Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang banyak sekali kita dapatkan fakir miskin dan

orang-orang terlantar karena tidak bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Dampak positif ekonomi dalam masyarakat diantaranya adalah member

bantuan kepada orang fakir dan membantu mewujudkan kemaslahatan umum

seperti pada orang yang berhak menerima zakat, dalam pembagian zakat pada

delapan golongan memiliki maksud untuk memenuhi kebutuhan individu dan

kebutuhan umat Islam, manfaat dalam bidang ekonomi dapat terlihat dengan

jelas kekayaan orang kaya dibagikan untuk orang miskin, yakni dengan

mengambil sebagian harta mereka kemudian diberikan kepada orang fakir

sehingga tidak terjadi pembengkakan kekayaan disatu sisi dan disisi lain

mengalami kesusahan, di Telago meski tidak mayoritas masyarakat

mengalami kemiskinan tetapi masih ada sebagian masyarakat Telago ini

mengalalami kekurangan atau keiskinan. Dengan adaya zakat, masyarakat

bisa memenuhi kekurangan yang mereka derita, zakat sangat berperan

penting untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga. Tujuan dari berzakat

bukan sekadar menunaikan kewajiban, tapi juga untuk membersihkan harta,

mensucikan diri, serta berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan. Oleh

karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah

memenuhi syarat-syarat tertentu.


1
Zakat adalah sebutan atas segala sesuatu yang dikeluarkan oleh

seseorang sebagai kewajiban dari Allah,k emudian diserahkan kepada orang-

orang miskin. Disebut zakat karena dengan mengandung harapan untuk

memperoleh berkah membersihkan jiwa dan mengembangkan harta dalam

segala kebaikan.1

Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya

dan telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Zakat juga

mengajarkan seseorang akan keikhlasan dan kedermawanan, sekaligus

meningkatkan rasa kepedulian terhadap penderitaan fakir miskin.2

Dengan adanya zakat masyarakat bisa memenuhi kekurangan yang

mereka derita, zakat sangat perperan penting untuk meningkatkan ekonomi

masyarakat. Zakat merupakan suatu rukun yang bercorak sosial ekonomi dari

lima rukun Islam , dengan zakat disamping ikrar tauhid syahadat dan

sholawat seseorang barulah sah masuh kedalam barisan umat islam dan

diakui keislamannya sesuai Firman Allah SWT :

      


       
Artinya :
“jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat,
Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui”.3 (QS at-
Taubah: 11)

1
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Khairul Amru, Masrukhin, Jakarta: Cakrawala
Publishing, 2008, h. 56
2
Asnaini, Zakat produktif dalam Prespektif Hukum Islam (Yokyakarta: Pustaka Pelajar,
2008) h. 42
3
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang, CV, Toha Putra 1991 h.
262
2
Zakat dalam pelaksanaannya harus ditetapkan dan diatur oleh Agama

dan Negara, baik dari segi harta yang dizakatkan para wajib zakat (Muzzaki)

maupun para penerima zakat (mustahik), sampai pada pengelolaan oleh pihak

ketiga, dalam hal ini pemerintah atau lembaga yang ditunjukkan oleh

pemerintah untuk mengolah zakat demi kemaslahatan bersam (umat).

Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah

(ziyadah). Jika diucapkan zaka al-sar, artinya adalah tanaman itu tumbuh dan

bertambah. Jika diucapkan zakat al-nafaqah, artinya nafkah tubuh da

bertambah jika diberkahi. Kata ini juga sering dikekemukakan untuk makna

thaharah (mensucikan).4

Jenis Zakat ada dua yakni zakat fitrah, zakat maal atau zakat harta dan

zakat penghasilan. Kewajiban berzakat telah diatur dalam Alquran di

beberapa surat di dalamnya. Sebab umat Islam tidak boleh acuh terhadap

saudaranya yang kekurangan. Umat Islam harus saling membantu, salah

satunya dengan berzakat.

         


        

Artinya :
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.
Dan Alloh maha mendengar lagi maha mengetahui". 5(Q.S At-Taubah
ayat 103)

4
Ibid,h.3
5
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang, CV, Toha Putra 1991, h.
3
         
         
          
         
          
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia)
dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih pada hari
dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu
sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan
itu”.6 (QS. at-Taubah/9:34-35)

Konsep zakat pada dasarnya terbuka untuk dikembangkan

pemahamannya sesuai dengan perkembangan zaman. Ijtihad mengenai zakat

(kecuali yang ditunjuk nas secara tegas) dapat dilakukan oleh ulama.

Aspek-aspek zakat seperti jenis barang, jenis profesi, presentase zakat,

waktu pembayaran zakat dan lain-lain memungkinkan sekali dikembangkan

dari yang dikenal selama ini. Kewajiban membayar zakat adalah kewajiban

yang sangat penting bagi muslim, bahkan Islam sangat menganjurkan kepada

kaum muslimin untuk menjadi dermawan dalam membelanjakan setiap

kekayaannya. Namun demikian dalam menjalakan kewajiban berzakat, kaum

muslimin tetap harus cermat dan memastikan bahwa aset dan pendapatan

6
Ibid, h.8
4
yang dihitung tidak berlebihan, dalam arti, kewajiban pengeluarannya tidak

terkurangi.7

Zakat mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau

pemerataan karunia Allah SWT dasebagai pembuktian persaudaraan muslim

sebagai pengikat batin antara yang kaya dan yang miskin serta sebagai

jembatan antara golongan kuat dan lemah. Zakat hukumnya wajib bagi setiap

muslim yang telah memenuhi syarat pengeluaran zakat, maka harus

menghitung dengan seksama zakat yang harus dikeluarkan. Namun apabila

tidak menghitung sendiri maka dapat meminta bantuan kepada badan atau

lembaga amil zakat. Peranan zakat sangat penting, pengelolaan zakat

merupakan amanah dan tanggung jawab besar dari para muzakki.8

Setiap umat islam didorong untuk melaksakan ajaran islam secara

menyeluruh dalam segala segi kehidupannya, karena islam tidak hanya

berbicara tentan ibadah ritual tetapi semua aspek kehidupan manusia. Apabila

keseluruhan hidup telah berada diatas sendi ajaran Islam, maka akan lahir

kebahagiaan hakiki yang menjadi tujuan hidup semua umat manusia. 9

Hasilnya justru pada saat optimalisasi pengelolaan dana dluncurkan

lewat UU No.38 1999 tentang pengelolaan Zakat, isu yang mencul kemudian

malah mempertnyakan akan kemampuan system zakat sebagai solusi

8
Widi Nopiardo “pelaksaan zakat pertanian” Al – Masraf- Vol III, No 1, Januari-Juni
2018
Anwar Yusuf, ali h. 2003. Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung.CV
9

