anak pasien., istri merupakan seorang ibu rumah
tangga, anak pasien yang pertama masih duduk di bangku SMP. Hubungan
antar anggota keluarga harmonis. Hubungan dalam hidup bertetangga juga
baik.
IV. Keluhan Utama
Pasien datang keluhan jari jempol kanan bengkak sejak 2 hari yang lalu

V. Riwayat Penyakit Sekarang


4 hari sebelum datang ke puskesmas pasien mengeluhkan jari jempol pasien
terasa seperti kemasukan duri ketika pasien sedang berkebun di depan rumah
pasien. Saat kejadian tangan pasien hanya terasa nyeri dan sakit jika ditekan.
Pasien berusaha mengeluarkan duri dari jari jempol pasien menggunakan
garam dan menekan jari jempol namun duri tidak mau keluar. Bengkak (-),
merah (-) .
3 hari sebelum ke puskesmas pasien menggeluhkan tangannya menjadi
membengkan dan merah , selain itu pasien juga merakan panas dan nyeri pada
tangan pasien. Pasien berusaha mengobati dengan mengompres dengan
menggunakan batu es namun keluhan tidak berkurang.
2 hari sebelum datang ke puskesmas tangan pasien semakin membengkak
dan mengeluhkan tangan semakin nyeri, pasien merasa terdapat nanah pada
jari jempol pasien yang bengkak.Dengan kondisi jari jempol tersebut pasien
mengeluhkan sulit melakukan aktivitas seperti biasa terutama pada saat

7
memegang barang. Pasien tidak langsung datang ke puskesmas dikarenakan
puskesmas tidak buka pada hari itu dan pasien hanya mengobati dengan obat
salep yang pasien beli sendiri di apotek, namun pasien tidak mengetahui dan
tidak ingat obat apa yang diberikan. Demam (-) , Batuk (-)

VI. Riwayat Penyakit Dahulu:


 Keluhan yang sama sebelumnya (-)
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat gangguan pembekuan darah (-)
 Riwayat rawat inap (-)
 Riwayat Diabetes Melitus (-)
VII. Riwayat Penyakit Keluarga:
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat kencing manis (-)
 Riwayat gangguan pembekuan darah (-)
VIII. Riwayat Makan, Alergi, Obat-obatan, Prilaku Kesehatan
 Alergi makanan (-), alergi obat-obatan (-)
 Pasien merupakan seorang yang suka berkebun,namun menurut
pengakuan pasien , pasien tidak pernah menggunakan sarung tangan
ketika sedang berkebun.

IX. Pemeriksaan Fisik :


Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. TB/BB : 158cm / 57 kg
4. Suhu : 36,6°C
5. Tekanan darah : 110/70 mmHg
6. Nadi : 76 x/menit
7. Pernafasan
- Frekuensi : 20 x/menit

8
- Irama : reguler
- Tipe : thorako abdominal
8. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, rc +/+
Lensa : normal, keruh (-)
Gerakan bola mata : baik
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor, ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel. tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal

9
Pulmo :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak kuat
angkat.
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : Linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Palpasi Nyeritekan (-),defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstrimitas
Superior : Akral hangat, CRT< 2s, sianosis (-)
Digiti I : terdapat abses (+) , pus (+) , hiperemis (+) , dolor (+) ,
gangren (-) , kotor (-) , edema (+) nyeri tekan (+)

Inferior : Akral hangat, CRT< 2s, sianosis (-), edem (-), ulkus (-)

10
X. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah Rutin
WBC : 7.200/ sel/mm3 darah
RBC : 4.86 juta sel/mm3 darah
PLT : 244.000 sel/mm3 darah
HGB : 12.6 g/dl
XI. Pemeriksaan Anjuran :
Kultur bakteri
Foto Manus AP
Ultrasonografi
XII. Diagnosis Kerja :
Abses et Digiti I Regio Manus Dextra
XIII. Diagnosis Banding :
Selulitis
Kista Sebaseus
XIV. Manajemen
Promotif
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita, memiliki
prognosis yang baik dengan syarat menjaga kebersihan luka. Jelaskan juga

