Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Zakat hasil panen Durian di Desa Telago Kecamtan

Keliling Danau

Pada setiap kepemilikan harta benda seseorang selalu ada hak orang

lain didalamnya karena harta benda itu diperuntukkan bagi umat manusia

maka Allah SWT menentukan cara pemanfaatan harta benda melalui Zakat,

Infaq dan Sedekah.

Dalam pelaksanaan zakat hasil penen buah Durian di Desa Telago

Kecamatan Keliling Danau, Petani dalam prakteknya kurang mengerti dan

paham tentang ketentuan nishab dan haul nya. Mereka membayar zakat

berdasarkan adat atau kebiasaan. Dalam kehidupan masyarakat Desa Telago

pembayaran zakat disamakan dengan infaq/sedekah, karena mereka

mengeluarkan zakat setelah panen tanpa ada aturan berapa besar ukurannya

dan mereka beranggapan bahwa yang mereka lakukan sudah sudah

menggugurkan kewajiban atas pembayaran zakat hasil panen tersebut

Sifat masyarakat yang masih tradisional ini diwujudkan dalam bentuk

sumbangan ke masjid atau lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini diketahui

dari hasil wawancara salah satu warga Desa Telago Kecamatan Keliling

Danau bernama Samsudin , beliau mengatakan bahwa:


“ Saya bekerja sebagai petani sudah 45 tahun tanah yang saya miliki

seluas 1,5 Ha dan kalau dihitung- hitung ketika panen , kami bisa

memperoleh kurang lebih 10 – 20 juta ketika panen Durian, dan kalau

panen nya cukup banyak kami hanya membayar sedekah ke sekitar

rumah dan ke masjid dan itu yang saya lakukan selama ini”1.

Sedangkan salah satu warga yang bernama SURIANI 67 tahun

mengatakan bahwa

“ kalau ditanya Zakat, sebenarnya saya tidak paham, karena saya


hanya lulusan SD dan yang saya tau itu Cuma zakat fitrah. Tapi kalau
masalah bayar zakat yah keluarga saya masih bayar kan itu sebagai
salah satu dari rukun islam dan syarat juga untuk wujud rasa syukur
atas rezeki dari Allah SWT . biasanya kalau panennya hasilnya bagus
dan kebutuhan sudah terpenuhi semua, saya tidak lupa untuk dikasih
ke masjid dan tetangga yang tidak mampu , masalah banyak nya yang
penting ikhlas dan biar panen nya berkah”2

Zakat sebagai rukun islam yang ketiga apabila dilaksanakan dengan

penuh kesadaran dan tanggung jawab oleh umat Islam , maka ia dapat

menjadi sumber dana tetap yang berpotensi untuk menunjang suksesnya

pemabangunan nasional, khususnya untuk membantu peningkatan pendapatan

dan kesejahteraan masyarakat.

Pelaksanaan zakat pertanian dilihat dari latar belakang masyarakat

belum mempunyai kesadaran yang tinggi karena dalam melaksanakan

zakatnya masyarakat Desa Telago kurang memahami ketentuanya dan fungsi

1
Wawancara dengan Bapak Samsudin, warga Desa Telago, pada Tanggal 2 Desember
2020
2
Wawancara dengan Ibu Suriani , warga Desa Telago, pada Tanggal 8 Desember 2020
zakatnya terdapat beberapa perbedaan, dan memakai aturan tersendiri dengan

menggantikannya hanya dengan shodaqoh saja dan ada juga yang

mengeluarkan kadarnya 2% saja dengan penghasilan yang tinggi. Petani di

Desa Mantingan secara umum kurang megetahui hukum zakat hasil

pertanian.

Selain itu kurangnya sosialisasi kepada masyarakat dikekemukakan

oleh Abdul Gaffar , salah satu seorang dari pengurus masjid di Desa Telago

yang mengatakan bahwa :

“ banyak warga yang tidak tau berapa nishabnya dan tidak paham
rukun, makanya ketika panen buah durian mereka hanya melakukan
sebatas yang mereka ketahui selama niat mereka berbagi ketika hasil
panen berlimpah maka mereka menganggap mereka sudah berzakat
atau bersedekah” 3

Dan juga hasil wawancara dengan ibuk suri, beliau mengatakan

“Kalau waktu panen durian saya kurang paham soal zakatnya karena

saya tidak tau harus mengeluarkan berapa untuk zakatnya, karena saya

juga saudagar, kalau mau jualan hasil buah durian nya saya juga beli

dari kebun sebelah, jadi kalau untuk mengitungnya jadi susah,

makanya saya lebih memilih sedekah, kan tergantung niatnya”4

Mereka memahami bahwa Zakat hasil pertanian dari dulu masyarakat

Desa Telago dalam mengeluarkan zakat hasil pertaniannya masih memakai

adat atau kebiasaan yaitu memberikan sebagian hasil petaniannya dalam


3
Wawancara dengan Bapak Gafar , Pengurus Masjid Desa Telago, pada Tanggal 17
Desember 2020
4
Wawancara dengan Suri , warga Desa Telago, pada Tanggal 19 Desember 2020
bentuk sumbangan pembangunan masjid atu kegiatan keagamaan lainnya,

ataupun diberikan kepada orang tertentu yang diinginkan saja yang dirasa

kurang mampu dalam ekonomi . sehingga kebiasaan itu turun temurun sampai

sekarang.

