Anda di halaman 1dari 5

Resume :

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAM INTERNASIONAL SEBELUM PERANG

DUNIA PERTAMA DANA SESUDAH PERANG DUNIA KEDUA

Meskipun beberapa pakar menyatakan dapat menurut konsep hak asasi manusia yang

sederhana sampai kepada filsafat stoika di zaman kuno lewat yurisprudensi hukum kodrati

(natural law) Grotius dan ius naturale dari Undang-undang Romawi, tampak jelas bahwa asal

usul konsep hak asasi manusia yang moderen dapat dijumpai dalam revolusi Inggris,

Amerika Serikat dan Perancis pada abad ke17 dan ke-18 (Scott Davidson, 1994 : 2).

A. Praktek Negara-Negara

1. Inggris

Sementara Magna Carta (1215) sering keliru dianggap sebagai cikal bakal kebebasan warga

negara Inggris. Piagam ini sesungguhnya hanyalah kompromi pembagian kekuasaan antara

raja Jhon dan para bangsawannya. Piagam ini memperoleh makna yang lebih luas seperti

sekarang ini. Sebenarnya baru dalam Bill of Rights (1689) lahir ketentuan-ketentuan untuk

melindungi hak-hak atau kebebasan individu. Bill of Rights, sebagaimana diberikan dengan

judulnya yang panjang “An Act Declaring the Rights and Liberties of the Subject and

Succession of the Crown” (Akta Deklarasi Hak dan Kebebasan Kawula dan Tatacara Suksesi

Raja), merupakan hasil perjuangan parlemen melawan pemerintahan raja-raja wangsa stuart

yang sewenang-wenang pada abad ke17 dan Disahkan setelah raja James II dipaksa turun

Takhta dan William III serta Mary II naik ke singgasana menyusul “Revolusi Gemilang”

(Glorious Revolution) pada tahun 1688 Bill of Rights. Undangundang ini juga melarang

pemungutan pajak dan pemeliharaan pasukan tetap pada masa damai oleh raja tanpa

persetujuan parlemen (Scoot Davidson, 1994 : 2).

2. Amerika Serikat
Para pemimpin koloni-koloni Inggris di Amerika Utara yang memberontak pada paruh kedua

abad 18 tidak melupakan pengalaman revolusi Inggris dan berbagai upaya filosofis dan

teoritis untuk membenarkan revolusi itu. Dalam upaya melepaskan upaya koloni-koloni itu

dari kekuasaan Inggris, menyusul ketidakpuasan akan tingginya pajak dan tiadanya wakil

dalam parlemen Inggris, para pendiri Amerika Serikat ini mencari pembenaran dalam teori

kontrak sosial dan hak-hak kodrati dari Jhon Locke dan para filsuf Perancis. (Declaration of

Independence) Deklarasi Kemerdekaan Amerika (1776) yang disusun oleh Thomas Jefferson.

Deklarasi Hak Asasi Virgina (The Virgina Declaration of Rights) yang disusun oleh George

Mason sebulan sebelum Deklarasi Kemerdekaan, mencantumkan kebebasan-kebebasan yang

spesifik yang harus dilindungi dari campur tangan negara. Kebebasan ini mencakup, antara

lain : kebebasan pers; kebebasan beribadat dan ketentuan yang menjamin tidak dapat

dicabutnya kebebasan seseorang kecuali berdasarkan hukum setempat atau berdasarkan

pertimbangan warga sesamanya (Scott Davidson, 1994 : 5)

3. Perancis

Penyelesaian yang terjadi menyusul Revolusi Perancis juga mencerminkan teori kontrak

sosial serta hak-hak kodrati dari Locke dan para filsuf Perancis, Montesquieu dan Rousseau.

Deklarasi Hak Manusia dan warga negara (1789) memperlihatkan dengan jelas sekali bahwa

pemerintah adalah suatu hal yang tidak menyenangkan dan diperlukan. Menurut deklarasi itu,

kebahagiaan sejati haruslah dicari dalam kebebasan individu yang merupakan produk dari

“hak-hak manusia yang suci”, tak dapat dicabut dan kodrati”.

Dilindunginya hak-hak individu tertentu hak atas proses pengadilan yang benar, praduga tak

bersalah (presumption fo innocence), kebebasan menganut pendapat dan menganut

kepercayaan agama, serta kebebasan menyampaikan gagasan dan pendapat-deklarasi ini

mengantarkan hak-hak ini dengan filsafat kebebasan yang jelas. Pasal 2 Deklarasi
menyatakan bahwa “sasaran setiap asosiasi politik adalah pelestarian hak-hak manusia yang

kodrati dan tidak dapat dicabut. Hak-hak ini adalah :hak atas kebebasan (liberti) harta

(property), keamanan (safety) dan perlawanan terhadap penindasan (resitance to appression)

(Scott Davidson, 1994 : 6).

B. Hak-Hak yang Baru

Tetapi bukan hanya hak sipil dan politik yang dilindungi oleh konstitusi-konstitusi moderen

dan hukum internasional masa kini. Berbagai macam hak ekonomi, sosial, budaya dan yang

lainnya juga menjadi subjek berbagai bentuk perlindungan. Karel Vasak telah mencoba

mengelompokkan perkembangan hak asasi manusia menurut slogan “Kebebasan, Persamaan

dan Persaudaraan” dari revolusi Perancis (Scott Davidson, 1994 : 8)

Persaudaraan, hak generasi ketiga atau hak solidaritas, merupakan kategori hak yang terbaru

dan paling kontroversial. Hak ini dibeli dengan gigih oleh negara-negara berkembang yang

menginginkan terciptanya suatu tatanan ekonomi dan hukum internasional yang akan

menjamin hak atas pembangunan, hak atas bantuan untuk penggulangan bencana, hak atas

perdamaian dan hak atas lingkungan hidup yang baik. Jelaslah pelaksanaan hak-hak semacam

itu, jika itu memang hak akan bergantung pada kerjasama internasional dan bukan sekedar

langkah konstitusional suatu negeri.

