Anda di halaman 1dari 27

UU Pertambangan Mineral dan Batubara

(Kaitannya dengan GEOLOGIST REPORTING)

Arif Zardi Dahlius


Sekjend MGEI

Disampaikan pada Kuliah Hukum Pertambangan


ITB, 9 November 2012
MATERI PRESENTASI
 PAYUNG HUKUM TERKAIT SEKTOR PERTAMBANGAN
 PERMASALAHAN UMUM
 BUTIR-BUTIR PENTING UU 4/2009
 PERBEDAAN UU 11/1967 DENGAN UU4/2009
 TINDAK LANJUT (PP PELAPORAN)
 KODE KCMI 2011 (TENTANG PELAPORAN)
 PENUTUP
PAYUNG HUKUM
SEKTOR PERTAMBANGAN

UUD 1945 PASAL 33 GRAND


NORM

UU ENERGI DAN PENGELOLAAN


(R)UU PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM ENERGI DAN
SDA

UU UU PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, UU


PERTAMBANGAN KEHUTANAN, UU KEUANGAN NEGARA, UU
MINERAL PENANAMAN MODAL, UU PENATAAN RUANG, UU PENGELOLAAN
DAN PEMDA, UU PERPAJAKAN, UU PERIMBANGAN DAN INDUSTRI
BATUBARA KEUANGAN PUSAT-DAERAH, UU ANTI MONOPOLI, PERTAMBANGAN
UU SISNAS LITBANG DAN PENERAPAN IPTEK.

PEMANFAATAN
UU LAIN YANG MENGATUR INDUSTRI HILIR TAMBANG HASIL TAMBANG
PERMASALAHAN UMUM SEKTOR
PERTAMBANGAN NASIONAL
 Instrumen kebijakan dalam sektor pertambangan masih bersifat sentralistik dan
belum mampu mengakomodir prinsip otonomi daerah
 Rendahnya tingkat investasi pertambangan karena inkonsistensi peraturan
perundang-undangan dalam kegiatan pertambangan, terutama dengan aspek
pengelolaan sektor kehutanan, tata ruang, lingkungan hidup, dan pembagian
kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah
 Gangguan terhadap kegiatan usaha pertambangan dan penjarahan dalam wilayah
tambang
 Kasus konflik dan penyelesaian permasalahan sengketa lahan, keamanan, dan
ganti rugi bagi masyarakat yang terkena dampak negatif kegiatan pertambangan
 Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan terhadap jaminan proteksi
fungsi lingkungan hidup sebagai dampak kegiatan pertambangan
 Rendahnya peningkatan nilai tambah hasil tambang di dalam negeri
 Rentan terhadap kekurangan suplai produk mineral dan batubara untuk kebutuhan
dalam negeri
BUTIR-BUTIR PENTING DALAM UU MINERBA

 Ditetapkan Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah


Pertambangan Rakyat (WPR) dan Wilayah Pencadangan Negara (WPN)
 Penyederhanaan sistem perizinan: IUP eksplorasi dan IUP Operasi
Produksi. Selain itu juga ada Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dan IUP
Khusus (IUPK)
 Penetapan IUP melalui sistem lelang. IUPK bisa diberikan oleh izin
menteri di ex WPN (WUPK)
 Klarifikasi wewenang dan ruang lingkup Pemerintah Pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
 Pemrosesan dan pemurnian logam harus dilakukan di Indonesia (aspek
nilai tambah).
 Pengembangan masyarakat difokuskan pada kesejahteraan rakyat.
 Demi kepentingan nasional, Pemerintah menetapkan domestic market
obligation(DMO) untuk mineral dan batubara.
 Perusahaan tambang dengan skema IUPK memiliki kewajiban untuk
membagikan keuntungan bersih setelah produksi: 4% kepada
Pemerintah 6% kepada Pemda.
 Adanya mekanisme sangsi untuk pelanggaran
MASALAH FUNGSI KAWASAN DALAM PENATAAN RUANG
KAITANNYA DENGAN PEMANFAATAN KWS PERTAMBANGAN
UU NO. 11 TAHUN 1967 UU PMB

