Anda di halaman 1dari 27

KATERGORI FRAUD PERUSAHAAN

Junnestine1), Noviyanti2), Cherry Ventty3), Windy Anastasya4), Jessie5) , Desiani6),


Marmileni Triana7), Shirley Angelina8)
1
Ekonomi, Universitas Internasional Batam
email: 1842004.junnestine22@uib.edu
2
Ekonomi, Universitas Internasional Batam
email:1842030.noviyanti@uib.edu
3
Ekonomi, Universitas Internasional Batam
email:1842122.cherry@uib.edu
4
Ekonomi, Universitas Internasional Batam
email:1842168.windy@uib.edu
5
Ekonomi, Universitas Internasional Batam
email:1842173.jessie @uib.edu
6
Ekonomi, Universitas Internasional Batam
email: 1842176.desiani@uib.edu
7
Ekonomi, Universitas Internasional Batam
email: 1842177.marmileni@uib.edu
8
Ekonomi, Universitas Internasional Batam
email: 1842178.shirley@uib.edu

ABSTRACT
This study aims to determine the conditions of fraud cases that occur globally, Asia Pacific and
Indonesia with the reviews that have been disclosed by ACFE. Fraud is fraud committed by
someone or more for personal gain. Occupational Fraud consists of 3 types of categories, namely
misuse of assets, corruption and fraud in financial reports. Fraud usually occurs because of
pressure, opportunities, and rationalization. The method applied in examining this fraud tree is by
utilizing quantitative and descriptive approaches. Data collection techniques contained in this study
are by utilizing secondary data. Where the data is contained in the ACFE annual report. The results
of this study indicate that the type of fraud that most often occurs in Indonesia is corruption, while
the type of fraud that often occurs globally and in Asia Pacific is misuse of assets. Researchers
provide recommendations for internal control in order to increase more supervision.
Keywords: Occupational Fraud, Fraud

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi kasus fraud yang terjadi
secara Global, Asia Pasifik dan Indonesia dengan ulasan yang sudah diungkapkan oleh ACFE.
Fraud merupakan kecurangan yang dilakukan seseorang atau lebih untuk kepentingan pribadi.
Occupational Fraud terdiri dari 3 jenis kategori, yaitu penyalahgunaan aset, korupsi dan kecurangan
dalam laporan keuangan. Fraud biasanya terjadi karena adanya tekanan, peluang, dan rasionalisasi.
Metode yang diterapkan dalam meneliti fraud tree ini yaitu dengan memanfaatkan pendekatan
kuantitatif dan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang terdapat pada penelitian ini yaitu dengan
memanfaatkan data sekunder. Dimana data tersebut terdapat dalam laporan tahunan ACFE. Hasil
penelitian ini menunjukkan jenis kecurangan yang paling sering terjadi di Indonesia adalah korupsi,
sedangkan jenis kecurangan yang sering terjadi secara Global dan Asia Pasifik adalah
penyalahgunaan aset. Peneliti memberikan rekomendasi internal control supaya meningkatkan
pengawasan yang lebih.

