Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tasawuf ada beberapa aliran, seperti tasawuf Akhlaqi, tasawuf Sunni dan
tasawuf Falsafi.Adapula yang membagi tasawuf kedalam tasawuf ‘Amali, tasawuf
Falsafi dan tasawuf ‘Ilmi. Akan tetapi dalam makalah kecil ini hanya akan dibahas
secara lebih fokus tentang tasawuf Falsafi saja.

Secara garis besar tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya


memadukan antara visi mistis dan visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi
filosofis dalam pengungkapannya, yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat
yang telah mempengaruhi para tokohnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa makna tasawuf secara umum?

2. Apa makna tasawuf menurut para ahli?

3. Jelaskan dasar-dasar Qur’ani mengenai tasawuf?

4. Apakah arti dari tasawuf falsafi ?

5. Apakah arti dari tasawuf akhlaki ?

6. Apakah arti dari tasawuf irfani?

7. Bagaimana makna yang terkandung dalam tasawuf falsafi?

8. Bagaimana inti pengajaran Ibnu Arabi mengenai tasawuf falsafi?

1
9. Bagaimana pandangan Ibnu Taimiyah terhadap ajaran Ibnu Arabi?

10. Bagaimanakah analisis ajaran Ibnu Arabi mengenai tasawuf falsafi?

11. Bagaimana pengaruh ajaran tasawuf falsafi terhadap dunia Islam?

1.3 Metode Penulisan

Makalah yang membahas mengenai intisari ajaran tasawuf ini disusun secara
praktis dan sistematis, serta sajiannya dibuat secara sedetail mungkin, sehingga
memudahkan pembaca memahami dan mengerti secara keseluruhan isi makalah ini.
Makalah ini di tulis dengan menggunakan dengan tulisan bermodel arial dengan
ukuran 12, dan menggunakn spasi 2 sehingga memudahkan pembaca untuk
membacanya.

1.4 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas agama islam dan untuk
memberikan pengetahuan kepada para pembaca mengenai awal mula ajaran tasawuf,
pengertian tasawuf, intisari ajaran tasawuf serta makna terdalam dari ajaran tasawuf.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Teoritis


Secara bahasa tasawuf diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab: ‫ ) تصوف‬adalah
ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq,
membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf
pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan
dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Tarekat (pelbagai aliran
dalam Sufi) sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni, cabang Islam yang lain, atau
kombinasi dari beberapa tradisi[rujukan?]. Pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah pada
abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia (Wikipedia
bahasa Indonesia).
Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang umum
adalah kata itu berasal dari Suf (‫)صوف‬, bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah
sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi
mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain menyatakan
bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (‫)صفا‬, yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh
penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa
tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
Yang lain menyarankan bahwa etimologi dari Sufi berasal dari "Ashab al-Suffa"
("Sahabat Beranda") atau "Ahl al-Suffa" ("Orang orang beranda"), yang mana adalah

3
sekelompok muslim pada waktu Nabi Muhammad yang menghabiskan waktu mereka di
beranda masjid Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdoa (Wikipedia bahasa
Indonesia).
Namun dalam perjalananya, tasawuf diperdebatkan asal usul kehadiranya.
Sebagian menyebut tasawuf berasal dari agama islam, sebagian lagi menyatakan
bahwa tyasawuf bukan berasal dari islam tetapi dari sinkretisme berbagai ajaran agama
samawi maupun ardi. Beberpa pendapat yang menyatakan tasawuf berasal dari islam
diantaranya:
Asal-usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad. Keharusan untuk
bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan di antara para muslim awal,
yang bagi mereka adalah sebuah keadaan yang tak bernama, kemudian menjadi
disiplin tersendiri ketika mayoritas masyarakat mulai menyimpang dan berubah dari
keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995)
Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani mendefinisikan
Sufisme sebagai berikut: "Jalan para sufi dibangun dari Qur'an dan Sunnah, dan
didasarkan pada cara hidup berdasarkan moral para nabi dan yang tersucikan. Tidak
bisa disalahkan, kecuali apabila melanggar pernyataan eksplisit dari Qur'an, sunnah,
atau ijma." [11. Sha'rani, al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.]
Beberapa pendapat bahwa tasawuf bukan berasal dari islam diantaranya:
Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum
asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan
kesenangan). Dunia Kristen, neo platonisme, pengaruh Persi dan India ikut
menentukan paham tasawuf sebagai arah asketis-mistis dalam ajaran Islam (Mr. G.B.J
Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
(Sufisme)yaitu ajaran mistik (mystieke leer) yang dianut sekelompok
kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa semua yang
muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (als idealish verschijnt), manusia
sebagai pancaran (uitvloeisel) dari Tuhan selalu berusaha untuk kembali bersatu
dengan DIA (J. Kramers Jz).
Al Quran pada permulaan Islam diajarkan cukup menuntun kehidupan batin umat
Muslimin yang saat itu terbatas jumlahnya. Lambat laun dengan bertambah luasnya

