DISUSUN OLEH:
Vani Putri
TK.3C
SUMATRA BARAT
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah memberikan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah DISASTER 2
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pengarang
buku maupun artikel yang telah membantu kami dengan tulisannya, Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan kesempatan untuk
menyusun makalah ini, serta teman - teman yang telah memotivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Terima Kasih
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di
dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko
bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya bencana.
B. Tujuan
Untuk mengetahui sistem peringatan dini dalam bencana,jalur evakuasi dalam
bencana ,dan jalur evakuasi dalam bencana
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem peringatan dini
Sistem peringatan dini (early warning system) menjadi bagian penting dari
mekanisme kesiapsiagaan masyarakat, karena peringatan dapat menjadi faktor kunci
penting yang menghubungkan antara tahap kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Secara
teoritis bila peringatan dini disampaikan tepat waktu, maka suatu peristiwa yang
dapat menimbulkan bencana dahsyat dapat diperkecil dampak negatifnya.
Harapannya adalah agar masyarakat dapat merespon informasi tersebut dengan cepat
dan tepat. Kesigapan dan kecepatan reaksi masyarakat diperlukan karena waktu yang
sempit dari saat dikeluarkannya informasi dengan saat (dugaan) datangnya bencana.
Kondisi kritis, waktu sempit, bencana besar dan penyelamatan penduduk merupakan
faktor-faktor yang membutuhkan peringatan dini. Semakin dini informasi yang
disampaikan, semakin longgar waktu bagi penduduk untuk meresponnya.
Mungkin salah satu peraturan yang menjadi dasar kewajiban pengadaan rambu jalur
evakuasi tertuang pada Undang-undang no 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
dan juga Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung. PP No
36 tahun 2005 tentang bangunan gedung menyatakan bahwa “Setiap bangunan
gedung, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana, harus
menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna,
pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi yang dapat menjamin kemudahan pengguna
bangunan gedung untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara
aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat”Pada ayat 3 di pasal yang sama
disebutkan bahwa sarana pintu keluar darurat dan jalur evakuasi harus dilengkapi
dengan tanda arah yang mudah dibaca dan jelas. Prinsip penyelenggaraan bangunan
dengan standar keselamatan dan kemudahan evakuasi ini juga dijelaskan dalam UU
No 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG dimana pada pasal 27
dinyatakan Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di
dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan
bangunan gedung. Pada pasal 30 ayat 1 dinyatakan bahwa akses evakuasi dalam
keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat(2) harus disediakan di
dalam bangunan gedung meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu
keluar darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana
lainnya, kecuali rumah tinggal.
Adapun kriteria atau syarat jalur evakuasi diantaranya memenuhi kriteria berikut :
Jalur Evakuasi harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka yang aman,
dilengkapi Penanda yang jelas dan mudah terlihat.
Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat
membahayakan.
Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi gerak, tidak
melewati ruang yang dapat dikunci.
Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit minimal 230
cm.
Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik Kumpul, bisa
dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panik.
Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian bangunan
yang lain.
Ulasan tadi masih lebih banyak bicara jalurnya, nah sekarang tentu Anda
membutuhkan rambunya. Anda dapat membuat sendiri rambu jalur evakuasi dengan
cara yang sangat mudah. Rambu jalur evakuasi bisa dibuat dari bahan akrilik atau
foam dengan ukuran kira-kira 30 x 12 cm. Untuk penandanya anda dapat
mendownload dari link download dibawah ini. Pertama kali yang harus anda tentukan
adalah faktor ruangan atau gedung yang akan anda buatkan jalur evakuasi. Tentukan
berapa titik dan dimana saja anda akan memasang jalur evakuasi. Lalu tentukanlah
dimana kira-kira anda akan memasang titik berkumpul dan berapa titik berkumpul
yang akan Anda sediakan.
B. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi merupakan jalur yang diperuntukkan khusus menghubungkan
semua area ke area yang aman sebagai Titik Kumpul. Dalam keadaan darurat,
jalur evakuasi menjadi sangat penting dan mutlak untuk diletakkan sebagai
penunjuk arah atau rambu jalur evakuasi untuk gedung bertingkat, rumah
sakit, pabrik dan segala bencana seperti
kebakaran, gempa bumi dan banjir. Jalur Evakuasi adalah jalur khusus yang
menghubungkan semua area ke area yang aman (Titik Kumpul). Dalam
sebuah proyek konstruksi, jalur evakuasi sangatlah penting untuk
mengevakuasi para pekerja ke tempat aman apabila di dalam sebuah proyek
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu, rambu-rambu jalur
evakuasi harus dipasang di semua area proyek. Jalur Evakuasi di proyek
gedung bertingkat terdiri dari jalur menuju Tangga Darurat, Tangga Darurat,
dan jalur menuju Titik Kumpul di luar
gedung.Peraturan yang menjadi dasar kewajiban pengadaan rambu jalur
evakuasi tertuang pada Undang-Undang no 28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung dan juga Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Bangunan
Gedung. PP No 36 tahun 2005 tentang bangunan gedung menyatakan bahwa
“Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret
sederhana, harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem
peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
yang dapat menjamin kemudahan pengguna bangunan gedung untuk
melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman apabila
terjadi bencana atau keadaan darurat”.Adapun kriteria atau syarat jalur evakuasi yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Jalur Evakuasi harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka
yang aman, dilengkapi Penanda yang jelas dan mudah terlihat.
b. Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan yang cukup.
c. Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang
dapat membahayakan.
d. Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi
gerak, tidak melewati ruang yang dapat dikunci.
e. Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit
minimal 230 cm.
f. Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik
Kumpul, bisa dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panik.
g. Pintu Darurat dilengkapi dengan penutup pintu otomatis.
h. Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian
bangunan yang lain.
Jalur evakuasi harus mengarah ke titik kumpul atau titik aman yang
telah di tentukan oleh instansi terkait. Penandaan tanda jalur evakuasi juga
harus diperhatikan, penandaan jalur evakuasi harus memenuhi syarat seperti
berwarna hijau dan bertulisan warna putih dengan ukuran tinggi huruf 10cm
dan tebal huruf 1cm, dapat terlihat jelas dari jarak 20 meter, dan penandaan
harus didertai dengan penerangan
Menentukan membuat dan memelihara sarana Emergency Exit
Peta Jalur Emergency Exit ditempatkan disetiap
lantai, ruangan dan tempat-tempat khusus
termasuk assembly point dan sarana emergency
(APAR, P3K dll)
Jalur Evakuasi harus bebas dari benda yang bisa menghambat proses
evakuasi
Jalur evakuasi harus cukup (jumlah & ukuran) untuk mengeluarkan
personil dalam waktu 2, 2 ½
atau 3 menit
Jalur evakuasi harus bebas dari benda yang mudah
terbakar atau barang berbahaya lainnya.
C. Evakuasi korban
Jalur evakuasi merupakan jalur yang diperuntukkan khusus menghubungkan
semua area ke area yang aman sebagai Titik Kumpul. Dalam keadaan darurat,
jalur evakuasi menjadi sangat penting dan mutlak untuk diletakkan sebagai
penunjuk arah atau rambu jalur evakuasi untuk gedung bertingkat, rumah
sakit, pabrik dan segala bencana seperti
kebakaran, gempa bumi dan banjir.
I. EVAKUASI KORBAN DI AREA SEKITAR TEMPAT KEJADIAN
Saksi Mata / Karyawan :
• Menolong korban bila mampu dan keadaan memungkinkan
• Membawa korban ke tempat lebih aman bila mampu dan kedaan
memungkinkan.
Tim Medis
• Melakukan dekontaminasi.
• Melakukan PPGD.
• Tim Keamanan :