Kata Kunci: Occupational Fraud, Fraud


PENDAHULUAN Kecurangan dalam laporan
keuangan disebabkan karena perusahaan
Penyalahgunaan posisi di sebuah ingin mempertahankan kondisi finansial
perusahaan yang bermaksud untuk sehingga perusahaan dapat tetap bertahan
menyalahgunakan aset perusahaan untuk meski sebenarnya sedang mengalami
kepentingan pribadi merupakan Fraud kerugian (Oktafiana, Nisa dan Sari, 2019).
(ACFE, 2018). Sampai saat ini, fraud Perusahaan tidak menyajikan laporan
masih banyak terjadi di perusahaan- keuangan secara wajar sehingga
perusahaan baik yang dilakukan oleh kecurangan dalam laporan keuangan
karyawan dengan posisi atas maupun dapat mengakibatkan kerugian yang
bawah. cukup besar walau persentase kasusnya
Occupational Fraud atau yang paling sedikit.
biasa dikenal dengan Fraud Tree terdiri Kasus korupsi merupakan kasus
dari 3 jenis kategori yaitu penyalahgunaan kecurangan yang cukup sering terjadi.
aset, korupsi, dan kecurangan dalam Seperti kasus yang terungkapkan pada PT.
laporan keuangan yang masing-masing Garuda Indonesia pada tahun 2018,
terbagi dalam beberapa sub-kategori bahwa direktur GI menjadi tersangka atas
(ACFE, 2016). Fraud dilakukan karena kasus korupsi. Dimana kasus tersebut
banyaknya beban serta adanya dimulai atas dugaan penerimaan uang
kesempatan yang akhirnya membuat suap sebesar lebih dari empat juta dollar
seseorang melakukan kecurangan (Saud, yang bertransaksi melalui pengiriman
Taufiqul dan Dyar, 2020). bank (transfer). Kasus korupsi tersebut
Penyalahgunaan aset merupakan terjadi karena perusahaan Inggris ingin
kasus fraud dengan persentase total kasus menjadi agen dari mesin yang digunakan
tertinggi secara global (ACFE, 2016). oleh Garuda Indonesia (Idris, 2020).
Penyalahgunaan aset merupakan tindakan Kronologis singkat kasus yang
ilegal dengan cara mengambil sesuatu terjadi atas penyalahgunaan aset Pemkot
yang bukan merupakan hak pelaku fraud Surabaya sehingga negara mengalami
tersebut. Biasanya kasus penyalahgunaan kerugian yang cukup besar yaitu 183
aset terjadi karena pelaku memiliki miliar. Kasus penyalahgunaan aset ini
wewenang untuk mengawasi aset tersebut terjadi pada tahun 2018, dimana sebanyak
sehingga munculah peluang untuk sebelas aset Pemkot Surabaya yang
melakukan fraud (Sudarmanto, 2020). disalah gunakan (Effendi, 2018). Kasus
Berdasarkan Survei Fraud penyalahgunaan aset kembali terjadi pada
Indonesia (2019), fraud yang paling aset LCC yang masih dalam tahap
banyak terjadi dan mengakibat kerugian penyelidikan. Kasus tersebut bermula saat
paling besar di Indonesia adalah korupsi. adanya pinjaman sebesar sembilan puluh
Persentase kasus korupsi di Indonesia lima miliar rupiah yang barang jaminan
mencapai 69.9% dengan total kasus tersebut merupakan aset Pemkab Lombok
sebanyak 167 kasus. Korupsi merupakan Barat yang memiliki luas lebih dari empat
kasus kecurangan yang paling sering hektar (Pratama, 2019).
terjadi di pemerintahan dimana Kasus manipulasi laporan
melibatkan anggota pemerintah yang keuangan merupakan kasus yang dapat
memiliki kekuasaan (Aksa, 2018). dikategorikan jarang terjadi, namun
menciptakan kerugian yang paling besar. sistem waktu pengumpulan, dimana
Seperti PT. Tiga Pilar Sejahtera Food dikarenakan bahwa ACFE mengeluarkan
(AISA) yang terungkap fakta mengenai laporan setiap dua (2) tahun sekali maka
laporan keuangan yang dibuat direksi penelitian menggunakan sistem cross
mengalami penaikkan sebesar 4 triliun section. Dan skala pengukuran pada
rupiah. Manipulasi tersebut juga analisis ini ialah menggunakan skala
dilakukan pada akun pendapatan dan pengukuran data rasio dimana melakukan
beban, dimana direksi AISA telah perbandingan laporan antar 2 nominal
menggelembungkan pendapatan sebesar angka dari 2 tahun laporan yang terdapat
enam ratus enam puluh dua miliar dan dalam ACFE.
menggelembungkan akun lainnya sebesar Ruang Lingkup
tiga ratus dua puluh sembilan miliar Penelitian yang akan dilaksanakan
(Wareza, 2019). ialah dengan menganalisis bagaimana
Kasus fraud sering terjadi di kondisi kasus fraud yang terjadi secara
berbagai negara, termasuk Indonesia. Global, Asia Pasifik, dan Indonesia
Semakin banyak kasus yang terjadi, dengan ulasan yang sudah diungkapkan
semakin banyak juga kerugian yang akan oleh ACFE. Penelitian ini hanya
dialami oleh setiap negara.  Dengan mengenai kasus fraud tree yang terjadi
tingkat kerugian yang dialami berbeda- secara Global, Asia Pasifik, dan Indonesia
beda, maka berkeputusan untuk dengan ketiga kategori yang ada.  
mengangkat judul Kategori Fraud Teknik Pengumpulan Data
Perusahaan sebagai topik penelitian. Metode yang terdapat pada studi
Penelitian ini bertujuan untuk ini yakni memanfaatkan data sekunder.
menganalisa tingkat persentase kasus Dimana data tersebut terdapat dalam
fraud yang terjadi dan tingkat kerugian laporan tahunan ACFE. Dikarenkan pada
yang dialami. penelitian tersebut menggunakan data
kuantitatif maka penelitian ini
METODE menggunakan data sekunder untuk
dijadikan sebagai data penelitian.
Pendekatan Penelitian Pemahaman akan data sekunder sendiri
Pendekatan penelitian ialah cara adalah penjelasan atau keterangan yang
dimana melakukan penelitian dari ditemukan dari sumber yang telah ada
merumuskan suatu masalah hingga guna mewujudkan kepentingan dalam
membuat suatu kesimpulan atas penelitian melaksanakan studi. Data bisa di akses
tersebut. Pendekatan penelitian terdapat 2 pada website ACFE.
jenis, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Metode Analisis Data
Metode yang diterapkan guna meneliti
fraud tree ini memanfaatkan pendekatan Menganalisis secara deskriptif
kuantitatif, dimana berupa nominal yang menjadi cara yang akan dijalankan pada
melahirkan kesimpulan akhir dari studi penelitian ini yaitu dengan menggunakan
ini. Nominal yang dikumpulkan menjadi metode deskriptif ,dimana data tersebut
komponen dalam mengukur bagaimana berbentuk angka nominal yang dijelaskan
interaksi kausalnya. Pada penelitian ini sebagai refleksi dalam menangani
menggunakan data cross section dalam kejadian yang muncul dengan data-data
yang tersedia. . Penelitian deskriptif ini terhadap rekening bank lembaga atau
bermaksud untuk mencapai sasaran dari mengambil cek yang telah dikeluarkan
penelitian ini akan bagaimana keadaan oleh lembaga secara sah kepada penerima
fraud yang berlangsung baik secara pembayaran lain.
Global, Asia Pasifik, dan Indonesia.  e) Register Disbursement Schemes,
dimana seorang karyawan membuat entri
Definisi Operasional Variabel
atau transaksi palsu pada kasir untuk
Fraud Tree dibagi menjadi 3
menyembunyikan penghapusan mata uang
bentuk, yakni:
secara curang.
1. Asset Misappropriation, yang
b. Skimming, dimana uang tunai dicuri
melibatkan tindakan seperti pencurian
dari suatu organisasi sebelum dicatat
atau penyalahgunaan aset di suatu
dalam pembukuan dan catatan organisasi.
organsasi, misalnya penggelapan
c. Cash Larceny, dimana uang dicuri dari
pendapatan, pencurian inventaris dan
suatu organisasi setelah dana tersebut
penipuan dalam penggajian (ACFE,1996).
dicatat di pembukuan organisasi.
Asset Misappropriation dapat terbagi
2. Corruption, dimana terjadinya
mejadi 2 jenis ,yakni berupa tunai dan
penyalahgunaaan kekuasaan yang
non-tunai. Aset non-tunai dapat berupa
memanfaatkan dampaknya atas transaksi
pencurian inventory atau equipment
suatu bisnis supaya mendapatkan
perusahaan. Sedangkan untuk tunai, dapat
keuntungan bagi diri mereka sendiri atau
dibagi menjadi 3 kategori, yakni:
bertentangan dengan kewajibannya
a. Fraudulent Disbursement, dimana
kepada yang lain, misalnya menerima
pelaku menyebabkan organisasi
suap atau terlibat dalam konflik
mencairkan suatu dana melalui beberapa
kepentingan (Anwar,2008).
trik atau perangkat, misalnya
a. Skema penyuapan, melibatkan
mengirimkan faktur palsu .
penawaran, memberi, menerima, atau
Fraudulent Disbursement dibagi menjadi
meminta sesuatu yang penting untuk
5 kategori, yakni :
a) Billing Schemes, dimana penipu mempengaruhi keputusan bisnis. 
b. Skema pembayaran kembali, yang
menyebabkan organisasi yang menjadi
terjadi ketika vendor melakukan
korban mengeluarkan pembayaran dengan
pembayaran yang dirahasiakan kepada
mengirimkan fakur barang atau jasa fiktif
karyawan perusahaan pembeli untuk
atau faktur untuk pembelian pribadi.
mendaftarkan karyawan dalam skema
b) Payroll Schemes, dimana seorang
pembayaran berlebih (ACFE, 2006).
karyawan menyebabkan organisasi yang
c. Skema persekongkolan tender, yang
menjadi korban mengeluarkan
terjadi ketika seorang karyawan secara
pembayaran dengan membuat klaim palsu
curang membantu vendor dalam
untuk kompensasi.
memenangkan kontrak melalui proses
c) Expense Reimbursement Schemes,
penawaran kompetitif.
dimana seorang karyawan membuat suatu
d. Skema pemerasan ekonomi, yang
klaim untuk penggantian fiktif.
terjadi ketika seorang karyawan menuntut
d) Check Tampering, dimana pelaku
pembayaran dari vendor untuk keputusan
mengkonversikan dana suatu organisasi
yang dibuat yang menguntungkan vendor.
dengan menggantikan bank check
Penolakan untuk membayar extorter secara langsung atau tidak
berakibat merugikan vendor. langsung. Fraudulent Statement
e. Skema gratifikasi ilegal, yang menyumbang sekitar 5% dari
melibatkan memberi atau menerima semua kasus penipuan pekerjaan.
sesuatu yang berharga untuk menghargai
keputusan bisnis. Tahun 2002
3. Fraudulent Statement, dimana biasanya
melibatkan dalam pemalsuan laporan
keuangan organisasi, misalnya melebih-
lebihkan pendapatan dan meremehkan
kewajiban atau biaya (Sartono,2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sumber : ACFE, 2002
Berikut merupakan merupakan hasil Asset Misappropriation memiliki jumlah
analisis Fraud yang terjadi berdasarkan persentase kasus yang diteliti lebih dari
laporan ACFE : 80% kasus, Corruption memiliki jumlah
persentase kasus 12.8% dan Fraudulent
Tahun 1996
Statement memiliki jumlah persentase
kasus 5.1%, sehingga kasus
1. Asset Misappropriation, bentuk
penyalahgunaan aset menjadi kasus yang
penipuan pekerjaan yang paling
paling banyak terjadi. Namun, sebaliknya
umum dengan lebih dari empat dari
kerugian terbesar cenderung diakibatkan
lima pelanggaran yang dilaporkan.
oleh Fraudulent Statement seumlah
Aset disalahgunakan biasanya untuk
$4.250.000. Artinya, meskipun jumlah
keperluan karyawan, transaksi yang
kasus yang diteliti sedikit, namun
melibatkan kas organisasi jauh lebih
Fraudulent Statement mengakibatkan
banyak daripada aset lainnya
kerugian yang paling besar dan signifikan.
termasuk inventory, equipment.
2. Corruption, didefinisikan sebagai
penipuan yang berlawanan dengan
orang lain dan hanya untuk
kepentingan sendiri. Biasanya
mengikut-sertakan pihak internal
organisasi yang mengkhianati
perusahaan dan bekerja sama dengan
orang luar. Korupsi menyumbang Sumber : ACFE, 2002
sekitar 10% terjadinya kasus
penipuan pekerjaan. Sekitar 90% dari kasus penyalahgunaan
3. Fraudulent Statements, memenuhi aset melibatkan pencurian uang tunai.
definisi penipuan kerja, yang mana Skema yang melibatkan aset non-tunai
membawa keuntungan financial seperti inventaris, fasilitas perusahaan
yang mana lebih jarang terjadi hanya
sekitar 10%, namun secara keseluruhan
lebih signifikan kerugiannya
dibandingkan aset tunai.

