IFAC baru-baru ini mengeluarkan revisi atas Kode Etik Akuntan Profesional (IFAC Code).
Syarat keanggotaan di IFAC, sebuah organisasi akuntan nasional harus menggunakan IFAC
Code atau mengadopsi IFAC Code dengan persyaratan tidak boleh “kurang ketat”. Penelitian
dilakukan pada 158 organisasi akuntan nasional, sejauh mana organisasi – organisasi tersebut
telah mengadopsi Kode Etik IFAC bagi mereka. Hasil penelitian menunjukkan 80 organisasi
sampel telah mengadopsi IFAC Code (dengan sedikit modifikaasi), sedangkan 78 organisasi
tidak memanfaatkan model IFAC Code.
Sebagian besar negara-negara memiliki standar pelaporan keuangan sendiri dan organisasi
profesi akuntannya. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Dewan Standar Akuntansi
Internasional berupaya untuk mengharmonisasikan standar pelaporan keuangan di seluruh dunia.
Selain itu IFAC mengeluarkan revisi IFAC Code. IFAC Code ini berpotensi dijadikan dasar bagi
berbagai kode etik nasional. Akan tetapi ada faktor-faktor lain seperti budaya, kelembagaan,
filosofis dan nasionalis yang berpengaruh pada tujuan, pendekatan dan konten yang terkandung
dalam masing-masing kode etik disiplin akuntansi di seluruh dunia.
Tujuan Penelitian
- Menilai sejauh mana kode etik berbagai organisasi akuntansi nasional diselaraskan
dengan (mengadopsi) revisi IFAC Code.
- Menguji apakah organisasi akuntan nasional dalam memilih untuk mengadopsi IFAC
Code dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi.
Penelitian Sebelumnya
1. Farrel dan Cobbin (2000) melakukan analisa isi kode etik 57 asosiasi akuntansi nasional.
Hasil penelitian: 96% kode etik yang dianalisa dibuat berdasarkan aturan secara alami.
Namun meskipun kode etik 57 sampel tersebut adalah rule based, banyak juga yang
memasukkan komponen inspirasional yang memberikan nilai/prinsip-prinsip penting
yang harus dipatuhi oleh akuntan professional.
Kesimpulan penelitian: IFAC Code digunakan sebagai model kode etik untuk
harmonisasi standar perilaku akuntan professional di seluruh dunia.
2. Jakubowski dkk (2002) melakukan penelitian sejauh mana persamaan dan perbedaan
kode etik akuntan professional bersertifikat di negara: AS, Taiwan, Korea Selatan,
Malaysia, Ontario (Kanada), Australia, India dan Hongkong.
Hasil penelitian: Ada persamaan dan perbedaan aturan etika pada negara-negara tersebut.
Beberapa aturan etika adalah “tanpa pengaruh budaya” dan tidak berbeda pada 8 negara,
sedangkan pada negara lain bervariasi yang menerapkan spesifisitas aturan etika tertentu,
yang disebabkan oleh pengaruh ekonomi, budaya dan hukum di masing-masing negara.
Menurut Cohen (1992), terdapat faktor budaya dan sosial ekonomi yang dapat menghambat
penerimaan dan pelaksanaan kode etik profesi internasional. Keputusan apakah mengadopsi
Kode IFAC atau tidak, dapat dipengaruhi oleh faktor budaya dan faktor sosial ekonomi. tidak .
Cohen berpendapat bahwa organisasi akuntansi nasional di negara kurang berkembang akan
menolak mengadopsi Kode IFAC karena kode itu sebagian besar dibuat oleh dan berguna untuk
akuntan di negara maju. Wallace (1990) mengidentifikasi kurangnya kesesuaian standar
internasional untuk negara-negara berkembang sebagai masalah utama yang dihadapi dalam
harmonisasi standar akuntansi.
IFAC Code
The International Federation of Accountants saat ini memiliki 134 anggota dan 24 anggota
organisasi asosiasi. Anggota IFAC adalah nasional organisasi akuntansi dari akuntan profesional
individu atau perusahaan akuntansi. Tiga organisasi anggota IFAC di AS adalah American
Institute Akuntan Publik (AICPA), Institut Akuntan Manajemen (IMA), dan Asosiasi Nasional
Dewan Negara Akuntansi.
Menurut IFAC Code, misi Federasi Internasional Akuntan adalah ''pembangunan di seluruh
dunia dan peningkatan profesi akuntansi dengan standar harmonis yang mampu memberikan
layanan berkualitas tinggi secara konsisten demi kepentingan umum” (IFAC, 2005, hal. 2).
Tujuan utama dari IFAC adalah harmonisasi internasional standar akuntansi nasional, termasuk
standar etika, Berdasarkan tujuan tersebut, IFAC menerbitkan revisi Kode Etik Profesional
Akuntan pada Juni 2005. Kode IFAC sebagai kode etik model bagi asosiasi akuntansi nasional.