pustaka Setia. h. 123


5
kemiskinan dan pemerataan dan kemudian diusunlah isu perbedaan dan

persamaan dengan sistem pajak.10

Ketentuan-ketentuann yang mengatur pembagian zakat hakikat,

makna dan fungsi zakat yang begitu banyak akan terwujud apabila

pengelolaan zakat dilakukan secara baik dan professional. Misalnya

menggunakan metode pembagian (pendistribusian) zakat yang lebih sesuai

dengan kebutuhan para mustahik, yaitu menyentuh kepada akar permasalahan

yang dihadapi mustahik11

Berdasarkan keumuman perintah berzakat dalam al-Qur’an maka

menjadi kewajiban setiap muslim untuk melaksanakan zakat terhadap semua

rezeki yang diperoleh tidak terbatas pada ketentuan yang ditetapkan dalam

hadis. Satu diantara itu adalah hasil dari panen buah-buahan yang didapatkan

oleh petani kebun. Kewajiban ini tentu menjadi keawajiban bagi petani

kebun durian di Desa Telago Pulau Tengah. Namun kewajiban ini belum

terlihat pelaksanaannya padahal mereka mendapatkan keuntungan yang

besar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani mereka

mengatakan bahwa kami belum mengetahui kewajiban untuk berzakat dari

hasil panen durian karena belum ada yang menyampaikan kewajiban berzakat

dan kami anggap tidak ada kewajiban dengan hasil panen durian ini.. 12

Demikian juga diungkapkan oleh tokoh masyarakat bahwa petani ladang dan

10
Ibid,h.125
11
Ibid,h 126
12
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Prekonomian Modern (Jakarta Gema Insani, 2002)
Cet.1, h. 8
6
petani kebun belum secara langsung mengeluarkan zakat hasil panen durian,

kalau berinfak, sedekah dan berwakaf ada yang melaksanakannya.13

Berdasarkan masalah tersebut mendorong penulis untuk meneliti

tentang kewajiban berzakat dari hasil panen buah-buahan dalam topic

“ZAKAT HASIL PANEN DURIAN DI DESA TELAGO KECAMATAN

KELILING DANAU DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM”

B. Batasan Masalah

Supaya pembahasan ini lebih jelas dan terarah maka penulis membatasi

permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini, maka penulis lebih

menjelaskan tentang praktek zakat buah-buahan khususnya buah durian yang

berada di desa Pulau Tengah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan diatas maka

dapat disimpulkan rumusan masalah yang nantinya dijadikan sasaran untuk

membahas penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Persepsi Petani Durian Desa Telago Kecamatan Keliling

Danau terhadap kewajiban berzakat dari hasil panen Durian

2. Bagaimana pandangan Hukum Ekonomi Syariah terhadap Kewajiban

berzakat dari hasil Panen Durian di Desa Telago Kecamatan Keliling

Danau

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan di lakukannya penelitian ini antara lain:


13
Yusuf Mansyur, (petani durian), Wawancara, Telago 02 Juni 2020
7
1. Untuk mengetahui persepsi Petani Durian Desa Telago Kecamatan

Keliling Danau terhadap kewajiban berzakat dari hasil panen Durian

2. Untuk mengetahui pandangan Hukum Ekonomi Syariah terhadap

Kewajiban berzakat dari hasil Panen Durian di Desa Telago Kecamatan

Keliling Danau.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun guna di lakukannya penelitian ini:

1. Sebagai tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (SH) pada

Fakultas Syariah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci.

2. Penelitian ini diharap dapat menambah wawasan dan pemahaman terhadap

Hukum Ekonomi Syariah terhadap Kewajiban berzakat dari hasil Panen

Durian di Desa Telago Kecamatan Keliling Danau.

F. Tinjauan Pustaka

Sejauh penyusunan penelitian yang penulis lakukan dari awal penulisan

penelitian sampai sekarang telah ditemukan berbagai penulisan dan penelitian

tentang zakat dengan berbagai focus kajiannya dengan berbagai bentuk seperti

journal.

Dalam Al-quran ditegaskan bahwa dalam harta seseorang ada hak orang

lain diantaranya adalah hak peminta dan hak oranng yang tidak mendapat

bagian dari baitul mal (al-mahrum),atau orang miskin namun tidak meminta-

minta. Dengan ini, kewajiban zakat adalah tanggung jawab orang yang mampu

8
jika enggan bahkan boleh diperangi seperti yang dilakukan oleh khalifah Abu

Bakar As-Shiddiq. Sedangkan kaum lemah mendapat hak dari zakat tersebut .14

Zakat hasil pertanian merupakan zakat yang unik dan berbeda dengan

beberapa kategori zakat lainnya, diantaranya zakatnya dikeluarkan langsung

ketika panen dan nishab-nya relative lebih kecil dari pada zakat harta

lainnyanamun kadar pengeluarannya lebih besar.

Dengan model perhitungan ini, zakat pertanian merupakan zakat yang

peling medah dan cepat untuk ditunaikan.15

Dalam Syarat umum, zakat dikeluarkan oleh orang kaya dan benar-

benar mampu dan terbebas dari utang serta mempunyai kelebihan sepanjang

tahun bukan hanya sesaat. nishab zakat juga dihitung setelah dikeluarkan biaya

keperluan pertanian tersebut dan segala hal yang berhubungan kebutuhan

penting, karena zakat adalah kegiatan sosial untuk membantu yang lemah,

jangan sampai memberatkan muzzaki. Sebagian besar ulama klasik tidak

menyematkan syarat diatas untuk zakat pertanian,namun memperhitungkan

maslahah.

Banyak ulama kontenporer menkaji ulang pendapat ini yang dituangkan

daam fatwa-fatwa. Pada keyataannya, kebanyakan para petani yang

mempunyai penghasilan secara formal telah mencapai nishab , sebenarnya

adalah masyarakat ekonomi menengah ke bawah bahkan mereka masih berada

14
Ainiah Abdullah “Model Perhitungan Zakat Pertanian”At-tawasuh Vol II, No.1,2017
15
Ibid h. 32
9
dalam taraf miskin. Penghasilan mereka hanya mengandalkan penen yang

mereka tuai satu sampai tiga kali dalam setahun16

Zakat pertanian merupakan hasil pertanian yang ditanam dengan

menggunakan bibit biji-bijian yang hasilnya dapat dimakan oleh manusia,

seperti biji padi , jagung , sawit dan sebagainya. Zakat hasil pertanian tidak

wajib dikeluarkan kecuali telah mencapai nishab tertentu yaitu 5 sha’

sedangkan hasil bumi yang tidak bisa dihitung seperti kapas , sayur mayor, an

sebagainya, maka nishab nya sebesar 5 sha’ yang setara dengan 5 dirham.