Sumber : ACFE, 2002

Pada tahun 1996 dan 2002, memiliki


persamaan dimana Asset
Misappropriations masih menjadi kasus
yang paling sering terjadi dengan rata-rata
persentase kasus yaitu 83.4% dan
Sumber : ACFE, 2002 Fraudulent Statements menjadi kategori
fraud yang mengalami kerugian paling
Dari ketiga kategori aset tunai, yakni besar dan mengalami peningkatan dari
Fraudulent Disbursements, Skimming dan 1996 ke tahun 2002.
Cash Larceny, Fraudulent Disbursement
dilaporkan palig sering yakni mencapai
71% dan memiliki kerugian tertinggi
dengan biaya korbannya rata-rata
$100.000.

Sumber : ACFE, 2002

Jika dilihat dari tabel perbandingan tahun


1996 dan tahun 2002, Kategori tunai yang
Sumber : ACFE, 2002 paling banyak terjadi dibandingkan
dengan non-tunai, namun non-tunai
Dari 5 kategori Fraudulent Disbursement, menghasilkan kerugian paling besar
Biiling Schemes memiliki persentase dibandingkan tunai. Kategori tunai yakni
kasus hingga 45% sehingga menjadi kasus Fraudulent Disbursement dengan rata-rata
yang paling sering terjadi dan memiliki 51.2% kasus terjadi dan mengalami
kerugian yang paling besar yakni peningkatan kerugian dari $75.000 hingga
$160.000. $100.000. Kemudian kategori Fraudulent
Disbursement, Billing Schemes
merupakan kasus paling banyak terjadi
sekitar 20.4% kasus terjadi dengan
kerugian paling besar, pada tahun 1996
sebesar $250.000 dan tahun 2002 sebesar melibatkan penyalahgunaan aset yaitu
$160.000. dengan penyalahgunaan uang tunai
sebesar 93.4% dan sisanya merupakan
Tahun 2004 penyalahgunaan non tunai ialah 22.1%,
kerugian median dalam dua kategori
tersebut sangat mirip, tetapi dimana ketika
kasus yang non cash terjadi akan lebih
merugikan dibanding cash.

Sumber: ACFE, 2004

Fraud Statements mempunyai


jumlah kasus yang diteliti sebesar 7.9%
kasus, Corruption memiliki jumlah kasus
30.1% dan Fraudulent Statement
Sumber: ACFE, 2004
memiliki jumlah persentase kasus 92.7%,
sehingga kasus penyalahgunaan aset Dimana dari ketiga kateogori jenis kasus
menjadi kejahatan yang sering muncul cash, fraud disbursement merupakan
pada periode 2004. Namun, sebaliknya kerugian terbesar sebesar $125,000 dan
kerugian terbesar cenderung diakibatkan juga merupakan kasus yang sering terjadi
oleh Fraudulent Statement sejumlah sebesar 74.1% dibandingkan dengan 2
$1,000,000. Maka dari itu dapat dikatakan kategori aset tunai tersebut.
bahwa penyalahgunaan walaupun
merupakan kasus yang sering terjadi
tetapi merupakan kasusk erugian yang
terkecil dari ketiga kategori tersebut.
Namun pada kasus yang jarang terjadi
merupakan kasus yang mengalami
kerugian terbesar ialah kasus fraud
Statements.

Sumber: ACFE, 2004

Dimana dari kelima kateogori jenis kasus


fraud disbursement, Billing merupakan
kasus yang sering terjadi sebesar 52.1%
dibandingkan dengan 4 kategori lainnya,
tetapi billing bukan merupakan kerugian
terbesar dari kategori lainnya melainkan
Sumber: ACFE, 2004 Check Tampering yang merupakan kasus
yang mengalami kerugian terbesar sebesar
Banyaknya kasus penyalahgunaan
$155,000.
aset yaitu lebih dari 90%, Kasus yang
Pada tabel diatas dapat dilihat
bahwa kategori kasus yang sering terjadi
adalah penyalahgunaan aset sebesar
91.5% dimana banyaknya kasus sebesar
1,038 kasus yang terjadi dalam
penyalahgunaan aset. Namun, kasus
Fraudulent Statements yang mengalami
kerugian terbesar ialah $2,000,000 tetapi
Sumber: ACFE, 2004 merupakan kasus yang jarang terjadi,
kasus yang terjadi sebesar 10.6% dan
Pada tabel perbandingan antara banyaknya kasus yang dilaporkan sebesar
tahun 2002 dan 2004, kategori tunai yang 120 kasus. Sedangkan pada kasus korupsi
paling sering terjadi dibandingkan dengan merupakan kerugian kedua yang dimana
non tunai, namun pada kasus non tunai sebesar $538,000 kasus yang terjadi
menghasilkan kerugian yang terbesar sebesar 30.8% dari kasus dan sebanyak
dibandingkan dengan kategori tunai 349 kasus yang dilaporkan untuk korupsi.
walaupun non tunai kasus yang jarang
terjadi. Pada kategori penyalahgunaan
aset tahun 2004 mengalami peningkatan
yang besar dibanding dengan tahun 2002
hanya pada kategori skimming yang

Sumber: ACFE 2006

Kasus yang melibatkan


penyalahgunaan aset yaitu dengan
penyalahgunaan uang tunai sebesar 87.7%
dan sisanya merupakan penyalahgunaan
non tunai ialah 23.4%, kerugian median
dalam dua kategori tersebut yang terbesar
mengalami penurunan. Dari ketiga ialah kategori non cash sebesar $200.000.
kategori fraud tree yang paling sering
terjadi ialah kasus penyalahgunaan aset,
dan kategori yang mengalami kerugian
terbesar ialah Fraudulent Statements, dan
pada tahun 2004 mengalami penurunan
kerugian pada kategori corruption
Schemes and Fraudulent Statements.