C. Liga Bangsa-Bangsa

Perlindungan terhadap individu dalam sistem hukum internasional melalui asal-usul hukum

hak asasi manusia dapat ditelusuri hingga pada konstitusionalisme revolusioner abad ke-17

dan ke18, namun barulah pada akhir perang Dunia ke-II masyarakat internasional pada

promosi dan proteksi terhadap hak-hak semacam itu lewat hukum internasional.

Bagaimanapun juga sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20 telah terjadi perkembangan
kemanusiaan tertentu pada hukum internasional yang paling menonjol di antaranya,

barangkali adalah penghapusan perdagangan budak.

Meskipun ekonomi perbudakan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke19 secara

konstitusional telah menjadi kurang menarik bagi negara-negara Eropa dibandingkan masa

sebelumnya penghapusan perbudakan itu juga bermotifkan pada kepedulian kemanusiaan.

Praktek perbudakan mula-mula dikutuk dalam traktat perdamaian Paris (1814) antara Inggris

dan Perancis, namun selang 50 Tahun kemudian, Akta Umum Konferensi Berlin yang

mengatur Kolonisasi Eropa di Afrika menyatakan bahwa “perdagangan budak dilarang

berdasarkan asas-asas hukum internasional” Aksi internasional menentang perbudakan dan

perdagangan budak berlanjut sepanjang abad ke-20.

Liga bangsa-bangsa mensahkan Konvensi untuk melenyapkan Perbudakan dan Perdagangan

budak pada tahun 1926 dan melarang praktek perbudakan di daerah-daerah bekas koloni

Jerman dan Turki yang berada di bawah sistem mandat Liga Bangsa-bangsa pada akhir

Perang Dunia I. Konvensi 1926 ini masih tetap merupakan dokumen internasional utama

yang melarang praktek perbudakan, meskipun konvensi ini telah diamandemenkan dengan

suatu protokol (addendum pada traktat itu) pada tahun 1953 dan tahun 1956 dibubuhi

suplemen mengenai definisi tindakantindakan yang termasuk dalam perbudakan di zaman

modern. Kemajuan besar yang lain dalam hukum kemanusiaan internasional pada paruh

kedua abad ke19 adalah pembentukan Komite Palang merah Internasional (1863) dan usaha

organisasi ini dalam mensponsori konvensi internasional untuk melindungi korban perang

dan perlakuan terhadap tawanan perang, yakni Konvensi Jenewa I, II, III, IV 1949.

Upaya-upaya kemanusiaan pada awal abad ke20 sebagian besar berkaitan dengan

penyelesaian pasca perang dunia I. Organisasi Buruh Internasional yang dibentuk

berdasarkan Traktat Versailles (1919), merupakan respon kepedulian Sekutu mengenai


keadilan sosial dan standar perlakuan terhadap kaum buruh industri yang terutama diilhami

oleh revolusi Bolshewik tahun 1917. ILO yang pada tahun 1946 menjadi badan khusus PBB

dapat dianggap sebagai pendahulu sistem proteksi terhadap hak ekonomi, sosial dan budaya.

ILO telah mensponsori lebih dari 150 konvensi yang di antaranya menyangkut kondisi kerja,

remunerasi, kerja paksa dan buruh kanakkanak, pemberian libur dan jaminan sosial,

diskriminasi dan hak-hak serikat buruh (Scott Davidson, 1994 : 12).

Tugas menyusun Bill Of Rights (pernyataan tertulis yang memuat hak-hak terpenting warga

negara) internasional itu diserahkan kepada Komisi Hak Asasi Manusia (Economic and

Sosial Council atau Dewan Sosial Ekonomi PBB). Komisi yang terdiri atas wakil-wakil

negara, memutuskan bahwa catalog hak asasi manusia itu hendaknya berbentuk sebuah

resolusi Majelis Umum PBB, karena suatu konsesus untuk memasukkan hak-hak itu kedalam

piagam, atau dukungan terhadap suatu traktat hak asasi manusia yang secara hukum

mengikat, mustahil akan diperoleh dalam waktu dekat (Scott Davidson, 1994 : 17).

Di abad 20 jumlah NGO yang peduli akan hak asasi manusia telah berkembang biak, seperti

dinyatakan oleh buku petunjuk Human Rights Internet (juga sebuah NGO) yang terkenal

diantaranya adalah Komisi Ahli Hukum Internasional (International Commission Jurists)

Amnesti Intenasional, Perkumpulan Anti Perbudakan, Article 19 dan Dewan Gereja Sedunia.

Sebagian NGO ini telah memperoleh pengakuan dari organisasi-organisasi internasional dan

ECOSOC telah memberikan status penasehat kepada lembaga-lembaga internasional yang

berwenang, jika para korban itu sendiri tidak dapat menempuh prosedur yang semestinya

karena, misalnya disekap dan tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar. (Scott Davidson,

1994 : 27).

Sumber: Davidson Scott, Human Rights, (Hak Asasi Manusia : Sejarah Teori dan Praktek
Dalam Pergaulan Internasional), Buckingham : Open University Press. 1993. Penterjemah, A.
Hadyana Pudjaatmaka, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1994.

Anda mungkin juga menyukai