11
tahap penyembuhan luka dan bahwa luka butuh perawatan dalam beberapa
hari.
 Menjelaskan Konsumsi makanan yang cukup dan bergizi
 Menjelaskan kepada pasien tata carabdan penggunaan alat pelindung diri
ketika bekerja
 Menerapkan personal hygiene khususnya untuk menjaga kebersihan luka

Preventif
 Hindari luka jangan kotor
 Hindari luka jangan basah, terutama saat memakai perban
 Istirahatkan bagian tubuh yang sakit
 Jangan memanipulasi area yang sakit secara berlebihan

Kuratif
Non Farmakologi
 Insisi dan drainase
 Debridement

12
Farmakologi
 Gentamicin salep 0,1 % 3 x 1
 Ibuprofen 200 mg 3 x 1
 Vitamin c 50 mg 3x1

Tradisional
 Kencur

Pada penelitian sari kencur maupun beras kencur terhadap efek analgesic
dilakukan pada manusia diapatkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa 200
ml sari kencur 10% yang diberikan secara oral mempunyai khasiat analgesik
yang tidak berbeda dengan metampiron 500 mg. Sedangkan penelitian dengan
beras kencur menunjukkan bahwa beras kencur mempunyai efek analgesik
yang tidak berbeda dengan novalgin. Cara mengkonsumsinya adalah dengan
menyiapkan sebanyak 3 x 1 tea bag (5 g serbuk kencur)/hari yang masing-
masing diseduh dalam 1 cangkir air diminum sebelum makan.

Rehabilitatif
 Menaati nasihat dokter dan rutin minum obat yang diberikan
 Rutin kontrol untuk perawatan luka

 Jika timbul penyulit seperti peradangan yang semakin parah,


pernanahan atau demam, segera bawa ke unit layanan kesehatan
terdekat

13
RESEP Puskesmas Ilmiah 1
Dinas Kesehatan Kota Jambi a. Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
dr. Fathin Fadhilah b. dr. Fathin Fadhilah
SIP :G1A219120 SIP :G1A219120
Jl. KH. M Saleh Rt 01 , Kel Pasir Panjang, Kec. Danau Teluk, Jambi Jl. KH. M Saleh Rt 01 , Kel Pasir Panjang, Kec. Danau Teluk, Jambi 36265
36265 c.

Tanggal : 11 /02/2021 d. Tanggal : 11 /02/2021


R/ Gentamicin 0,1 % cr tube no I R/ Natrium Fusidat 2% tube no I
s.u.e e. s.u.e
R/ Ibuprofen tab 200 mg no X R/ asam mefenamat tab 250 mg no VI
s.3.d.d tab 1 f. S 2 d d tab 1
R/ Vit.C tab 50 mg no X  R/ Vit.C tab 50 mg no X
  s.3 d.d tab 1   s.3 d.d tab 1
g.

h.

i.
Pro : Tn. M
Pro : Tn. M j. Umur: 49
Umur: 49 Alamat:Rt 03 Olak Kemang
Alamat:Rt 03 Olak Kemang

Ilmiah 2 Ilmiah 3

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
dr. Fathin Fadhilah dr. Fathin Fadhilah
SIP :G1A219120 SIP :G1A219120
Jl. KH. M Saleh Rt 01 , Kel Pasir Panjang, Kec. Danau Teluk, Jambi Jl. KH. M Saleh Rt 01 , Kel Pasir Panjang, Kec. Danau Teluk, Jambi 36265
36265

Tanggal : 11 /02/2021 Tanggal :11 /02/2021


R/ Mupirocin 2% cr tube no I R/Neomycin cr tube no I
s.u.e s.u.e
R/ Na Diklofenak 100 mg tab no VI R/ Paracetamol 500 mg tab no XX
S 2dd tab 1 S 3 dd tab 2
 R/ Vit.C tab 50 mg no X  R/ Vit.C tab 50 mg no X
  s.3 d.d tab 1   s.3 d.d tab 1

