Disusun Oleh
Kelompok 4, Tingkat 3.C :
1. Nuril Qalbi
2. Nurul Hanifah
3. Rifka Delvia
4. Surya Ningsih
Dosen Pemimbing:
Ns. Hilma Yessi, S. Kep, M. Kep
Assalamua’alakum Wr.Wb.
Sudah selayaknya ucapan syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat, petunjuk
dan pertolongan-Nyajualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, walaupun
dalam bentuk yang sederhana. Dan salam dan taslim senantiasa terkirimkan atas junjungan Nabiullah
Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan ke alam terang benderang
dengan curahan ilmu pengetahuan.
Makalah ini berjudul “Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan”. Dibuat sebagai salah satu tugas
mata Kuliah Manajemen Keperawatan yang bertujuan untuk mempelajari Indikator Mutu Pelayanan
Kesehatan. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Manajemen
Keperawatan.
Saya sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan
saran yang bersifat konsrruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini diwaktu
mendatang.
Wassalam.......
Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Tujuan .................................................................................................................
C. Manfaat Penulisan...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................
A. Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan....................................................................
B. Konsep Teoritis Jaminan Mutu Asuhan Keperawatan............................................
C. Konsep Teoritis Praktek Keperawatan Berbasis Bukti (EBP)..............................
D. Indikator Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan.................................................
E. Audit Internal Pelayanan Keperawatan………………………………………...
F. Audit Personal …………………………………………………………………..
G. Keselamatan Pasien……………………………………………………………
H. Perawat Diri……………………………………………………………………..
I. Kepuasan Pasien..................................................................................................
J. Kenyamanan…………………………………………………………………….
K. Kecemasan……………………………………………………………………..
L. Pengetahuan…………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP ......................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tengah krisis multidimensi yang melanda tanah air kita, terdapat banyak masalah
terjadi yang membuat rakyat Indonesia kebingungan untuk memajukan bangsa ini. Satu per satu
masalah muncul di negeri ini, mulai dari bencana alam sampai penyebaran wabah penyakit. Isu
yang paling mengancam nasib bangsa ini adalah masalah kesehatan nasional. Masalah kesehatan
nasional yang dihadapi bangsa kita sekarang adalah penyebaran wabah penyakit, pelayanan
kesehatan yang buruk, serta kurangnya biaya pengadaan fasilitas kesehatan padahal kesehatan
nasional merupakan fondasi penting dalam memajukan bangsa ini dari keterpurukan.Yang
menjadi pertanyaan adalah apakah sistem pelayanan kesehatan Indonesia sudah memadai dalam
menangani masalah kesehatan Indonesia.
Salah satu permasalahan yang terjadi adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kualitas
pelayanan rumah sakit dapat diketahui dari penampilan professional personil rumah sakit,
efisiensi dan efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh
keseluruhan pelayanan: pelayanan admisi, dokter, perawat, makanan, obat-obatan, sarana dan
peralatan, fasilitas dan lingkungan fisik rumah sakit.
Dalam pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang paling sering dikemukakan
dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas RS, antara lain: keterlambatan pelayanan
dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang kurang komunikatif dan informatif,
lamanya proses masuk rawat, aspek pelayanan di RS, sertaketertiban dan kebersihan lingkungan
RS.
Perilaku, tutur kata, keacuhan, keramahan petugas, serta kemudahan mendapatkan
informasi dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam persepsi kepuasan pasien RS.
Tidak jarang walaupun pasien/keluarganya merasa outcome tak sesuai dengan harapannya
merasa cukup puas karena dilayani dengan sikap yang menghargai perasaan dan
martabatnya.Dalam memberikan pelayanannya rumah sakit harus cepat tanggap terhadap
kebutuhan pasien baik itu dari segi pengobatan, administrasi maupun ketepatan dalam bertindak.
Tidak semua rumah sakit akan kita dapatkan mutu pelayanan yang maksimal untuk pasiennya.
