Anda di halaman 1dari 41

DIVISI 3

BETON
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

SPESIFIKASI TEKNIS

03210

BAJA TULANGAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan baja tulangan yang


sesuai Gambar Kerja. Pekerjaan ini termasuk semua mesin, peralatan,
tenaga kerja, dan pemasangan baja tulangan.
Spesifikasi Teknis ini akan lebih kuat dari pada Gambar Kerja bila ada
perbedaan detail yang mungkin terjadi.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971)


2.2 American Concrete Institute (ACI)
2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI)
2.4 Spesifikasi Teknis 03300 – Beton Cor di Tempat

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1 Contoh Bahan dan Sertifiksi Pabrik.

3.1.1 Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas


Lapangan/MK, contoh bahan beserta sertifikat pabrik bahan
baja tulangan untuk disetujui.
3.1.2 Sebelum pengadaan bahan, semua daftar bahan dan daftar
pemotongan harus disiapkan oleh Kontraktor dan diserahkan
kepada Pengawas Lapangan/MK untuk disetujui. Persetjuan
yang diberikan tidak berarti membebaskan Kontraktor dari
tanggung jawabnya untuk memastikan kebenaran daftar
pemesanan dan daftar pemotongan. Setiap penyimpangan
dari daftar bahan dan daftar penulangan yang telah disetujui
menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk menggantinya
atas biayanya.

3.2 Gambar Detail Pelaksanaan.

3.2.1 Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan oleh


Kontraktor kepada Pengawas Lapangan/MK untuk disetujui :
 Daftar penulangan yang menunjukkan pembengkokan,
ukuran kait, lewatan, sambungan dan lainnya yang
memenuhi ACI 315 dan / atau PBI (NI-2, 1971).

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03210


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :1-3
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

 Gambar harus menunjukkan spasi tulangan, selimut dan


jarak antara, pasak besi dan penahan jarak / gelang –
gelang.

3.2.2 Kontraktor diijinkan mengganti ukuran rencana baja tulangan


yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja selama penggantian
tersebut dianalisa dengan teliti dan Kontraktor telah
memeriksa bahwa kekuatan yang diinginkan tetap terpenuhi.
Penggantian harus disetujui Pengawas Lapangan/MK
sebelum pelaksanaan pekerjaan.

3.3 Pengiriman dan Penyimpanan.


Baja tulangan setiap waktu harus dilindungi dari kerusakan dan
harus ditempatkan di atas balok – balok untuk mencegah
menempelnya lumpur atau benda asing lainnya pada baja tulangan.
Tempat penyimpanan harus dinaikkan agar aman dari air
permukaan.

4.0. BAHAN - BAHAN

4.1 Umum.
Semua baja tulangan lunak harus dalam keadaan baru, tidak
berkarat atau memiliki cacat lainnya serta harus memenuhi
ketentuan dalam Spesifikasi Teknis ini.

4.2 Baja Tulangan Polos.


Kecuali ditentukan lain, baja tulangan polos dengan  < 13 mm
harus dari baja mutu BJTP – 24 dengan tegangan leleh minimal
2400 kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SNI 07-2052-2002.
Diameter yang digunakan harus sesuai ketentuan dalam Gambar
Kerja.

4.3 Baja Tulangan Berulir.


Kecuali ditentukan lain, baja tulangan berulir dengan   13 mm
harus dari mutu BJTD – 40 dengan tegangan leleh minimal 3900
kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SNI 07-2052-2002.
Diameter yang digunakan harus sesuai ketentuan dalam Gambar
Kerja.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Kait dan Pembengkokan.


NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03210
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :2-3
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Penulangan harus dilengkapi dengan kait / bengkokan minimal


sesuai ketentuan PBI (NI-2, 1971) atau sesuai petunjuk Pengawas
Lapangan/MK dan atau Gambar Kerja.

5.2 Pemotongan.
Panjang baja tulangan yang melebihi ketentuan Gambar Kerja
(kecuali lewatan) harus dipotong dengan alat pemotong besi atau
alat pemotong yang disetujui Pengawas Lapangan/MK.
Pada bagian yang membutuhkan bukaan untuk dudukan mesin,
peralatan dan alat utilitas lainnya, baja tulangan harus dipotong
sesuai dengan besar atau ukuran bukaan.

5.3 Pasak Besi / Dowel.


Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja, pasak besi harus
digunakan untuk meningkatkan kekuatan sambungan.
Untuk lantai beton dengan tebal sampai dengan 120 mm digunakan
pasak besi  12 mm panjang 600 mm pada setiap jarak 250 mm.
Untuk lantai beton tebal 150 mm sampai 200 mm digunakan pasak
besi  12 mm panjang 800 mm pada setiap jarak 200 mm.

5.4 Penempatan dan Pengencangan.

5.4.1 Sebelum pemasangan, baja tulangan harus bebas dari debu,


karat, kerak lepas, oli, cat dan bahan asing lainnya.
5.4.2 Semua baja tulangan harus terpasang dengan baik, sesuai
dengan mutu, dimensi dan lokasi seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja. Penahan jarak dengan bentuk balok persegi
atau gelang – gelang harus dipasang pada setiap m2 atau
sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. Batu, bata atau kayu
tidak diijinkan digunakan sebagai penahan jarak atau
sisipan.
Semua penahan jarak atau sisipan harus diikat dengan kawat
No. AWG 16 ( 1.62 mm) atau yang setara. Las titik dapat
dilakukan pada baja lunak pada tempat – tempat yang
disetujui Pengawas Lapangan.

5.5 Pengecoran Beton.

Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi


Teknis 03300.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03210


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :3-3
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

SPESIFIKASI TEKNIS

03300

BETON KONSTRUKSI COR DI TEMPAT

1.0. KETENTUAN UMUM


a. Persyaratan-persyaratan Konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-
syarat pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan
dalam persyaratan teknis ini. Di dalam segala hal yang menyangkut
pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai dengan standard-
standard yang berlaku, yaitu:
a). Tata-cara perhitungan struktur beton untuk bangunan Gedung (SNI
03-2847-2002).
b). Peraturan Umum Beton Indonesia (PUBI, 1982),
c). Standard Industri Indonesia (SII),
d). Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.
e). Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk Gedung (PPTGUG,
1983),
f). American Society of Testing Material (ASTM).
b Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi
tinggi, sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-
gambar rencana, dan atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh
Konsultan Menejemen Konstruksi .
c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan
material yang kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi
ketentuan yang disyaratkan.
d. Kontraktor wajib melakukan pengujian beton yang akan digunakan di
dalam pekerjaan ini.
e. Seluruh material yang oleh Menejemen Konstruksi dinyatakan tidak
memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak
diperkenankan menggunakan kembali.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini meliputi struktur beton, yang dilaksanakan sesuai


dengan garis, mutu dan dimensi sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Semua pekerjaan, bahan dan unjuk kerja yang berkaitan dengan beton cor
di tempat harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis ini dan Spesifikasi Teknis
dan standar terkait.
Pekerjaan ini termasuk tetapi tidak terbatas pada hal – hal berikut :
 Seluruh pekerjaan beton struktural berupa kolom, balok atau pondasi,
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
 Beton tumbuk, lantai kerja dan beton ringan serta beton non-struktural
lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 1 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

 Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana,


termasuk di dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan
peralatan-bantu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
 Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan
(reinforcement) dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di
dalam beton.
 Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton,
penyelesaian dan perawatan beton, dan semua jenis pekerjaan lain yang
menunjang pekerjaan beton.

3.0. STANDAR / RUJUKAN

3.1 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971)


3.2 American Concrete Institute (ACI) :
 ACI 318 – Building Code Requirements for Reinforced Concrete
 ACI 347 – Formwork for Concrete
3.3 Standar Nasional Indonesia (SNI) :
 SNI 15-2049-1994 – Semen Portland, Mutu dan Cara Uji
Semen
3.4 American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO) :
 AASHTO M6 – Standard Specification for Concrete Aggregates.
 AASHTO M153 – Preformed Sponge Rubber and Cork
Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural
Construction.
 AASHTO T11 – Amount of Material Finer Than 0.075 mm (No.
200) Sieve in Aggregate.
 AASHTO T27 – Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregate.
 AASHTO T112 – Clay Lumps and Friable Particles in Aggregate.
 AASHTO T113 – Lightweight Pieces in Aggregate.
3.5 American Society for Testing and Materials (ASTM) :
 ASTM C33 – Specification for Concrete Aggregate.
 ASTM C150 – Specification for Portland Cement.
 ASTM C260 – Standard Specification for Air-Entraining
Admixtures for Concrete.
 ASTM C494 – Standard Specification for Chemical Admixtures
for Concrete.
 ASTM C685 – Specification for Concrete Made by Volumetric
Batching and Continuous Mixing.
3.6 Spesifikasi Teknis :
 01400 – Uji Beton
 02315 – Galian, Urugan Kembali dan Pemadatan
 03210 – Baja Tulangan

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 2 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

4.0. PROSEDUR UMUM

4.1 Gambar Detail Pelaksanaan.

Gambar detail pelaksanaan berikut harus diserahkan Kontraktor


kepada Pengawas Lapangan/MK untuk disetujui dan harus
meliputi :
 Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait,
lewatan, sambungan dan lainnya sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis 03210.
 Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi,
ukuran, sambungan, sisipan dan pekerjaan lainnya yang terkait.
 Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga kerja,
peralatan dan alat – alat kerja.