Nishab tersebut dihitung setelah panen dan buahnya telah kering.

Senada dengan itu hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau

tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian (jagung,kedelai); umbi-

umbian (ubi kayu ,ubi kentang ubi jalar, jahe ); sayur-sayuran (bawang,

mentimun, kol, wartel, petai, bayam, sawi, cabai); buah-buahan (kelapa,

pisang, durian, rambutan, duku, salak, apel, jeruk, papaya, nanas, kelapa sawit,

mangga, alpukat, pala, lada, pinang); tanaman hias (anggrek, segala jenis

bunga termasuk cengkeh); rumpt-rumputan , kacang- kacangan, ; kacang hijau,

kedelai, kacang tanah. Penentuan kadar hasil bumi dapat dilakukan oleh

seseorang yang mempunyai keahlian akan karakteristik dari produk tersebut.

Nishab zakat pertanian adalah 5 wasq yang setara dengan 653 kg

Gabah/520 kg beras. Jika hasil pertanian merupakan pokok seperti beras,

jagung, gandum, kurma dan lain-lainnya mka nishab nya setara dengan 653 kg

gabah/ 520 kg beras dari hasil pertanian tersebut, tetapi jika hasil pertanian

16
Ainian Abdillah “Model Perhitungan Zakat Pertanian ” at-Tawassuth, Vol II,No 1,
2017.
10
berupa buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dan lain-lainnya maka

nishab nya disetarakan dengan makanan pokok yang paling utama dinegara

yang bersangkutan. Sistem pertanian dewasa ini komponen biaya yang

dikeluarkan oleh petani tidak hanya sekedar air tetapi biaya-biaya lain seperti

insektisida,pupuk, perwatan, dan lain-lain. Oleh karena itu, kadar zakat

tanaman dan buah-buahan yang wajib dikeluarkan berbeda- beda mengikuti

system yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air (pengairan).17

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Reseach),

namun untuk mencukupkan data, penulis juga menggunakan penelitian

perpustakaan atau library Reseach demi untuk melengkapi data-data

yang didapatkan dilapangan. Penelitian ini lebih mengarah kepada

penelitian Kualitatif.

b. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (Field

Research). yaitu Penelitian kualitatif dengan dengan mengamati

permasalahan dan fenomena yang di alami masyarakat terhadap praktek

zakat, baik itu berupa perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-

lain, secara, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa.
17
Widi Nopiardo, Afriani, Rizal Fahlefi “Pelaksaan Zakat Pertanian(studi kasus petani
bawang di nagari kampong batu dalam kecamatan danau kembar kabupaten solok)”jurnal, Al-
Masraf’- Vol III, No 1, Januari 2018
11
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif berbentuk

“field research holistik”, yaitu penelitian lapangan yang meneliti dan

mengkaji permasalahan yang ada di lapangan.18 Penelitian ini bersifat

deskriptif yang menggambarkan hal yang berkenaan dengan praktek

zakat panen Durian di Desa Telago di Kecamatan Keliling Danau.

c. Jenis dan Sumber Data

1) Jenis Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah meliputi

data primer dan data sekunder.

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari informan

dengan melalui teknik observasi, dokumentasi, serta intervieu. Jadi

data primer disini ialah data yang di peroleh langsung melalui

observasi atau pengamatan, dokumentasi berupa data-data yang

berkaitan dengan penelitin dan wawancara yang didapatkan dari

masyarakat yang terkait dalam penelitian ini yaitu yang terkait

tentang praktek zakat panen Durian yang ada di Kecamatan Desa

Telago di Kecamatan Keliling Danau.

b) Data Sekunder

Data atau dokumen yang digambarkan dari data yang

didapatkan dari buku-buku, yang berkaitan dengan mudharabah,

baik itu pengertian, syarat, jenis dan lain sebaginya yang berkaitan

18
Sudjana, Metode Stastika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466
12
dengan mudharabahyang memungkinkan bisa di jadikan sebagai

referensi.

2) Sumber data

a) Sember data primer

Sumber data yang didapatkan melalui observasi terhadap

praktek Desa Telago di Kecamatan Keliling Danau. Observasi ini

dilengkapi dengan wawancara tentang zakat panen durian terhadap

tokoh masyarakat dan para petani durian serta dokumen-dokumen

yang berkaitan dengan zakat.

b) Sumber data sekunder

Sumber data yang didapatkan melalui buku-buku, jurnal dan

lain sebagainya yang berkaitan dengan mudharabah yang dapat

dijadikan sebagai referensi.

d. Informan Penelitian

Disebabkan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka

sumber data yang digunakan bukan berupa sampel melainkan peneliti

mencari tempat bertanya atau wawancara terhadap para petani durian di

Desa Telago Kecamatan Keliling Danau guna mendapatkan informasi

dan data yang akurat yang berkaitan dengan skripsi.

e. Metode Pengumpulan Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Risearch).

Oleh karena itu dalam datanya dipakai metode-metode berikut:

1) Observasi.

13
Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung.

Peneliti langsung mengamati praktek yang berkaitan dengan zakat

panen durian di Desa Telago Kecamatan Keliling Danau. Pengamatan

dalam penelitian ini meliputi tradisi panen durian dan praktek zakat

petani durian.

2) Wawacara.

Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan dengan

wawancara langsung terhadap para petani durian Wawancara yang

dengan wawancara bebas. Wawancara dengan pendekatan ini

ditujukan agar dapat menggali permasalahan secara mendalam tanpa

adanya adanya persoalan yang menghalangi wawancara.

3) Dokumentasi.

Pengumpulan data-data melaui dokumentasi adalah

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan sejarah desa Telago,

toprografi desa, dan berbagai data guna mendukung penelitian.

4) Analisis Data.

Di dalam menganalisis data-data yang telah diperoleh maka

digunakan metode analisis yaitu: Metode deskriptif analisis, yaitu

metode analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu situasi

atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan

akurat yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Data yang sudah terkumpul, oleh penulis dianalisis dengan

menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik

14
analisis isi. Dalam pelaksanaannya, analisis dilakukan melalui

langkah-langkah sebagai berikut :19

1) Mengumpulkan semua data dari berbagai sumber, baik sumber

primer maupun sumber sekunder.

2) Mengelompokkan seluruh data dalam satuan-satuan sesuai dengan

masalah yang diteliti.