Akmaludin , salah satu Tokoh Masyarakat di Desa Telago juga


mengatkan bahwa :

“Dalam pembayaran zakat pertanian, zakat di gantikan dengan


shodaqoh dan langsung diberikan ke fakir miskin yang ada di Desa
Telago Kecamatan Keliling Danau tanpa melalui lembaga lainya. Hal
ini sudah biasa dilakukan oleh masyarakat setempat, walaupun
menimbulkan masalah yaitu fungsi zakat tidak akan berjalan sebagai
dana sosial yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat
karena zakat bukan sekedar bantuan sewaktu-waktu kepada orang
miskin untuk meringankan penderitanya, tetapi bertujuan untuk
mengulangi kemiskinan agar orang miskin menjadi kecukupan dengan
mencari pangkal penyebab kemiskinan itu dan mengusahakan agar
orang miskin mampu memperbaiisendiri kehidupanya”.5

Nishab Zakat hasil pertanian adalah 5 Wasaq sesuai Sabda Nabi

SAW : “ Tidak ada zakat dibawah 5 Wasaq wasaq adalah satu ukuran . satu

wasaq sama dengan 60 sha’, pada masa Rasulullah saw, 1 sha’ sama dengan 4

mudd, yakni4 takaran dua telapak tangan orang dewasa . 1 sha’ oleh Dairatul

Maarif Islamiyah sama dengan Liter , maka 1 Wasaq 180 liter , sedangkan

nishab pertanian 5 wasaq sama dengan 900 liter atau dengan ukuran kilo

gram , yaitu sekitar 653 kg, jika hasil pertanian tersebut termasuk makanan

5
Wawancara dengan Bapak Akmaludin, Tokoh Masyarakat Desa Telago, pada Tanggal
28 Desember 2020
pokok seperti beras, gandum, jagung. Selain itu, kadar zakat untuk hasil

pertanian , berbeda tergantung dengan jenis pengairannya. Apabila diairi

dengan air hujan , atau sungai/mata air, maka zakatnya 10%, sedangkan

apabila diairi dengan disirami atau dengan irigasi yang memerlukan biaya

tambahan maka zakatnya 5%.

Berdasarkan kaidah fiqh bahwa untuk lahan yang murni hanya diairi

dengan air hujan zakatnya adalah sebesar 10%, sedangkan untuk lahan yang

diari dengan system irigasi zakatnya adalah 5%.

Pensyariatan zakat di dalam Islam menunjukan bahwa hukum Islam

sangat memperhatikan masalah-masalah kemasyarakatan terutama nasib

mereka yang lemah, sehingga mendekatkan hubungan kasih sayang antara

sesama manusia dalam mewujudkan kata-kata bahwa Islam itu bersaudara

saling membantu dan tolong-menolong.oleh karena itu ,Allah SWT sangat

menyukai orang-orangg yang secara sungguh-sungguh menunaikan zakat dan

sebaliknya memberi ancaman bagi orang-orang yang sengaja

meninggalkannya.

B.Pandangan Hukum Ekonomi syariah Terhadap Kewajiban Berzakat dari

Hasil panen buah durian

Zakat merupakan amal kebaikan yang memiliki nilai ketuhanan yaitu

sebagai ibadah kepada Allah dan juga memiliki nilai sosial kepada sesama

manusia. Dalam bermasyarakat tentunya terdapat perbedaan dari tingkat

perekonomiannya yaitu golongan tingkat perekonomian lemah dan golongan


tingkat perekonomian kuat. Biasanya yang paling dominan adalah golongan

dengan tingkat ekonomi lemah atau bisa disebut golongan fakir miskin.

Dengan zakatsehingga masyarakat yang kaya dapat membantu menumbuhkan

ekonomi bagi yang miskin.

Masyarakat Desa Telago Kecamatan Keliling Danu khususnya para

petani yang golongan ekonominya kuat wajib mengeluarkan zakat kepada

golongan yang ekonominya lemah agar tercipta ekonomi yang stabil dalam

masyarakat.

Buah Durianmerupakan salah satu hasil bumi karena penanamannya

berada di tanah dan dengan sengaja ditanam untuk memperoleh hasil darinya.