4
daerah dan pemeluknya, Islam kemudian menampung perasaan-perasaan dari luar,
dari pemeluk-pemeluk yang sebelum masuk Islam sudah menganut agama-agama
yang kuat ajaran kebatinannya dan telah mengikuti ajaran mistik, keyakinan mencari-
cari hubungan perseorangan dengan ketuhanan dalam berbagai bentuk dan corak yang
ditentukan agama masing-masing. Perasaan mistik yang ada pada kaum Muslim abad
2 Hijriyah (yang sebagian diantaranya sebelumnya menganut agama Non Islam,
semisal orang India yang sebelumnya beragama Hindu, orang-orang Persi yang
sebelumnya beragama Zoroaster atau orang Siria yang sebelumnya beragama Masehi)
tidak ketahuan masuk dalam kehidupan kaum Muslim karena pada mereka masih
terdapat kehidupan batin yang ingin mencari kedekatan diri pribadi dengan Tuhan.
Keyakinan dan gerak-gerik (akibat paham mistik) ini makin hari makin luas mendapat
sambutan dari kaum Muslim, meski mendapat tantangan dari ahli-ahli dan guru
agamanya.Maka dengan jalan demikian berbagai aliran mistik ini yang pada
permulaannya ada yang berasal dari aliran mistik Masehi, Platonisme, Persi dan India
perlahan-lahan mempengaruhi aliran-aliran di daam Islam (Prof.Dr.H.Abubakar Aceh).
Paham tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan kebatinan yang ada
pada sementara orang Islam sejak awal perkembangan Agama Islam,(2) Adat atau
kebiasaan orang Islam baru yang bersumber dari agama-agama non-Islam dan
berbagai paham mistik. Oleh karenanya paham tasawuf itu bukan ajaran Islam
walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur Ajaran Islam, dengan kata lain dalam
Agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun tidak sedikit jumah orang Islam yang
menganutnya (MH. Amien Jaiz, 1980).
Tasawuf dan sufi berasal dari kota Bashrah di negeri Irak. Dan karena suka
mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf), maka mereka disebut
dengan "Sufi". Soal hakikat Tasawuf, ia itu bukanlah ajaran Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassalam dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu.
Menurut Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah berkata: “Tatkala kita telusuri
ajaran Sufi periode pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik
yang keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini
mereka, maka sangat berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Dan kita tidak
pernah melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia

5
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam, dan juga dalam sejarah para shahabatnya
yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta’ala di alam semesta ini. Bahkan
sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban
Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha" - At Tashawwuf Al
Mansya’ Wal Mashadir, hal. 28.(Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc)
Para ahli yang menolak tasawuf sebagai bagian dari islam mengambil contoh
kesalahan pemahaman tasawuf yaitu Faham Wujud. Faham wujud adalah berisi
keyakinan bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhan. Penganut paham kesatuan
wujud ini mengambil dalil Al Quran yang dianggap mendukung penyatuan antara ruh
manusia dengan Ruh Allah dalam penciptaan manusia pertama, Nabi Adam AS:
“...Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku;
maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (As Shaad; 72)”
Sehingga ruh manusia dan Ruh Allah dapat dikatakan bersatu dalam sholat karena
sholat adalah me-mi'rajkan ruh manusia kepada Ruh Allah Azza wa Jalla . Atas dasar
pengaruh 'penyatuan' inilah maka kezuhudan dalam sufi dianggap bukan sebagai
kewajiban tetapi lebih kepada tuntutan bathin karena hanya dengan meninggalkan/
tidak mementingkan dunia lah kecintaan kepada Allah semakin meningkat yang akan
bepengaruh kepada 'penyatuan' yang lebih mendalam.
Paham ini dikalangan penganut paham kebatinan juga dikenal sebagai paham
manunggaling kawula lan gusti yang berarti bersatunya antara hamba dan Tuhan
(Wikipedia bahasa Indonesia).