3) Menghubungkan data dengan teori yang sudah dikemukakan dalam

kerangka pemikiran.

4) Menafsirkan dan menarik kesimpulan dari data yang dianalisis

dengan memperhatikan rumusan masalah dan kaidah-kaidah yang

berlaku dalam penelitian.

a) Teknik Analisa Data

Penganalisaan dalam bentuk kualitatif penulis akan

menggunakan dengan analisa teksinomis yaitu fokus penelitian

ditetapkan terbatas pada domain tertentu yang sangat berguna

dalam upaya mendiskripsikan atau menjelaskan fonomena-

fenomena yang menjadi sasaran semua penilitian.

Analisa data merupakan proses mengelompokkan dan

mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotensi kerja seperti yang didasarkan oleh data. Setelah

berakhirnya pengumpulan data yang diinginkan maka data yang

19
Ibid., h. 85.
15
telah terkumpul akan penulis analisa dengan menggunakan

analisa kualitatif. Selanjutnya dalam pemakaian pola fikir, maka

penulis menggunakan pola deduktif dan pola induktif.

Adapun teknik analisis data yang akan digunakan dalam

menganalisa data yaitu sebagai berikut :

a. Metode Deduktif

Metode deduktif adalah berangkat dari pengetahuan yang

sifatnya umum itu hendak menilai suatu kejadian yang

khusus dan kemudian ditarik sebuah kesimpulan.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ketentuan Umum Tentang Zakat

1. Pengertian Zakat

Secara bahasa, zakat secara harfiyah artinya bersih, meningkat dan

berkah. Menurut istilah, zakat adalah sebagian harta dari harta yang

memenuhi syarat minimal dan rentang waktu satu tahun yang menjadi hak

yang dan diberikan mustahik.

Zakat dari segi istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan Allah diserahkan kepada orangorang yang berhak.

Dari berbagai definisi tentang zakat di atas, dapat disimpulkan bahwa

zakat merupakan nama bagi kadar harta tertentu yang diserahkan kepada

golongan tertentu, di mana golongan tersebut telah ditetapkan dalam kitab

suci Al- Qur’an. Walaupun dalam mengartikan kata zakat menggunakan

16
istilah yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya memiliki maksud yang

sama, yaitu mengeluarkan sebagian harta dari suatu harta yang memenuhi

syarat tertentu untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya20.

Dalam menunaikan zakat tersimpan harapan akan bertambahnya

keberkahan serta niat untuk mensucikan diri dengan limpahan keberkahan

itu. Zakat juga merupakan salah satu wujud kesalehan seseorang

yang dikaruniai oleh Allah SWT. Dalam Al-qur’an zakat

digandengkan dengan Shalat, dalam Delapan Puluh Dua tempat.

Hal ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki keterkaitan yang

sangat erat.21

Dalam QS.at-Taubah/9:103 Allah SWT menjelaskan tentang

pelaksanaan kewajiban zakat dalam firman-Nya:

          
       
Artinya :

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)ketentraman jiwa bagi mereka.

Dan Allah maha mendengar lagi Maha mengetahui”22. (QS at-

Taubah :103)

20
Qordhowi, Yusuf, Hukum Zakat, Terjemahan Terj: Salman Harun Dkk, Bogor: Pustaka
Lentera Antar Nusa, Cet Ke 7, 1999 h. 34
21
Ibid, hlm.19.
22
Depertemen Agama RI, Alquran dan terjemahan, (Bandung : PT Hidarkarya
Agung,2004), h.587
17
Ketika sekelompok orang pada masa Khalifah Abu Bakar enggan

membayar zakat dengan dalih bahwa perintah ini hanya ditujkan kepada

Rasulullah , dan bukan kepada selain beliau, Khalifah Abu Bakar menolak

daih tersebut, dan ketika mereka bersih keras enggan membayar zakat beliau

memerangi kelompok pembangkang itu. Ketenangan dan ketentraman batin

sesungguhnya diungkap diatas mempunyai arti dan perasaan penting.23

Zakat mencakup bidang moral,social dan ekonomi. Dalam bidang

moral, zakat mengikis ketamakan dan membersihakan pekerti masyarakat

dari perasaan dengki, karena jurangpemisah antara si kaya dan si miskin

menjadi cair. Dalam bidang social, zakat menyandarkan si kaya akan

tanggung jab social, sedang dalam bidang ekonomi, zakat akan memacu

peningkatan produksi dan pertumbuhan serta menyuburkan ekonomi .24

Zakat secara agregat akan menyuburkan harta dan secara ekonomi

bertujuan:

a) Zakat menunjukkan kebenaran iman, karena kesediaan muzzaki untuk

mengeluarkan zakat sebagai bukti kebenaran iman seseorang.

b) Meningktkan daya beli masyarakat miskin, sehingga permintaan pasar

akan meningkat serta memberkan kekuatan untuk mananggulangi

kemiskinan.

c) Sistem ini memacu peningkatan produksi dan pertumbuhan serta

menyuburkan ekonomi.

23
Uhbiyati, Hj Nur dan ahmad H Abu . 1997. Ilmu pendidikan islam I. (Bandung : CV
pustaka setia)h.227
24
Wildana Wargadinata, Islam dan Pengentasan Kemiskinan, (Malang: UIN-Maliki
Press,2011), hlm. 88
18
d) Menyuburkan hubungan social da ensucikan pekert masyarakat dari

perasaan dengki dan dendam sosial. Adapun harta yang tidak dikeluarkan

zakatnya, maka tiada mendapat pelindung Allah SWT.

e) Pelaksanaan system zakat juga bertujuan untuk menghapus riba.25

2. Dasar Hukum Zakat

Zakat Adalah salah satu rukun diantara rukun-rukun Islam. Zakat

merupakan salah satu sendi agama Islam yang bersangkutan dengan

harta benda dan kemasyarakatan. Di tinjau dari hukumnya, zakat itu

wajib karena memiliki dasar hukum nash yang pasti sebagaimana

tersebut dibawah ini :

       


Artinya :

“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta


orang-orang yang ruku’.26 (QS` al-Baqarah : 43)
       
          

Artinya :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,

mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di

sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak

(pula) mereka bersedih hati”27 (QS. Al-Baqarah : 277)

         


       

25
Sahri Muhammad, mekanisme zakat, Op Cit, hlm.19.
26
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an RI , Al-qur’an…,h.13
27
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an RI , Al-qur’an…,h.88
19
          
      
Artinya :
“dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk
dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.28 (QS. Al-An’am : 141)

Dengan dasar hukum diatas menunjukkan bahwa zakat merupakan

ibadah sosial yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam dengan ketentuan-

ketentuan tertentu yang telah tertulis dalam Al-qur’an. Dengan adanya

kewajiban zakat, menunjukkan bahwa pemilikan harta bukanlah

kepemilikan mutlak tanpa adanya ikatan hukum akan tetapi hak milik

tersebut merupakan suatu tugas sosial yang wajib ditunaikan sesuai

dengan kedudukan manusia sebagai hamb-Nya.