4.2 Pemeriksaan, Pengambilan Contoh dan Pengujian.

4.2.1 Pemeriksaan Lapangan.


 Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian
pendahuluan tersebut di bawah akan dilakukan oleh
Pengawas Lapangan/MK dengan biaya Kontraktor.
Pengujian tambahan harus dilakukan bila diperlukan.
Kontraktor harus mengacu kepada hasil campuran
percobaan dan estimasi yang akan digunakan dalam
pekerjaan ini.
 Kontraktor harus membantu Pengawas Lapangan/MK
dalam pelaksanaan pengambilan contoh dan pengujian.
Pengujian pendahuluan akan meliputi penentuan hal –
hal berikut :
o Keawetan
o Karakteristik batu pecah
o Tipe dan kualitas semen
o Pemilihan dan dosis bahan tambahan
o Perbandingan kelas batu pecah dalam campuran
o Kekuatan semen
o Faktor air semen
o Pengujian slump
o Karakteristik berbagai campuran beton segar
o Kuat tekan
o Kerapatan air
o Ketahanan terhadap cuaca
o Ketahanan terhadap reaksi bahan kimia

Pengujian – pengujian ini harus dilakukan sampai


diperoleh campuran yang sesuai dengan ketentuan
Spesifikasi Teknis ini.

4.2.2 Pengambilan Contoh dan Pengujian.


NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 3 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Semua pengambilan contoh dan pengujian harus dilakukan


oleh Kontraktor tanpa tambahan biaya. Pekerjaan ini akan
berlangsung terus selama pelaksanaan pekerjaan beton.
Pengambilan contoh dan pengujian harus ditentukan oleh
Pengawas Lapangan/MK seperti tersebut di bawah ini :

 Semen.
Semen harus memiliki sertifikat dari pabrik pembuat,
yang menunjukkan berat per zak, bahan alkali yang
sesuai.

 Agregat.
Agregat harus sesuai dan diuji menurut standar ASTM C
33. Pengujian dimulai 30 hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan beton.

 Beton.
Minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai,
Kontraktor harus membuat percobaan campuran untuk
pengujian, bahan – bahan yang akan digunakan, dan
metode yang akan digunakan untuk pekerjaan ini.
Percobaan campuran harus sesuai ketentuan dalam butir
3.3. dari Spesifikasi Teknis ini.

 Bahan Tambahan.
Semua bahan tambahan untuk beton harus diuji sesuai
standar ASTM C 260 dan ASTM C 494 minimal 30 hari
sebelum pekerjaan beton dimulai.
Bahan tambahan tidak diijinkan digunakan tanpa
persetujuan Pengawas Lapangan.

4.3 Pengujian Campuran / Campuran Percobaan.

4.3.1 Kontraktor harus melakukan pengujian campuran beton,


setiap tipe dan kuat tekan yang diaplikasikan, sebelum
pelaksanaan pengecoran beton.
4.3.2 Desain campuran harus mengindikasikan rasio air-semen,
kadar air, kadar bahan tambahan, kadar semen, kadar
agregat, gradasi agregat, slump, kadar udara dan kuat tekan.
Untuk nilai slump minimal dan maksimal tertentu untuk
setiap tipe dan kuat tekan beton berat normal, harus dibuat
4 pengujian campuran, dengan menggunakan rasio air-
semen yang bervariasi.
4.3.3 Pengujian campuran dilakukan ketika contoh benda uji yang
dirawat dan diuji dalam kondisi lab, kuat tekannya akan
melebihi kuat tekan yang diperlukan. Untuk setiap pengujian
campuran, buat 6 contoh benda uji untuk kuat tekan umur
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 4 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

7 hari, dan 28 hari. Kuat tekan umur 7 hari memiliki nilai


minimal 65% dari kuat tekan umur 28 hari. Pengujian beton
harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis
01400.
4.3.4 Laporan hasil pengujian harus diserahkan kepada Pengawas
Lapangan/MK untuk disetujui, dan penempatan beton di
lokasi tidak diijinkan tanpa hasil pengujian yang
memuaskan.

5.0. BAHAN - BAHAN

5.1 Beton.
5.1.1 Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Pengawas Lapangan/MK, beton dikelompokkan
dalam kelas yang berbeda yang terdiri dari :
 Mutu Beton K-300 untuk beton struktural.
 Mutu Beton K-175 untuk beton non-struktural.
 Mutu Beton B-0 untuk beton pengisi dan lantai kerja
pondasi.

5.1.2 Komposisi beton, baik berat atau volume, harus ditentukan


oleh Pengawas Lapangan dan harus memenuhi kondisi
berikut :
 Slump harus ditentukan sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis 01400.
 Campuran alternatif harus digunakan sebelum disetujui
Pengawas Lapangan/MK.
 Tanpa air yang berasal dari batu pecah.

5.2 Semen.
Semen harus dari tipe I dan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-
1994 atau ASTM C150.
Semen harus berasal dari satu merek dagang, seperti Indocement,
Cibinong atau Gresik.
Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan
merupakan hasil produksi dalam negeri satu merk. Semen harus
disimpan sedemikian rupa hengga mencegah terjadinya kerusakan
bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen harus
dilakukan di dalam gudang tertutup, sedemikian rupa sehingga
semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab, terjamin
tidak tercampur dengan bahan lain.
Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan kedatangan
semen tersebut di lokasi pekerjan.

5.3 Air.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 5 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih


dan bebas dari unsur – unsur yang merusak seperti alkali, asam,
garam dan bahan anorganik lainnya.
a. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan
dievaluasi mutunya menurut tujuan pemakaiannya.
b. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda
terapung lainnya, yang dapat dilihat secara visual.
c. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2
gram/liter.
d. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton (asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih
dari 15 gram/liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500
ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak lebih dari 100 ppm.
e. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang
menggunakan air suling, maka penurunan kekuatan adukan
beton dengan air yang digunakan tidak lebih dari 10 %.
Air dari kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi manusia tidak
perlu diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, semua air kecuali
yang telah disebutkan di atas, harus diuji dan memenuhi ketentuan
AASHTO T26 dan / atau disetujui Pengawas Lapangan/MK.

5.4 Agregat Halus.


5.4.1 Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir kerjas dan
harus disetujui Pengawas Lapangan. Agregat halus harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :

Jenis Bahan Metoda Berat %


Uji Maksimal
AASHTO
Gumpalan tanah liat T 112 0.5%
Batubara dan bahan T 113 0.5%
terbakar T 11 3.0%
Bahan lolos saringan No.
200

5.4.2 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan – bahan


anorganik, asam, alkali dan bahan lain yang merusak.
Agregat halus harus merata degradasi dan harus memenuhi
ketentuan gradasi berikut :

Saringan % Berat yang Lolos (AASHTO


T27)
3/8“ (9.5 mm) 100
No. 4 (4.75 95 – 100
No. 16 mm) 45 – 80
No. 50 (1.18 10 – 30
mm) 2 – 10
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 6 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

No. (0.300
100 mm)
(0.150
mm)

5.5 Agregat Kasar.


5.5.1 Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu butiran,
batu pecah, terak dapur tinggi atau bahan lainnya yang
disetujui yang memiliki karakteristik serupa yang keras,
tahan lama dan bebas dari bahan – bahan yang tidak
diinginkan. Agregat kasar harus bebas dari bahan – bahan
yang merusak dan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :

Jenis Bahan Metoda Berat %


Uji Maksimal
AASHTO
Gumpalan tanah liat T 112 0.25%
Bahan lolos saringan No. 200 T 11 1%
Bahan tipis panjang lebih dari 5x - 10%
ketebalan maksimal

Bahan – bahan lain yang merusak harus tidak lebih dari batas
persentase yang ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini dan /
atau disetujui Pengawas Lapangan.

