Oleh:
NIM : 200104019
2021
TINJAUAN PUSTAKA
Tidur menurut Guyton and Hall (2014) merupakan kondisi tidak sadar dimana
individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan rinci adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon
terhadap rangsangan dari luar (Aspiani, 2014).
C. FISIOLOGI TIDUR
Tidur adalah proses fisiologis yang berputar dan bergantian, dengan periode
jaga yang lebih lama. Siklus tidur bangun memengaruhi dan mengatur fungsi
fisiologis dan respon tubuh (Potter & Perry, 2011).
1) Irama sirkadian
Orang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka
disetiap hari. Irama yang paling dikenal adalah siklus 24-jam, siang malam yang
dikenal dengan irama diurnal atau sirkadian, siklus yang terjadi dalam siklus yang
lebih lama dari 24 jam. Irama sirkadian memengaruhi pola fungsi biologis utama
dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan
darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada
pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam. Irama sirkadian termasuk siklus tidur-
bangun harian, dipengaruhi oleh cahaya dan suhu serta juga faktor-faktor
eksternal seperti aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan. Semua orang mempunyai
waktu yang sinkron dengan siklus tidur mereka (Potter & Perry, 2011).
2) Tahap tidur
Tidur normal melibatkan dua tahap yaitu tidur nonrapid eyemovement
(NREM) dan tidur rapid eye movement (REM). Selama tidur nonrapid
eyemovement (NREM) seseorang yang sedang tidur akan maju melalui empat
tahap selama 90 menit. Kualitas tidur mulai dari stadium 1 hingga stadium 4 akan
menjadi semakin mendalam. Tidur yang lebih ringan adalah karakteristik tahap 1
dan 2 dimana seseorang lebih mudah terjaga tahap 3 dan 4 melibatkan tidur yang
lebih dalam, dan disebut sebagai tidur gelombang lambat. Rapid eye movement
(REM) adalah fase dari setiap akhir siklus tidur faktor yang berbeda-beda
meningkatkan atau mengganggu pada berbagai tahapan siklus tidur.
3) Siklus tidur
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 sampai 30
menit, tetapi untuk seseorang yang mengalami kesulitan untuk tertidur, akan
berlangsung selama 1 jam atau lebih. Berikut adalah tahapan siklus tidur menurut
Potter dan Perry (2011):
a) Tidur Nonrapid Eyemovement (NREM)
Menurut Kozier (2010) tidur nonrapid eyemovement (NREM) disebut
dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otak orang yang sedang
tidur lebih lambat dibandingkan gelombang alfa dan beta orang yang sedang
bangun atau terjaga. Kebanyakan tidur dimalam hari adalah tidur nonrapid
eyemovement (NREM). Tidur nonrapid eyemovement (NREM) adalah tidur
yang dalam dan tenang dan menurunkan beberapa fungsi fisiologis. Tidur
nonrapid eyemovement (NREM) menurut Potter dan Perry (2011) dibagi
menjadi empat tahap, yaitu:
(1) Stadium 1, merupakan transisi dari bangun dan ditandai oleh hilangnya
pola alfa regular dan munculnya amplitude rendah, pola frekuensi
campuran, terutama pada rentan teta (2 sampai 7 Hz). Dan gerakan mata
berputar lambar. Seseorang dengan mudah terbangun oleh sensori seperti
stimulus suara. Dan ketika terbangun, seseorang akan merasa seperti telah
melamun.
(2) Stadium 2, ditetapkan melalui kejadian kompleks dna kumparan tidur
yang bertumpang tindih pada aktivitas latar belakang yang serupa dengan
stadium 1. Untuk terbangun masih relative mudah, namun sudah memiliki
peningkatan dalam relakasasi. Dan fungsi tubuh seseorangmenjadi sangat
lamban.
(3) Stadium 3, adalah delta dengan sekitar 20% tetapi kurang dari 50%
aktivitas delta amplitude tinggi (375 µV) delta (0,5 sampai 2 Hz).