Dasar-Dasar Qur`ani Tasawuf


Para pengkaji tentang tasawuf sepakat bahwasanya tasawuf berazaskan
kezuhudan sebagaimana yang diperaktekkan oleh Nabi Saw, dan sebahagian besar
dari kalangan sahabat dan tabi'in. Kezuhudan ini merupakan implementasi dari nash-
nash al-Qur'an dan Hadis-hadis Nabi Saw yang berorientasi akhirat dan berusaha untuk
menjuhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan yang bertujuan untuk
mensucikan diri, bertawakkal kepada Allah Swt, takut terhadap ancaman-Nya,
mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya dan lain-lain.
Meskipun terjadi perbedaan makna dari kata sufi akan tetapi jalan yang ditempuh

6
kaum sufi berlandasakan Islam. Diantara ayat-ayat Allah yang dijadikan landasan akan
urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia adalah firman Allah dalam al-Qur'an yang
Artinya: “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah
keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami
berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagianpun di akhirat”. (Q.S Asy-Syuura [42] : 20).
Diantara nash-nash al-Qur'an yang mememerintahkan orang-orang beriman agar
senantiasa berbekal untuk akhirat adalah firman Allah dalam Q.S al-Hadid [57] ayat: 20
yang Artinya: “Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini
tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.
Ayat ini menandaskan bahwa kebanyakan manusia melaksanakan amalan-
amalan yang menjauhkannya dari amalan-amalan yang bermanfaat untuk diri dan
keluarganya, sehingga mereka dapat kita temukan menjajakan diri dalam kubangan
hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafus mulai dari kesenangan dalam
berpakaian yang indah, tempat tinggal yang megah dan segala hal yang dapat
menyenangkan hawa nafsu, berbangga-bangga dengan nasab dan banyaknya harta
serta keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal tesebut bersifat sementar dan
dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang kedalam azab yang sangat
pedih pada hari ditegakkannya keadilan di sisi Allah, karena semua hal tersebut
hanyalah kesenangan yang melalaikan, sementara rahmat Allah hanya terarah kepada
mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melallaikan tersebut.
Ayat al-Qur'an lainnya yang dijadikan sebagai landasan kesufian adalah ayat-
ayat yang berkenaan dengan kewajiban seorang mu'min untuk senantiasa bertawakkal
dan berserah diri hanya kepada Allah swt semata serta mencukupkan bagi dirinya
cukup Allah sebagai tempat menggantungkan segala urusan, ayat-ayat al-Qur'an yang
menjelaskan hal tersebut cukup variatif tetapi penulis mmencukupkan pada satu

7
diantara ayat –ayat tersebut yaitu firman Allah dalam Q.S ath-Thalaq [65] ayat : 3 yang
Artinya: “Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)
Nya.Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
Dianatra ayat-ayat al-Qur'an yang menjadi landasan munculnya kezuhudan dan
menjadi jalan kesufian adalah ayat-ayat yang berbicara tentang rasa takut kepadan
Allah dan hanya berharap kepada-Nya diantaranya adalah firman Allah dalam Q.S as-
Sajadah [ ] ayat : 16 yang berbunyi : yang Artinya: “Lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan
harap
Maksud dari perkataan Allah Swt : "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya"
adalah bahwa mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan
shalat malam”. Terdapat banyak ayat yang berbicara tentang urgensi rasa takut dan
pengharapan hanya kepada Allah semata akan tetapi penulis cukupkan pada kedua
ayat terdahulu.
Diantara ayat-ayat yang menjadi landasan tasawuf adalah nash-nash Qura'ny
yang menganjurkan untuk beribadah pada malam hari baik dalam bentuk bertasbih
ataupun quyamullail diantaranya adalah firman Allah yang Artinya:
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat
yang Terpuji.(Q.S al-Isra' [17] ayat : 79 yang Artinya: “Dan sebutlah nama Tuhanmu
pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-
Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari”. (Q.S al-
Insan [76] ayat : 25-26) yang Artinya: “Dan orang yang melalui malam hari dengan
bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”
Tiga ayat di atas menunjukkan bahwa mereka yang senantiasa menjauhi tempat
tidur di malam hari dengan menyibukkan diri dalam bertasbih dan menghidupkan
malam-malamnya dengan shalat dan ibadah-ibadah sunnah lainnya hanya semata-
mata untuk mengharapkan rahmat, ampunan, ridha, dan cinta Tuhannya kepadanya
akan mendapatkan maqam tertinggi di sisi Allah.