5.5.2 Ketentuan gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan


ASTM A 33 :

Ukuran Persentase Berat Lolos Saringan %


maksimal Ukuran Saringan
batu pecah 5.08 2.54 1.905 1.27 0.952 No. 4 No. 8 No. 16
(cm)
3.81 95 – - - - 10 – 30 0–5 - -
1.905 100 100 90 – - 20 – 55 0 – 10 0–5 -
0.952 - - 100 100 85 – 10 – 30 0 – 10 0–5
- - 100

5.5.3 Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung


dengan ukuran lain dengan perbandingan berat atau volume
untuk menghasilkan batuan yang memenuhi persyaratan
gradasi yang ditentukan.
5.5.4 Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan
dari SII 0052-80 tentang "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton".
Bila tidak tercakup di dalam SII 0052-80, maka agregat
tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23
"Specification for Concrete Aggregates".

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 7 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

5.5.5 Atas persetujuan Menejemen Konstruksi, agregat yang tidak


memenuhi persyaratan butir a., dapat digunakan asal
disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus dan atau
pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan
beton yang kekuatan, keawetan, dan ketahanannya
memenuhi syarat.
5.5.6 Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum
agregat kasar harus tidak melebihi syarat - syarat berikut :
• seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari
cetakan beton.
• sepertiga dari tebal pelat.
• 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau
berkas batang tulangan.
Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika
menurut penilaian Tenaga Ahli, kemudahan pekerjaan, dan
metoda konsolidasi beton adalah sedemikian hingga dijamin
tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.

5.6 Bahan Perawatan.

Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut


:

Deskripsi Metoda Uji


AASHTO
Tikar katun untuk perawatan beton M 73
Lembaran kain dari serat / goni M 182
Kertas kedap air untuk perawatan beton M 139 (ASTM C
Lapisan cairan untuk perawatan beton 171)
Lembaran polyethylene putih untuk M 148
perawatan beton M 171

5.7 Bahan Tambahan.


5.7.1 Bahan tambahan untuk menahan gelembung udara untuk
semua beton ekspos harus memenuhi ketentuan ASTM C
260.
5.7.2 Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat
pengerasan beton, bila dibutuhkan, harus memenuhi
ketentuan ASTM C 494 tipe B dan D.
5.7.3 Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton,
bila diperlukan, harus memenuhi ketentuan ASTM C 494
tipe C.

5.8 Pengisi Sambungan (Joint Filler) dan Joint Sealant.


5.8.1 Joint filler harus memenuhi persyaratan AASHTO M 213-65
dan US Federal Specification HH-F 34 1a type 1 class B,
seperti Febseal Fibrefill, Fiber Pak, Tex Lite atau yang setara.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 8 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

5.8.2 Joint filler harus memenuhi persyaratan US Federal


Specification SS-S-200 D/TT-S-00227 E type II, BS 4254,
seperti Sikaflex T68 HM, Febseal 2 part Polysulphide atau
yang setara.

5.9 Water Stop.


Water stop harus dari jenis blended polymer hydrophilic, dan
memenuhi standar BS EN ISO 9001, seperti Supercast SW 10 dari
Fosroc, atau yang setara yang disetujui.

5.10 Floor Hardener.


Floor hardener untuk memperkuat permukaan lantai beton pada
tempat – tempat tertentu seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja,
harus dari tipe non metalic yang antara lain memiliki karakteristik
sebagai berikut :
 Siap pakai
 Berwarna natural
 Tidak menarik debu
 Tahan terhadap gesekan dan benturan

Seperti Mastertop 100 atau yang setara.


Floor hardener harusdilengkapi dengan bahan cairan untuk
perawatan permukaan beton yang telah diberi floor hardener, dan
harus berasal dari satu pabrik pembuat.

5.11 Baja Tulangan dan Dowel Bar.


Baja tulangan dan dowel bar harus memenuhi ketentuan Spesifikasi
Teknis 03210.

Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-


ketentuan berikut ini.
a. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-
retak, gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau
berlapis-lapis.
b. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja .
c. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja
tulangan deform (BJTD 40), dengan jarak antara dua sirip
melintang tidak boleh lebih dari 70 % diameter nominalnya, dan
tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 % diameter nominalnya.
d. Tulangan polos dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk tulangan ulir
memakai BJTD 40 (deform) bentuk ulir.
e. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang
digunakan harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian
laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan nilai kuat - leleh
dan berat per meter panjang dari baja tulangan dimaksud.
f. Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang
digunakan harus ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut dan
harus ditentukan dari rumus :
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 9 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

d = 4.029  B , atau d=
12.47 G
dimana :
d = diameter nominal dalam mm,
B = berat baja tulangan (N/mm)
G = berat baja tulangan (kg/m)

g. g. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal


ini sebagai berikut :
DIAMETER TULANGAN TOLERANSI BERAT
BAJA TULANGAN YANG DI IJINKAN
 < 10 mm ±7%
10 mm <  <16 mm ±6%
16 mm <  < 28 mm ±5%
 > 28 mm ±4%

6.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

6.1 Perancah dan Acuan.


6.1.1 Perancah harus dibuat di atas pondasi dengan kekuatan
yang memadai untuk menerima beban tanpa penurunan.
6.1.2 Perancah yang berdiri di atas tanah lembek harus didukung
dan diperkuat dengan perancah tambahan yang sesuai.
Sebelum menempatkan perancah, gambar rancangan
pemasangan / penempatan perancah harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui.
6.1.3 Acuan harus memenuhi ketentuan berikut :
 Semua acuan harus dilengkapi dengan lubang
pembersihan yang memadai untuk pemeriksaan dan
pembersihan setelah pemasangan baja tulangan.
 Bahan acuan harus dari papan kayu tebal minimum 20
mm, kayu lapis tebal minimal 12 mm, baja pelat
lembaran tebal minimal 0.6 mm atau bahan lain yang
disetujui.
 Permukaan beton yang menghendaki penyelesaian halus
dan diekspos harus menggunakan acuan kayu lapis.
 Desain dan konstruksi acuan, penopang dan penguat
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
 Acuan harus rapat dan kaku agar tidak terjadi distorsi
yang diakibatkan oleh tekanan alat penggetar dan beban
beton atau lainnya.
 Acuan harus dibuat dengan teliti dan diperiksa
kemampuan konstruksinya sebelum pengecoran.
 Semua sudut sambungan / pertemuan harus kaku untuk
mencegah terbukanya acuan selama pekerjaan
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 10 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

pengecoran berlangsung. Kontraktor bertanggung jawab


untuk acuan dan penopangnya yang memadai.
 Ikatan metal, penunjang, baut dan batang harus disusun
sedemikian rupa sehingga ketika acuan dibuka, semua
metal harus berada tidak kurang dari 50 mm dari
permukaan beton ekspos.
 Untuk permukaan beton ekspos, ikatan metal, bila
diijinkan, harus disingkirkan sampai kedalaman minimal
25 cm dari permukaan beton tanpa merusak.
 Kerucut yang sesuai harus disediakan. Cekungan –
cekungan harus diisi dengan adukan dan permukaan
harus tetap halus, rata dan seragam dalam warna.

6.1.4 Bila dasar acuan sukar dicapai, dinding bagian bawah acuan
harus dibiarkan terbuka, atau perlengkapan lain harus
disediakan sehingga bahan-bahan asing dapat disingkirkan
dari acuan dengan mudah sebelum penempatan beton.

6.2 Perlakuan Permukaan Acuan.


Semua dinding acuan harus diberi lapisan oli yang disetujui sebelum
penempatan baja tulangan, dan acuan dari kayu harus dibasahi
dengan air sebelum penempatan beton.
Bahan pelapis yang akan menyebabkan perubahan warna asli beton
tidak boleh digunakan.

6.3 Penempatan Pipa Drainase (Weep Hole), Konduit dan Talang


Hujan.
6.3.1 Pipa-pipa drainase, konduit kabel listrik dan / atau
telekomunikasi serta pipa drainase atau talang, harus
dipasang sebelum pengecoran, dengan tanpa mengurangi
kekuatan beton, pipa – pipa tersebut harus dilindungi
sehingga tidak akan terisi adukan beton sewaktu
pengecoran.
6.3.2 Pipa – pipa drainase harus diadakan pada semua dinding
beton penahan tanah atau sesuai petunjuk dalam Gambar
Kerja.
6.3.3 Kecuali dinyatakan lain, pipa – pipa drainase harus
ditempatkan pada jarak merata, berselang 2000 mm.
6.3.4 Pipa drainase, konduit kabel listrik dan talang harus dari
bahan pipa PVC yang mempunyai kuat tekan 10 kg/m2 yang
memenuhi JIS K6741. diameter pipa PVC sesuai ketentuan
Gambar Kerja.