3. Syarat-syarat Zakat

a. Syarat Orang yang wajib Mengeluarkan Zakat

Bagi orang- orang yang tidak memenuhi syarat yang ditentukan

Islam, maka mereka tidak memiliki kewajiban mengeluarkan zakat.

Syarat-syaratnya sebagai berikut:

1) Islam

28
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an RI , Al-qur’an…,h.283

20
Menurut Jumhur Ulama,zakat diwajibkan atas orang muslim

dan tidak wajib atas orang kafir , karena Zakat merupakan ibadah

madhah yang suci, sedangkan orang kafir bukan orang yang suci.29

2) Merdeka

Hamba sahaya tidak dikenakan wajib zakat karena mereka

tidak memiliki harta atau kepemilikannya tidak penuh.

3) Berakal dan Baligh

4) Harta yang dimiliki telah mencapai Nishab

b. Syarat harta yang wajib dikeluarkan

1) Milik Penuh

Maksud milik penuh adalah bahwa kekayaan itu harus berada

di tangannya, tidak tersangkut di dalamnya hak orang lain, dapat

digunakan dan faidahnya dapat di nikmati. 40 Jadi, harta tersebut

berada di bawah kontrol pemiliknya atau berada didalam kekuasaan

pemiliknya secara penuh, sehingga memungkinkan orang tersebut

untuk dapat menggunakan dan mengambil seluruh manfaat dari harta

tersebut.

Kekayaan pada dasarnya adalah milik Allah. Dialah yang

menciptakan dan mengkaruniakannya kepada manusia. Di samping

Allah sebagai pemilik kekayaan tersebut, Dia memberikan kekayaan

tersebut kepada hamba-hamba-Nya dengan maksud untuk

menghormati, hadiah, ataupun cobaan kepada manusia, agar dapat

29
Yahya Muktar, Dasar-dasar pembinaan hukum fiqh-islami, Bandung (Bandung : Al-
Ma’arif,1986), h.39
21
merasakan bahwa mereka dihormati oleh Allah sehingga di

jadikanlah manusia khalifah di bumi dan agar memiliki rasa

tangungjawab tentang apa yang di karuniakan dan di percayakan

kepada manusia.30

2) Berkembang

Artinya, bahwa kekayaan itu dikembangan dengan sengaja

atau mempunyai potensi untuk berkembang. Berkembang ada yang

secara konkrit dan tidak konkrit. Berkembang secara konkrit adalah

bertambah akibat pembiakan dan perdagangan, sedangkan secara

tidak konkrit adalah kekayaan itu berpotensi berkembang baik

berada ditangan pemilik harta maupun ditangan orang lain atas

namanya. Adanya syarat berkembang, mendorong setiap muslim

untuk memproduktifkan barang yang di milikinya, sehingga barang

yang di produktifkan akan selalu berkembang dari waktu ke waktu.

Harta produktif merupakan harta yang berkembang biak secara

konkrit maupun tidak konkrit. Secara konkrit yaitu dengan melalui

pengembangan usaha, perdagangan, saham, dan lain-lain. Melalui

tangan sendiri atau orang lain, sedangkan yang dimaksud tidak

konkrit yaitu harta tersebut berpotensi untuk berkembang. Barang

yang tidak berkembang atau tidak berpotensi untuk berkembang,

maka tidak di kenakan kewajiban zakat, seperti kuda untuk

berperang atau hamba sahaya di zaman Rasulullah SAW juga

30
Qordhowi, Yusuf, Hukum Zakat, Terjemahan Terj: Salman Harun Dkk, Bogor: Pustaka
Lentera Antar Nusa, Cet Ke 7, 1999. h.125,
22
termasuk harta yang tidak produktif. Makadari itu tidak di kenai

kewajiban zakat.31

3) Mencapai Nishab

Pada umumnya zakat di kenakan atas harta jika telah mencapai

suatu ukuran tertentu yang disebut dengan nishab. Nishab zakat

yaitu batas minimal suatu harta yang wajib dizakati. Nishab juga

merupakan batas minimal suatu harta yang wajib dizakati. Nishab

juga merupakan batas apakah seseorang tergolong kaya atau miskin,

artinya hartayang kurang dari batas minimal tersebut tidak di

kenakan zakat karena pemiliknya tidak tergolong kaya.32

4) Mencapai Haul (Satu tahun)

Maksud mencapai haul yaitu harta tersebut harus mencapai

waktu tertentu pengeluaran zakat. Harta-harta yang di syaratkan

cukup setahun di miliki nishab nya adalah binatang ternak, emas dan

perak dan barang perniagaan. Sedangkan harta-harta yang tidak di

syaratkan haul adaalah tumbuh-tumbuhan ketika menuai dan barang

temuan (rikaz).33

Akan tetapi, harta benda yang di kenakan wajib zakat tidak

semuanya di syaratkan mencapai haul (cukup tahun), karena ada

harta benda yang walaupun baru di dapatkan hasilnya, tetapi sudah

31
Ibid, h. 140
32
Syauqi Ismail Syahhatih, Penerapan Zakat Dalam Dunia Modern, Jakarta : Pustaka
Dian Antar Kota, 1987, h. 128
33
Anshori, Hukum…, h. 29
23
wajib zakat misalnya zakat hasil tanaman dan barang logam yang

ditemukan dari galian.34

5) Melebihi kebutuhan pokok

Kebutuhan minimal yang di perlukan seseorang dan

keluarganya yang menjadi tanggungan untuk memenuhi

kebutuhannya35. Ulama-ulama fiqih ada yang menambah ketentuan

nishab kekayaan yang berkembang, yaitu dengan lebihnya kekayaan

tersebut dari kebutuhan pokok pemiliknya, karena dengan adanya

kelebihan dalam kebutuhan pokok itulah seseorang tersebut disebut

sebagai orang kaya dan menikmati kehidupan yang tergolong

mewah.36

6) Bebas dari Hutang

Kepemilikan sempurna yang kita jadikan persyaratan wajib

zakat harus melebihi kebutuhan primer dan harus mencapai nishab

yang sudah bebas dari hutang. Jika masih ada tanggungan hutang

maka itu tidak bisa dikatakan kepemilikan sempurna, karena masih

ada hak orang lain yang harus di kembalikan.37

4. Macam – Macam Zakat

Menurut garis besarnya, zakat terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Zakat Fitrah (Zakat Jiwa)

