Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH DISASTER 2

UPAYA MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

DISUSUN OLEH:

Vani Putri

TK.3C

DOSEN PEMBIMBING :NS. HILMA YESSI S.KEP M.KEP

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANFAKULTAS ILMU


KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

SUMATRA BARAT

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah memberikan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah DISASTER 2

           Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pengarang
buku maupun artikel yang telah membantu kami dengan tulisannya, Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan kesempatan untuk
menyusun makalah ini, serta teman - teman yang telah memotivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.

           Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Terima Kasih

Pariaman,Senen 02 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

A. Latar Belakang ................................................................................


B. Rumusan Masalah……………………………………………….....
C. Tujuan .............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem peringatan dini …………………………………….........................


B. Jalur evakuasi ………………………………………….......................
C. Evakuasi korban .....................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik factor
alam maupun faktor non alam,maupun factor manusia ,sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia,kerusakan lingkungan ,kerugian harta benda,dan
dampak psikologi. (Suratman Woro Suprojo, Prosiding pengindraan jauh dan system
informasi geografi.2012)
Jalur evakuasi adalah jalur yang ditujukan untuk membuat orang agar dapat
menyikapi saat terjadi bencana dan tidak (berhamburan saat terjadi bencana) panik
saat terjadi bencana melainkan dapat memposisikan apa yang akan mereka lakukan
dengan melihat arah panah maupun tanda lain demi menekan jumlah korban yang
disebabkan oleh kepanikan saat terjadi bencana. seperti gunung meletus, banjir
maupun gempa bumi.
Peran siswa yang juga adalah sebagai masyarakat sekolah yang menempati aspek
penting dalam ikut campur (partisipasi) dalam pembuatan jalur evakuasi,
membutuhkan peran dari masyarakat sekolah pengetahuan terhadap mengenai resiko
bencana juga sangat penting, upaya tersebut juga dituangkan dalam hyogo frame
work for action Tahun 2005 dimana salah satu butirnya memprioritaskan tentang
pendidikan mitigasi bencana.(prosding spatial thinking ) 1.sistem peringatan diri

Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di
dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko
bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya bencana.
B. Tujuan
Untuk mengetahui sistem peringatan dini dalam bencana,jalur evakuasi dalam
bencana ,dan jalur evakuasi dalam bencana
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem peringatan dini
Sistem peringatan dini (early warning system) menjadi bagian penting dari
mekanisme kesiapsiagaan masyarakat, karena peringatan dapat menjadi faktor kunci
penting yang menghubungkan antara tahap kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Secara
teoritis bila peringatan dini disampaikan tepat waktu, maka suatu peristiwa yang
dapat menimbulkan bencana dahsyat dapat diperkecil dampak negatifnya.

Sistem peringatan dini merupakan serangkaian sistem untuk memberitahukan akan


timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana maupun tanda-tanda alam lainnya.
Peringatan dini pada masyarakat atas bencana merupakan tindakan memberikan
informasi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat. Dalam keadaan kritis,
secara umum peringatan dini yang merupakan penyampaian informasi tersebut
diwujudkan dalam bentuk sirine, kentongan dan lain sebagainya.

Harapannya adalah agar masyarakat dapat merespon informasi tersebut dengan cepat
dan tepat. Kesigapan dan kecepatan reaksi masyarakat diperlukan karena waktu yang
sempit dari saat dikeluarkannya informasi dengan saat (dugaan) datangnya bencana.
Kondisi kritis, waktu sempit, bencana besar dan penyelamatan penduduk merupakan
faktor-faktor yang membutuhkan peringatan dini. Semakin dini informasi yang
disampaikan, semakin longgar waktu bagi penduduk untuk meresponnya.

Ketentuan Mengenai Jalur Evakuasi

Mungkin salah satu peraturan yang menjadi dasar kewajiban pengadaan rambu jalur
evakuasi tertuang pada Undang-undang no 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
dan juga Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung. PP No
36 tahun 2005 tentang bangunan gedung menyatakan bahwa “Setiap bangunan
gedung, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana, harus
menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna,
pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi yang dapat menjamin kemudahan pengguna
bangunan gedung untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara
aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat”Pada ayat 3 di pasal yang sama
disebutkan bahwa sarana pintu keluar darurat dan jalur evakuasi harus dilengkapi
dengan tanda arah yang mudah dibaca dan jelas. Prinsip penyelenggaraan bangunan
dengan standar keselamatan dan kemudahan evakuasi ini juga dijelaskan dalam UU
No 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG dimana pada pasal 27
dinyatakan Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di
dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan
bangunan gedung. Pada pasal 30 ayat 1 dinyatakan bahwa akses evakuasi dalam
keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat(2) harus disediakan di
dalam bangunan gedung meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu
keluar darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana
lainnya, kecuali rumah tinggal.