6.4 Papan Polystyrene dan Premolded Joint Filler.


Lembaran polystyrene mengembang dan premolded joint filler harus
digunakan untuk membentuk celah kosong antara bidang
pengecoran, yang berisi bantalan elastometric bearing.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 11 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

6.5 Toleransi.
Kontraktor harus menjaga dan menyetel acuan untuk memastikan,
setelah pembongkaran acuan dan sebelum pekerjaan akhir, bahwa
tidak ada bagian beton yang melebihi toleransi yang diijinkan dalam
Gambar Kerja. Variasi ketinggian lantai harus diukur sebelum
pembongkaran pelindung dan penumpu.
Toleransi harus memenuhi ketentuan ACI 347 dan / atau disetujui
Pengawas Lapangan.

6.6 Selimut Beton.


Bila tidak ditentukan, ukuran minimal selimut beton yang
disesuaikan dengan penggunaannya (tidak termasuk plesteran),
adalah sebagai berikut :
 Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung
dengan tanah 75 mm atau sesuai petunjuk Gambar Kerja.
 Kolom dan balok – balok beton 30 mm, atau sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja.

6.7 Perbandingan dan Campuran Beton


6.7.1 Perbandingan bahan ditentukan dengan penimbangan atau
dengan metoda yang disetujui Pengawas Lapangan.
Perbandingan volume tidak diijinkan tanpa persetujuan
Pengawas Lapangan.
6.7.2 Semua beton harus dicampur dengan mesin. Waktu
pencampuran harus sesuai dengan petunjuk kapasitas alat
pencampur.
6.7.3 Slump yang diijinkan minimal 65 mm dan maksimal 75 mm.
Pencampuran beton tidak boleh dimulai tanpa memastikan
persediaan bahan yang memadai, dalam batas yang aman,
agar pengecoran beton dapat dilaksanakan.
6.7.4 Bila pengecoran tidak dapat dihentikan, Kontraktor harus
menyediakan peralatan tambahan yang memadai yang
disetujui Pengawas Lapangan.
6.7.5 Beton Ready-mixed harus dicampur dan didatangkan sesuai
ketentuan ASTM C 685.

6.8 Penempatan Beton.


Beton tidak boleh ditempatkan sampai semua acuan, penulangan,
sisipan, block out dan lainnya telah disetujui Pengawas Lapangan.
Acuan harus dibersihkan, bebas dari guncangan, celah, mata kayu,
kotoran dan bengkokan sebelum pengecoran.
Metoda dan urutan pengecoran harus sesuai dengan Spesifikasi
Teknis. Bagian luar permukaan beton harus dikerjakan dengan baik
selama pengecoran.
Penggetaran terus – menerus pada jarak 380 – 500 mm harus tetap
terjaga untuk mencegah kropos dan untuk mendapatkan permukaan
yang halus.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 12 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Selama penggetaran beton, tangkai penggetar harus dipegang tegak


lurus terhadap permukaan horisontal beton segar.

6.9 Corong dan Saluran.


6.9.1 Beton harus ditempatkan sedemikian rupa untuk mencegah
terpisahnya bahan – bahan dan bergesernya baja tulangan.
Bila dibutuhkan kemiringan yang tajam, corong harus
dilengkapi dengan papan – papan berukuran pendek yang
mengubah arah gerakan. Semua corong, saluran dan pipa
harus dijaga agar bebas dari beton yang mengeras dengan
cara menyiram air setiap kali setelah penuangan. Siraman air
harus jauh dari beton yang baru saja selesai ditempatkan.
6.9.2 Beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1500
mm kecuali melalui corong tertutup atau pipa. Setelah ikatan
awal beton, acuan tidak boleh digetarkan dan tekanan tidak
boleh dilakukan pada ujung pelindung tulangan. Beton harus
diangkat dari mesin pengaduk dan diangkut dalam waktu 1
jam ke lokasi akhir yang disetujui Pengawas Lapangan. Hal
ini untuk memastikan bahwa beton sesuai dengan mutu
yang disyaratkan pada waktu penempatan dan Kontraktor
harus menjaga pengangkutan beton yang menerus / tidak
terputus – putus.
6.9.3 Semua peralatan, mesin dan alat – alat yang digunakan
untuk pekerjaan ini harus bersih, dan bekerja dengan baik.
Bila memungkinkan, sebuah unit pengganti atau suku
cadang harus disediakan di lokasi.
6.9.4 Bila digunakan, jalur pompa harus diletakkan sedemikian
rupa sehingga aliran beton tidak terganggung. Benda – benda
tajam harus disingkirkan.
6.9.5 Kadar air dan ukuran partikel batuan harus diawasi dengan
teliti ketika beton dipompa untuk mencegah pemampatan.
Kemiringan saluran untuk mengalirkan beton segar harus
dipilih dengan tepat sehingga beton dengan kadar air rendah
dapat mengalir dalam aliran seragam tanpa pemisahan
semen dan batuan.
6.9.6 Bila beton ditempatkan langsung di atas tanah, alas atau
dasar harus bersih dan padat, dan bebas dari air atau aliran
air. Permukaan lantai kerja yang akan diberi beton harus
benar – benar bersih dari lumpur, batu lepas, kotoran dan
bahan lapisan lain yang mengganggu. Untuk mencegah
perembesan air ke beton, tempatkan lapisan kedap air
berupa bahan lembaran plastik polyethylene warna hitam
tebal minimal 0.5 mm pada permukaan lantai kerja, kecuali
bila ditentukan dalam Gambar Kerja harus menggunakan
lapisan kedap air yang memenuhi ketentuan Spesifikasi
Teknis 07100. Prosedur ini harus diketahui dan disetujui
Pengawas Lapangan.
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 13 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

6.10 Sambungan Konstruksi.


Sambungan konstruksi harus ditempatkan pada tempat – tempat
sesuai Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama
tekanan dan umumnya ditempatkan pada titik – titik minimum gaya
geser pada sambungan konstruksi horisontal. Batang pasak, alat
penyalur beban dan alat pengikat yang diperlukan harus
ditempatkan pada tempat – tempat seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.

6.11 Sambungan Terbuka.


Sambungan terbuka harus dibuat seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja dengan menyisipkan dan kemudian mencabut kepingan kayu,
pelat metal atau bahan lain yang disetujui.
Penyisipan dan pencabutan cetakan harus dilakukan tanpa merusak
pinggiran atau sudut beton.
Penulangan tidak boleh melewati sambungan terbuka kecuali bila
ditentukan lain.

6.12 Pengisi Sambungan.


6.12.1 Sambungan muai yang diisi harus dibuat serupa dengan
sambungan terbuka. Bila ditentukan pembentukan ulang
sambungan muai, ketebalan pengisi yang dipasang sesuai
dengan ketentuan Gambar Kerja. Pengisi sambungan harus
dipotong dengan bentuk dan ukuran yang sama dengan
permukaan yang akan disambung.
6.12.2 Pengisi harus dipasang dengan kuat terhadap permukaan
beton yang telah ditempatkan dengan cara sedemikian rupa
sehingga tidak bergeser bila disampingnya ditempatkan
beton.
6.12.3 Bila diperlukan penggunaan lebih dari 1 lembar pengisi
untuk mengisi sambungan, lembaran harus ditempatkan
secara rapat dan celah diantaranya diisi dengan aspal kelas
18 kg, dan salah saatu sisinya harus ditutup dengan aspal
panas agar tersimpan dengan baik.
6.12.4 Segera setelah pembongkaran acuan, sambungan muai
harus diperiksa dengan teliti.
6.12.5 Beton atau adukan yang menutup sambungan harus
dipotong dengan rapih dan dibuang. Bila, selama
pelaksanaan, bukaan sebesar 3 mm atau lebih muncul pada
sambungan yang akan dilalui lalu lintas, bukaan tersebut
harus ditutup dengan ter panas atau aspal sesuai petunjuk
Pengawas Lapangan.