34
Tim Penyusun, „Ilmu Fiqh, Jilid I, Jakarta : Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Islam, 1983, h. 252
35
Didin Hafidudhin, Panduan Praktis Zakat, Infak, Sedekah, Jakarta :Gema Insani, 1998,
h.14
36
Qordhowi, Yusuf, Hukum Zakat, Terjemahan Terj: Salman Harun Dkk, Bogor: Pustaka
Lentera Antar Nusa, Cet Ke 7, 1999. h. 151
37
Ibid, h. 155
24
Zakat fitrah artinya zakat yang berfungsi membersihkan jiwa

setiap orang Islam dan menyantuni orang miskin. Waktu pelaksanaan

zakat fitrah dikaitkan dengan pelaksanaan ibadah puasa pada bulan

Ramadhan. Zakat fitrah merupakan zakat yang sebab diwajibkannya

futhur (berbuka puasa) pada bulan Ramadhan, sehingga wajibnya zakat

fitrah untuk mensucikan diri dan membersihkan perbuatannya.38

Zakat fitrah merupakan zakat yang berbeda dari zakat-zakat

lainnya, karena ia merupakan pajak pada pribadi-pribadi manusia.

Sedangkan zakat yang lainnya merupakan pajak atas harta benda. Maka

dari itu, tidak disyaratkan pada zakat fitrah seperti apa yang disyaratkan

kepada zakat-zakat yang lain seperti adanya syarat nishab.39

b. Zakat māl

Zakat māl adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga

badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang

tertentu setelah dimiliki dalam jangka waktu tertentu dalam jumlah

minimal tertentu.40

Adapun harta yang wajib dizakati yaitu :

 Emas dan perak

Emas dan perak merupakan logam mulia yang memiliki dua

fungsi. Selain sebagai tambang elok yang dijadikan sebagai

perhiasan, emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku

dari waktu ke waktu. Syari’at Islam memandang emas dan perak


38
Ibid, h. 920
39
Ibid, h. 931
40
Penyusun, „Ilmu…, h. 242
25
sebagai harta yang potensial/berkembang. Oleh karena itu, emas dan

perak termasuk dalam kategori harta yang wajib dizakati41

        


        
        
   

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian


besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani
benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih, 42(QS at-Taubah : 34)

Ayat diatas tersebut menerangkan bahwa mengeluarkan

Zakat dari emas dan perak wajib hukumnya. Syara telah

menegaskan bahwa emas dan perak yang mencapai nishab dan

telah cukup setahun, kecuali jika emas dan perak yang baru

didapati dari galian, maka tidak di syaratkan cukup tahun.43

 Binatang Ternak.

Dunia binatang amat luas dan banyak, tetapi yang berguna bagi

manusia hanya sedikit. Binatang ternak yang paling berguna adalah

binatang-binatang yang oleh orang Arab disebut dengan “ ‫“ االنعام‬


41
Hasan Rifa’i al-Faridy, Panduan Zakat Praktis, Jakarta : Dompet Dhuafa Republika,
2003, h. 12
42
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an RI, Al-Qur‟an…, h.373
43
Ash-Shiddieqy, Pedoman…, h. 68
26
yaitu unta, sapi atau kerbau, kambing, dan biri-biri, dengan syarat

digembalakan dan bertujuan untuk memperoleh susu, daging, dan

hasil pengembiakannya. Ternak gembalaan yang dimaksud yaitu

ternak yang memperoleh makanan di lapangan terbuka dan telah

mencapai satu nishab.44

Binatang-binatang ternak tersebut telah di anugrahkan Allah

kepada hambahambaNya untuk di ambil manfaatnya yang banyak.

 Hasil Pertanian (tanaman dan buah-buahan)

Hasil pertanian berupa tanam-tanaman dan buah-buahan wajib

dikeluarkan zakatnya,sebagaimana firman Allah :

       4


     
        
          
 
Artinya :

“dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung


dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman
yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan”45 (QS al-An’Am :141)
 Harta kekayaan dagang
44
Tim Institut Manajemen Zakat, Panduan Zakat Praktis, Jakarta :Institut Manajemen
Zakat, 2002, h. 62
45
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an RI, Al-Qur‟an…, h.919
27
Kekayaan dagang adalah segala yang diperuntukkan untuk

diperjual-belikan dengan maksud untuk mencari keuntungan.

Tidaklah semua yang dibeli manusia adalah kekayaan dagang. 46Jadi

apapun jenis barang bila diniatkan untuk diperdagang kan, maka

barang tersebut dikategorikan sebagai barang dagangan. Hal ini

sebagaimana dalam firman Allah:

       


        
        
     

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak
mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji”47 (QS Al-Baqarah :267)
 Barang-barang Tambang

Barang-barang tambang yang dimaksud adalah segala sesuatu

yang dihasilkan dari perut bumi.

B. Ketentuan Umum Zakat Hasil Pertanian

1. Produksi Hasil Pertanian yang wajib dizakati

46
Qordhowi, Yusuf, Hukum Zakat, Terjemahan Terj: Salman Harun Dkk, Bogor: Pustaka
Lentera Antar Nusa, Cet Ke 7, 1999.,h.297
47
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an RI, Al-Qur‟an…, h.85
28
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang

bernilai ekonomis, seperti padi, biji-bijian (jagung, kedelai), umbi-umbian

(kentang, ubi kayu, ubi jalar), sayur-sayuran (bawang, mentimun, kol,

wortel, petai, bayam, sawi, cabai dan sebagainya), buah-buahan (kelapa,

pisang, durian, rambutan, duku, salak, apel, jeruk, pala dan sebagainya),

tanaman hias, rumput-rumputan, daun-daunan (teh, tembakau, vanili) dan

kacang-kacangan (kacang hijau,kedele, kacang tanah).48

Diwajibkan nya zakat jenis ini karena tanah yangditanami merupakan

tanah yang bisa berkembang yakni dengan tanaman yang tumbuh darinya

ada kewajiban yang yang harus dikeluarkan darinya. Jika tanaman di serang

hama sehingga rusak maka tidak ada kewajiban zakat karena tanah tersebut

tidak berkembang dan tanamannya rusak.Jadi, semua hasil tanaman-

tanaman dan buah-buahan yang diproduksi manusia wajib untuk

dikeluarkan zakatnya. Segala macam hasil pertanian/perkebunan (hasil

bumi) di qiyas kan dengan hasil pertanian yang telah ditetapkan zakatnya.49

2. Nishab dan Kadar Zakat Hasil Pertanian

Nishab adalah jumlah minimal harta yang terkena wajib

zakat.50Mengenai nishab zakat hasil pertanian jumhur ulama yang terdiri

dari para sahabat, tabi’in, dan para ulama sesudah mereka berpendapat

48
Saifudin Zuhri, Zakat Di Era Reformasi (Tata Kelola Baru),Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2012, h. 82
49
Wahbah Zuhaily, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, Terj. Agus effendi dan Bahrudin
fananny, Bandung: PT. Remaja Posdakarya, h. 182
50
Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-asas dan Pengantar StudiHukum Islam dalam
Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Gaya Media Pratama,2001, h. 162
29
bahwa tanaman dan buah-buahan sama sekali tidak wajib zakat sampai