Maka dari itu buah Durian merupakan hasil pertanian yang mengandung nilai

ekonomis sehingga wajib untuk mengeluarkan zakat. Sebagaimana dalam

firman Allah dalam surat al-Baqarah : 267

        


         
          
 
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa

yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu

memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,

Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan


memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha

Kaya lagi Maha Terpuji.6 (QS al-Baqarah : 267)

Maksud dari ayat diatas bahwa yang dinafkahkan berbentuk wajib

adalah dari hasil usaha kamu dan apa yang Kami, yakni yang Allah

keluarkan dari bumi. Tentu saja hasil usaha manusia bermacam-macam,

bahkan dari hari ke hari dapat muncul usaha-usaha baru yang belum dikenal

sebelumnya. Semuanya dicakup dalam ayat ini dan semuanya perlu

dinafkahkan sebagian darinya. Kalau memahami perintah ayat ini dalam arti

perintah wajib, maka semua hasil usaha apapun bentuknya wajib

dizakati.Demikian juga dengan yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu,

yakni hasil pertanian. Hasil pertanian baik yang telah dikenal pada masa Nabi

SAW. Maupun yang belum dikenal atau yang tidak dikenal pada masa

turunnya ayat ini semua dicakup oleh makna kalimat yang Kami keluarkan

dari bumi7. Sehingga mewajibkan zakat atas segala hasil yang ditumbuhkan

atau dikeluarkan dari bumi salah satunya adalah hasil pertanian berupa buah

Durian.

Berdasarkan dalil diatas dapat dipahami bahwa kewajiban zakat

bersifat global, tidak ada satupun harta yang terlepas dari kewajiban

mengeluarkan zakat apabila sudah terpenuhi syarat-syarat yang telah

ditetapkan oleh hukum Islam. Begitu juga dengan hasil pertanian yang berupa

sayuran.

6
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an RI, Al-Qur’an…,h.354
7
M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an Volume
4, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 316-317
Bahwasanya dalam hukum Islam telah di tetapkan mengenai

ketentuan dari besaran nishab zakat pertanian yaitu 5 wasaq. Adapun

perhitungannya sebagai berikut 1 wasaq = 60 sha’ dan 5 wasaq = 300 sha’

Bila dihitung dengan berat disamakan dengan kilogram maka 1 sha’ = 2176

kg Jadi nishab nya adalah 300 sha’x 2176 kg = 652,8 atau 653 kg Sedangkan

pada tanaman sayur-sayuran, buahbuahan, dedaunan, dan lain-lain maka

nishab nya disetarakan dengan harga makanan pokok yang paling utama di

tempat yang bersangkutan yang dalam hal ini adalah di Desa Losari. Harga

perkilogram padi di Desa Losari yaitu Rp 5500/kg jika nishab dinominalkan

dengan uang maka besarnya nishab yaitu: 653 kg x Rp 5500 = Rp 3.591.500

Jadi, dalam hukum Islam telah jelas ditetapkan besarnya nishab zakat

pertanian adalah 653kg padi jika dinominalkan dengan uang adalah Rp

3.591.500.

Sedangkan yang terjadi dimana masyarakat yang hasil panen nya telah

mencapai nishab hanya membayar sedekah tanpa meniatkan utuk berzakat.

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa praktek zakat buah

durian di Desa Telago jika dilihat dari perspetif hukum Islam dan beberapa

pendapat yang dikemukakan oleh para fuqoha kurang sesuai, hal ini dapat

dilihat dari hasil wawancara para responden yang kurang memahai nishab

dari hasil panen buah Durian dan Hanya membayar Sedekah ke masjid atau

kepada orang yang tidak mampu.

Sesungguhnya pada zakat pertanian tidak di persyaratkan mencapai

haul. Jika hasil setelah panen sudah mencapai nishab maka langsung
dikeluarkan zakatnya. Apabila pada waktu panen hasil panen tidak

mencukupi nishab sedangkan dalam satu tahun masih ada beberapa

pemanenan lagi, maka jumlah panen yang pertama dijumlah menjadi satu

dengan hasil panen berikutnya. Apabila sudah mencapai nishab maka wajib

dikeluarkan zakatnya

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa hasil pertanian wajib di

keluarkan zakatnya setelah mencapai nishab dan tidak harus menunggu haul.

Jadi para petani Desa Telago wajib mengeluarkan zakat dari hasil panen

bauh Durian adalah seketika pasca panen jika sudah mencapai nishab dan

tanpa menunggu haul. Kebanyakan para petani buah durian sudah

mengeluarkan sedekah pasca panen akan tetapi tidak memperhitungkan

nishab Zakat nya dan hal tersebut belum sesuai dengan ketentuan-ketentuan

zakat dalam hukum Islam.

Namun para petani mempunyai alasan tersendiri kenapa belum

membayar zakat dari hasil panen buah durian, mereka beralasan belum

mengetahui nishab zakat buah durian yang mereka ketahui hanya zakat hasil

padi. Dan kalaupun mereka tau cukup sulit untuk menghitungnya karena

selain petani mereka juga sebagai saudagar yang juga mengeluarkan modal

untuk membeli buah durian dari kebun sebelah jika hasil panen pada hari itu

kurang untuk dijual.

Anda mungkin juga menyukai