6.13 Sambungan Besi dan Water Stop.


Sambungan besi dan water stop harus ditempatkan pada semua
sambungan konstruksi yang berhubungan langsung dengan tanah
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 14 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

atau air bawah tanah dan tempat – tempat lain sesuai Gambar Kerja
dan / atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. Water stop harus
ditempatkan secara menerus dan teliti, dan harus ditumpu dengan
aman untuk mencegah perubahan posisi. Sambungan harus
dilakukan sesuai rekomendasi dari pabrik pembuatnya.

6.14 Pembongkaran Acuan.


Acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan
Pengawas Lapangan. Persetujuan Pengawas Lapangan tidak
membebaskan Kontraktor dari keamanan pekerjaan tersebut. Jadual
pembongkaran harus ditentukan oleh Pengawas Lapangan.

6.15 Perbaikan Beton.


6.15.1 Kontraktor harus meminta Pengawas Lapangan untuk
memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran
acuan.
6.15.2 Kontraktor, atas biayanya harus mengganti beton yang tidak
sesuai dengan garis, detail atau elevasi yang telah ditentukan
atau yang rusaknya berlebihan. (Jangan menambal, mengisi,
memulas, memperbaiki atau mengganti beton ekspos kecuali
atas petunjuk Pengawas Lapangan).
6.15.3 Semua beton yang membentuk permukaan harus memiliki
penyelesaian cor di tempat menggunakan acuan khusus.
Lubang pengikat harus ditutup. Permukaan ekspos dan
permukaan yang akan dicat harus bersih dari tambalan,
memiliki sirip – sirip dan tetesan adukan yang tersikat halus,
dan memiliki permukaan yang bebas dari lapisan penutup
dan debu.
6.15.4 Keropos, lubang atau sambungan dingin harus diperbaiki
segera setelah pembongkaran acuan. Bahan tambalan harus
kohesif, tidak berkerut dan melebihi kekuatan beton.
6.15.5 Singkirkan cacat, karat, noda atau beton ekspos yang luntur
warnanya atau beton yang akan dicat dengan :
 Semprotan pasir ringan
 Pembersihan dengan larutan lembut sabun deterjen dan
air yang diaplikasikan dengan menggosok secara keras
dengan sikat lembut, kemudian disiram dengan air.
 Hilangkan noda karat dengan mengaplikasikan pasta
asam oksalid, biarkan sejenak, dan sikat dengan kikir
yang disetujui.
 Pembersihan dengan larutan asal muriatik yang
mengandung tidak kurang dari 2 % dan tidak lebih dari
5 % asal dalam volume, yang diaplikasikan pada
permukaan yang sebelumnya telah dilembabkan dengan
air bersih.
 Hilangkan asam. Lindungi bahan metal atau lainnya yang
dapat rusak karena asam.
 Tambalan kapur.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 15 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

 Mengikir dan menggerinda.

6.16 Penyelesaian Beton.


6.16.1 Kecuali ditentukan lain, permukaan beton harus segera
diselesaikan setelah pembongkaran dan harus diselesaikan
sesuai tingkat dan dimensi seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
6.16.2 Floor hardener harus diaplikasikan pada permukaan beton
yang masih segar secara merata, dengan cara pelaksanaan
dan dalam jumlah sesuai rekomendasi dari pabrik
pembuatnya, atau sebanyak 5 kg/m2, kecuali bila ditentukan
lain oleh Pengawas Lapangan. Permukaan floor hardener
harus dirawat dengan cairan khusus sesuai rekomendasi dari
pabrik pembuat floor hardener.

6.17 Pengurugan.
Bahan urugan ditempatkan lapis demi lapis setebal maksimal 20 cm
dan dipadatkan secara menerus segera setelah uji beton
menunjukkan kekuatan 28 hari. Semua bahan urugan harus
disetujui Pengawas Lapangan sebelum memulai pekerjaan
pengurugan, seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis 02315.

6.18 Perawatan dan Perlindungan.


Ketentuan – ketentuan berikut harus diperhatikan untuk melindungi
beton segar g baru dicor terhadap matahari, angin dan hujan sampai
beton mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan
yang terlalu cepat.
 Semua acuan yang berisi beton harus dijaga tetap lembab
sampai saat pembongkaran.
 Semua permukaan beton ekspos harus dilembabkan secara terus
menerus selama 14 hari setelah pengecoran.
 Perhatian khusus harus diberikan pada permukaan lantai atap
yang akan ditutup dengan karung lembab atau dilindungi
terhadap kekeringan dengan bahan lain yang sesuai.
 Tidak diijinkan menyimpan bahan – bahan di atas beton atau
melintas di atas konstruksi, yang menurut pendapat Pengawas
Lapangan belum cukup mengeras.

6.19 Pembesian

1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)


 Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui
dan haras disertai surat keterangan Percobaan dari pabrik.
 Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja-tulangam harus diadakan
pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda
uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 16 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja


tulangan akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.
 Semua pengujian tersehatan di atas meliputi uji tarik dan
lengkung, harus dilakukan di laboratorium lembaga Uji
Konstruksi atau laboratorium lainya direkomendasi oleh Direksi
Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah satu
standard uji yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua
biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
 Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain
yang merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.
 Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan
diikat dengan kawat.dari baja. lunak.
 Sambungan mekanis harus ditest. dengan percobaan tarik.
 Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan
persetujuan dari pembesian, termasuk jumlah, ukuran, jarak,
selimut, lokasi dari sambungan dan panjang penjangkaran dari
penulangan baja oleh Direksi Lapangan.
 Sertifikat : Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu
baja tulangan, maka pada saat pemesanan baja tulangan
kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari Laboratorium.
Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.

2. Bahan-bahan / Produk

a. Tulangan
Tulangan yang digunakan berulir mutu BJTD-40 (400 Mpa),
sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan polos mutu BJTP-24,
sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-
gambar struktur.Tulangan polos harus baja lunak dengan
tegangan leleh 2400 kg/cm2.Tulangan ulir harus baja tegangan
tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa
b. Tulangan Anyaman (Wire mesh), jika ada.
Tulangan anyaman, mutu U-50, mengikuti SII 0784-83.
c. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)
Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan
kawat pengikat yang ditanan atau batang kursi tinggi sendiri
(Individual High Chairs).
d. Bolstern, kursi spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk
mengatur jarak.
1. Gunakan besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI,
kecuali diperlihatkan lain pada gambar
2. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang ridak
direkomendasi.
3. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan
pasir atau horizontal rumers dimana bahan dasar tidak akan
langsung menunjang batang kursi (chairs legs). Atau pakai
lantai kerja yang rata.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 17 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

4. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang


langsung berhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang
dengan jenis hot-dip-galvanized atau penunjang yang
dilindungi plastik.
5. Kawat Pengikat Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

3. Jaminan Mutu

Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah


disetujui oleh Direksi Lapangan.Seritikat dari percobaan
(percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk semua
tulangan yang dipakai: Percobaan-percobaan ini harus
memperlihatkan hasil-hasil dan semua komposisi kimia dan sifat-
sifat fisik.

4. Persiapan Pekerjaan/Peralatan Tulangan

Pembengkokan dan pembentukan.

Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa


sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak
mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran
berlangsung.

Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan peraturan


yang disyaratkan. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan
disesuaikan dengan persyaratan PBI 1971 atau A.C.I. 315.

5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya

Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai


dengan etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang
dan tanda pengenal.

Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari


kerusakan. Gudang di alas tanah harus kering, daerah yang bagus
saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur, kotoran, karat
dsb.

6. PELAKSANAAN PEMASANGAN TULANGAN, PEMBENGKOKAN


DAN PEMOTONGAN

Persiapan

a. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill
steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 18 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau


pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
b. Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.

Pemasangan Tulangan
a. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan Kaordinasi
dengan bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta
tenaga perlu diadakan untuk mengindari keterlambatan.
Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubang-lubang
(openings) / bukaan.

b. Pemasangan

Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat


baja, hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah
tempatnya.
1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang
pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih
digunakan spacers/penahan jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang
untuk memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton
dengan penjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain
yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas
agregai (seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus
dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya
paling sedikit sama dengan beton yang akan dieor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal
penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan
penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling
sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor, Penahan-
penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-
gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap
m^2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini
harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus
ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang
atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja
oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu
dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan
pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang
berbatasan.

c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan

1. Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm


NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 19 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

2. Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm


3. Tulangan atas pada pelat dan balok :
- balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ± 6
mm
- balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600
mm: ± 12 mm
- balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm
- panjang batang : ± 50 mm
4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai SNI 2002

d. Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan SNI 2002.