Judul Judul
KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PERTAMBANGAN
Penguasaan Bahan Galian Penguasaan Mineral & Batubara
Penguasaan diselenggarakan Diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Pemerintah • Penetapan untuk Kepentingan Nasional oleh Presiden :
• pencadangan wilayah mineral dan batubara;
• pengutamaan kebutuhan dalam negeri
• Data dan informasi milik Pemerintah
• Pengelolaan dilaksanakan oleh Pemerintah & Daerah
Kewenangan Pengelolaan Urusan Pengelolaan
• Kebijakan dan pengelolaan secara • Pemerintah Pusat (Kebijakan & Pengelolaan Nasional)
nasional • Provinsi (Kebijakan & Pengelolaan Regional)
• Kab/Kota (Kebijakan & Pengelolaan Lokal
UU NO. 11 TAHUN 1967 UU PMB

Penggolongan Bahan Galian Pengusahaan & Penggolongan Usaha


• Strategis • Mineral Radioaktif
• Vital • Mineral Logam & Batubara
• Non-strategis dan non-vital • Mineral Bukan Logam dan Batuan.

Perizinan dan Perjanjian Perizinan


• Penugasan; • Izin Usaha Pertambangan (IUP);
• KP; • Izin Pertambangan Rakyat (IPR);
• SIPD; • Izin Usaha Pertambangan Negara (IUPN) di wilayah
• SIPR; pencadangan Negara.
• KK/PKP2B.

Tata Cara Perizinan Tata Cara Perizinan


Permohonan • Lelang (data potensi sudah tersedia)
• Permohonan Pencadangan Wilayah :
– mineral logam & batubara (data potensi belum tersedia & luas
terbatas)
– Mineral bukan logam dan batuan
UU NO. 11 TAHUN 1967 UU PMB
Pelaku Usaha Pelaku Usaha
• Investor domestik (KP, SIPD, PKP2B) • Instansi Pemerintah (Radioaktif)
• Investor asing (KK, PKP2B) • Badan Usaha (PMA & PMDN, koperasi )
• Perorangan.

Jangka Waktu Jangka Waktu


• KP/KK/PKP2B Penyelidikan Umum (1+1 Tahun) • IUP Eksplorasi mineral logam (8 tahun) :
• KP/KK/PKP2B Eksplorasi (3 Tahun + 2 x 1 –Survey Tinjau & Penyelidikan Umum (1 tahun);
Tahun) –Eksplorasi Umum & Eksplorasi Rinci (5 thn);
• KK/PKP2B Studi Kelayakan (1 + 1 Tahun)
–Studi Kelayakan (2 tahun);
• KK/PKP2B Konstruksi (3 Tahun)
• IUP Eksplorasi batubara (7 tahun) :
• KP/KK/PKP2B Operasi Produksi/Eksplotasi
termasuk pengolahan dan pemurnian serta –Survey Tinjau & Penyelidikan Umum (1 tahun);
pemasaran (30 Tahun + 2 x 10 Tahun) –Eksplorasi Umum & Eksplorasi Rinci (4 thn);
–Studi Kelayakan (2 tahun);
• IUP Operasi Produksi mineral dan batubara (20 thn)
dan dapat di perpanjang 2 kali 10 tahun
–Konstruksi (3 tahun);
–Kegiatan penambangan, pengolahan &
pemurnian, pengangkutan & penjualan (17 thn).
Pengembangan Wilayah & Masyarakat Pengembangan Wilayah & Masyarakat
Tidak diatur • Kewajiban Pemerintah/Pemda
• Keharusan Pemegang IUP
UU NO. 11 TAHUN 1967 UU PMB