Pro : Tn. M Pro : Tn. M


Umur: 49 Umur: 49
Alamat:Rt 03 Olak Kemang Alamat:Rt 03 Olak Kemang

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Abses Tangan

Abses (Latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi
(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya
serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Abses pada tangan merupakan
terbentuknya kumpulan nanah (pus) pada tangan, yang biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri. Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cedera,
tetapi masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah
putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair.
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Abses septik dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh. Abses septik disebabkan oleh bakteri. Sebagai respons kekebalan tubuh
terhadap bakteri, sel-sel darah putih berkumpul di tempat yang terinfeksi dan
mulai memproduksi enzim yang menyerang bakteri. Enzim ini menghancurkan
dan membunuh bakteri, akan tetapi enzim ini juga mencerna jaringan tubuh.
Cairan (pus) abses merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan
sel darah putih yag sudah mati, yang dicairkan oleh enzim autolitik. Pada saat
tekanan di dalam rongga meningkat, maka pus (nanah) mengambil jalur pada
daya tahan terendah dan dapat keluar melalui
kulit atau ke dalam rongga atau visera tubuh bagian dalam.
Sedangkan abses steril bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi disebabkan oleh
iritasi seperti jarum suntik. Abses steril tidak menyebabkan infeksi, biasanya
berupa benjolan padat dan keras karena bekas luka, dan tidak mengandung cairan
nanah

15
B. Anatomi dan Fisiologi Punggung Tangan

Tulang tangan disusun dalam beberapa kelompok. Karpal (tulang pangkal tangan)
atau tulang yang masuk formasi pergelangan adalah tulang pendek terdiri dari
metakarpal yang membentuk kerangka tapak tangan dan berbentuk tulang pipa.
Dan falanx yang merupakan tulang jari dan berbentuk tulang pipa.
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung distal
ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal. Antara
tulang- tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut
adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan
hamate.

a. Metakarpal

16
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian
proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal. Persendian
yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi
sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan
metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang
telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di
tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.

b. Falang

Falang juga tulang panjang,mempunyai batang dan dua ujung. Batangnya


mengecil diarah ujung distal. Terdapat empat belas falang, tiga pada setiap jari
dan dua pada ibu jari.Sendi engsel yang terbentuk antara tulang phalangs
membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk menggenggam
sesuatu.

17
C. Etiologi

Abses pada tangan cukup sering terjadi, dan biasanya disebabkan oleh cedera.
Abses bisa terjadi di bagian mana saja di tangan. Infeksi dapat terjadi setelah
adanya cedera pada kulit, misalnya kulit terluka akibat tertusuk benda tajam.
Abses pada telapak tangan juga bisa terjadi akibat adanya kalus (kapalan) yang
terinfeksi.Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses
melalui beberapa cara :
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan
jarum yang tidak steril
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia
dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan
terbentuknya abses.

Menurut (Dongoes, 2010) abses dapat disebabkan karena adanya:


1. Infeksi Microbial
Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses radang ialah
infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan cara multiplikasi
intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu sintesis
kimiawi yang secara sesifik mengawali proses radang atau melepaskan endotoksin
yang ada hubungannya dengan dinding sel.
2. Reaksi Hipersentivitas
Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi
mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan
merusak jaringan.

3. Agen Fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik,
ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih (frosbite).

4. Bahan kimia iritan dan korosif


Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan

18
merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang.
Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik
yang mengiritasi dan langsung mengakibatkan radang.

5. Nekrosis Jaringan
Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya pasokan
oksigen dan makanan pada daerah bersangkutan, yang akan mengakibatkan
terjadinya kematian jaringan. Kematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang
kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi infark sering memperlihatkan suatu
respons radang akut.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
 terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
 daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
 terdapat gangguan sistem kekebalan.Bakteri tersering penyebab abses
adalah Staphylococus Aureus Abses bisa terbentuk di seluruh bagian tubuh,
termasuk paru-paru, mulut, rektum dan otot.
Abses sering ditemukan di dalam kulit atau tepat dibawah kulit, terutama
jikatimbul di wajah. Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya
tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan
tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih
putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum
menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering, abses
akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah, hangat
pada permukaan abses, dan lembu

D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dapat ditemukan meliputi:
 nyeri yang hebat,
 rasa hangat, dan
 kemerahan pada daerah terbentuknya abses.
 pembengkakan pada kelenjar getah bening didekatnya.