Tahun 2006 Sumber: ACFE, 2006

Sumber: ACFE, 2006 Dimana dari kedua kateogori jenis


kasus Cash, Skimming merupakan
kerugian terbesar sebesar $76,000 dan
juga merupakan kasus yang sering terjadi
sebesar 18.9% dibandingkan dengan

Sumber: ACFE, 2006

kategori aset tunai lainnya.

Melainkan Wire Transfers yang


merupakan kasus yang mengalami
kerugian terbesar sebesar $500,000
Dimana dari keenam kateogori jenis kasus
fraudulent disbursement, Billing
merupakan kasus yang sering terjadi
sebesar 28.3% dibandingkan dengan 5
kategori lainnya, tetapi billing bukan
merupakan kerugian terbesar dari kategori
lainnya.

Sumber: ACFE, 2006 Sumber: ACFE, 2006

Dimana dari ketiga kateogori jenis kasus Dimana dari kelima kateogori
Noncash Misappropriations, Inventory jenis kasus Financial Statements Fraud
merupakan kasus yang sering terjadi Schemes, Concealed Liabilities
sebesar 16.6% dibandingkan dengan 3 merupakan kasus yang sering terjadi
kategori lainnya, tetapi inventory bukan sebesar 45.0% dibandingkan dengan 4
merupakan kerugian terbesar dari kategori kategori lainnya dan juga merupakan jenis
lainnya melainkan Securities yang kasus yang sering dilaporkan.
merupakan kasus yang mengalami
kerugian terbesar sebesar $1,850,000.
Kasus penyalahgunaan aset terbagi
menjadi beberapa kategori, diantaranya
adalah skema pencurian penerimaan kas
yaitu kasus skimming dan kasus cash
larceny. Kasus skimming pada tahun 2008
terjadi sebesar 16.6% dari total persentase
teradinya kasus penyalahgunaan aset dan
mengalami median kerugian sebesar
$80,000 dari 159 kasus yang terdeteksi.
Sedangkan kasus cash larcency terjadi
sebanyak 10.3% dengan total kasus
terdeteksi sebanyak 99 kasus dan
mengalami median kerugian sebesar
$75,000. Kategori berikutnya adalah
pencairan uang tunai dengan kecurangan,
antara lain billing, expense
reimbursement, check tampering, payroll,
dan cash register disbursements. Kasus
billing terungkap sebanyak 229 kasus
dengan persentase sebesar 23.9% dan
mengalami median kerugian sebesar
$100,000. Kemudian, kasus yang
Sumber: ACFE, 2006
terungkap untuk kategori expense
Dimana dari keempat kateogori jenis reimbursement dan check tampering
kasus Corruption Schemes, Conflicts of sangat mendekati, yaitu 127 kasus dan
Interest merupakan kasus yang sering
141 kasus. Namun perbedaan kerugian
terjadi pada skema korupsi sebesar 61.6%
dibandingkan dengan 4 kategori lainnya yang dialami berbeda cukup signifikan.
dan juga merupakan jenis kasus yang Median kerugian check tampering adalah
sering dilaporkan.
sebesar $138,000 dan expense
reimbursement sebesar $25,000. Kasus
Tahun 2008 payroll telah menghasilkan median
kerugian cukup besar yaitu $49,000 dari
Sumber: ACFE, 2008
89 kasus yang terungkap. Sedangkan
kasus cash register disbursements
menghasilkan median kerugian sebesar mengalami penurunan persentase kasus
$25,000 dari 27 kasus yang terungkap. yang terjadi, yaitu dari 10.3% menjadi
4.3% sejak tahun 2008 hingga 2010.
Kategori lainnya dari penyalahgunaan
aset terdiri dari cash on hand
misappropriations dan non-cash
misappropriations. Kedua kategori
tersebut telah diungkap dengan total kasus
yang tidak memiliki perbedaan yang
signifikan yaitu 121 kasus dan 156 kasus.
Namun pada kategori tersebut, median Sumber: ACFE, 2010
kerugian yang terjadi mengalami
Financial Statement Fraud cukup jarang
perbedaan yang cukup signifikan yaitu dijumpai, namun mengalami tingkat
$35,000 dan $100,000. kerugian yang paling besar. Meskipun
pada grafik sebelumnya menunjukkan
Tahun 2010 persentase kasus manipulasi laporan
keuangan telah mengalami penurunan,
akan tetapi tingkat kerugian yang terjadi
mengalami peningkatan. Peningkatan
yang terjadi adalah sebesar $2,100,000
dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2010. Kerugian yang terjadi atas kasus
Sumber: ACFE, 2010 korupsi telah mengalami penurunan dari
$375,000 menjadi $250,000. Kondisi
Berdasarkan data yang diperoleh dari tersebut mencerminkan bahwa dengan
ACFE 2010, dapat diketahui bahwa kasus berkurangnya persentase terjadinya kasus
Asset Misappropriation telah menjadi korupsi, tingkat kerugian juga mengalami
kasus yang paling banyak terjadi penurunan. Kemudian pada kasus
dibanding kasus Corruption dan penyalahgunaan aset yang paling sering
Financial Statement Fraud. Kasus terjadi telah mengalami kerugian yang
penyalahgunaan aset terus mengalami paling sedikit. Pada grafik, dapat
peningkatan sebesar 1.1%, yaitu dari diketahui bahwa penurunan yang terjadi
89.9% hingga 88.7% sejak tahun 2008 tidak terlalu signifikan.
hingga 2010. Sedangkan tingkat
terjadinya kasus korupsi mengalami Dari kedua grafik ini, dapat kita
penurunan dari 26.9% hingga 21.9%. simpulkan bahwa meskipun
Dalam grafik menunjukkan kasus korupsi penyalahgunaan aset sering terjadi, namun
merupakan kasus yang lebih jarang terjadi kecurangan tersebut tidak membawa
disbanding kasus penyalahgunaan aset. kerugian yang terlalu besar bagi
Manipulasi laporan keuangan merupakan perusahaan. Sebaliknya pada kasus
kasus yang paling jarang terjadi, dan juga manipulasi laporan keuangan yang cukup
jarang terjadi, telah membawa kerugian
yang sangat besar dibanding kasus fraud
lainnya. Sedangkan kasus korupsi
merupakan fraud yang tidak terlalu sering
terjadi dan juga tidak menciptakan
kerugian yang terlalu besar. Sumber: ACFE, 2010