1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan


cara-cara yang merusak tulangan itu.
2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan
diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60
cm dari bengkokan sebelumnya.
3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak
boleh dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali
apabila ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau
disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan
dalam keadaan dingin, kecuali apabila petnanasan dilajutkan
oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak
(polos atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan
merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850
oC.
6. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami
pengerjaan dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami
pemanasan di atas 100 0 C yang bukan pada waktu las, maka
dalam perhitungan-perhitungan sebagai kekuatan baja hams
diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami
pengerjaan dingin.
7. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali
diijinkan oleh perencana.
8. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak
boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan
dalam jarak 8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari
setiap bagian dari bengkokan.

e. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.


1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan
yang ditunjukkan dalang gambar-gambar rencana dengan
toleransi-toleransi yang disyaratkan oleh perencana. Apabila
tidak ditetapkan oleh perencana, pada pemotongan dan
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 20 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperii


tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun
ukuran dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari
batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm,
kecuali mengenai yang ditetapkan dalam ayat (3) dan (4).
Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut
sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan -
25 mm.
3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau
kurang dan sebesar ±12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.
4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan
ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm.

f. Panjang Penjangkaran dan panjang penyaluran.


1. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait
Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait

2. Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)


Panjang penjangkaran = 45 diameter tanpa kait
Panjang penyaluran = 45 diameter tanpa kait

3. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi


tegangan terbesar.
Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton
harus diadakan di tengah bentang, dan tulangan bawah pada
tumpuan. Sambungan harus ditunjang dimana
memungkinkan.
4. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh
melampaui perbandingan 1 terhadap 10.
5. Standard Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SNI 03-
2847-2002 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung), kecuali ditentukan lain.
7. Pemasangan Wire Mesh

Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan


Jangan melakukan penghentian / pengakhiran lembar wire mesh
antara tumpuan balok atau tepat diatas balok dari struktur
menerus.
Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang
berdampingan untuk mencegah lewatan yang menerus.
Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama
pengecoran.

7.1. Las
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 21 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus


sesuai dengan Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1).
Pengelasan tidak boleh dilakukan pada pembengkakan di suatu
batang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus diijinkan
kecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Direksi Lapangan.
ASTM specification harus dilengkapi dengan keperluan jaminan
kehandalan kemampuan las dengan cara ini.

7.2. Sambungan Mekanik


Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas
penampang kolom dengan menggunakan diameter 32 mm,
sambungan mekanik untuk tulangan (pada kolom) harus
disediakan dan dipakai.

8. Beton dan Adukan Beton Struktur

a. Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Kontraktor harus


membuat trial mix design dengan tujuan untuk mendapatkan
proporsi campuran yang menghasilkan kuat tekan target beton
seperti yang disyaratkan.
b. Kuat tekan target beton yang disyaratkan di dalam pekerjaan ini
(f’c) tidak boleh kurang dari 25 Mpa. Kuat tekan ini harus
dibuktikan dengan sertifikat pengujian dari Laboratorium Bahan
Bangunan yang telah disetujui Konsultan Menejemen Konstruksi
.
c. Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan
kuat tekan rata-rata (f'cr) minimal sebesar : f'cr = f'c + 1,64 Sr,
dengan Sr adalah standar deviasi rencana dari benda uji yang
nilainya setara dengan nilai standar deviasi statistik dikalikan
dengan faktor berikut:

JUMLAH BENDA UJI FAKTOR PENGALI


< 15 dikonsultasikan dengan Menejemen
Konstruksi
15 1.16
20 1.08
25 1.03
> 30 1

d. Benda uji yang dimaksud adalah silinder beton dengan


diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, yang untuk setiap 10 m3
produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda
uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 22 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

ketentuan yang terdapat di dalam standar Metoda Pembuatan


dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK SNI M-62-
1990-03).
e. Jika hasil uji kuat tekan beton menunjukkan bahwa kuat tekan
target beton yang dihasilkan tidak memenuhi syarat, maka
proporsi campuran adukan beton tersebut tidak dapat
digunakan, dan Kontraktor (dengan persetujuan Menejemen
Konstruksi) harus membuat proporsi campuran yang baru,
sedemikian hingga kuat tekan target beton yang disyaratkan
dapat dicapai.
f. Setiap ada perubahan jenis bahan yang digunakan, Pelaksana
wajib melakukan trial mix design dengan bahan-bahan tersebut,
dan melakukan pengujian laboratorium untuk memastikan
bahwa kuat tekan beton yang di hasilkan memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan.
g. Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus
dibuat pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:

Bagian Konstruksi Nilai Slump (mm)


a. Pelat Fondasi/Poer 80 - 120
b. Kolom Struktur 80 - 120
c. Balok-balok 80 - 120
d. Pelat Lantai 80 - 120

h. h. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam


persyaratan teknis ini, Pelaksana harus mengacu pada seluruh
ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).

9. Pengadukan dan Alat-aduk


a. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
memiliki ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi
jumlah takaran masing-masing bahan beton. Seluruh peralatan,
perlengkapan dan tata cara pengadukan harus mendapatkan
persetujuan Menejemen Konstruksi
b. Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan,
harus mendapatkan persetujuan Menejemen Konstruksi Seluruh
operasi harus dikontrol/diawasi secara kontinyu oleh Menejemen
Konstruksi
c. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (batch
mixer atau portable continous mixer). Sebelum digunakan, mesin
aduk ini harus benar-benar kosong, dan harus dicuci terlebih
dahulu bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
d. Selain ketentuan tersebut di dalam butir 5.c. di atas, maka
pengadukan beton di lapangan harus mengikuti ketentuan
berikut ini :
 Harus dilakukan di dalam suatu mesin-aduk dari tipe yang
telah disetujui Menejemen Konstruksi
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 23 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

 Mesin-aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang


direkomendasikan oleh pabrik pembuat mesin-aduk
tersebut.
 Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1,5 menit setelah
semua material dimasukkan ke dalam drum aduk, kecuali
jika dapat dibuktikan/ditunjukkan bahwa dengan waktu
pengadukan yang menyimpang dari ketentuan ini masih
dapat dihasilkan beton yang memenuhi syarat.

10. Pengangkutan Adukan


a. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan ke tempat
penyimpanan akhir (sebelum di tuang), harus sedemikian
hingga tercegah terjadinya pemisahan (segregasi) atau
kehilangan material.
b. Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton
di tempat penyimpanan akhir dengan lancar, tanpa
mengakibatkan pemisahan bahan yang telah dicampur dan
tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya
plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan .

11. Penempatan beton yang akan dituang


a. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin ke
cetakan akhir untuk mencegah terjadinya segregasi karena
penanganan kembali atau pengaliran adukan.
b. Pelaksanaan penuangan beton harus dilaksanakan dengan suatu
kecepatan penuangan sedemikian hingga beton selalu dalam
keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam
rongga di antara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian dan/atau telah dikotori oleh
material asing, tidak boleh dituang ke dalam cetakan.
d. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang
diaduk kembali setelah mengalami pengerasan tidak boleh
dipergunakan kembali.
e. Beton yang dituang harus dipadatkan dengan alat yang tepat
secara sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar
dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan dan barang
yang tertanam dan ke daerah pojok acuan.

12. Perawatan Beton


a. Jika digunakan dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton
tersebut harus dipertahankan di dalam kondisi lembab paling
sedikit 72 jam, kecuali jika dilakukan perawatan yang
dipercepat.
b. Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi,
maka beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab paling
sedikit 168 jam setelah penuangan, kecuali jika dilakukan
perawatan dipercepat sebagaimana disebutkan di dalam pasal

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 24 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

5., Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK


SNI T-15-1990-03).

13. Cetakan Beton

Persyaratan Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini,
Cetakan dan Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi
persyaratan dalam SNI-2002, NI-2, ACI 347, ACI 301, ACI 318.

Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-


perhitungan serta gambar-gambar rancangan cetakan dan perancah
untuk mendapatkan persetujuan Direksi Lapangan sebelum
pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut
harus secara jetas terlihat konstruksi cetakan/acuan, sambungan-
sambungan serta kedudukan serta sistem rangkanya, pemindahan
dari cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang aman.

a. Di dalam segala hal, cetakan beton (termasuk penyangganya)


harus direncanakan sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan
bahwa penyangga dan cetakan tersebut mampu menerima gaya-
gaya yang diakibatkan oleh penuangan dan pemadatan adukan
beton.
b. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas
bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak bocor dan
harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan
tempat atau kelongsoran dari penyangga.
c. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh
ada lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan
pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal
maupun vertikal; terutama untuk permukaan beton yang tidak
difinish (expossed concrete).
d. Kecuali beton fondasi, cetakan dibuat dari multipleks dengan
ketebalan minimal 12 mm.
e. Kontraktor harus melakukan upaya-upaya sedemikian hingga
penyerapan air adukan oleh cetakan dapat dicegah.
f. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa
agar dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan
tanpa adanya "overstress" atau perpindahan tempat pada
beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang
penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat
sendiri dan beban-beban yang ada di atasnya selama
pelaksanaan.
g. Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan
kebenaran letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi
penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang,
permukaan cetakan harus bersih terhadap segala kotoran, dan
diberi form oil unuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 25 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Untuk menghindari lekatnya form oil pada bajatulangan, maka


pemberian form oil pada cetakan harus dilakukan sebelum
tulangan terpasang.
h. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
Menejemen Konstruksi, atau jika umur beton telah melampaui
waktu sebagai berikut :
· Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35 %
f’c)
· Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70 %
f’c)
· Balok dengan beban konstruksi 21 hari (setara dengan 95 %
f’c)
· Pelat lantai/atap/tangga 21 hari (setara dengan 95 %
f’c)
g Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan
harus dicabut sebelum pengurugan dilakukan.

Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan-pekerjaan yang tennasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran
dari semua cetakan beton serta penunjang untuk semua beton
cor seperti diperlukan dan diperinci berikut ini.
2. Pekerjaan yang berhubungan
 Pekerjaan Pembesian
 Pekerjaan Beton

Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada
gambar atau diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan,
standard-standard atau spesifikasi terakhir sebagai berikut :
1. PBI-1971 NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1971
2. SII Standard Industri Indonesia
3. ACI-301 Specification for Structural Concrete
Build'
4. ACI-318 Building Code Requirement for
Reinforced Concrete
5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete
Formwork

14. Pengangkutan dan Pencoran


a. Perletakan pengadukan dan pencoran harus diatur sedemikian
rupa hingga memudahkan dalam pelaksanaan pencoran .
b. Waktu antara pengadukan dan pencoran tidak boleh lebih dari 1
jam. Pencoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 26 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

menghindari terjadinya pemisahan material dan perubahan letak


tulangan.
c. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih
dari 1,5 m, cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti
talang, pipa, chute, dan sebagainya harus mendapat persetujuan
Menejemen Konstruksi
d. Pelaksana harus memberitahukan Menejemen Konstruksi
selambat-lambatnya 2 hari sebelum pencoran beton
dilaksanakan.

15. Pemadatan Beton


a. Pemadatan beton harus dilakukan dengan penggetar
mekanis/mechanical vibrator dan tidak diperkenankan
melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan
beton.
b. Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton
yang dihasilkan merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-
lubang, segregasi atau keropos .
c. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan
dengan alat penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk
menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
d. Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama
pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai
mengeras.

16. Beton Siap Pakai (Ready Mix Concrete)


Pemborong boleh menggunakan beton siap pakai (ready mix
concrete) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Volume penggunaan ready mix concrete harus disetujui oleh
Menejemen Konstruksi dengan senantiasa berpedoman pada
ketentuan teknis yang diberlakukan bagi pekerjaan beton.
b. Apabila di dalam ready mix concrete tersebut diberikan zat
tambah (additive) maka selain harus mengikuti ketentuan di
dalam Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton SK SNI S-
18-1990-03, pabrik pembuatnya harus menyertakan
sertifikat/surat keterangan yang menyatakan jenis dan
konsentrasi bahan tambah tersebut per m3 adukan beton.
Selain itu, di dalam hal penggunaan bahan tambah ini, harus
disebutkan pula di dalam sertifikat tersebut batas waktu
toleransi beton tersebut masih dapat digunakan, dan
ketentuan ini mengikat bagi Kontraktor dan Menejemen
Konstruksi, khususnya di dalam penentuan boleh atau
tidaknya ready mix concrete tersebut digunakan.
c. Kecuali jika disebutkan secara khusus didalam RKS ini, maka
terhadap ready mix concrete harus selalu diadakan pengujian
kualitas, yaitu:

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 27 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

c.1 Pengujian kekentalan adukan (slump), yang dilakukan 3 kali


setiap 5 m3 adukan, yaitu: di awal kedatangan, di tengah-
tengah, dan di akhir penuangan. Nilai slump yang digunakan
untuk evaluasi adalah nilai slump rata-ratanya. Jika nilai
slump yang diperoleh tidak sesuai dengan ketentuan yang
terdapat di dalam butir 4.e., maka adukan yang digunakan
dianggap tidak memenuhi syarat, dan tidak boleh digunakan.
c.2 Pengujian kuat tekan beton, yang dilakukan secara acak
dengan ketentuan sebagai berikut:
c.2.1 Untuk setiap 10 m3 adukan beton, minimal harus
dibuat 2 buah benda uji berupa silinder beton dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, seperti
ketentuan yang tercantum di dalam butir 4.d.
Di dalam segala hal, pembuatan benda uji ini harus
dilakukan dengan sepengetahuan Menejemen
Konstruksi
c.2.2 Terhadap kedua benda uji tersebut harus dilakukan
pengujian kuat tekan. Jadi, untuk setiap 10 m3
adukan beton harus diwakili oleh satu nilai kuat tekan
beton yang diperoleh dari kuat tekan rata-rata kedua
benda uji tersebut di dalam butir c.2.1., setelah
dikonversikan kekuatannya ke kuat tekan beton umur
28 hari.
c.2.3 Menejemen Konstruksi harus selalu melakukan
evaluasi statistik secara periodik terhadap kuat tekan
beton ini, berdasarkan ketentuan yang berlaku di
dalam Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
c.2.4 Jika hasil evaluasi statistik tersebut di dalam pasal
c.2.3. memperlihatkan kuat tekan beton yang lebih
rendah dari yang disyaratkan, maka Menejemen
Konstruksi harus menghentikan pekerjaan beton yang
sedang dilaksanakan. Di dalam hal ini Menejemen
Konstruksi harus segera melakukan koordinasi dengan
pihak yang terkait
d. Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi site mix concrete
seperti: tata cara evaluasi kuat tekan beton, pengangkutan
adukan, perawatan beton, cetakan beton, pencoran,
pemadatan beton, dan sambungan konstruksi, tetap berlaku
untuk penggunaan ready mix concrete.

17. CACAT-CACAT PEKERJAAN

1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau


keahlian dalam pengerjaan setiap bagian pekerjaan tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 28 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

persyaratan teknis, maka bagian pekerjaan tersebut harus


digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar
dan diganti sesuai dengan yang dikehendaki oleh Menejemen
Konstruksi
3. Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang
digolongkan cacat tersebut serta semua biaya yang timbul akibat
hal itu seluruhnya menjadi beban Pemborong.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03300


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN : 29 - 29
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

SPESIFIKASI TEKNIS

03600

ADUKAN ENCER (GROUT)

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan kerja,


pemasangan adukan cair pada pekerjaan – pekerjaan seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja dan / atau petunjuk Pengawas Lapangan/MK.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM)


2.2 British Standard (BS)
2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2,1971)
2.4 Spesifikasi Teknis :
 03300 – Beton Cor di Tempat
 05120 – Baja Struktur
 05500 – Berbagai Jenis Metal

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1 Contoh Bahan dan Data Teknis.

Contoh, brosur dan / atau data teknis bahan yang akan digunakan
harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan/MK untuk disetujui
terlebih dahulu sebelum didatangkan ke lokasi.

3.2 Pengiriman dan Penyimpanan.

Kantong kemasan asli dari pabrik harus dalam keadaan tertutup


rapat dan harus disimpan dalam gudang yang vukup ventilasinya,
tidak terkena air, tidak berubah warna dan tidak berbongkah serta
diletakkan pada tempat yang tingginya 300 mm dari lantai.

4.0. BAHAN - BAHAN

4.1 Adukan Encer.


Adukan encer harus dibuat dari bahan dasar semen, dan harus
memiliki karakteristik minimal sebagai berikut :
 Merupakan campuran siap pakai.
 Tahan terhadap pukulan dan getaran

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03600


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :1-3
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

 Jenis non-shrinkage, non-metallic, dan tidak beracun


 Memenuhi standar ASTM C-1107
 Memiliki kuat tekan minimal 610 kg/cm2 pada umur 7 hari,
sesuai ASTM C-109 atau 650 kg/cm2 sesuai BS 1881 part 116.

