Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit pada sistem pencernaan adalah penyebab paling umum


terjadinya nyeri. Salah satunya penyakit gastritis atau yang biasanya di kenal
dengan maag. Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam
gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya
proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2012). Gastritis merupakan suatu
keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah
gastritis superfisialis akut dan gastritis atrofik kronis (Sylvia,2012). Gastritis
merupakan salah satu masalah saluran pencernaan yang paling sering terjadi.
Asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak
lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah, gastritis yang tidak ditangani
dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan
yaitu kanker lambung.

Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO,2017


mengadakan peninjawan diberbagai Negara dunia dan mendapatkan hasil
presentase dari angka kejadian gastritis di dunia diantaranya Inggris 22 %, Cina
31%, Jepang 14%, Kanada 35%, prancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis
sekitar 1,8 sampai 2,1 juta dari jumblah penduduk setiap tahunnya. Prevelensi
gastritis yang diinformasi melalui endoscopi pada populasi Sanghai sekitar 17,2
persen. Angka kejadian gastritis di Indonesia menutut Wolrd Health
Organitatuon (WHO, 2017) adalah 40,8%. Prevelensi di Indonesia cukup tinggi

1
yaitu 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Data angka kesakitan
penduduk berasal dari masyarakat (community bassed data) yang diperoleh dari
studi morbilitas dan hasil pengumpulan data dinas kesehatan kabupaten/kota
penyakit gastritis menempati urutan kedua dari sepuluh penyakit terbanyak di
NTT dengan jumblah kasuh 99,111 kasus pada tahun 2016 (Kemenkes,2017).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan


salah satu dari 10 penyakit terbanyak pada klien inap di rumah sakit di Indonesia
dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes, 2012). Di Jawa Timur pada tahun
2011 prevalensi gastritis mencapai 44,5% yaitu dengan jumlah 58.116 kejadian
(Hidayanti, 2014). Indonesia secara global menempati urutan ke empat dengan
jumlah penderita gastritis terbanyak yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis.
Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian dan
pengamatan yang di lakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian
gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang mencapai 91,6% yaitu di kota
Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%,
Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,35%, Aceh 31,7% dan Pontianak
31,2%. Tahun 2009 penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit terbanyak
pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh indonesia dan menyerang lebih
banyak perempuan daripada laki-laki dengan jumlah kasus 30,154 orang
(Depkes RI,2010).

Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada


jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi memindahkan
stimulus nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
terlokalisasi pada suatu bagian tubuh sering kali dijelaskan dalam istilah proses
destruktif, jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas yang terbakar, melilit seperti
emosi perasaan kaku, mual dan takut (Judha, 2012; Megawati, 2014). Dalam 1-3
hari pada umumnya lambung dapat memperbaiki mukosa yang rusak secara
mandiri (Diyono & Mulyanti, 2013). Untuk memperkecil makin parahnya iritasi
lambung, menghentikan asupan makanan yang merangsang lambung, seperti

2
makanan pedas, asam dan mengandung gas dianjurkan. Hal ini dikarenakan
makanan yang merangsang dapat mengiritasi mukosa lambung dan
menimbulkan nyeri. Selain itu menganjurkan klien melakukan tehnik relaksasi
(nafas dalam, mendengarkan music nonton tv, membaca, dll) dan tehnik
distraksi itu sangat dianjurkan. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi nyeri
yang terjadi (Lusianah, 2010).
Nyeri merupakan sesuatu yang bersifat subjektif. Setiap individu
mempelajari nyeri melalui pengalaman yang berhubungan langsung dengan
luka (injury) yang terjadi selama kehidupannya. Secara klinis, nyeri adalah
apapun yang diungkapkan oleh pasien mengenai sesuatu yang dirasakan sebagai
sesuatu hal yang tidak menyenangkan / sangat mengganggu. Nyeri merupakan
campuran dari berbagai respon, baik fisiologis maupun perilaku. Respons ini
timbul ketika seseorang terpapar dengan nyeri, dan masing- masing individu
mempunyai karakteristik yang berbeda dalam merespons nyeri tersebut
(Andarmoyo, 2013 )
Potter & perry (2004) dalam fundamental of nursing menyebutkan bahwa
strategi pelaksanaan nyeri non farmakologis dapat diterapkan tindakan
keperawatan holistik. Pada implementasi terapi holistik di indonesia,strategi
tindakan holistk dipandang sebagai tindakan komplemanter. Perawat dapat
melakukan tindakan komplementer keperawatan secara mandiri yang dibagi
menjadi beberapa kategori terapi salah satunya adalah terapi sentuhan seperti
Guided imaginary therapy. Guided imaginary therapy adalah tehnik pikiran –
tubuh tradisional yang dianggap sebagai suatu bentuk hipnotis yang dipadu
melalui konsentrasi dan imajinasi pikiran. Tujuan terapi yang di inginkan dari
tindakan ini adalah mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan
stres,depresi, kecemasan, ketegangan otot, panik dan lain-lain (Purwanto,
2013). Guided imaginary therapy adalah menggunakan imajinasi seseorang
dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif
tertentu (Muttaqin, 2011)
Imajinasi terbimbing akan membentuk sebuah bayangan/ imajinasi

3
tentang hal-hal yang di sukai. Imajinasi yang terbentuk tersebut akan di terima
sebagai rangsangan oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut akan
dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus dan akan muncul kembali
ketika terdapat rangsangan berupa bayanagan tentang hal-hal yang di sukai
tersebut (Guyton dan Hall, 2008). Keberhasilan tehnik guided imagery bisa di
jelaskan melalui konsep pengkondisian klasik berupa pengalaman yang
menyenangkan sehingga menimbulkan reaksi terhadap stimulasi (Feldman,
2012). Selain itu, Apostolo & Katherine (2009) menyatakan bahwa dengan
melakuakan tehnik imajinasi terbimbing dalam dengan induksi latihan selama
10-20 menit secara teratur dapat mengurangi rasa nyeri.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pelaksanaan terapi distraksi guided imaginary
terhadap penurunan skala nyeri pada pasien gastritis ?

C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitiaan dibagai menjadi dua yaitu :
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran pelaksanaan terapi distraksi guided
imaginary terhadap penurunan skala nyeri pada pasien gastritis
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik pasien gastritis
b. Mendeskripsikan fase pra interaksi pelaksanaan penerapan terapi
distraksi guided imaginary terhadap penurunan skala nyeri pada pasien
gastritis
c. Mendeskripsikan fase orientasi pelaksanaan penerapan terapi distraksi
guided imaginary terhadap penurunan skala nyeri pada pasien gastritis
d. Mendeskripsikan fase interaksi pelaksanaan penerapan terapi distraksi
guided imaginary terhadap penurunan skala nyeri pada pasien gastritis

4
e. Mendeskripsikan fase terminasi pelaksanaan penerapan terapi distraksi
guided imaginary terhadap penurunan skala nyeri pada pasien gastritis

D. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi perawat
Dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran agar dapat memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan secara nyata kepada pasien gastritis.
2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Diharapkan dapat meningkatkan informasi dan keterampilan dari keluarga
dalam merawat pasien hipertensi.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat meningkatkan kinerja perawat di rumah sakit tentang penerapan
terapi distraksi guided imaginary terhadap penurunan skala nyeri pada
pasien gastritis.

Anda mungkin juga menyukai