Kasus skimming pada tahun 2010 terjadi


sebesar 14.5% dari total persentase
teradinya kasus penyalahgunaan aset dan
mengalami median kerugian sebesar
$60,000 dari 267 kasus yang terdeteksi.
Sedangkan kasus cash larcency terjadi
sebanyak 9.8% dengan total kasus
terdeteksi sebanyak 181 kasus dan
mengalami median kerugian sebesar
$100,000.
Sumber: ACFE, 2010
Kategori berikutnya adalah pencairan
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui uang tunai dengan kecurangan, antara lain
bahwa skema terjadinya kasus manipulasi billing, expense reimbursement, check
laporan keuangan dari berlangsungnya tampering, payroll, dan cash register
kasus hingga terdeteksi manipulasi disbursements. Kasus billing terungkap
tersebut paling lama sepanjang 27 bulan. sebanyak 479 kasus dengan persentase
Kemudian kasus check tampering, sebesar 26% dan mengalami median
expense reimbursements, payroll dan kerugian sebesar $128,000. Kemudian,
billing berdurasi selama 24 bulan sejak kasus yang terungkap untuk kategori
awal kasus berlangsung hingga terdeteksi. expense reimbursement dan check
Kasus corruption, cash on hand, tampering sangat mendekati, yaitu 278
skimming dan larceny telah berlangsung kasus dan 274 kasus. Namun kerugian
selama 18 bulan hingga terdeteksi yang terjadi pada kasus check tampering
terjadinya kasus-kasus terebut. Sedangkan lebih besar dibanding expense
kasus non-cash dan register disbursement reimbursement. Median kerugian check
telah mengalami durasi yang lebih tampering adalah sebesar $131,000 dan
pendek, yaitu 15 bulan dan 12 bulan. expense reimbursement sebesar $33,000.
Kasus payroll telah menghasilkan median
kerugian cukup besar yaitu $72,000 dari
157 kasus yang terungkap. Sedangkan
kasus cash register disbursements
menghasilkan median kerugian sebesar
$23,000 dari 55 kasus yang terungkap.

Kategori lainnya dari penyalahgunaan


aset terdiri dari cash on hand
misappropriations dan non-cash
misappropriations. Kedua kategori
tersebut telah diungkap dengan total kasus
yang tidak memiliki perbedaan yang
signifikan yaitu 121 kasus dan 156 kasus.
Namun pada kategori tersebut, median
kerugian yang terjadi mengalami
perbedaan yang cukup signifikan yaitu
$23,000 dan $90,000. Kasus yang
terungkap untuk kedua kategori ini
berjumlah sama seperti tahun 2008.
Namun tingkat kerugian yang dialami
telah mengalami penurunan pada tahun
2010.

Tahun 2012

Dari 1.388 kasus penipuan individu yang


dilaporkan, 1.379 termasuk informasi
tentang jumlah total dolar yang hilang
Sumber : ACFE 2012
karena penipuan. Kerugian rata-rata untuk
semua kasus ini adalah $ 140.000, dan Sebagian besar penipuan pekerjaan
lebih dari seperlima kasus melibatkan melibatkan beberapa bentuk
kerugian setidaknya $ 1 juta. penyalahgunaan aset. Namun, dalam
kategori ini, ada banyak cara bagi
karyawan untuk menyalahgunakan aset
dan sumber daya organisasi. Penelitian
sebelumnya telah mengidentifikasi
sembilan sub-kategori berbeda dari
penyalahgunaan aset, delapan melibatkan
pencurian uang tunai dan satu lagi
mencakup penyalahgunaan aset non-tunai.
Tabel di bawah ini mengidentifikasi dan Durasi median - jumlah waktu sejak
menjelaskan masing-masing kategori ini penipuan pertama kali terjadi hingga
dan memberikan frekuensi dan biaya ditemukan - untuk semua kasus dalam
masing-masing seperti yang dilaporkan penelitian adalah 18 bulan. Namun, durasi
dalam studi tahun 2012. kasus di setiap kategori penipuan berkisar
dari 12 bulan (untuk skema pencairan
register dan skema non-tunai) hingga 36
bulan (untuk skema penggajian).

Berdasarkan wilayah geografis tempat


penipuan terjadi, tabel di bawah ini
mencerminkan distribusi kasus menurut
wilayah dan perkiraan kerugian median
yang sesuai. Dengan membandingkan
temuan saat ini dengan hasil studi tahun
2010, memperoleh wawasan tentang
risiko penipuan tertentu yang dihadapi
oleh organisasi di setiap wilayah.

Sumber : ACFE 2012

Sumber : ACFE 2012


Sumber : ACFE 2014

Selain tiga kategori utama penipuan


pekerjaan, terdapat sembilan sub-kategori
Sumber : ACFE 2012 skema penyalahgunaan aset, masing-
masing mewakili cara tertentu yang
digunakan karyawan. sumber daya
organisasi yang tidak tepat. Gambar
Tahun 2014 berikut menunjukkan frekuensi relatif
dan kerugian median untuk masing-
Dari tiga kategori utama kecurangan masing jenis skema ini. Seperti yang
pekerjaan, sejauh ini penyalahgunaan aset diilustrasikan dalam gambar tersebut,
adalah yang paling umum, terjadi di lebih skema yang melibatkan perusakan cek,
dari 85% kasus yang dianalisis untuk penagihan dan penyalahgunaan non-tunai
Laporan ini. Namun, biasanya juga yang cenderung mewakili risiko terbesar dalam
paling murah dari ketiga jenis tersebut,
menyebabkan kerugian rata-rata sebesar hal kemungkinan gabungan dan biaya.
$ 130.000. Sebaliknya, penipuan laporan
keuangan terjadi jauh lebih jarang,
terhitung 9% dari kasus dalam survei,
tetapi sejauh ini menyebabkan dampak
keuangan terbesar dari ketiga kategori,
dengan kerugian rata-rata $ 1 juta.
Korupsi cenderung berada di tengah
dalam hal frekuensi dan kerugian median.
Sumber : ACFE 2014

Gambar berikut mengilustrasikan rincian


kasus korupsi menurut wilayah, beserta
median kerugian masing-masing kasus
tersebut. Timur Tengah dan Afrika Utara
memiliki persentase kasus korupsi yang
dilaporkan terbesar, diikuti oleh Afrika
Sub-Sahara. Analisis ini hanya mewakili
kasus-kasus yang dilaporkan oleh CFE
yang menyelidiki kasus-kasus tersebut,
dan oleh karena itu tidak mencerminkan
tingkat korupsi secara keseluruhan di
setiap daerah. Namun perlu dicatat bahwa
Indeks Persepsi Korupsi 2013
Transparency International menemukan
kedua wilayah ini memiliki tingkat
persepsi korupsi tertinggi di dunia.