19
Abses pada telapak tangan awalnya dirasakan sebagai nyeri berdenyut yang hebat
dengan pembengkakan dan sakit sekali jika disentuh. Pembengkakan dan rasa
nyeri yang terjadi bisa lebih hebat pada punggung tangan dibandingkan pada
telapak tangan.

Abses juga bisa berbentuk di sekitar tendon yang berada di sepanjang bagian
dalam jari tangan. Abses jenis ini disebabkan oleh cedera yang menembus salah
satu lipatan jari pada telapak tangan. Akibatnya, mekanisme pergerakan pada
tendon yang terkena menjadi terganggu, sehingga jari tangan hampir tidak dapat
digerakkan. Selain itu, serngkali ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening
di dekat abses dan juga demam.

20
E. Patofisiologi

Bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus Streptococcus mutans)

Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase

merusak jembatan antar sel

transpor nutrisi antar sel terganggu

Jaringan rusak/mati/nekrosis

Media bakteri yang baik Jaringan terinfeksi

Peradangan
Sel darah putih mati

Demam
Pembedahan
Jaringan menjadi abses & berisi PUS

Gangguan
Thermoregulator Pecah
(Pre Operasi)

Reaksi Peradangan (Rubor, Kalor, Tumor,


Dolor, Fungsiolaesea)
Nyeri Resiko Penyebaran Infeksi Nyeri Luka Insisi
(Pre dan Post Operasi)
(Pre (Post Operasi)

Sumber : Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001

Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah


penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Cedera jaringan yang
disebabkan oleh Infeksi Microbial, Reaksi Hipersentivitas, Agen Fisik, Bahan kimia
iritan dan korosif dan Nekrosis menyebabkan peradangan atau inflamasi. Sehingga
oleh jaringan dilepaskan histamin, bradikinin, serotinin ke cairan sekitarnya. Zat-zat
ini khususnya histamin meningkatkan aliran darah lokal dan juga meningkatkan
permeabilitas kapiler, vena dan vanula, memungkinkan sejumlah besar cairan dan
protein, termasuk fibrinogen, bocor masuk kedalam jaringan. Terjadi edema eksternal
lokal serta cairan ekstrasel dan cairan limfe keduanya membeku karena efek
koagulasi eksudat jaringan atas fibrinogen yang bocor. Jadi terjadi edema hebat
dalam ruang sekitar sel yang cedera. Hal ini mengakibatkan regangan dan distorsi
jaringan yang menyebabkan nyeri (dolor) dan memperlihatkan tanda rubor dan
kalor. Masalah keperawatan yang muncul adalah gangguan pemenuhan kebutuhan
kenyamanan (Nyeri)

Setalah peradangan dimulai area yang radang diinvasi oleh neutrofil dan makrofag
serta memulai melakukan fungsi skavengernya membersihkan jaringan dari agen
infeksi atau toksik. Makrofag yang telah berada dalam jaringan mulai kerja
fagositiknya. Akibatnya leukosit dalam darah meningkat dan mengeluarkan pirogen.
Pirogen endogen akan mengalir dalam darah dan akan bergerak dari tempat
produksinya menuju pusat termoregulator di hipotalamus. Pirogen endogen yang
sudah berada pada hipotalamus, akan merangsang sel-sel hipotalamus untuk
mensekresikan asam arakhidonat. Pensekresian asam arakhidonat akan menstimulasi
pengeluaran prostaglandin E2 yang menyebabkan demam. Masalah keperawatan
yang muncul adalah Hipertermi.

22
Makrofag dapat mengfagositosis jauh lebih banyak bakteri dari pada neutrofil
dan mereka dapat juga memakan banyak jaringan nekrotik. Bila neutrofil dan
makrofag menelan bakteri dan jaringan nekrotik dalam jumlah besar maka
neutrofil dan makrofag akan mati, menyebabkan terbentuknya rongga dalam
jaringan yang meradang yang berisi berbagai bagian jaringan nekrotik, neutrofil
yang mati dan makrofag yang mati. Campuran ini disebut nanah. Akibat
penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan
pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses,
nekrosis jaringan dan kulit menyebabkan abses pecah dan menyebabkan
kerusakan pada kulit. Masalah keperawatan yang muncul Kerusakan Integritas
Kulit

Masalah yang lazim muncul


1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan.
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
5. Ansietas b.d krisis situasional (tindakan yang akan dilakukan)

F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.
2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan
pemeriksaanrontgen,USG, CT Scan, atau MRI
3) Kultur : mengidentifikasi organisme penyebab abses sentivitas menentukan

obat yang paling efektif.