berjumlah lima beban unta (wasaq).51

Besarnya nishab zakat pertanian adalah 5 wasaq. Perhitungannya

adalah 1 Wasaq = 60 sha‟ dan 5 Wasaq = 5 x 60 sha‟ = 300 sha‟.72 Bila

dihitung dengan berat, maka satu nishab disamakan dengan kilogram

jumlahnya 2,176 kg gandum jadi satu nishab itu 300 x 2,176 kg = 652,8

atau 653 kg.52

Tetapi untuk hasil pertanian berupa buah-buahan, sayur-sayuran,

daun, bunga dan lain-lain maka nishabnya di setarakan dengan harga

makanan pokok yang paling utama di negara yang bersangkutan.

Zakat dari hasil pertanian tidak harus menunggu satu tahun karena

sempurnanya tumbuh-tumbuhan dan buahbuahan adalah sampai dapat

dipetik hasilnya. Jadi tidak diukur dari umur harta atau uang yang di peroleh

dari tanaman tersebut. Apabila saat panen hasilnya tidak mencukupi nishab,

sedangkan dalam satu tahun itu masih ada beberapa panenan sampai dua

atau tiga kali panen, maka jumlah panen yang pertama dijumlah menjadi

satu dengan hasil panen berikutnya. Apabila sudah mencapai satu nishab

maka wajib dikeluarkan zakatnya. Termasuk juga tanaman-tanaman yang di

konsumsi.53

Kadar zakat yang dikeluarkan dari hasil pertanian berbeda-beda sesuai

dengan pengairan tersebut. Jika diairi dengan air hujan, sungai dan mata air
51
Qordhowi, Yusuf, Hukum Zakat, Terjemahan Terj: Salman Harun Dkk, Bogor: Pustaka
Lentera Antar Nusa, Cet Ke 7, 1999.. 342
52
Ibid h. 351
53
Zuhaily Wahbah, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, Terj. Agus Effendi dan Bahrudin
fananny, Bandung: PT. Remaja Posdakarya h. 194
30
maka kadar zakatnya adalah 10%, sedangkan jika diairi dengan sistem

irigasi atau menggunakan alat karena memerlukan biaya tambahan maka

kadar zakatnya adalah 5%.54

3. Pendapat Para Ulama Tentang Zakat Pertanian

Mengenai hasil pertanian yang wajib dizakati terdapat perbedaan

pendapat diantara para ulama, yaitu :

a) Mazhab Maliki

Menurut Malikiyah bahwa yang tumbuh dari tanah tersebut adalah

biji-bijian tsamrah (seperti anggur, kurma, dan zaitun.Zakat tidak

diwajibkan atas fakihah (seperti buah apel dan delima) begitupula

sayuran. 80 Dalam hal ini Imam Malik juga memiliki pendapat yang

sama dengan alasan bahwa kewajiban zakat tersebut dikaitkan pada illat

yaitu keadaan hasil bumi itu dapat dijadikan sebagai makanan pokok.

Oleh karena itu semua tanaman yang bersifat demikian wajib dizakati.55

Tanaman yang tumbuh dari tanah telah mencapai nishab yakni 5

wasaq atau 653 kg. Satuwasaq sama dengan 60 sha‟ sedangkan satu

sha‟sama dengan 4 mudd.56

b) Menurut Syafi’i

Menurut Syafi’i bahwa zakat wajib atas segala makanan yang

dimakan dan disimpan seperti biji-bijian dan buah kering seperti

gandum, jagung, padi dan sejenisnya.Imam Syafi’i mengemukakan


54
Ibid h. 195
55
Lamudin Nasution, Fiqh 1, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999, h.
161
56
Zuhaily Wahbah, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, Terj. Agus Effendi dan Bahrudin
fananny, Bandung: PT. Remaja Posdakarya, h. 184
31
bahwa zakat padi diberikan sejenis dengan yang di panen, tidak

dikurangkan. Jika zakat padi yang akan di bayarkan setelah dituai belum

kering, maka dapat di perhitungkan berapa besar selisih antara

timbangan dalam keadaan basah dan timbangan dalam keadaan kering.57

c) Mazhab Hanbali

Menurut pendapat Hanbali bahwa zakat wajib atas biji-bijian dan

buah-buahanan yang memiliki sifatsifat di timbang, tetap, dan kering

yang menjadi perhatian manusia bila tumbuh di tanahnya.85 Tanaman

tersebut telah mencapai nishab yaitu 5 wasaq. Pada biji-bijian zakatnya

dikeluarkan setelah di bersihkan sedangkan untuk buah-buahan

zakatnya dikeluarkan setelah di keringkan.58

d) Mazhab Hanafi

Menurut Hanafi semua buah-buahan dan tanaman yang keluar dari

bumi wajib dizakati.59Seluruh hasil tanaman yang dimaksudkan untuk

mengeksploitasi dan memperoleh penghasilan dari penanamannya

kecuali rumput, kayu api, dan bambu. Menurut beliau nishab tidak

menjadi syarat wajib untuk zakat, oleh karena itu zakat tetap diwajibkan

padatanaman yang banyak maupun tanaman yang sedikit.60

C. Mustahik Zakat

57
Anshori, Hukum…, h. 63
58
Zuhaily Wahbah, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, Terj. Agus Effendi dan Bahrudin
fananny, Bandung: PT. Remaja Posdakarya,h. 185
59
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, Terj. Team Basrie Press, Jakarta:
Basrie Press, 1991, h. 234
60
Zuhaily Wahbah, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, Terj. Agus Effendi dan Bahrudin
fananny, Bandung: PT. Remaja Posdakarya,h. 184
32
Orang-orang yang berhak menerima zakat terbagi atas delapan

golongan. Sebagaimana firman Allah:

      


        
         
Artinya:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”61(QS at-Taubah : 60)
Adapun penjelasan lengkapnya sebagai berikut:

1) Fakir

Menurut pendapat ahli tafsir, fakir mengandung pengertian sebagai

orang yang dalam kebutuhan tetapi dapat menjaga diri tidak minta-minta.