Sumber : ACFE 2014

Korelasi antara berapa lama skema


penipuan bertahan dan jumlah kerusakan
finansial yang ditimbulkannya mungkin
tampak jelas. Namun, Gambar berikut
memberikan gambaran yang jelas tentang
pentingnya deteksi dini. Sangat
Sumber : ACFE 2014 menyenangkan untuk dicatat bahwa
seperempat penipuan dalam penelitian
Penipu sering melakukan penipuan yang
terdeteksi dalam enam bulan pertama
melibatkan lebih dari satu skema. Dari
kejadiannya; untuk kasus tersebut,
1.483 kasus yang dianalisis 444 - atau
kerugian median dibatasi hingga $ 50.000.
sekitar 30% - melibatkan dua atau lebih
Sebaliknya, semakin lama penipuan tidak
dari tiga bentuk utama penipuan
terdeteksi, semakin mahal biayanya.
pekerjaan. Beberapa jenis skema
dilakukan bersama-sama lebih sering
daripada yang lain. Berikut ini adalah
beberapa temuan yang paling menonjol:

1 Dalam 53,2% kasus yang melibatkan


penggantian biaya dan dalam 40,7%
kasus perusakan cek, pelaku juga
terlibat dalam skema penagihan.
2 Dalam 80,2% penyalahgunaan uang Sumber : ACFE 2014
tunai, 75,9% penipuan laporan
keuangan, dan 75,6% skema
penggantian biaya, pelaku juga
melakukan setidaknya satu bentuk Durasi median - jumlah waktu sejak
penipuan pekerjaan lainnya. penipuan dimulai hingga terdeteksi -
3 Korupsi tampaknya paling sesuai untuk semua skema dalam penelitian ini
dengan jenis skema lain, terjadi adalah 18 bulan. Pada Gambar berikut,
bersamaan dengan 23,5% dari skema menyajikan durasi median untuk setiap
perusakan cek di ujung bawah dan kategori kecurangan pekerjaan. Ini
dengan 51,1% dari skema penipuan membantu untuk melihat di mana kontrol
laporan keuangan di ujung atas. organisasi dapat sangat membantu dalam
mengidentifikasi penipuan lebih awal dan
dengan demikian membatasi kerugian.
Durasi rata-rata skema berkisar dari 12
bulan untuk penyalahgunaan non-tunai 26
bulan untuk gangguan cek. Meskipun
penyalahgunaan non-tunai terdeteksi
paling cepat dari semua kategori, mereka
juga memiliki salah satu kerugian median
tertinggi dari kategori penyalahgunaan
aset yang menunjukkan bahwa skema ini
dapat menyebabkan kerusakan finansial
dalam jumlah besar dengan cukup cepat.

Sumber : ACFE 2014


terkadang terdapat beberapa jenis
kecurangan yang dilakukan oleh pelaku
yang sama. Jenis kecurangan yang paling
sering dilakukan sendiri yaitu
penyalahgunaan aset sebesar 57.2%,
namun terkadang juga di gabung dengan
kecurangan lainnya seperti korupsi
sebesar 23.6% dan Fraudulent Statement
Sumber: ACFE Global 2016 sebesar 3.4%. Jenis kecurangan kedua
yang sering dilakukan sendiri yaitu
Penyalahgunaan aset merupakan kategori korupsi sebesar 9% dan terdapat juga
fraud yang paling banyak dilakukan di kasus kecurangan korupsi digabung
dunia. Terdapat 83.5% kasus fraud dari dengan Fraudulent Statement sebesar 1%.
penyalahgunaan aset pada tahun 2016 Jenis kecurangan ketiga yaitu Fraudulent
yang disusul dengan kasus korupsi Statement sebesar 2%. Terdapat 3.8%
sebanyak 35.4% dan kasus Fraudulent untuk 3 jenis kecurangan yang dilakukan
Statement sebanyak 9.6%. Namun, hal itu secara bersamaan. Fraud terjadi karena
berbanding terbalik dengan kerugian yang adanya faktor kesempatan sehingga
dihasilkan dari setiap tipe fraud. Fraud pelaku fraud memiliki peluang untuk
yang mengakibatkan kerugian terbesar di melakukan kecurangan.
tahun 2016 yaitu Fraudulent Statement
dengan total kerugian sebesar $975,000
yang diikuti dengan korupsi dengan total
kerugian sebesar $200,000 dan
penyalahgunaan aset dengan total
kerugian sebesar $125,000. Fraudulent
Statement mengakibatkan kerugian yang
besar dikarenakan terdapat beberapa
perusahaan yang mengalami kondisi
kurang baik dalam keuangannya sehingga Sumber: ACFE Global 2016
termotivasi untuk melakukan kecurangan.
Didalam kasus kecurangan
penyalahgunaan aset, skema yang paling
sering dilakukan dan yang paling beresiko
adalah Billing dengan total kasus sebesar
22.2% sedangkan skema yang paling
jarang dilakukan dan memiliki resiko
rendah adalah Register Disbursement
dengan total kasus sebesar 2.7%.
Sumber: ACFE Global (2016)
Sebaliknya skema yang mengakibatkan
Sumber: ACFE Global 2016 kerugian terbesar adalah Check
Tampering dengan total kerugian sebesar
Tidak hanya satu jenis kecurangan yang $158,000 dan skema yang menimbulkan
dilakukan oleh pelaku fraud namun kerugian paling minim adalah Register
Disbursement dengan total kerugian Sumber: ACFE Asia-Pacific Edition 2016
sebesar $30,000.
Kasus kecurangan yang terjadi di Asia
Pasifik hampir sama dengan yang terjadi
di dunia pada tahun 2016 dimana
penyalahgunaan aset merupakan kategori
fraud yang paling banyak dilakukan.
Terdapat 80.1% kasus fraud yang terjadi
akibat penyalahgunaan aset dan diikuti
oleh kasus korupsi sebanyak 48.4% dan
kasus Fraudulent Statement sebesar
10.9%. Sedangkan kerugian yang terbesar
terjadi di Fraudulent Statement dengan
Sumber: ACFE Global 2016 total kerugian mencapai $2,000,000 dan
kerugian terkecil terjadi di
Pada tahun 2016, terdapat 5 skema yang
penyalahgunaan aset dengan total
paling lama dilakukan sebelum terdeteksi
kerugian sebesar $200,000. Fraudulent
yaitu penggajian, pemalsuan cek,
Statement mengakibatkan kerugian yang
kecurangan laporan keuangan,
besar dikarenakan terdapat beberapa
penggantian biaya, dan faktur penagihan
perusahaan yang mengalami kondisi
dengan durasi 2 tahun sebelum
kurang baik dalam keuangannya sehingga
kecurangan tersebut terdeteksi.
termotivasi untuk melakukan kecurangan.
Sedangkan skema yang paling cepat
terdeteksi yaitu Register Disbursements
atau daftar pencairan dimana hanya butuh
13 bulan untuk mendeteksi kecurangan
tersebut.

Sumber: ACFE Asia-Pacific Edition 2016

Berbanding terbalik dengan kasus Fraud


yang terjadi secara global dimana skema
fraud yang paling banyak terjadi di Asia
Pasifik adalah korupsi dengan total
persentase sebesar 48.4% sedangkan yang
paling banyak terjadi di dunia adalah
Billing. Skema fraud yang paling jarang
terjadi di Asia Pasifik adalah Payroll
dengan total persentase sebesar 2.7%
sedangkan skema fraud yang paling
jarang terjadi di dunia adalah Register kerugian terbesar. Akan tetapi untuk
Disbursements. kecurangan laporan keuangan yang hanya
sebesar 4% saja bisa mengakibatkan
2016 – Indonesia kerugian yang cukup besar yaitu sebesar >
Fraud yang Paling Banyak di Indonesia 10 miliyar rupiah.