Adapun kriteria atau syarat jalur evakuasi diantaranya memenuhi kriteria berikut :

Jalur Evakuasi harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka yang aman,
dilengkapi Penanda yang jelas dan mudah terlihat.

Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan yang cukup.

Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat
membahayakan.

Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi gerak, tidak
melewati ruang yang dapat dikunci.

Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit minimal 230
cm.
Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik Kumpul, bisa
dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panik.

Pintu Darurat dilengkapi dengan penutup pintu otomatis.

Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian bangunan
yang lain.

Sudahkah Instansi Anda mengatur jalur evakuasi? Mudah-mudahan pelanggan Anda


telah anda buatkan sistem akses evakuasi minimal mendekati ketentuan yang telah
disebutkan diatas. Jangan sampai malah rambu jalur evakuasi mengarah ke pintu
terkunci atau gang buntu. hehehe. Ketentuan diatas setidaknya memberikan gambaran
ketika Anda hendak menata rambu jalurnya. Mengenai ketentuan yang menyangkut
pintu darurat dan lain-lainnya bisa Anda sesuaikan atau bahkan dapat “diabaikan”
ketika secara teknis dan secara fisik memang bangunan Anda tidak memerlukan itu,
atau memang bangunan Anda sudah ada sebelum regulasi tersebut ada. Masak iya
Anda akan nyusuli membuatkan pintu darurat?

Ulasan tadi masih lebih banyak bicara jalurnya, nah sekarang tentu Anda
membutuhkan rambunya. Anda dapat membuat sendiri rambu jalur evakuasi dengan
cara yang sangat mudah. Rambu jalur evakuasi bisa dibuat dari bahan akrilik atau
foam dengan ukuran kira-kira 30 x 12 cm. Untuk penandanya anda dapat
mendownload dari link download dibawah ini. Pertama kali yang harus anda tentukan
adalah faktor ruangan atau gedung yang akan anda buatkan jalur evakuasi. Tentukan
berapa titik dan dimana saja anda akan memasang jalur evakuasi. Lalu tentukanlah
dimana kira-kira anda akan memasang titik berkumpul dan berapa titik berkumpul
yang akan Anda sediakan.
B. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi merupakan jalur yang diperuntukkan khusus menghubungkan
semua area ke area yang aman sebagai Titik Kumpul. Dalam keadaan darurat,
jalur evakuasi menjadi sangat penting dan mutlak untuk diletakkan sebagai
penunjuk arah atau rambu jalur evakuasi untuk gedung bertingkat, rumah
sakit, pabrik dan segala bencana seperti
kebakaran, gempa bumi dan banjir. Jalur Evakuasi adalah jalur khusus yang
menghubungkan semua area ke area yang aman (Titik Kumpul). Dalam
sebuah proyek konstruksi, jalur evakuasi sangatlah penting untuk
mengevakuasi para pekerja ke tempat aman apabila di dalam sebuah proyek
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu, rambu-rambu jalur
evakuasi harus dipasang di semua area proyek. Jalur Evakuasi di proyek
gedung bertingkat terdiri dari jalur menuju Tangga Darurat, Tangga Darurat,
dan jalur menuju Titik Kumpul di luar
gedung.Peraturan yang menjadi dasar kewajiban pengadaan rambu jalur
evakuasi tertuang pada Undang-Undang no 28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung dan juga Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Bangunan
Gedung. PP No 36 tahun 2005 tentang bangunan gedung menyatakan bahwa
“Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret
sederhana, harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem
peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
yang dapat menjamin kemudahan pengguna bangunan gedung untuk
melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman apabila
terjadi bencana atau keadaan darurat”.Adapun kriteria atau syarat jalur evakuasi yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Jalur Evakuasi harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka
yang aman, dilengkapi Penanda yang jelas dan mudah terlihat.
b. Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan yang cukup.
c. Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang
dapat membahayakan.
d. Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi
gerak, tidak melewati ruang yang dapat dikunci.
e. Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit
minimal 230 cm.
f. Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik
Kumpul, bisa dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panik.
g. Pintu Darurat dilengkapi dengan penutup pintu otomatis.
h. Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian
bangunan yang lain.
Jalur evakuasi harus mengarah ke titik kumpul atau titik aman yang
telah di tentukan oleh instansi terkait. Penandaan tanda jalur evakuasi juga
harus diperhatikan, penandaan jalur evakuasi harus memenuhi syarat seperti
berwarna hijau dan bertulisan warna putih dengan ukuran tinggi huruf 10cm
dan tebal huruf 1cm, dapat terlihat jelas dari jarak 20 meter, dan penandaan
harus didertai dengan penerangan
Menentukan membuat dan memelihara sarana Emergency Exit
 Peta Jalur Emergency Exit ditempatkan disetiap
lantai, ruangan dan tempat-tempat khusus
termasuk assembly point dan sarana emergency
(APAR, P3K dll)
 Jalur Evakuasi harus bebas dari benda yang bisa menghambat proses
evakuasi
 Jalur evakuasi harus cukup (jumlah & ukuran) untuk mengeluarkan
personil dalam waktu 2, 2 ½
atau 3 menit
 Jalur evakuasi harus bebas dari benda yang mudah
terbakar atau barang berbahaya lainnya.
C. Evakuasi korban
Jalur evakuasi merupakan jalur yang diperuntukkan khusus menghubungkan
semua area ke area yang aman sebagai Titik Kumpul. Dalam keadaan darurat,
jalur evakuasi menjadi sangat penting dan mutlak untuk diletakkan sebagai
penunjuk arah atau rambu jalur evakuasi untuk gedung bertingkat, rumah
sakit, pabrik dan segala bencana seperti
kebakaran, gempa bumi dan banjir.
I. EVAKUASI KORBAN DI AREA SEKITAR TEMPAT KEJADIAN
Saksi Mata / Karyawan :
• Menolong korban bila mampu dan keadaan memungkinkan
• Membawa korban ke tempat lebih aman bila mampu dan kedaan
memungkinkan.
Tim Medis

• Melakukan dekontaminasi.

• Membawa korban ke Pos Pertolongan Pertama.

• Melakukan PPGD.

• Melakukan triase pada korban.

• Membawa korban ke RS dengan mobil ambulans.

II. EVAKUASI KORBAN MASYARAKAT DILUAR KAWASAN PABRIK YANG


TERPENGARUH DAMPAK KEADAAN DARURAT TINGKAT

Saksi Mata / Masyarakat yang Mengetahui adanya Korban :


• Melaporkan adanya korban ke Tim Humas, dan Tim Humas meneruskannya
ke Tim Rescue / Tim SAR.
• Bila mampu dan memungkinkan, langsung bawa korban ke RS terdekat.
Tim Rescue, Tim SAR Daerah, Polisi
• Melakukan pencarian korban baik sendiri maupun bersama-sama.
• Membawa korban ke RS terdekat.
III. EVAKUASI PERSONIL DISEKITAR TEMPAT KEJADIAN
Anggota Safety Representatif :
• Membawa bendera evakuasi
• Melihat arah angin.
• Mengumpulkan dan memandu para personil yang tidak terlibat
penanggulangan menuju ke AP (Assembly Point).
Unit Transport Tim Evakuasi
• Membawa kendaraan evakuasi ke AP.

• Mengangkut para personil dari AP ke Tempat Aman Mutlak melalui jalur


evakuasi yang ditentukan.

• Tim Keamanan :

• Mengamankan jalur evakuasi.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem peringatan dini (early warning system) menjadi bagian penting dari
mekanisme kesiapsiagaan masyarakat, karena peringatan dapat menjadi
faktor kunci penting yang menghubungkan antara tahap kesiapsiagaan dan
tanggap darurat. Secara teoritis bila peringatan dini disampaikan tepat
waktu, maka suatu peristiwa yang dapat menimbulkan bencana dahsyat
dapat diperkecil dampak negatifnya.

Jalur evakuasi merupakan jalur yang diperuntukkan khusus


menghubungkan semua area ke area yang aman sebagai Titik Kumpul.
Dalam keadaan darurat, jalur evakuasi menjadi sangat penting dan mutlak
untuk diletakkan sebagai penunjuk arah atau rambu jalur evakuasi untuk
gedung bertingkat, rumah sakit, pabrik dan segala bencana seperti
kebakaran, gempa bumi dan banjir.
DAFTAR PUSTAKA
Mei, Estuning Tyas W., Lavigne F., Picquot A.,Belizal E., Brunstein D., Grancher D.,
Sartohadi J., Cholik N., Vidal C. 2013.Lessons learned from the 2010evacuations at
Merapi volcano. Journal of Volcanology and Geothermal Research 261, Maret 2013.
Pemerintah Daerah Klaten. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun
2011. Klaten Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2010. Peta
Sementara Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jakarta. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Anda mungkin juga menyukai