Untuk itu penulis mengangkat permasalahan mengenai Mutu Pelayanan di Rumah Sakit yang
saat ini banyak tidak memenuhi kepuasaan pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejauh mana pelayanan yang diberikan oleh suatu rumah sakit apakah
sudah memenuhi kepuasaan pasien dalam mendapatakan pelayanan yang optimal dari rumah
sakit tersebut sehingga rumah sakit itu tergolong rumah sakit yang bermutu di mata pasien.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu mutu pelayanan kesehatan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan terutama
mutu pelayanan di sebuah rumah sakit.
3. Untuk mengakaitkan hubungan antara mutu pelayanan di rumah sakit apakah sudah
sesuai dengan dimensi mutu.
4. Untuk mengetahui aspek apa saja yang berhubungan dengan kepuasan pasien di rumah
sakit.
5. Untuk mengetahui indikator apa yang menyatakan bahwa pasien sudah puas dengan
pelayanan yang diterima dari rumah sakit.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah tentang mutu pelayanan kesehatan dan kepuasan
pasien adalah:
1. Untuk mengetahui definisi mutu dan mutu pelayanan kesehatan.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan terutama mutu
pelayanan di sebuah rumah sakit.
3. Mengetahui aspek apa saja yang berhubungan dengan kepuasan pasien di rumah sakit.
4. Dapat mengakaitkan dimensi mutu dalam pelayanan di rumah sakit.
5. Mengetahui indikator apa yang menyatakan bahwa pasien sudah puas dengan pelayanan yang
diterima dari rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
d. Emphaty (empati)
Empati lebih merupakan perhatian dari perawat yang diberikan kepada pasien secara
individual. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, dimensi empati dapat diaplikasikan
melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada setiap pasien, perhatian
terhadap keluhan pasien dan keluarganya, perawatan diberikan kepada semua pasien tanpa
memandang status sosial dan lain-lain.
e. Reliability (keandalan)
Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya, dimana dapat dipercaya dalam hal
ini didefinisikan sebagai pelayanan keperawatan yang konsisten. Oleh karena itu,
penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan adalah prosedur penerimaan pasien
yang cepat dan tepat, pemberian perawatan yang cepat dan tepat, jadwal pelayanan
perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian makan, obat, istirahat, dan
lain-lain), dan prosedur perawatan tidak berbelat belit.
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang mengadakan
interkasi secara profesional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk
penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan pengobatan, indikasi
tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.
3. Hasil (Outcome)
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain terhdap
pasien.
a. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi:
1) Angka infeki nosokomial : 1-2%
2) Angka kematian kasar: 3-4%
3) Kematian pasca bedah: 1-2%
4) Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5) Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6) NDR (Net Death Rate): 2,5%
7) ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal 1/5000
8) PODR (Post-Operation Death Rate): 1%
9) POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%
.
G . Keselamatan Pasien
yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patien safety) adalah proses dalam suatu Rumah
Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen risiko,
identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko. Standar keselamatan pasien tersebut menurut Pasal 43 ayat (2)
dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam
rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.Yang dimaksud dengan insiden
keselamatan pasien adalah kesalahan medis (medical error), kejadian yang tidak diharapkan
(adverse event), dan nyaris terjadi (near miss).Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit,
Menteri Kesehatan menurut Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, membentuk Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.Komite Nasional tersebut merupakan organisasi nonstruktural dan
independen dibawah koordinasi direktorat jenderal yang membidangi rumah sakit, serta bertanggung
jawab kepada Menteri.
Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien;
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;dan
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas mewajibkan setiap Rumah
Sakit untuk mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6
(enam) hal sebagai berikut:
1. Ketepatan identifikasi pasien;
2. Peningkatan komunikasi yang efektif;
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;dan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, menurut Pasal 9 Peraturan Menteri
Kesehatan tersebut diatas, Rumah Sakit melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit yang terdiri dari:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
2. Memimpin dan mendukung staf;
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4. Mengembangkan sistem pelaporan;
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;dan
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
H. Perawatan Diri
Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi,berpakaian,dan eliminasi yang
disebabkan oleh keterbatasan diri
Angka tidakterpenuhinya kebutuhan diri(mandi toilet,pada timgkat ketergantungan
parsial dan total)
Perawatan diri yang mana suatu tindakan yang untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan sesorng untuk kesejahteraan fisik dn psikis,kurang perawatan diri dimana
seorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
I . Kenyamanan
Kenyamanandidefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien berdasarkan
pengukuran kenyamanan.Ada tiga tipe kenyamanan (dorongan, ketentraman dan transcendence)
serta empat konteks pengalaman (fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan).