Sumber : ACFE 2016

Fraud yang Paling Merugikan di


Indonesia \ Sumber : ACFE 2016
Organisasi atau Lembaga yang
Dirugikan Akibat Fraud
Dari hasil survei diperoleh informasi
bahwa organisasi/lembaga yang paling
dirugikan oleh Fraud yaitu pemerintah
dengan persentase sebesar 81,2%.
Kerugian pada perusahaan negara/BUMN
sebesar 8,1%, perusahaan swasta
mendapatkan hasil 7,2%, Lainnya
Sumber : ACFE 2016
(masyarakat/rakyat) sebesar 2,2% serta
Fraud yang terjadi di Indonesia pada untuk organisasi/lembaga nirlaba hanya
sebesar 1,3%.
tahun 2016 menunjukkan bahwa korupsi
memiliki jumlah persentase tertinggi yaitu
sebanyak 67% dari hasil survei. Untuk
penyalahgunaan aktiva/kekayaan negara
dan perusahaan sebesar 31% dan untuk
kecurangan laporan keuangan hanya 2%.
Diperoleh hasil survei sebesar 77%
menunjukkan bahwa korupsi merupakan
tindak Fraud yang paling merugikan Sumber : ACFE 2016
Indonesia pada tahun 2016.
Jabatan atau Posisi Pelaku Fraud
Kerugian Fraud Berdasarkan Jenis Diketahui dari hasil survei dapat
Fraud disimpulkan bahwa semakin tinggi
Kerugian terbesar yang dialami Indonesia jababan seseorang maka akan semakin
tinggi kemungkinan Fraud dihasilkan.
pada tahun 2016 berdasarkan persentase
Untuk manajer mendapatkan sebesar
dari jumlah kasus yang terjadi tetap 40,3%, Atasan (direksi) / pemilik sebesar
menunjukkan korupsi sebagai tingkat
30,7% walaupun atasan (direksi) / pemilik Sumber : ACFE 2018
memang tidak menunjukkan melakukan
Fraud tertinggi namun mereka akan Rata-rata kerugian akibat dari Fraud dari
terdampak oleh kerugian yang sangat tabel diatas menunjukkan Asia-Pacific
besar. Jabatan karyawan sebesar 22,9% menduduki pada kerugian tertinggi
dan untuk pihak lainnya sebesar 6,1%. dengan rata-rata sebesar USD 236.000.
Untuk Western Europe, Middle East and
North Africa dan Canada menunjukkan
rata-rata kerugian akibat Fraud sebesar
USD 200.000 dengan posisi tingkat
kerugian yang sama. Kemudian diikuti
dengan Latin America and the Carribean
dengan rata-rata kerugian USD 193,000.
Sumber : ACFE 2016 Eastern Europe and Western/Central
Asia sebesar USD 150.000 dan United
States sebesar USD 108.000 selanjutnya
Southren Asia sedikit lebih rendah yaitu
USD 100.000. Terendah yaitu Sub-
Saharan Africa sebesar USD 90.000.
Kategori Fraud yang Terjadi
Sumber : ACFE 2016
Berdasarkan gambar diatas dapat
diperoleh informasi bahwa pelaku Fraud
tertinggi yaitu pada rata-rata usai 36-35
tahun yang dimana merupakan pelaku
Fraud berada pada posisi yang sangat
produktif atau disebut pada posisi puncak
karir.
Tahun 2018
2018 – Global
Kerugian Rata-rata Akibat Fraud Setiap
Wilayah

Sumber : ACFE 2018


Dari tiga kategori utama Fraud,
penyalahgunaan aset sejauh ini
merupakan yang paling umum yaitu
sebesar 89%. Namun, kerugiannya
menunjukkan paling rendah yaitu dengan
kerugian rata-rata sebesar USD 114.000.
Skema korupsi adalah bentuk penipuan
pekerjaan yang paling umum berikutnya
sebesar 38%. Skema ini mengakibatkan
kerugian rata-rata bagi organisasi korban Salah satu kemungkinan penyebab
sebesar USD 250.000. Bentuk Fraud yang kerugian Fraud yang disebabkan oleh pria
paling tidak umum dan paling tinggi lebih besar daripada yang disebabkan oleh
kerugiannya adalah penipuan laporan wanita dapat dikaitkan dengan tingkat
keuangan, yang terjadi pada 10% kasus otoritas. Fraud dengan otoritas tingkat
dan menyebabkan kerugian rata-rata tinggi (eksekutif dan pemilik) cenderung
sebesar USD 800.000. menyebabkan kerugian yang jauh lebih
besar daripada mereka yang memiliki
Organisasi/Lembaga yang Dirugikan otoritas rendah (karyawan).
oleh Fraud

Sumber : ACFE 2018 Sumber : ACFE 2018

Diketahui lebih dari 70% Fraud terjadi di


organisasi nirlaba sebesar 42% organisasi
Tingkat Fraud yang dilakukan oleh kaum
korban adalah perusahaan swasta dan
pria meningkat sesuai dengan tingkat
29% perusahaan publik. Perusahaan
otoritas pelaku. Pada tingkat karyawan
swasta dalam penelitian ini mengalami
hanya 58% merupakan pria, tetapi jumlah
kerugian rata-rata terbesar yaitu sebesar
itu meningkat menjadi 73% untuk
USD 164.000. Organisasi nirlaba hanya
manajer dan 86% untuk pemilik /
sebesar 9% Fraud dan memiliki rata-rata
eksekutif. Mengingat bahwa terdapat
kerugian terkecil sebesar USD 75.000
lebih banyak pria daripada wanita di
namun, bagi banyak entitas nirlaba untuk
tingkat otoritas yang lebih tinggi.
sumber daya keuangan sangat terbatas dan
Meskipun dilihat dari tingkat otoritas
kerugian sebesar USD 75.000 bisa sangat
kaum pria cenderung menyebabkan
merugikan.
kerugian yang jauh lebih besar daripada
Jabatan Pelaku Fraud Berdasarkan wanita dalam peran manajerial dan
Gender pemilik / eksekutif. Pemilik / eksekutif
pria menyebabkan kerugian rata-rata
sebesar USD 1 juta, dibandingkan dengan
kerugian rata-rata USD 295.000 yang
disebabkan oleh pemilik / eksekutif
wanita. Di antara manajer juga terdapat
perbedaan gender dalam rata-rata
kerugian tidak terlalu besar. Tetapi pada
tingkat karyawan median kerugian pria
dan wanita menunjukkan sama besarnya.

Usia Rata-rata Pelaku Fraud


Sumber : ACFE 2018

Total kasus fraud yang terjadi di Asia


pada tahun 2018 ada sebanyak 220 atau
setara dengan 11% dari kasus fraud
global , dimana kasus fraud paling banyak
terjdi di China sebanyak 49 kasus, dan
kedua di Australia ada sebanyak 38 kasus,
dan yang ketiga di Indonesia sebanyak 29
kasus yang terjadi dalam 1 tahun. Ada
beberapa Negara yang hanya terjadi 1
kasus fraud saja yaitu East Timor, Macau,
Myanmar dan Papua Nugini.