Fakir juga dapat dikatakan sebagai seseorang yang secara ekonomi berada

pada garis yang paling bawah

          
       
            
Artinya :

”(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di


jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang
tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri
dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya,
mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja

61
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an RI, Al-Qur‟an…, h.381
33
harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.”62 (QS al – Baqarah : 273)
2) Miskin

Miskin adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan tetapi

penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya63

3) Amil

Adalah petugas yang ditunjuk pemerintah atau masyarakat untuk

mengumpulkan zakat, menyimpan dan membagi-bagikannya kepada yang

berhak menerimanya.64

4) Muallaf

Muallaf adalah orang-orang yang diharapkan kecenderungan hatinya

atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam atau terhalangnya niat

jahat mereka atas kaum muslimin atau harapan akan adanya kemanfaatan

mereka di dalam membela atau menolong kaum muslimin dari musuh.65

5) Riqab

Riqab adalah memerdekakan budak belian, golongan riqab masa

sekarang dapat diaplikasikan untuk membebaskan buruh-buruh kasar atau

rendahan dari belenggu majikannya yang mengeksploitasi tenaganya, atau

membantu orang-orang yang tertindak dan terpenjara, karena membela

agama dan kebenaran. Kondisi seperti ini banyak terjadi pada zaman

sekarang, apalagi melihat kondisi perekonomian negara dan masyarakat


62
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an RI, Al-Qur‟an, h.87
63
Zuhaily, Zakat…,h. 281
64
M. Ali Hasan, Zakat dan Infak:Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia, ed.1, cet.2, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006, h. 70
65
Qordhowi, Yusuf, Hukum Zakat, Terjemahan Terj: Salman Harun Dkk, Bogor: Pustaka
Lentera Antar Nusa, Cet Ke 7, 1999. h. 563
34
semakin sulit diatasi. Hal ini menunjukkanPengembangan makna riqab

semakin luas sesuai dengan perkembangan sosial, politik dan perubahan

waktu.66

6) Gharimin

Gharimin aalah orang-orang yang memiliki hutang karena

kegiatannya dalam urusan kepentingan umum, antara lain mendamaikan

perselisihan antara keluarga, memelihara persatuan umat Islam, melayani

kegiatan dakwah Islam dan sebagainya67.

7) Sabilillah

Sabilillah artinya di jalan Allah, yaitu segala jalan yang mengantarkan

umat kepada keridhaan Allah, berupa segala amalan yang di ijinkan Allah

untuk memuliakan agama-Nya dan juga melaksanakan hukum-

hukumNya.68

8) Ibnusabil

Para ulama sepakat bahwa musafir yang kehabisan perbekalan hingga

tidak dapat meneruskan perjalanan pulang menuju negaranya berhak

mendapat zakat. Dengan begitu, zakat tersebut dapat mengantarkannya

sampai ke tujuan, jika tidak ada sedikit pun hartanya yang tersisa, karena

kehabisan bekal yang tak diduganya.

D. Tujuan dan Fungsi Zakat

1. Tujuan Zakat

66
Ibid.h.593
67
Kartika Sari, Elsi, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta: PTGrasindo, 2007.h.
40
68
Ibid, h. 41
35
Para cendekiawan muslim banyak yang menerangkan tetang

tujuan-tujuan zakat, baik secara umum yang menyangkut tatanan ekonomi,

sosial, dan kenegaraan maupun secara khusus yang di tinjau – tujuan nash

secara eksplisit.69

Beberapa tujuan dari kewajiban mengeluarkan zakatantara lain:

a) Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunyakeluar dari

kesulitan hidup dan penderitaan.

b) Membantu pemecahan permasalahn yang dihadapi oleh gharim,

ibnusabil, mustahiq, dan lain-lain.

c) Membentangkan tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia

pada umumnya.

d) Menghilangkan sifat kikir pemilik harta kekayaan.

e) Membersihkan sifat dengki dan iri dari hati orangorang miskin.

f) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin

dalam suatu masyarakat.

g) Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri seseorang,

terutama pada mereka yang mempunyai harta.

h) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan

menyerahkan hak orang lain yang adapadanya.

i) Sarana pemerataan pendapatan rejeki untuk mencapai keadilan sosial.

2. Hikmah Zakat

69
Kementerian Agama, Standar Operasinal Prosedur Lembaga Pengelolaan
Zakat,Tahun 2012
36
Zakat pada hakikatnya merupakan kewajiban atas orang kaya

untuk menunaikan hak fakir-miskin dan lainnya, namun amat besar pula

hikmah yang diperoleh para wajib zakat dari adanya kewajiban tersebut.

Ibadah zakat kalau dilaksanakan dengan benar, akanmelahirkan dampak

positif baik bagi diri muzakki maupun bagi masyarakat pada umumnya.

100 Adapun hikmah dari adanya kewajiban zakat adalah:

a) Mensucikan diri dari kotoran dosa, memurnikan jiwa, menumbuhkan

akhlak mulia menjadi murah hati, memiliki rasa kemanusiaan yang

tinggi, dan mengikis sifat bakhil (kikir), serta serakah sehingga dapat

merasakan ketenangan batin, karena terbebas dari tuntutan Allah dan

tuntutan kewajiban kemasyarakatan.

b) Menolong, membantu, dan membangun kaum yang lemah untuk

memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, sehingga mereka dapat

melaksanakan kewajibankewajibannya terhadap Allah SWT.

c) Memberantas penyakit iri hati dan dengki yang biasanya muncul

ketika melihat orang-orang disekitarnya penuh dengan kemewahan,

sedangkan iasendiri tak punya apa-apa dan tidak ada uluran tangan

dari mereka (orang kaya) kepadanya.

d) Menuju terwujudnya sistem masyarakat Islam yang berdiri di atas

prinsip umat yang satu (ummatan wahidatan), persamaan derajat, hak

dan kewajiban, persaudaraan Islam dan tanggung jawab bersama.

e) Mewujudkan keseimbangan dalam distribusi dan kepemilikan harta

serta keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

37
f) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan adanya

hubungan seorang dengan lainnya yang berupa rukun, damai, dan

harmonis sehingga tercipta ketentraman dan kedamaian lahir dan

batin. 70

70
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani Press,
2002, h. 9
38

Anda mungkin juga menyukai