Tipe-tipe kenyamaman didefiniskan sebagai berikut :
· Dorongan (relief): kondisi resipien yang membutuhkan penanganan yang spesifik dan segera.
· Ketenteraman (ease): kondisi yang tenteram atau kepuasan hati.
· Transcendence: kondisi dimana individu mampu mengatasi masalahnya (nyeri).
Empat konteks kenyamanan
· Fisik : berkaitan dengan sensasi jasmani.
· Psikospiritual : berkaitan dengan kesadaran diri, internal diri, termasuk penghargaan, konsep diri,
seksual dan makna hidup; berhubungan dengan perintah yang terbesar atau kepercayaan.
· Lingkungan : berkaitan dengan keadaan sekitarnya, kondisi-kondisi, dan pengaruhnya.
· Sosial : berkaitan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
Teori kenyamanan meliputi tiga tipe alasan logis:
A.Induction
Induksi terjadi setelah terjadi proses generalisasi dari pengamatan terhadap objek yang
spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Ketika perawat mendalami tentang praktek keperawatan dan
keperawatan sebagai disiplin, perawat menjadi familiar dengan konsep implisit atau eksplisit, term,
proposisi, dan asumsi yang mendukung praktik keperawatan.
B.Deduction
Deduksi merupakan proses penyimpulan prinsip atau premis yang bersifat general menjadi
kesimpulan yang lebih spesifik (Bishop & Hardin, 2006).
Tahapan deduktif dari perkembangan teori menghasilkan hubungan comfort dengan konsep
lain untuk menghasilkan sebuah teori. Pendapat dari ketiga theorist disertakan dalam teori comfort,
oleh karena itu Kolcaba mencari bentuk dasar yang dibutuhkan untuk menyatukan ketiga konsep
dasar: relief, ease, dan transcendence. Sesuatu hal yang diinginkan adalah suatu kerangka konsep
general yang mampu menjelaskan comfort menjadi istilah yang lebih mudah dipahami dan
mengurangi tingkat abstraksinya (Tomey & Alligood, 2010).
C.Retroduction
Retroduction digunakan untuk menyeleksi fenomena yang sesuai untuk dikembangkan lebih luas
untuk kemudian diuji kembali. Tipe ini diaplikasikan dalam area yang hanya memiliki beberapa teori
(Bishop & hardin, 2006).. Hasil yang diharapkan dari pemberian intervensi keperawatan adalah
diperolehnya kenyamanan pasien yang dapat dilihat dari persepsi yang dikemukakan oleh pasien
J. Kepuasan Pasien
Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari
membandingka penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan
harapan seseorang (Philip Kotler). Kepuasaan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan,
harapan dan kebutuhan pelanggan dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan
bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang
lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap
suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan
tidak efisien. Hal initerutamasangat penting bagi pelayanan publik.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam
mengembangkan suatu sistim penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap
kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan
dampak pelayanan terhadap populasi sasaran (Triatmojo, 2006). Dalam rangka mengembangkan
mekanisme pemberian pelayanan yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan,
perlu mengetahui apa yng dipikirkan pelanggan tentang jenis, bentuk dan orang yang
memberi pelayanan. Lupiyoadi (2001:158) menyatakan bahwa dalam menentukan tingkat
kepuasan, terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:
Kualitas produk; Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan
bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
Kualitas pelayanan; Terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas bila
mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.
Emosional; Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang
lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang
cenderung mempunyai tingkat kepuasan lebih tingg
Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai social atau self
esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.