Kumpulan tidur tetap ada. Aktivitas gerakan mata tidak ada, dan aktivitas
Elektromyografi (EMG) menetap pada kadar yang rendah, sehingga otot-
otot mulai kendur. Tahap ini berakhir 15-30 menit.
(4) Stadium 4, yaitu pola Elektro-Encephalogram (EEG) stadium 3 lambat,
voltase tinggi pada sekitar 50% rekaman. Nonrapid eyemovement
(NREM) stadium 3 dan 4 disebut sebagai (secara kolektif) tidur “dalam”,
“delta”, atau “gelombang lambat” sangat sulit untuk membangunkan
seseorang dalam tahap tidur ini. Tanda-tanda vital mulai menurun secara
bermakna. Waktu ini berlangsung selama 15-30 menit.
b) Tidur Rapid Eye Movement (REM)
Merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit. Mimpi yang penuh
warna dan tampak hidup dapat terjadi pada Rapid Eye Movement (REM),
mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap lain. Tahap ini biasanya
dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur. Hal ini dicirikan dengan respons
otonom dari ergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan
respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah (Petter & Perry, 2011).
Tipe tidur ini juga disebut tidur paradoksial karena tampaknya bertentangan
(paradoks) bahwa tidur dapat terjado secara stimultan dengan tipe aktivitas
otak ini. Pada fase ini individu yang sedang tidur dapat sulit dibangunkan atau
dapat bangun secara spontan (Kozier, 2010).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak, dapat
dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa
jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep
Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-
aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG,
perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan
EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola
tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat.
F. Manifestasi Klinis
Gangguan tidur dapat menyebabkan berbagai gejala, bahkan gejala yang tidak terlihat.
Berikut ini adalah beberapa gejala umu dari gangguan tidur :
1. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
2. Data Minor
a. Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
b. Perubahan mood
c. Agitasi
d. Mengantuk sepanjang hari
e. Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan
f. Sulit berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tertentu di rumah, tempat kerja
atau sekolah
G. PATHWAY
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara
yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan
kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan
suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
d. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara
lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan
format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan
klien meminta bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Riwayat Penyakit Dahulu
3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
a. Bernapas
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur
1) Mengkaji kebiasaan tidur klien sebelum dan saat sakit
2) Catatan tidur:
a) Jumlah jam tidur per hari
b) Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu)
d) Waktu
- ke tempat tidur
h) Lingkungan tidur (mis: kamar yang gelap, suhu dingin atau hangat,
tingkat suara, lampu kamar)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan lain-lain. (Nursalam, 2009)
Evaluasi pada pasien dengan menanyakan apakah bisa tidur dengan nyenyak, apakah
ada gangguan saat memulai tidur, biasanya pasien akan menjawab dengan sudah bisa tidur
atau belum. Selain itu mengobservasi nyeri pasien dengan menyakan PQRST pada pasien.
Setelah itu melalui observasi dengan melihat wajah pasien tampak senang atau meringis
menahan nyeri, katup matanya, apakah pasien terlihat bisa tidur dengan nyenyak atau tidak.
Setelah itu lanjutkan intervensi jika ada yang belum tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media
Buysse, D.J., Reynolds, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., Kupfer, D.J. (2014). The Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI). In Rush, J. Et Al. Handbook Of Psychiatric Measures.
American Psychiatry Association. Washington Dc
Komalasari, D. (2015). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada
Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Jatinangor Kabupaten Sumedang. Students e-
journal, 1(1): 1-16. Diakses dari:
http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/727/773.
Okun, M.L., Schetter, C.D., & Glyyn, L.M. (2011). Poor Sleep Quality Is Associated With
Preterm Birth. J. Sleep, 24(11): 1493-1498. Diakses dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22043120.
Potter & Perry. (2011). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses Dan Praktik. Jakarta:
EGC.