8
Selain daripada hal-hal yang telah penulis uraikan sbelumnya, diantara pokok-
pokok ajaran tasawuf adalah mencintai Allah dengan penuh ketulusan dan keikhlasan
hal ini berlandaskan kepada firman Allah swt dalam Q.S at-Taubah ayat : 24 yang
Artinya: ”Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah
dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan Keputusan-Nya". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik”.
Ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan terhadap Allah, Rasul-Nya dan berjihad
di jalan-Nya harus menjadi prioritas utama di atas segala hal, bahkan kecintaan kepada
Allah dan Rasul-Nya harus melebihi di atas kecintaan kepada ayah, ibu, anak, istri,
keluarga, harta, perniagaan dan segala hal yang bersifat duniawi, atau dengan kata lain
bahwa seseorang yang ingin mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan
mendambakan tempat terbaik diakhirat hendaknya menjadikan Allah dan Rasul-Nya
sebagai kecintaan tertinggi dalam dirinya (ibnuel-mubhar.blogspot.com).

2.2 Pembahasan
A. Tasawuf Akhlaki (Tasawuf Sunni)
Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak’
mencari hakikat kebenaran yang mewujudkan menuasia yang dapat ma’rifah kepada
Allah, dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf Akhlaki, biasa
disebut juga dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf Akhlaki ini dikembangkan oleh
ulama salaf as-salih.
Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadibaik dan potensi untuk menjadi
buruk.Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘Aql dan al-Qalb.Sementara potensi untuk
menjadi buruk adalah an-Nafs. (nafsu) yang dibantu oleh syaithan.
Sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an, surat as-Syams : 7-8 sebagai berikut :
Artinya : “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.

9
Para sufi yang mengembangkan taswuf akhlaki antara lain : Hasan al-Basri (21
H – 110 H), al-Muhasibi (165 H – 243 H), al-Qusyairi (376 H – 465 H), Syaikh al-Islam
Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470 – 561 H), Hujjatul Islam Abu Hamid al-Gajali
(450 H – 505 H), Ibnu Atoilah as-Sakandari dan lain-lain.
B. Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada keterpaduan teori-teori
tasawuf dan falsafah. Tasawuf falsafi ini tentu saja dikembangkan oleh para sufi yang
filosof.
Ibnu Khaldun berendapat bahwa objek utama yang menjadi perhatian tasawuf falsafi
ada empat perkara. Keempat perkara itu adalah sebagai berikut:
1. Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
2. Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat rabbani,
‘arasy, kursi, malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas segala yang wujud,
yang gaib maupun yang nampak, dan susunan yang kosmos, terutama tentang
penciptanya serta penciptaannya.
3. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang brepengaruh terhadap
berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
4. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar
(syatahiyyat) yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa
mengingkarinya, menyetujui atau menginterpretasikannya.
Tokoh-tokoh penting yang termasuk kelompok sufi falsafi antara lain adalah al-
Hallaj (244 – 309 H/ 858 – 922 M) Ibnu’ Arabi (560 H – 638 H) al-Jili (767 H – 805 H),
Ibnu Sab’in (lahir tahun 614 H) as-Sukhrawardi dan yang lainnya.
C. Tasawuf ‘Irfani
Tasawuf ‘Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap hakikat kebenaran atau
ma’rifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi
melalui pemebirian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena si sufi berupaya
melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara
batini dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau ma’rifah dimasukkan Allah ke dalam
hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).

10
Tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf ‘irfani antara lain : Rabi’ah al-
Adawiyah (96 – 185 H), Dzunnun al-Misri (180 H – 246 H), Junaidi al-Bagdadi (W. 297
H), Abu Yazid al-Bustami (200 H – 261 H), Jalaluddin Rumi, Ibnu ‘Arabi, Abu Bakar as-
Syibli, Syaikh Abu Hasan al-Khurqani, ‘Ain al-Qudhat al-Hamdani, Syaikh Najmuddin al-
Kubra dan lain-lainnya. Isi Pokok Ajaran Tasawuf

Pokok-Pokok Ajaran Tasawuf 

Pada dasarnya, ajaran Tasawuf merupakan bimbingan jiwa agar menjadi suci,
selalu tertambat pada Allah dan Tasawuf  menjauhkan dari pengaruh-pengaruh selain
Allah. Kemudian dengan Tasawuf  maka terbukalah hijab yang menutupinya.