Sumber : ACFE 2018 Sumber : ACFE 2018

Kerugian cenderung meningkat seiring Grafik diatas menggambarkan persentase


dengan usia pelaku Fraud. Kerugian rata-
rata terbesar disebabkan oleh kaum
berusia tertua (56 ke atas), sedangkan
untuk yang berusia 30 atau lebih muda
menyebabkan jumlah kerugian yang jauh
lebih kecil.

kasus yang sering terjadi di Asia pada


tahun 2018. Kasus fraud yang paling
banyak terjadi di Asia adalah kasus
korupsi dimana kasus korupsi ada
sebanyak 51% sedangkan kasus fraud
yang sangat sedikit terjadi yaitu register terjadi di audit eksternal hanya 9.6% dan
disbursements hanya 3% yang tejadi di lainnya sebanyak 15.1%. dari tabel diatas
sepanjang 2018. dapat ketahui bahwa kasus fraud sering
kali terjadi dan ditemui di laporan
Tahun 2019 keuangan perusahaan.

Sumber : ACFE 2019

Sumber : ACFE 2019

Fraud yang terjadi di Indonesia pada


tahun 2019 ada sebanyak 239 kasus fraud.
Fraud yang paling banyak terjadi adalah
korupsi sebanyak 69.9% total kerugian
yang terjadi sebanyak 373.680.000.000.
Kedua yaitu penyalahgunaan aset ada
sebanyak 20.9% total kerugian yang
terjadi sebanyak 257.220.000.000 dan
ketiga yaitu fraud pada laporan keuangan Sumber : ACFE 2019
ad sebanyak 9.2% total kerugian Tabel diatas mengungkapkan bahwa
sebanyak 242.260.000.000. Total sumber pengungkapan fraud terbesar
kerugian yang terjadi selama 2019 terjadi di karyawan sebanyak 50.2%. Dan
sebanyak 873.430.000.000 jika dibagikan jabatan pelaku fraud juga lebih dominan
dengan jumlah kasus 239 , rata –rata di lakukan oleh karyawan perusahaan.
kerugian yang terjadi ada 7.248.879.668 Dilihat berdasarkan gender fraud
perkasus. kebanyakan dilakukan oleh laki-laki 92%
Pada tahun 2019 di Indonesia ditemui dan sisanya 8% dilakukan oleh wanita.
bahwa fraud sering terjadi di laporan Lamanya seseorang bekerja didalam
keuangan perusahaan sebanyak 38.95% , perusahaan dapat memiliki kesempatan
yang kedua fraud di temui oleh audit untuk melakukan fraud. Masa kerja 6-10
internal sebanyak 23.4%. fraud yang tahun terdapat 90 kasus, dan lebihd dari
10 tahun ada 82 kasus.
Tahun 2020 lebih sedikit namun kasus financial
statement ini cenderung
2020-Global mengakibatkan kerugian terbesar
(USD 954.000).

Sumber: ACFE Global 2020

Sumber: ACFE Global 2020 Jenis kecurangan yang dilakukan pelaku


itu bukan hanya satu jenis, namun
1. Penyalahgunaan Aset, yang melibatkan terkadang pelaku melakukan lebih dari
seorang karyawan yang telah mencuri satu jenis. Seperti dicatat dalam gambar
dan menyalahgunakan sumber daya itu, Jenis kecurangan yang paling sering
organisasi. kasus penyalahgunaan aset ini dilakukan pelaku yaitu penyalahgunaan
lebih dari 86% kasus. Sehingga skema aset 53% disusul korupsi 11% dan
ini cenderung menyebabkan kerugian
financial statement fraud 2%. Berikut
median terendah sebanyak USD 100.000
terdapat 26% pelaku melakukan
dan merupakan kasus yang sering terjadi.
penyalahgunaan aset dan korupsi, 3%
2. Korupsi, mencakup pelanggaran penyalahgunaan aset dan financial
seperti penyuapan. Kasus ini terdapat statement, 1% terlibat kedua kategori
jumlah persentase sebanyak 43%. korupsi dan financial statement dan
Kasus korupsi ini menyebabkan terdapat 5% untuk 3 jenis kecurangan
kerugian sebesar USD 200.000 yang dilakukan secara bersamaan.

3. Financial Statement Fraud, Terdapat


kasus dimana pelaku sengaja
menyebabkan kesalahan dalam
penyajian material atau penghilangan
dalam keuangan organisasi . jumlah
persentase kasus financial statement
ini sebanyak 10%, meskipun kasus ini
merupakan kasus yang persentase
Sumber: ACFE Global 2020 financial statement yang memiliki tingkat
persentase yang terendah namun kategori
Skema yang paling sering terjadi di kasus financial statement ini mengakibatkan
kecurangan penyalahgunaan aset adalah kerugian yang terbesar yaitu sebesar
Billing dengan persentase 20% $3.000.000.
sedangakan skema yang paling jarang
terjadi adalah Register Disbursement Berbanding dengan kasus jenis
dengan persentase 3%. Dan skema yang kecurangan yang terjadi secara Global,
menyebabkan kerugian terbesar adalah Skema fraud yang paling banyak yang
check and payment tempering yaitu terjadi di Asia adalah korupsi dengan
sebesar $110.000 dan sebaliknya skema jumlah persentase sebesar 51%.
yang menyebabkan kerugian terendah Sedangkan yang paling sering terjadi di
adalah Register disbursement yaitu global adalah Billing. Dan sebaliknya
$20.000. skema fraud yang paling jarang terjadi
secara Global dan Asia adalah Register
2020 – Asia Disbursements.

KESIMPULAN

\
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan


Yang Maha Esa atas rahmat yang telah
diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan akuntansi forensik
yang merupakan syarat ujian tengah
semester genap. Dengan kesempatan ini
perkenankan penulis untuk mengucapkan
Sumber: ACFE Asia-Pacific Edition 2020 terima kasih kepada beberapa pihak yang
telah membantu penulis untuk
Kasus kecurangan yang terjadi di Asia menyelesaikan laporan dengan lancar.
tidak berbeda jauh dengan kasus yang
terjadi di Global pada tahun 2020. 1. Dr. Natalis Christian, S.E., M.M.,
Dimana Penyalahgunaan aset merupakan selaku dosen akuntansi forensik yang
kategori fraud yang paling sering telah membimbing kami untuk
dilakukan oleh pelaku dengan persentase menyelesaikan laporan ini.
sebesar 74%. Dan diikuti dengan korupsi
51% dan financial statement fraud 14%. 2. Anggota penulis yang telah bekerja
Meskipun penyalahgunaan aset sama untuk menyelesaikan laporan
merupakan kategori fraud yang paling akuntansi forensik.
sering terjadi namun kategori ini
mengakibatkan kerugian yang terendah 3. Media yang telah membantu penulis
yaitu sebesar $112.000 dan sebaliknya untuk memperoleh data.
Penulis mengetahui bahwa laporan ini
jauh dari kata sempurna , oleh karena itu
penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat positif yang dapat meningkatkan
kualitas penulis untuk kedepannya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai