Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN MINGGU KE 1 (SATU)

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ISTIRAHAT TIDUR


PADA PASIEN NY.R DI RUANG LAVENDER BAWAH WANITA
RSUD KARDINAH TEGAL

Oleh:

NAMA : DWI YULIANTI

NIM : 200104019

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2021
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI ISTIRAHAT TIDUR


Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai,
menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan
diri dari apa pun yang membosankan menyulitkan atau menjengkelkan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks,
tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan.
Tidur merupakan suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang
cukup, mereka merasa tenaganya pulih (Potter & Perry, 2011). Tidur adalah suatu
keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan
urutan siklus yang berulang-ulang dan masih menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniyah yang berbeda. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka akan
merasakan badannya segar kembali (Komalasari, 2015).

Tidur menurut Guyton and Hall (2014) merupakan kondisi tidak sadar dimana
individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan rinci adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon
terhadap rangsangan dari luar (Aspiani, 2014).

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT TIDUR


Sejumlah faktor yang memengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali
faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kuantitas dan kualitas tidur. Berikut
faktor-faktor yang memengaruhi tidur menurut Potter & Perry (2011) antara lain:
1) Penyakit fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik, atau
masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan
masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah
kesulitan tertidur atau tetap tidur. Nokturia atau berkemih pada malam hari juga
menjadi salah satu penyebab gangguan tidur dan siklus tidur.
2) Obat-obatan substansi
Menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit
kronik, dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat menganggu tidur secara
serius. Penggunaan obat juga dapat memengaruhi kondisi tidur. Beberapa jenis
obat yang memengaruhi proses tidur adalah jenis obat golongan diuretic yang
menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein
dapat meningkatkan syaraf simpatik yang menyebabkan kesulitan untuk tidur,
golongan beta bloker yang dapat berefek timbulnya insomnia.
3) Gaya hidup
Rutinitas harian seseorang mempengarui perubahan pola tidur. Individu
yang bekerja bergantian berputar (misalnya 2 minggu siang, kemudian diikuti
oleh 1 minggu malam) seringkali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan
jadwal tidur. Setelah beberapa minggu bekerja pada waktu malam hari, maka jam
biologis seseorang dapat menyesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang
mengganggu pola tidur meliputi bekerja berat yang tidak biasa, mengikuti
aktifitas sosial pada waktu malam, dan perubahan waktu malam.
4) Stres emosional
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan tak bisa tidur.
Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur. Sering
terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut
dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk.
5) Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada
kemampuan untuk tertidur dan tetap tidur. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat
tidur mempengaruh kualitas tidur. Seseorang lebih nyaman tidur sendiri atau
bersama orang lain, teman tidur dapat mengganggu tidur jika mendengukur.
Suara juga memengaruhi tidur.
6) Latihan fisik dan kelelahan
Seseorang yang kelelahan biasanya memperoleh tidur yang
mengistirahatkan, khusunya kelelahan ini dikarenkan dari kerja atau latihan yang
meyenangkan. Latiahan dua jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh
mendingin dan mempertahan suatu keadaan kelelahan yang meningkatkan
relaksasi. Akan tetapi, kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang
meletihkan atau penuh stres membuat sulit tidur.
7) Asupan makanan dan kalori
Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan
yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur. Kafein dan
alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi insomnia,
sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara dratis adalah strategi
penting yang digunakan untuk meningkatkan tidur. Kehilangan atau kelebihan
berat badan juga dapat memengaruhi pola tidur.