Tingkatan Kwalitas jiwa keimanan, yang meliputi:

1. Maqom Taubat ( arabic: ‫) التوبة‬, yaitu meninggalkan dan tidak mengulangi lagi
perbuatan dosa yang pernah dilakukan demi menjunjung ajaran Allah dan
menyingkiri murka-Nya ( Imam al- Ghozali).
2. Maqom Waro’, menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu, dalam rangka
menjunjung tinggi perintah Allah, menurut Syaikh Ibrahim Adham.  Waro’ adalah
meninggalkan setiap yang syubhat (tidak jelas halal atau haramnya),  Waro’
Lahiriyah: meninggalkan seluruh perbuatan kecuali  perbuatan yang karena
Allah,  Waro’ Batiniyah: sikap hati yang tidak menerima selain Allah
3.Maqom Zuhud ( ‫) زاهد‬, lepasnya pandangan keduniawian dan usaha memperoleh
keduniawian dari seorang yang sebenarnya mampu untuk memperolehnya.
4. Maqom Shobar ( ‫) الصبر‬, ketabahan dalam menghadapi dorongan hawa nafsu (Imam
al-Ghozali), Syaikh Dzun Nun al-Misri mengatakan: Shobar adalah menjauhkan
diri dari perbuatan yang melanggar agama, tabah dan tenang dalam menghadapi
cobaan, dan menampakkan hidup lapang dalam mengalami kemelaratan.
5.Maqom Faqir ( ‫) فقير‬, Tenang dan tabah diwaktu susah dan memprioritaskan orang
lain di kala sedang  berada ( Syaikh Abu Hasan al-Nuruy).  Syaikh Ibrohim al-
Khawwash, mengatakan Faqir adalah selendang orang-orang mulia, pakaian

11
para Rosul dan baju kurung kaum Sholikhah.
6. Maqom Syukur ( ‫) ش``كر‬, pengakuan terhadap kenikmatan, tindakan badan untuk
mengabdi kepada Allah dan ketetapan hati untuk selalu menyingkiri yang haram,
Syaikh Abul Qasim mengatakan, “Hakikat syukur adalah tidak menggunakan
kenikmatan untuk maksiat, tidak segan-segan menggunakannya untuk taat
sedang batasan syukur adalah mengetahui bahwa kenikmatan itu datangnya dari
Allah Ta’ala.
7.Maqom Khauf, Rasa ketakutan dalam menghadapi siksa Allah atau tidak tercapainya
kenikmatan dari Allah, Syaik Abul Hasan al-Nury, berpendapat “orang yang
Khauf adalah yang lari dalam ketakutan dari Allah untuk menuju kepada Allah”.
8.Maqom Roja’, Rasa gembira hati karena mengetahui adanya kemurahan dari dzat
yang menjadi tumpuan harapannya, Syaikh Abu Ali, berkata: “Khauf dan Roja’
adalah ibarat dua belah sayap burung, jika seimbang keduanya, maka terbang
nya burung menjadi sempurna, jika kurang salah satunya, maka terbangnya
tidak sempurna, dan jika hilang keduanya, maka burung jatuh dan menemui
kematiannya.
9. Maqom Tawakal, sikap hati yang bergantung pada Allah dalam menghadapi sesuatu
yang disukai, dibenci, diharapkan atau ditakuti kalau terjadi dan bukan
menggantungkannya pada suatu sebab, sebab satu-satunya adalah Allah(al-
Muhasibi). Syaikh Sahl berpendapat, “Jenjang pertama kali dalam Tawakal
adalah hendaknya hamba dihadapan Allah bersikap sebagaimana mayat
dihadapan orangyang merawatnya, dibalik kesana kemari diam saja.”
10. Maqom Ridho, Rasa puas hati dalam menerima nasib yang pahit (Abul Hassan
al-Nuri), Rabi’ah Adawiyah menjelaskan, sewaktu ditanya bagaimana seorang
hamba bisa dikatakan Ridlo, Jawabnya: “Apabila ia senang dalam menghadapi
musibah sebagaimana ia senang dalam menerima nikmat. Syaikh Yahya bin
Mu’arif, ketika ditanya, “Kapan seorang mencapai Maqom Ridho?” beliau
menjawab: “Jika diberi mau menerima, jika ditolak ia rela, jika ditinggalkan ia
tetap mengabdi dan jika diajak ia menuruti.”