Kewajiban Pelaku Usaha Kewajiban Pelaku Usaha


• Keuangan : • Keuangan sesuai peraturan perundang-
– KP, sesuai peraturan perundang-undangan undangan yang berlaku : Pajak & PNBP.
yang berlaku; • Lingkungan :
– KK/PKP2B, tetap pada saat kontrak – Syarat perizinan
ditandatangani. – Reklamasi/pasca tambang
• Lingkungan (sedikit diatur) • Kaidah teknik pertambangan
• Kemitraan (sedikit diatur) • Nilai Tambah
• Nilai Tambah (hanya diatur di kontrak) • Data dan Pelaporan
• Data dan Pelaporan (sedikit diatur) • Kemitraan dan bagi hasil
Penggunaan Lahan Penggunaan Tanah
Pembatasan tanah yang dapat diusahakan. • Pembatasan tanah yang dapat diusahakan;
• Apabila telah memasuki tahap Operasi Produksi,
maka luas WUP Operasi Produksi tersebut
ditetapkan sebagai kawasan pertambangan.
UU NO. 11 TAHUN 1967 UU PMB

Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan Pengawasan


Terpusat (khususnya KP, KK dan PKP2B) • IUP (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota - sesuai
kewenangan).
• IPR (Bupati/Walikota).

Penyidikan Penyidikan
Tidak diatur (limitatif). • Penyidik Polri
• Pejabat Pegawai Negeri Sipil

Ketentuan Pidana Ketentuan Pidana


• Diatur, tetapi sudah tidak sesuai lagi • Diatur sesuai situasi dan kondisi;
dengan situasi dan kondisi saat ini • Sanksi cukup keras;
• Sanksi Pidana/Kurungan sangat lunak • Apabila pidana diklakukan oleh Badan Hukum,
maka sanksi & denda ditambah 1/3.
TINDAK LANJUT
UU 4 /2009
Aspek Teknis
 PP mengenai ketentuan bentuk, jenis, waktu, dan tata cara penyampaian
laporan kegiatan usaha pertambangan
 PP mengenai penghentian sementara dan pencabutan izin usaha
pertambangan
 PP mengenai tata cara pelaksanaan sanksi administratif

Aspek Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat


 PP mengenai pedoman prosedur dan penetapan Wilayah Pertambangan
Rakyat; Perda mengenai kriteria dan mekanisme penetapan Wilayah
Pertambangan Rakyat; Perda mengenai tata cara pemberian Izin Pertambangan
Rakyat
 PP mengenai standar dan prosedur pembinaan serta pengawasan
pertambangan rakyat; Perda mengenai pembinaan dan pengawasan
pertambangan rakyat
 PP mengenai ketentuan perlindungan masyarakat
 PP mengenai pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
PP PELAPORAN KEGIATAN
PERTAMBANGAN

 PP mengenai ketentuan bentuk, jenis, waktu, dan tata cara penyampaian


laporan kegiatan usaha pertambangan

 Draft PP : Sistem Pepaloran mengacu Pada KCMI IAGI-PERHAPI 2011


 Pelaporan : Quarterly Report ; Annual Report ; WPnB (RKAB)
LATAR BELAKANG

Tuntutan perkembangan dunia: transparansi, standarisasi dan


accountability

Perkembangan industri pertambangan Indonesia: peningkatan dana


dan sumber pendanaan (bank, bursa, investor lain)

Tuntutan akan laporan yang kredibel mengenai hasil eksplorasi,


sumberdaya mineral / batubara dan cadangan bijih/ batubara

Masyarakat pertambangan Indonesia perlu mengembangkan Kode


Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih
sendiri, walau sebagian besar telah menerima standard JORC sebagai
acuan pelaporan publik
Apa itu KODE KCMI ?
Kode KCMI berisi tentang Pelaporan
Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral
dan Cadangan Bijih

• Tentang Pelaporan – bukan tentang


bagaimana melakukan estimasi
sumberdaya mineral dan cadangan
bijih/ batubara

• Pelaporan oleh Perusahaan kepada


publik (atau ? ke pemerintah nantinya)

• Laporan perusahaan kepada publik


harus dibuat dan di-“sign off” oleh
Competent Person Indonesia

Harus anggota PERHAPI atau IAGI/ MGEI


dengan persyaratan khusus
KODE KCMI – secara umum berisikan:
Menunjukkan standard minimum Pelaporan (di Indonesia) tentang Hasil
Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih

Memberikan sistem klasifikasi estimasi tonase dan kadar yang “wajib”


diacu berdasar tingkat keyakinan geologi dan pertimbangan teknis
penambangan dan keekonomian