C. FISIOLOGI TIDUR
Tidur adalah proses fisiologis yang berputar dan bergantian, dengan periode
jaga yang lebih lama. Siklus tidur bangun memengaruhi dan mengatur fungsi
fisiologis dan respon tubuh (Potter & Perry, 2011).
1) Irama sirkadian
Orang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka
disetiap hari. Irama yang paling dikenal adalah siklus 24-jam, siang malam yang
dikenal dengan irama diurnal atau sirkadian, siklus yang terjadi dalam siklus yang
lebih lama dari 24 jam. Irama sirkadian memengaruhi pola fungsi biologis utama
dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan
darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada
pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam. Irama sirkadian termasuk siklus tidur-
bangun harian, dipengaruhi oleh cahaya dan suhu serta juga faktor-faktor
eksternal seperti aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan. Semua orang mempunyai
waktu yang sinkron dengan siklus tidur mereka (Potter & Perry, 2011).
2) Tahap tidur
Tidur normal melibatkan dua tahap yaitu tidur nonrapid eyemovement
(NREM) dan tidur rapid eye movement (REM). Selama tidur nonrapid
eyemovement (NREM) seseorang yang sedang tidur akan maju melalui empat
tahap selama 90 menit. Kualitas tidur mulai dari stadium 1 hingga stadium 4 akan
menjadi semakin mendalam. Tidur yang lebih ringan adalah karakteristik tahap 1
dan 2 dimana seseorang lebih mudah terjaga tahap 3 dan 4 melibatkan tidur yang
lebih dalam, dan disebut sebagai tidur gelombang lambat. Rapid eye movement
(REM) adalah fase dari setiap akhir siklus tidur faktor yang berbeda-beda
meningkatkan atau mengganggu pada berbagai tahapan siklus tidur.
3) Siklus tidur
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 sampai 30
menit, tetapi untuk seseorang yang mengalami kesulitan untuk tertidur, akan
berlangsung selama 1 jam atau lebih. Berikut adalah tahapan siklus tidur menurut
Potter dan Perry (2011):
a) Tidur Nonrapid Eyemovement (NREM)
Menurut Kozier (2010) tidur nonrapid eyemovement (NREM) disebut
dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otak orang yang sedang
tidur lebih lambat dibandingkan gelombang alfa dan beta orang yang sedang
bangun atau terjaga. Kebanyakan tidur dimalam hari adalah tidur nonrapid
eyemovement (NREM). Tidur nonrapid eyemovement (NREM) adalah tidur
yang dalam dan tenang dan menurunkan beberapa fungsi fisiologis. Tidur
nonrapid eyemovement (NREM) menurut Potter dan Perry (2011) dibagi
menjadi empat tahap, yaitu:
(1) Stadium 1, merupakan transisi dari bangun dan ditandai oleh hilangnya
pola alfa regular dan munculnya amplitude rendah, pola frekuensi
campuran, terutama pada rentan teta (2 sampai 7 Hz). Dan gerakan mata
berputar lambar. Seseorang dengan mudah terbangun oleh sensori seperti
stimulus suara. Dan ketika terbangun, seseorang akan merasa seperti telah
melamun.
(2) Stadium 2, ditetapkan melalui kejadian kompleks dna kumparan tidur
yang bertumpang tindih pada aktivitas latar belakang yang serupa dengan
stadium 1. Untuk terbangun masih relative mudah, namun sudah memiliki
peningkatan dalam relakasasi. Dan fungsi tubuh seseorangmenjadi sangat
lamban.
(3) Stadium 3, adalah delta dengan sekitar 20% tetapi kurang dari 50%
aktivitas delta amplitude tinggi (375 µV) delta (0,5 sampai 2 Hz).
Kumpulan tidur tetap ada. Aktivitas gerakan mata tidak ada, dan aktivitas
Elektromyografi (EMG) menetap pada kadar yang rendah, sehingga otot-
otot mulai kendur. Tahap ini berakhir 15-30 menit.
(4) Stadium 4, yaitu pola Elektro-Encephalogram (EEG) stadium 3 lambat,
voltase tinggi pada sekitar 50% rekaman. Nonrapid eyemovement
(NREM) stadium 3 dan 4 disebut sebagai (secara kolektif) tidur “dalam”,
“delta”, atau “gelombang lambat” sangat sulit untuk membangunkan
seseorang dalam tahap tidur ini. Tanda-tanda vital mulai menurun secara
bermakna. Waktu ini berlangsung selama 15-30 menit.
b) Tidur Rapid Eye Movement (REM)
Merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit. Mimpi yang penuh
warna dan tampak hidup dapat terjadi pada Rapid Eye Movement (REM),
mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap lain. Tahap ini biasanya
dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur. Hal ini dicirikan dengan respons
otonom dari ergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan
respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah (Petter & Perry, 2011).
Tipe tidur ini juga disebut tidur paradoksial karena tampaknya bertentangan
(paradoks) bahwa tidur dapat terjado secara stimultan dengan tipe aktivitas
otak ini. Pada fase ini individu yang sedang tidur dapat sulit dibangunkan atau
dapat bangun secara spontan (Kozier, 2010).

D. MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN ISTIRAHAT TIDUR


Menurut International Classification of Sleep Disorders, gangguan tidur
dibagi menjadi 4 yaitu disomnia, parasomnia, gangguan tidur berkaitan dengan
gangguan mental, dan lain-lain (American Academy of Sleep Medicine, 2008).
Gangguan tidur memiliki dampak dalam meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Buruknya kualitas tidur berhubungan dengan risiko depresi, sedikitnya waktu tidur
dan buruknya kualitas berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus dan obesitas.
Selain itu, gangguan tidur dapat memengaruhi sistem kardiovaskular,
neuroendokrin, metabolisme, dan imunitas tubuh (Buysse, 2014).
Gangguan tidur seperti gangguan durasi dan kualitas tidur memiliki pengaruh
terhadap respon inflamasi tubuh yang ditandai dengan peningkatan sitokin
proinflamasi, interleukin (IL)-6 dan tumor necrosis factor (TNF)-α, serta
peningkatan protein yang ada pada fase akut yaitu C-reactive protein (Okun et al.,
2011). Sistem neuroendokrin juga diduga berhubungan dengan tidur dan inflamasi.
Hormon-hormon seperti adrenal atau katekolamin serta aktivasi saraf simpatis
meningkatkan sitokin proinflamasi dari sel-sel dan organ imun tubuh. Selain itu,
katekolamin mengganggu tidur. Hormon seperti kortisol juga memiliki pengaruh
untuk terjadinya inflamasi. Kortisol dapat menurunkan produksi dari sitokin
inflamasi. Hormon ini dilepaskan secara diurnal berdasarkan irama sirkadian.
Namun pada gangguan tidur, hormon kortisol dilepaskan berlebihan dan kronis
sehingga dapat menyebabkan negative feedback yang justru menurunkan sensitivitas
reseptor hormon kortisol dan menurunkan efek dari hormon itu sendiri (Okun et al.,
2011).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak, dapat
dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa
jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep
Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-
aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG,
perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan
EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola
tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat.
F. Manifestasi Klinis
Gangguan tidur dapat menyebabkan berbagai gejala, bahkan gejala yang tidak terlihat.
Berikut ini adalah beberapa gejala umu dari gangguan tidur :
1. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
2. Data Minor
a. Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
b. Perubahan mood
c. Agitasi
d. Mengantuk sepanjang hari
e. Berkurangnya reaksi atau respon terhadap rangsangan
f. Sulit berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tertentu di rumah, tempat kerja
atau sekolah

G. PATHWAY
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara
yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan
kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan
suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
d. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara
lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan
format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan
klien meminta  bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Riwayat Penyakit Dahulu
3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
a. Bernapas
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur
1) Mengkaji kebiasaan tidur klien sebelum dan saat sakit
2) Catatan tidur:
a) Jumlah jam tidur per hari

b) Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu)

c) Ritual tidur (mis: makan, minum, atau mengkonsumsi obat)

d) Waktu

- ke tempat tidur

- mencoba untuk tertidur


- tertidur

- setiap kejadian terbangun dan durasi periode ini

- terbangun di pagi hari

e) Setiap kekhawatiran yang klien yakini dapat mengganggu tidur

f) Faktor-faktor yang klien yakini dapat memberi pengaruh postif atau


negative pada tidur.
g) Ritual sebelum tidur (mis: minum air dan obat tidur)

h) Lingkungan tidur (mis: kamar yang gelap, suhu dingin atau hangat,
tingkat suara, lampu kamar)

i) Penggunaan obat tidur atau obat yang lainnya


b. Berpakaian
c. Pengaturan suhu tubuh
d. Personal Hygiene
e. Rasa Aman Nyaman
f. Komunikasi
g. Spiritual
h. Rekreasi
i. Bekerja
j. Pengetahuan atau belajar

1. Data Pengkajian Fisik


a. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.
b. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut,
telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam
memperoleh  berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi
dan Perkusi.
2. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien
baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
3. Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan
serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kesiapan meningkatkan tidur


2. Gangguan pola tidur

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Kesiapan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Tidur (l.05174) 1. Membantu


Meningkat keperawatan selama...x 24 pola tidur
1. Observasi
kan Tidur jam diharapkan pasien yang adekuat
a. Identifikasi pola
dapat meningkatkan tidur pada pasien.
istirahat dan tidur
dengan kriteria hasil 2. Kenyamanan
b. Identifikais faktor
Pasien akan : membuat
pengganggu tidur
1. Mengidentifikasi pasien
c. Identifikasi
tindakan yang akan relaksasi dan
makanan dan
meningkatkan membantu
minuman yang
istirahat atau tidur pasien santai.
mengganggu tidur
2. Mendemonstrasikan 3. Agar pasien
misal kopi, teh,
kesejahteraan fisik mampu
alkohol, dll
dan psikologis membangun
d. Identifikasi obat
3. Mencapai tidur yang pola tidur
tidur yang
adekuat tanpa yang sesuai
dikonsumsi
menggunakan obat
2. Terapeutik
a. Modifikasi
lingkungan misal
pencahayaan,
kebisingan, suhu, dll
b. Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
c. Fasilitasi
menghilangkan
stress jka perlu
sebelum tidur
d. Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dengan tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
3. Edukasi
a. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
b. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
c. Anjurkan makanan
atau minuman yang
mengganggu tidur.