2.3 Uraian Masalah

12
Inti Ajaran Tasawuf Ibnu Arabi

Ibnu Arabi adalah salah satu tokoh dalam ilmu tasawuf falsafi.  Ilmu tasawuf
dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi menjadi dua arah
perkembangan.Ada yang mengarah pada  teori teori  perilaku ada pula yang mengarah
pada teori teori yang begitu rumit dan memerlukan pemahaman yang
mendalam.Tasawuf yang berorientasi ke arah pertama sering disebut tasawuf salafi,
tasawuf akhlaqi, tasawuf Sunni yang dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun tasawuf
yang berorientasi ke arah yang kedua disebut tasawuf falsafi yang banyak
dikembangkan para sufi yang berlatar belakang filosof disamping sebagai sufi.
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran ajarannya memadukan antara visi
mistis dan visi rasional pengasasnya.Dalam pengungkapannya menggunakan
terminologi filosofis.
Pada dasarnya tasawuf merupakan ajaran yang membicarakan kedekatan
antara sufi( manusia) dangan Allah.Dalam AlQur,an terdapat beberapa ayat yang
menunjukkan kedekatan manusia dengan Allah,antara lain bahwa Allah itu dekat
dengan manusia(Q.S. Al Baqarah:186) dan bahwa Allah lebih dekat kepada manusia
dibandingkan urat nadi manusia itu sendiri(Q.S Al-Qaf:69).
Pada awalnya tasawuf merupakan ajaran tentang al zuhd (juhud) oleh karena itu
pelakunya disebut zahid. Namun kemudian berkembang dan namanya diubah menjadi
tasawuf dan pelakunya disebut sufi.
Tasawuf / teori sufisme dalam perkembangannya secara kualitatif  terbagi dalam
dua periode.Periode pertama, periode sufisme awal bisa dikatakan bermula selama
masa hidup rasulullah berlanjut sampai paruh pertama abad ke sembilan masehi ketika
terjemahan buku Yunani ,Persia,India mulai tersedia dikalangan muslim.Kaum sufi
periode ini menjalani hidup yang penuh dengan pantangan,bukan karena ingin
menjauhkan diri dari hasrat dan nafsu tetapi karena ingin mengikuti cara hidup sang
rasul degan cara mereka sendiri.periode kedua merupakan periode lanjutan atau
sufisme doktriner yaitu yang pada periode awal hanya merupakan sebuah jalan hidup
yang saleh dan meditasi yang tekun pada periode ini di ubah menjadi gerakan doktriner
yang bisa diikuti dan dipraktekkan oleh mereka yang terpelajar untuk bisa mulai

13
memasuki misterinya.
Tasawuf falsafi mulai muncul dengan jelas dalam khazanah Islam sejak abad
keenam Hijriyah meskipun para tokohnya baru dikenal seabad kemudian.Tasawuf
falsafi mencapai puncak kesempurnaannya pada pengajaran ibn Arabi. Dengan
pengetahuannya yang amat kaya dalam lapangan keislaman maupun lapangan filsafat,
ia berhasil membuat lapangan karya tulis yang luar biasa banyaknya ( diantaranya
Futuhad Al-Makkiyah dan Fushush AlHikam) Hampir semua praktik pengajaran, ide ide
yang berkembang dikalangan kaum sufi diliputnya dengan penjelasan penjelasan yang
memadai[4]
Ibn Al-‘Arabi adalah penganut faham Tauhid Wujudi bahkan ia merupakan
panutan dalam pemikiran ini. Pemikiran yang selalu menjadi sorotan tajam dari kaum
fuqoha.Pemikiran inilah yang menjadi landasan konsep pendidikannya bahkan semua
pola pikirnya berporos pada pemahaman ini.Perlu digaris bawahi bahwa Ibn Arabi
belum pernah menyebutkan istilah wahdatul wujud dalam kitabnya. Namun dari
berbagai ajarannya bisa dikatakan bahwa pemahamannya adalah wahdatul wujud[5]
Dalam makalah ini penulis bermaksud mengkaji pemikiran atau inti ajarann Ibnu 
Arabi .Sebelum masuk ke pembahasan kami kemukakan Biografi singkat Ibnu Arabi.
Nama lengkap ibnu Arabi adalah Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah
Ath-Ta’i Al-Haitami.Ia lahir di Murcia,Andalusia Tenggara,Spanyol,tahun 560 H dan
meninggal pada tahun 638 H.Setelah berusia 30 tahun ia mulai berkelana ke berbagai
kawasan Andalusia dan Kawasan islam bagian barat. Diantara deretan deratan guru
gurunya tercatat nama nama seperti Abu Madyan AlGhauts At- Talimsari dan yasmin
Musyaniyah (seorang wali dari kalangan wanita). Keduanya banyak mempengaruhi
ajaran ajaran ibnu Arabi.Dikabarkan ia pernah bertemu dengan Ibnu Rusyid filosof
muslim dan tabib istana di dinasti Barbar.Ia pun dikabarkan pernah mengunjungi Al
Mariyyah yang menjadi pusat madrasah Ibnu Masarrah seorang sufi falsafi yang cukup
berpengaruh dan memperoleh banyak pengaruh di Andalusia.
Karya karyanya yang monumental diantaranya Al Futuhad Al Makiyah ditulis saat
menunaikan ibadah haji, danTarjuman Asyiwaq ditulis mengenang kecantikan,
ketaqwaan dan kepintaran seorang gadis cantik dari keluarga sufi dari Persia..