Adopsi Kode IFAC bukan merupakan prasyarat untuk keanggotaan di IFAC. Namun, menurut
Kode IFAC, “anggota IFAC atau perusahaan mungkin tidak menerapkan standar yang
sama/lebih ketat daripada yang tercantum dalam Kode Etik ini”. Anggota organisasi IFAC
karena itu mungkin mengadopsi kode etik mereka sendiri bagi anggotanya. Namun, kode apapun
yang diadopsi oleh anggota IFAC tidak boleh “kurang ketat” daripada IFAC Code.
Pengumpulan Data
- Data diperoleh secara langsung melalui situs IFAC tentang apakah organisasi anggota
IFAC dan asosiasi telah mengadopsi IFAC Code. Data dikumpulkan dari 158 organisasi
angggota IFAC. Setiap anggota organisasi IFAC harus menyelesaikan survei sebagai
persyaratan keanggotaan dan hasil survei tersebut tersedia secara online untuk umum.
survey terdiri dari dua bagian. Dalam Bagian 1, anggota IFAC harus memberikan
informasi mengenai penetapan standar negara mereka dan kerangka peraturan bekerja.
Bagian 2 menggambarkan upaya organisasi mereka untuk mengatasi kebutuhan anggota
IFAC itu. Sebagian dari Bagian 2 dalam pertanyaan survei khusus membahas apakah
anggota organisasi telah mengadopsi model Kode etik IFAC.
- Data tentang status sosial ekonomi negara masing-masing anggota IFAC dari Bank Dunia
(2007). Bank Dunia mengklasifikasikan ekonomi ke dalam kelompok pendapatan
berdasarkan pendapatan nasional bruto per kapita. Berbagai kelompok pendapatan diberi
label berpenghasilan rendah, pendapatan menengah ke bawah pendapatan menengah ke
atas, dan berpenghasilan tinggi. Data sosial ekonomi berhasil diperoleh untuk 153 dari
158 anggota IFAC. Sehingga, tes empiris penelitian ini tentang hubungan antara status
sosial ekonomi dan keputusan adopsi IFAC Code didasarkan pada 153 organisasi.
Tabel VI memberikan hasil yang menguji apakah keputusan untuk mengadopsi IFAC Code
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. Ini secara khusus menguji hipotesis bahwa akuntansi
organisasi di negara berpenghasilan rendah akan cenderung untuk mengadopsi Kode IFAC
dibandingkan negara-negara maju. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara keputusan adopsi IFAC Code dengan status sosial ekonomi.
Implikasi Penelitian
- Hasil penelitian menunjukkan bahwa IFAC telah cukup berhasil dalam usaha mereka untuk
menyelaraskan/harmonisasi standar etika akuntan profesional di seluruh dunia. Sedikit lebih
dari 50 % dari anggota IFAC telah mengadopsi Kode IFAC (kadang-kadang dengan minor
modifikasi ) sebagai kode etik mereka sendiri. Selain itu, ditemukan juga bahwa banyak
organisasi akuntansi yang tidak mengadopsi IFAC Code berusaha untuk meminimalkan
perbedaan antara kode etiknya dengan IFAC Kode dan yang lain berencana mengadopsi
IFAC Code di kemudian hari.
- Hipotesis bahwa organisasi akuntansi di negara berpenghasilan rendah akan lebih kecil
kemungkinannya untuk mengadopsi IFAC CODE tidak terbukti. Alasan potensial kurangnya
dukungan untuk hipotesis tersebut adalah bahwa organisasi akuntansi di negara
berpenghasilan rendah mungkin tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengembangkan kode etik yang efektif pada mereka sendiri. Organisasi-organisasi ini
karena itu akan menemukan biaya menguntungkan untuk hanya mengadopsi model IFAC
Code.
- Terdapat potensi perbedaan antara organisasi akuntansi yang mengadopsi kode etik dan
organisasi yang mampu menegakkan kode etik tersebut pada anggotanya. Dengan kata lain,
mungkin relatif mudah (yaitu, biaya rendah) untuk sebuah organisasi dalam ekonomi
berpenghasilan rendah untuk mengadopsi IFAC Code, sedangkan kondisi di negara tersebut,
termasuk faktor budaya dan sosial ekonomi, bisa membuat sangat sulit bagi organisasi untuk
menegakkan kode etik. Sangat sulit bagi organisasi dengan dana rendah pada negara
berpenghasilan rendah untuk menilai sejauh mana anggotanya mematuhi kode etik yang
diterapkan, apalagi untuk membawanya ke ranah hukum bagi anggota yang ditemukan
terdapat dugaan ketidakpatuhan . Oleh karena itu, saran Cohen et al.(1992) bahwa ekonomi
mungkin juga dapat mempengaruhi kode etik akuntansi internasional jika kita memeriksa
kepatuhan dan penegakan daripada sekedar adopsi kode etik.
Globalisasi yang terus terjadi dalam budaya, teknologi, dan bisnis, maka profesi akuntansi harus
juga terus mengikuti dan menilai kembali perannya dalam ekonomi dunia dan masyarakat secara
keseluruhan. Studi ini merupakan salah satu upaya, di antara banyak yang harus mengikuti,
untuk menilai bagaimana masyarakat akuntansi internasional mungkin atau mungkin tidak
bereaksi terhadap perubahan.