Mengharuskan Laporan Publik dibuat berdasar hasil kerja Competent


Person Indonesia (CPI), yang menguraikan juga kualifikasi dan
pengalaman dari CPI

Memberikan pedoman lengkap tentang kriteria yang perlu


dipertimbangkan pada saat menyusun Laporan Hasil Eksplorasi,
Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih
KODE KCMI – tidak berisikan/ tidak mencakup:
Prosedur yang harus digunakan oleh CPI dalam meng-estimasi
Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih
Ini adalah Kode tentang Pelaporan

Klasifikasi maupun sistem pelaporan yang dilakukan secara internal


oleh Perusahaan
Ini adalah tentang Pelaporan Publik

Kode KCMI tidak mengatur penanganan pelanggaran-pelanggaran


terhadap Kode, tetapi hal ini akan ditangani oleh:
• Perusahaan terkait dengan CPI
• KCMI baik dibawah PERHAPI maupun IAGI/ MGEI dimana
CPI bernaung
• (Ke depannya oleh Bursa Efek atau lembaga terkait lainnya?)
KLASIFIKASI
Obyek Utama - DATA

 Koleksi DATA (sampling, analisa laboratorium, QA/ QC, dll)

 Metodologi pemrosesan DATA (modelling)

 Hasil estimasi Sumberdaya dan Cadangan


AZAS UTAMA
Materiality: semua data
Transparansi: penyajian yang relevan disajikan
data/ informasi yang jelas (tidak ada yg di-
dan tidak ambigu (mendua) sembunyikan)

KCMI

Kompetensi: berdasar
pekerjaan yg dilakukan
oleh Competent Person
Indonesia (CPI)
AZAS UTAMA - MTK

MATERIALITY: penyajian SEMUA data/ informasi yang relevan, tidak


ada yang disembunyikan.

• Data teknis: seperti kisaran hasil assay atau recovery metal


• Relevansi: seperti relevansi ke investor atau ke hasil estimasi
terdahulu

TRANSPARANSI: pelaporan dan penyajian data/ informasi yang jelas,


tidak ambigu, dan tidak menyesatkan

KOMPETENSI: laporan dibuat berdasar hasil kerja CPI dengan


pengalaman yang relevan dan dapat dipertanggung-jawabkan
(responsibility and accountability)
COMPETENT PERSON INDONESIA (CPI)

• Anggota dari PERHAPI atau IAGI/ MGEI

• Kualifikasi yang sesuai (pendidikan) dan 5 tahun


pengalaman yang relevan

• Organisasi profesi (PERHAPI dan IAGI/ MGEI) harus


memiliki standard profesi dan kode etik dan sistem
penegakan disiplin termasuk mendisiplinkan anggotanya
yang melanggar kode etik
Isi KODE KCMI

PENGANTAR (1 Pasal): Latar belakang

PENDAHULUAN (2 Pasal): maksud dan tujuan serta proses dan


penjelasan singkat tentang penyusunan pedoman ini

RUANG LINGKUP (4 Pasal), terdiri dari azas dan acuan serta


cakupan dari pedoman ini

BATANG TUBUH (37 Pasal)


BATANG TUBUH
10 BAB

 KOMPETENSI DAN TANGGUNG JAWAB


 ISTILAH-ISTILAH PELAPORAN
 PENYUSUNAN LAPORAN (UMUM)
 PENYUSUNAN LAPORAN HASIL EKSPLORASI
 PELAPORAN SUMBERDAYA MINERAL
 PELAPORAN CADANGAN BIJIH
 PELAPORAN LAIN (FILL, REMNANTS, PILLARS YANG
MENGANDUNG MINERAL, MINERALISASI KADAR RENDAH,
STOCKPILES, DUMPS DAN TAILINGS)
 PELAPORAN SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA
 PELAPORAN HASIL EKSPLORASI, SUMBERDAYA DAN
CADANGAN INTAN DAN BATU MULIA LAINNYA
 PELAPORAN HASIL EKSPLORASI, SUMBERDAYA DAN
CADANGAN UNTUK MINERAL INDUSTRI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai