Anda di halaman 1dari 5

2016

Sumber: ACFE Global (2016)


Penyalahgunaan aset merupakan kategori fraud yang paling banyak dilakukan di
dunia. Terdapat 83.5% kasus fraud dari penyalahgunaan aset pada tahun 2016 yang disusul
dengan kasus korupsi sebanyak 35.4% dan kasus Fraudulent Statement sebanyak 9.6%.
Namun, hal itu berbanding terbalik dengan kerugian yang dihasilkan dari setiap tipe fraud.
Fraud yang mengakibatkan kerugian terbesar di tahun 2016 yaitu Fraudulent Statement
dengan total kerugian sebesar $975,000 yang diikuti dengan korupsi dengan total kerugian
sebesar $200,000 dan penyalahgunaan aset dengan total kerugian sebesar $125,000.
Fraudulent Statement mengakibatkan kerugian yang besar dikarenakan terdapat beberapa
perusahaan yang mengalami kondisi kurang baik dalam keuangannya sehingga termotivasi
untuk melakukan kecurangan (Janrosl & Yuliadi, 2019).
Sumber: ACFE Global (2016)
Tidak hanya satu jenis kecurangan yang dilakukan oleh pelaku fraud namun
terkadang terdapat beberapa jenis kecurangan yang dilakukan oleh pelaku yang sama. Jenis
kecurangan yang paling sering dilakukan sendiri yaitu penyalahgunaan aset sebesar 57.2%,
namun terkadang juga di gabung dengan kecurangan lainnya seperti korupsi sebesar 23.6%
dan Fraudulent Statement sebesar 3.4%. Jenis kecurangan kedua yang sering dilakukan
sendiri yaitu korupsi sebesar 9% dan terdapat juga kasus kecurangan korupsi digabung
dengan Fraudulent Statement sebesar 1%. Jenis kecurangan ketiga yaitu Fraudulent
Statement sebesar 2%. Terdapat 3.8% untuk 3 jenis kecurangan yang dilakukan secara
bersamaan. Fraud terjadi karena adanya faktor kesempatan sehingga pelaku fraud memiliki
peluang untuk melakukan kecurangan (Saud, Taufiqul, dan Dyar, 2020).

Sumber: ACFE Global (2016)


Didalam kasus kecurangan penyalahgunaan aset, skema yang paling sering dilakukan
dan yang paling beresiko adalah Billing dengan total kasus sebesar 22.2% sedangkan skema
yang paling jarang dilakukan dan memiliki resiko rendah adalah Register Disbursement
dengan total kasus sebesar 2.7%. Sebaliknya skema yang mengakibatkan kerugian terbesar
adalah Check Tampering dengan total kerugian sebesar $158,000 dan skema yang
menimbulkan kerugian paling minim adalah Register Disbursement dengan total kerugian
sebesar $30,000.

Sumber: ACFE Global (2016)


Pada tahun 2016, terdapat 5 skema yang paling lama dilakukan sebelum terdeteksi
yaitu penggajian, pemalsuan cek, kecurangan laporan keuangan, penggantian biaya, dan
faktur penagihan dengan durasi 2 tahun sebelum kecurangan tersebut terdeteksi. Sedangkan
skema yang paling cepat terdeteksi yaitu Register Disbursements atau daftar pencairan
dimana hanya butuh 13 bulan untuk mendeteksi kecurangan tersebut.
Sumber: ACFE Asia-Pacific Edition (2016)
Kasus kecurangan yang terjadi di Asia Pasifik hampir sama dengan yang terjadi di
dunia pada tahun 2016 dimana penyalahgunaan aset merupakan kategori fraud yang paling
banyak dilakukan. Terdapat 80.1% kasus fraud yang terjadi akibat penyalahgunaan aset dan
diikuti oleh kasus korupsi sebanyak 48.4% dan kasus Fraudulent Statement sebesar 10.9%.
Sedangkan kerugian yang terbesar terjadi di Fraudulent Statement dengan total kerugian
mencapai $2,000,000 dan kerugian terkecil terjadi di penyalahgunaan aset dengan total
kerugian sebesar $200,000. Fraudulent Statement mengakibatkan kerugian yang besar
dikarenakan terdapat beberapa perusahaan yang mengalami kondisi kurang baik dalam
keuangannya sehingga termotivasi untuk melakukan kecurangan (Janrosl & Yuliadi, 2019).

Sumber: ACFE Asia-Pacific Edition (2016)


Berbanding terbalik dengan kasus Fraud yang terjadi secara global dimana skema
fraud yang paling banyak terjadi di Asia Pasifik adalah korupsi dengan total persentase
sebesar 48.4% sedangkan yang paling banyak terjadi di dunia adalah Billing. Skema fraud
yang paling jarang terjadi di Asia Pasifik adalah Payroll dengan total persentase sebesar 2.7%
sedangkan skema fraud yang paling jarang terjadi di dunia adalah Register Disbursements.

Anda mungkin juga menyukai