Harga; Produk yang mempunyai kualitas sama tetapi menetapkan harga yang relatif
murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya.
Biaya; Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang
waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau
jasa itu.
Keistimewaan produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan diantaranya yaitu:
Mutu yang lebih tinggi dari produk memungkinkan (memberikan manfaat) untuk
Meningkatkan kepuasan pelanggan.
Membuat produk mudah laku dijual
Memenangkan persaingan
Meningkatkan pangsa pasar
Memperoleh pemasukan dari penjualan
Menjamin harga premium
Dampak yang teruatama adalah terhadap penjualan
Biasanya, mutu yang lebih tinggi membutuhkan biaya lebih banyak
Mengurangi tingkat kesalahan
Mengurangi pekerjaan ulang dan pemborosan
Mengurangi kegagalan di lapangan, beban garansi
Mengurangi ketidakpuasan pelanggan
Mengurangi keharusan memeriksa dan menguji
Memendekkan waktu guna melempar produk baru ke pasar
Tingkatkan hasil/kapasitas
Meningkatkan kinerja pengiriman
Dampak utama biaya
Biasanya mutu lebih tinggi biayanya lebih sedikit
Kepuasan Pelanggan:
Puas atau tidak puas seseorang tergantung pada Sikapnya terhadap ketidaksesuaian (rasa
senang atau tidak senang).Tingkatan daripada evaluasi “baik atau tidak” untuk dirinya,
melebihi atau di bawah standar.
Efisiensi dan efektivitas, menunjuk pada pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada
diagnosa dan terapi yang berlebihan. Aspek Keselamatan pelanggan, adalah upaya
perlindungan pelanggan dari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan pelanggan,
seperti jatuh, kebakaran, dll. Kepuasan pelanggan, sangat berhubungan dengan kenyaman,
keramahan, dan kecepatan pelayanan.
Jaminan mutu pelayanan di Rumah Sakit (RS) merupakan salah satu faktor penting dan
fundamental khususnya bagi manajemen RS itu sendiri dan para stakeholdernya, pasalnya
dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi Rumah Sakit, adanya
QA yang baik tentu saja membuat RS mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat.
Bagi pelanggan, QA dapat dijadikan sebagai faktor untuk memilih RS yang bermutu dan
baik..
Bagi praktisi medis, selain terikat dengan standar profesinya, dengan adanya QA para praktisi
medis dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati – hati dalam menjaga mutu
pelayanannya. Dan bagi pemerintah sendiri, adanya QA dapat menjadikan standar dalam
memutuskan salah benarnya suatu kasus yang terjadi di Rumah sakit.
Mutu pelayanan rumah sakit (RS) dapat ditelaah dari tiga hal yaitu:
1) struktur (sarana fisik, peralatan, dana, tenaga kesehatan dan nonkesehatan, serta pasien)
2) proses (manajemen RS baik manajemen interpersonal, teknis maupun pelayanan
keperawatan yang kesemuanya tercermin pada tindakan medis dan nonmedis kepada
pasien),
3) Outcome
a. Aspek
Mutu yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai mutu pelayanan RS yaitu:
penampilan keprofesian (aspek klinis),
efisiensi dan efektivitas,
keselamatan
kepuasan pasien.
b. Dalam pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang paling sering dikemukakan
dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas RS, antara lain:
keterlambatan pelayanan dokter dan perawat.
dokter sulit ditemui.
dokter yang kurang.
komunikatif dan informatif.
lamanya proses masuk pasien RS
b. Pelayanan dokter:
Sikap dan perilaku dokter saat melakukan pemeriksaan rutin.
Penjelasan dokter terhadap pengobatan yang akan dilakukannya.
Ketelitian dokter memeriksa responden.
Kesungguhan dokter dalam menangani penyakit responden.
Penjelasan dokter tentang obat yang harus diminum.
Penjelasan dokter tentang makanan yang harus dipantang.
Kemanjuran obat yang diberikan dokter.
Tanggapan dan jawaban dokter atas keluhan responden.
Pengalaman dan senioritas dokter.
c. Pelayanan perawat:
Keteraturan pelayanan perawat setiap hari (pemeriksaan nadi, suhu tubuh, dan
sejenisnya
Tanggapan perawat terhadap keluhan responden
Kesungguhan perawat melayani kebutuhan responden
Keterampilan perawat dalam melayani (menyuntik, mengukur tensi, dan lain -lain)
Pertolongan sifatnya pribadi (mandi, menyuapi makanan, dan sebagainya)
Sikap perawat terhadap keluarga pasien dan pengunjung/tamu pasien
Pemberian obat dan penjelasan cara meminumny
. Penjelasan perawat atas tindakan yang akan dilakukannya
Pertolongan perawat untuk duduk, berdiri, dan berjalan.
L. PENGETAHUAN
Menurut ;otoadmodjo (Pengetahuan merupakan hasil , dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Jadi pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas
pancaindra yaitu penglihatan, penciuman,peraba dan indra perasa, sebagian besar pengetahuan
diperoleh melalui mata dan telinga(pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. (penelitian vogers dalam buku pendidikan dan
perilaku kesehatan otoatmodjo, mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yaitu
1. wareness kesadaran& ketika seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus objek
2 interst tertarik&, ketika seseorang mulai tertarik pada stimulus.
3 aluation menimbang-nimbang& terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
baginya.
4 trial mencoba&, ketika seseorang telah mencoba perilaku baru.
5 doption adaptasi&, ketika seseorang telah berprilaku baru yang sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
namun, berdasarkan penelitian selanjutnya, ogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku
tidak selalu melewati tahapan di atas. jika penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini yaitu dengan didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
itu akan bersifat
langgeng long lasting. sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran, perilaku itu tidak akan berlangsung lama.
M. kecemasan
merupakan reaksi yang pertama muncul atau dirasakan oleh pasien dan keluarganya disaat
pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terncana begitu mulai masuk rumah sakit.kecemasan akan
terus menyertai pasien dan keluarganya dalam setiap tidakan perawatan terhadap pemyakit yang
diderita pasien.
cemas adalah emosi tanpa objek yang spesiik,penyebabnya tidkak diketahui dan didhui oleh
pengalaman baru,yang mana menndakan suatu keadaan yang mengancam kebutuhan serta
keberadaan dirinya dan dimanifestikan dalam bentu perilaku seperti rasa tidak berdaya,rasa tidak
mampu,rasa takut dan fobia tertentu.
A penilaian kecemasan
Zung self-rating anxiety adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh
william W.K.zung dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diaqnosis.
Rentang penilain 20-80 dengan pengelompokkan antara lin
skor 20-44:normal/tiak cemas
skor 40-59: kecemasan rigan
skor 60-74:kecemasan sedang
skor 75-80:kecemasan berat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah
satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Peningkatan mutu
pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan efektif sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan
kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Indikator mutu pelayanan keperawatan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu institusi
rumah sakit, karena mutu pelayanan keperawatan ini merupakan penilaian bagi masyarakat terhadap
suatu rumah sakit. Indikator mutu ini merupakan citra dari suatu rumah sakit. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan indikator mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan yaitu agar mutu pelayanan kesehatan di Indonesia harus lebih
ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan disiplin kepada karyawan yang sesuai dengan
aturan yang berlaku sehingga dapat menumbuhkan kehandalan dalam memberikan pelayanan
kesehatan sehingga ada kepuasan tersendiri bagi konsumen dan akhirnya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di puskesmas dan mencapai masyarakat yang sehat
dan terbebas dari berbagai macam penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani & Heru Suprianto. 2017. Manajemen Keperawatan : pengelolaan tenaga kerja. Jakarta :
EGC
Swans Burg, R.C. 2018. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk perawat
klinis. Jakarta : Salemba Medika
Agus Kintoro. 2019. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Herlambang, Susatyo. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Gosyen Publishing :
Yogyakarta
Bustami. 2017. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. Erlangga : Jakarta
34