4) Pemeriksaan pembekuan : Trombositopenia dapat terjadi karena agregasi
trombosit, PT/PTT mungkin memanjang menunjukan koagulopati yang
diasosiasikan dengan iskemia hati/sirkulasi toksin/status syok.

23
G. Diagnosis

Diagnosis abses berdasarkan gejala klinis, jika meragukan bisa dibantu dengan
pemeriksaan ultrasonografi

H. Diagnosis Banding

Diagnosis banding abses meliputi selulitis, kista sebaseus, necrotizing fascilitis

I. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan
yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada sebagian
besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan
medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu
abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila
abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat
menekan trakea. (Siregar, 2004)

J. Penatalaksanaan Medis

Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan


menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan
intervensi bedah dan debridement. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk
mengidentifikasi penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena
benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing,
biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat
analgetik dan antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah
berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak.
Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi
bakteri. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis,
tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang
perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak
dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.

24
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik
antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan
adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang didapat
melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani
MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin,
trimethoprim-sulfamethoxazole,dandoxycycline

25
BAB III
ANALISA KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Keadaan rumah terkesan kurang rapih dan kurang bersih. Sekitar rumah
merupakan pemukiman yang masih jarang penduduk, area di sekitar rumah masih
berupa lahan kosong yang berupa rawa yang di tumbuhi ilalang yang cukup lebat.
Lingkungan sekitar rumah pasien juga terkesan kurang bersih banyak pepohonan
sehingga tampak asri. Namun tidak terdapat hubungan keadaan rumah dan lingkungan
sekitar dengan penyakit yang di derita pasien.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga


Pasien merupakan keluarga yang menengah secara ekonomi.
Hubungan antar anggota keluarga terkesan harmonis. Namun tidak terdapat
hubungan keadaan keluarga dengan penyakit yang diderita pasien.

Hubungan diagnosis prilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Kejadian yang menimpa pasien awalnya akibat kelalaian pasien ketika sedang
berkebun dimana pasien berkebun tidak menggunakan alat pelindung diri. Sehingga
menyebabkan pasien termasuk duri kedalam jari jempol pasien. Hal ini menunjukkan
saat berkebun pasien tidak memperhatikan kondisi tempat berkebun , alat pelindung diri
dan tidak berhati-hati.
Seharusnya pasien menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan untuk
meminimalisir kemungkinan pasien untuk terkena cedera .

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit


Salah satu faktor risiko dari kejadian yang menimpa pasien, adalah prilaku pasien yang
tidak menggunakn alat pelindung diri berupa sarung tangan ketika melakukan
kegiatannya berkebun dan tidak berhati- hati dalam melakukan aktivitas terssebut.
Analisis untuk mengurangi paparan
Pasien dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri ketika akan melakukan
kegiatan berkebun , seminimal nya pasien menggunakan sarung tangan untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya cedera

Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita, penatalaksaan dan proses
penyembuhan. Konsumsi makanan yang cukup dan bergizi seperti buah dan sayur.
Istirahat yang cukup. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat khususnya untuk
menjaga kebersihan luka. Hindari kontak luka dengan area yang kotor. Hindari area
yang sakit dari keadaan yang membuat basah. Jangan melakukan aktivitas berat,
terutama yang menggunakan bagian tubuh yang sakit. Jangan memanipulasi area yang
sakit secara berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

S, David R.Hand and Finger Infections. Merck Manual Home Health Handbook.
2008.

Pearce, Evelyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa


Inggris : kurt J.Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia
Ahmad H. Asdie. Edisi 13. Jakarta
:EGC. 1999.
Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit . Editor Huriawati Hartanta. Edisi
2. Jakarta:EGC,2004.
Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah. Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung
Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia : MonicaEster. Edisi 8
jakarta : EGC,2001
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Askep
Berdasarkan Diagnosa medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta :
Mediaction Publishing

28

Anda mungkin juga menyukai