4 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (l.08238) 1. Mengetahui


Pola Tidur keperawatan selama... x pengaruh
1. Observasi
24 jam diharapkan px obat dengan
a. Identifikasi lokasi,
tidak terganggu saat tidur pola tidur
karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : pasien.
frekuensi, kualitas,
1. Jumlah jam tidur 2. Memberikan
intensitas nyeri
dalam batas normal 6- informasi
b. Identifikasi respon
8 jam/hari. kepada
nyeri non verbal
2. Pola tidur, kualitas pasien dan
c. Identifikasi faktor
dalam batas normal. keluarga
yang memperberat
3. Perasaan segar pasien.
dan memperingan
sesudah tidur atau nyeri 3. Meningkatka
istirahat. d. Monitor n tidur.
4. Mampu keberhasilan terapi 4. Agar periode
mengidentifikasi hal- komplementer yang tidur tidak
hal yang sudah diberikan terganggu
meningkatkan tidur. 2. Terapeutik dan rileks.
a. Berikan teknik 5. Mengurangi
farmakologis untuk gangguan
mengurangi rasa nyeri tidur.
b. Fasilitas istirahat dan 6. Meningkatka
tidur n pola tidur
3. Edukasi yang baik
a. Jelaskan penyebab, secara
periode, emicu nyeri mandiri.
b. Jelaskan strategis 7. Mengetahui
meredakan nyeri perkembanga
c. Ajarkan teknik n pola tidur
nonfarakologis pasien.
4. Kolaborasi 8. Mengetahui
a. Kolaborasi pemberian pengaruh
analgetik waktu makan
Terapi Musik (l.08250) dan minum

1. Observasi terhadap pola


a. Identifikasi minat tidur pasien.
terhadap musik 9. Mengetahui
b. Identifikasi musik
perkembanga
yang disukai
n pola tidur
2. Terapeutik
pasien.
a. Pilih musik yang
disukai
b. Posisikan dalam posisi
nyaman
c. Sediakan peralatan
terapi musik
d. Atur volume suara
yang sesuai
e. Berikan terapi musik
sesuai indikasi
f. Hindari pemberian
terapi musik dalam
waktu yang lama
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur terapi
musik
b. Anjurkan rileks
selama
mendengarkan
musik

IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan lain-lain. (Nursalam, 2009)

Implementasi pada gangguan pola tidur adalah dengan mengendalikan kebisingan


dengan cara menutup pintu kamar pasien, mematikan telephone, dan meredupkan lampu atau
mematikannya. Membunyikan musik yang lembut, membantu pasien untuk mandi dengan air
hangat. Selain itu implementasi untuk gangguan pola tidur akibat dari nyeri dapat dilakukan
dengan mengedukasi pasien untuk nafas dalam sebagai pengalihan nyeri, berkolaborasi
dengan dokter yaitu memberikan obat analgesik, mengidentifikasi faktor penyebab, durasi,
waktu, kualitas nyeri pada pasien.
EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan daridiagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respons klien terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan mengakhiri rencana asuhan
keperawatan, memodifikasi rencana asuhan keperawatan, meneruskan rencana asuhan
keperawatan. (Nursalam, 2009).

Evaluasi pada pasien dengan menanyakan apakah bisa tidur dengan nyenyak, apakah
ada gangguan saat memulai tidur, biasanya pasien akan menjawab dengan sudah bisa tidur
atau belum. Selain itu mengobservasi nyeri pasien dengan menyakan PQRST pada pasien.
Setelah itu melalui observasi dengan melihat wajah pasien tampak senang atau meringis
menahan nyeri, katup matanya, apakah pasien terlihat bisa tidur dengan nyenyak atau tidak.
Setelah itu lanjutkan intervensi jika ada yang belum tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media

Buysse, D.J., Reynolds, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., Kupfer, D.J. (2014). The Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI). In Rush, J. Et Al. Handbook Of Psychiatric Measures.
American Psychiatry Association. Washington Dc

Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 13.Jakarta:EGC

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014.Jakarta: EGC

Komalasari, D. (2015). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada
Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Jatinangor Kabupaten Sumedang. Students e-
journal, 1(1): 1-16. Diakses dari:
http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/727/773.

Kozier, B. (2010). Fundamental Of Nursing: Concept, Process, And Practice. Seventh


Edition New Jercey: Prentice-Hall, Inc.

Okun, M.L., Schetter, C.D., & Glyyn, L.M. (2011). Poor Sleep Quality Is Associated With
Preterm Birth. J. Sleep, 24(11): 1493-1498. Diakses dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22043120.

Potter & Perry. (2011). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses Dan Praktik. Jakarta:
EGC.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Anda mungkin juga menyukai