Seperti Sika Grout 214-11, Conbextra GPXtra dari Fosroc, atau yang
setara yang disetujui Pengawas Lapangan/MK.

4.2 Air .
Air sebagai bahan pencampur / pengencer harus air yang bersih
seperti disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis 03300.

4.3 Cetakan / Acuan.


Bahan cetakan / acuan dibuat dari bahan besi pelat atau kayu lapis
dengan ketebalan yang sesuai, yang dibentuk sedemikian rupa
sesuai dengan ukuran dan bentuk yang ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.
Cetakan / acuan harus sama pada semua tempat yang menhendaki
ukuran dan bentuk yang sama.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Persiapan.
5.1.1 Cetakan / acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga
adukan encer dapat dialirkan seluruhnya selama
pelaksanaan. Jalan masuk yang baik harus disediakan.
5.1.2 Cetakan / acuan harus duah disiapkan dan bagian yang akan
menerima adukan encer harus dibersihkan dari minyak,
gemuk dan segala kotoran lainnya yang akan mengurangi
daya lekat. Debu harus ditiup keluar dari cetakan.
5.1.3 Angkur – angkur, baut pengencang dan pelat landasan harus
sudah tepat elevasinya sebelum penuangan adukan encer.

5.2 Cuaca.
Cuaca pada saat akan melaksanakan pekerjaan ini harus sesuai
dengan persyaratan dari pabrik pembuat adukan encer
bersangkutan.

5.3 Campuran Adukan Encer.


Perbandingan campuran antara bahan adukan encer dengan air
sesuai petunjuk dari pabrik pembuat.
Pencampuran harus dilakukan dengan cara mekanis, dengan alat
pencampur bertenaga atau tangkai pengaduk yang sesuai yang
dipasang pada mesin bor kecepatan rendah.

5.4 Pelaksanaan.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03600


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :2-3
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

5.4.1 Adukan encer dapat dituangkan atau dipompakan ke dalam


cetakan / acuan atau sesuai petunjuk pabrik pembuat.
Penggetaran halus akan memperlancar aliran.
5.4.2 Penggunaan tali atau rantai akan memperlancar aliran pada
bagian yang berjarak lebih dari 100 cm (gerakan menggergaji
dari tali atau rantai melancarkan aliran adukan encer – cara
ini harus dilakukan sedemikian rupa agar tidak terbentuk
ruang kosong).
5.4.3 Aliran adukan encer harus tetap terjaga sampai adukan encer
mengisi rongga cetakan dan telah memenuhi seluruh
panjang cetakan pada sisi lainnya. Penempatan adukan
encer harus dilakukan dari salah satu sisi saja.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03600


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :3-3
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

SPESIFIKASI TEKNIS

03610

BETON PRAKTIS

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan kerja,


pemasangan adukan pada pekerjaan – pekerjaan kolom praktis seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan / atau petunjuk Pengawas
Lapangan/MK.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM)


2.2 British Standard (BS)
2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2,1971)
2.4 Spesifikasi Teknis :
 03300 – Beton Cor di Tempat
 05120 – Baja Struktur
 05500 – Berbagai Jenis Metal

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1 Contoh Bahan dan Data Teknis.

Contoh, brosur dan / atau data teknis bahan yang akan digunakan
harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan/MK untuk disetujui
terlebih dahulu sebelum didatangkan ke lokasi.

3.2 Pengiriman dan Penyimpanan.

Kantong kemasan asli dari pabrik harus dalam keadaan tertutup


rapat dan harus disimpan dalam gudang yang vukup ventilasinya,
tidak terkena air, tidak berubah warna dan tidak berbongkah serta
diletakkan pada tempat yang tingginya 300 mm dari lantai.

4.0. BAHAN – BAHAN

Bahan-bahan / material yang digunakan berupa agregat kasar, agregat


halus, PC, dan sebagainya sesuai dengan yang dipakai pada beton
konstruksi. Demikian juga mengenai cara penyimpanan.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03610


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :1-3
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

4.1 Penulangan
a. Tulangan utama = tulangan polos Ø10
b. Tulangan sengkang = tulangan polos Ø6

4.2 Adukan
Adukan harus dibuat dari bahan dasar semen, dan harus memiliki
karakteristik minimal sebagai berikut :
 Merupakan campuran 1Pc : 3Ps : 3 kr.
 Tahan terhadap pukulan dan getaran
4.3 Air .
Air sebagai bahan pencampur / pengencer harus air yang bersih
seperti disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis 03300.

4.4 Cetakan / Acuan.


Bahan cetakan / acuan dibuat dari bahan besi pelat atau kayu lapis
dengan ketebalan yang sesuai, yang dibentuk sedemikian rupa
sesuai dengan ukuran dan bentuk yang ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.
Cetakan / acuan harus sama pada semua tempat yang menhendaki
ukuran dan bentuk yang sama.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Persiapan.
5.1.1 Cetakan / acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga
adukan encer dapat dialirkan seluruhnya selama
pelaksanaan. Jalan masuk yang baik harus disediakan.
5.1.2 Cetakan / acuan harus duah disiapkan dan bagian yang akan
menerima adukan encer harus dibersihkan dari minyak,
gemuk dan segala kotoran lainnya yang akan mengurangi
daya lekat. Debu harus ditiup keluar dari cetakan.
5.1.3 Angkur – angkur, baut pengencang dan pelat landasan harus
sudah tepat elevasinya sebelum penuangan adukan encer.

5.2 Campuran Adukan Encer.


Pencampuran harus dilakukan dengan cara mekanis, dengan alat
pencampur bertenaga atau tangkai pengaduk yang sesuai yang
dipasang pada mesin concret mixer kecepatan rendah.

5.3 Pelaksanaan.
5.3.1 Adukan dapat dituangkan atau dipompakan ke dalam
cetakan. Penggetaran halus akan memperlancar aliran.
5.3.2 Penggunaan tali atau rantai akan memperlancar aliran pada
bagian yang berjarak lebih dari 100 cm (gerakan menggergaji
dari tali atau rantai melancarkan aliran adukan encer – cara

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03610


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :2-3
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

ini harus dilakukan sedemikian rupa agar tidak terbentuk


ruang kosong).
5.3.3 Aliran adukan harus tetap terjaga sampai adukan mengisi
rongga cetakan dan telah memenuhi seluruh panjang
cetakan pada sisi lainnya. Penempatan adukan harus
dilakukan dari salah satu sisi saja.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03610


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :3-3
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

SPESIFIKASI TEKNIS

03620

INSTALASI PIPA DAN LAIN-LAIN DALAM BETON

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi semua pemasangan pipa-pipa instalasi yang ada di


dalam beton, tenaga kerja, peralatan kerja, pemasangan adukan pada
pekerjaan – pekerjaan kolom praktis seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja dan / atau petunjuk Pengawas Lapangan/MK.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM)


2.2 British Standard (BS)
2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2,1971)
2.4 Spesifikasi Teknis :
 03300 – Beton Cor di Tempat
 05120 – Baja Struktur
 05500 – Berbagai Jenis Metal

3.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Penempatan saluran / pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak


mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan SK-SNI T-
15-1991-03.
2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian struktur
beton bila tidak ditunjukkan secara detail dalam gambar. Dalam beton perlu
dipasang selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa.
3. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar, tidak
dibenarkan untuk menanam saluran listrik dalam struktur beton.
4. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang
tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang
terpasang, maka Pemborong harus mengkonsultasikan hal ini dengan
Menejemen Konstruksi
5. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser atau memindahkan
baja tulangan tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan
pipa-pipa saluran tersebut tanpa ijin tertulis dari Menejemen Konstruksi
6. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur,
kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus
sudah dipasang sebelum pencoran dilaksanakan.
7. Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada
posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pencoran beton
dilakukan.
NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03620
REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :1-2
RKS LEARNING CENTRE
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

8. Pemborong utama harus memberitahukan serta memberi kesempatan kepada


pihak lain untuk memasang bagian / peralatan tersebut sebelum pencoran beton
dilaksanakan.
9. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda
atau peralatan yang akan ditanam dalam beton, yang mana rongga tersebut
harus tidak terisi beton, harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah dilepas
nantinya setelah pelaksanaan pencoran beton.

NO. PAKET : DIVISI : BETON NO. SPEK : 03620


REVISI : TANGGAL : MARET 2021 HALAMAN :2-2

Anda mungkin juga menyukai