14
1.   Pemikiran atau inti ajaran tasawuf ibn Arabi
a.    Wahdat al - Wujud
Diantara ajaran terpenting Ibn Arabi adalah tentang kesatuan wujud (Wahdat al
-Wujud) yaitu faham bahwa manusia dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan
wujud.Menurut faham ini bahwa setiap sesuatu yang ada memiliki dua aspek, yaitu
aspek luar dan aspek dalam .Aspek luar disebut makhluk(al- Khalq) aspek dalam
disebut Tuhan (al haqq). Menurut faham ini aspek yang sebenarnya ada hanyalah
aspek dalam (Tuhan)sedangkanaspek luar hanyalah  bayangan dari aspek dalam
tersebut.
Sebagaimana doktrin doktrin beliau dalam kitab Futuhad Al-Makkiyah dan
Fushush Al-Hikam esensi KeTuhanan bagi ibnu Arabi adalah segala yang ada yang
bisa dipandang dari dua aspek:(1) sebagai esensi murni,tunggal dan tanpa
atribut( sifat); dan (2) sebagai esensi yang dikaruniai atribut.Tuhan,karena dipandang
tidak beratribut,berada di luar relasi dan karenanya juga di luar pengetahuan. Dalam
esensi - Nya Tuhan terbebas dari penciptaan,tetapi dalam keTuhanan-Nya,Tuhan
membutuhkannya.Eksistensi Tuhan adalah absolut, ciptaannya ada secara relatif,dan
yang muncul sebagai relasi realitas adalah wujud nyata yang terbatasi dan
terindividualisasi. Karenanya segala sesuatu adalah atribut Tuhan dan dengan
demikian semua pada akhirnya identik dengan Tuhan,tanpa memandang bahwa semua
itu sebenarnya bukan apa apa.
Ibn Arabi memandang manusia dan alam sebagai cermin yang memperlihatkan
Tuhan dan berkata bahwa sang penerima berasal dari nol sebab ia berasal dari
emanasi-Nya yang paling suci karena seluruh kejadian (eksistensi) berawal dan
berakhir bersama-Nya: kepada-Nya ia akan kembali  dan dari-Nya ia berawal.
Ketika Tuhan berkehendak dengan nama nama bagus-Nya(sifat sifat) yang berada di
luar hitungan, esensinya bisa dilihat. Dia menyebabkan nama nama itu bisa dilihat
dalam sebuah wujud mikrokosmik yang karena dikaruniai eksistensi meliputi seluruh
obyek penglihatan   dan melaluinyalah kesadaran terdalam Tuhan menjadi
termanifestasikan di hadapan-Nya
Menurut Ibnu Arabi wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud makhluk
pada hakikatnya adalah wujud khaliq pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari

15
segi hakikat.Adapun kalau ada  yang mengira bahwa antara wujud khaliq dan makhluk
ada perbedaan ,hal itu dilihat dari sudut pandang panca indra lahir dan akal yang
terbatas kemampuannya dalam menangkap hakikat apa yang ada pada Dzat-Nya dari
kesatuan dzatiah yang segala sesuatu berhimpun pada-Nya.
Menurutnya wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah
hakikat alam.Tidak ada perbedaan antara wujud yang qadim yang disebut Khaliq dan
wujud baru yang disebut makhluk. Kalau antara Khaliq dan makhluk bersatu dalam
wujudnya mengapa terlihat dua? Ibnu Arabi menjawab sebabnya adalah tidak
memandang dari sisi yang satu tetapi memandang keduanya dengan pandangan
bahwa keduanya adalah Khaliq dari sisi yang satu dan makhluk dari sisi yang satu
Satu-satunya wujud adalah wujud Tuhan,tidak ada wujud selain wujudNya. Ini
berarti apa pun selain Tuhan baik berupa alam maupun apa saja yang ada di alam tidak
memiliki wujud .Kesimpulannya kata wujud tidak diberikan kepada selain Tuhan. Akan
tetapi kenyataannya Ibnu Arabi juga menggunakan kata wujud untuk menyebut sesuatu
selain Tuhan.Namun ia mengatakan bahwa wujud itu hanya kepunyaan Tuhan sedang
wujud yang ada pada alam hakikatnya adalah wujud Tuhan yang dipinjamkan
kepadanya..Untuk memperjelas uraiannya ibnu Arabi memberikan contoh berupa
cahaya. Cahaya hanya milik matahari ,tetapi cahaya itu dipinjamkan kepada para
penghuni bumi. Ibn Al Arabi mengemukakan teori tajalli yang berarti menampakkan
diri.Tajalli artinya Allah menampakkan diri atau membuka diri,jadi diumpamakan Allah
bercermin sehingga terciptalah bayangan Tuhan dengan sendirinya.Dengan teori ini
makhluk adalah bayang bayang atau pencerminan Tuhan di mana Tuhan dapat melihat
dirinya sendiri tanpa kehilangan sesuatupun.Artinya tetap dalam kemutlakannya
Lebih lanjut  Ibnu arabi menjelaskan hubungan antara Tuhan dengan alam
.menurutnya alam adalah bayangan Tuhan atau bayangan wujud yang hakiki dan alam
tidak mempunyai wujud yang sebenarnya.Oleh karena itu alam tempat tajali dan
mazhar(penampakan Tuhan) Menurutnya ketika Allah menciptakan alam ini. Ia juga
memberikan sifat sifat keTuhanan pada segala sesuatu .Alam ini seperti cermin yang
buram dan seperti badan yang tidak bernyawa.oleh karena itu Allah menciptakan
manusia untuk memperjelas cermin itu.Dengan pernyataan lain alam ini merupakan
mazhar(penampakan )dari asma dan sifat Allah yang terus menerus. Tanpa alam sifat

16
dan asma_nya akan kehilangan makna dan senantiasa dalam bentuk dzat yang tinggal
dalam ke- mujarrad-an (kesendirian)-Nya.yang mutlak yang tidak dikenal oleh siapapun.
Sementara permasalahan Tasybih dan Tanzih  Ibn Arabi berpendapat bahwa
dalam mengenal Allah manusia harus melihat TanzihNya (Kesucian Allah dari segala
sifat yang baru) pada TasybihNya (KeserupaanNya dengan yang baru) dan tasybihNya
pada tanzihNya. Artinya untuk mengenal Allah harus menggabungkan dua aspek tadi
sekaligus. Ibn Arabi sering mengutip perkataan Abu Sa’id Al-Kharraj: “ Aku mengenal
Allah dengan menggabungkan dua hal yang bertentangan.” Menurutnya apabila
seorang menganal Allah hanya dengan aspek tanzih berarti dia telah membatasi
kemutlakanNya. Karena tanzih berarti menafikan segala sifat bagi Allah seperti yang
dilakukan ole kalangan Mu’tazilah yang melucuti Tuhan dari segala sifat, hingga Allah
menjadi suatu yang tak bisa dikenal dan dijangkau. Hal ini mengakibatkan terputusnya
hubungan Tuhan dengan manusia. Kemudian jika hanya mengenal Allah dalam aspek
tasybih saja seperti yang dilakukan kalangan al_mujassimah maka mengakibatkan kese
rupaan Tuhan dengan yag baru.
Untuk memperkuat pendapatnya beliau merujuk pada sebuah hadis Qudsi
Artinya:
Aku pada permulaaanya adalah perbendaharaan yang tersembunyi,kemudian Aku
ingin dikenal ,maka Ku ciptakan makhluk.lalu dengan itulah mereka mengenal aku

b.   Haqiqah Muhammadiyah


Konsep haqiqah Muhammadiyah ini lanjutan dari konsep Wahdat al -Wujud.Ibnu
arabi menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak dapat dipisahkan dari ajaran haqiqah
Muhammadiyah atau Nur Muhammad .Menurutnya tahapan tahapan kejadian proses
penciptaan alam dan hubungannya dengan kedua ajaran itu adalah sebagai berikut:
Pertama, Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak, yaitu dzat yang mandiri dan tidak
berhajat kepada suatu apapun.
Kedua, wujud haqiqah Muhammadiyah sebagai emanasi (pelimpahan ) pertama
dari wujud Tuhan dan dari sini muncul segala wujud dengan proses tahapan
tahapannya.Selanjutnya beliau mengatakan bahwa Nur muhammad itu qadim dan
merupakan sumber emanasi degan berbagai macam kesempurnaan ilmiah dan amaliah

17
yang terealisasikan pada diri para nabi semenjak Adam sampai Muhammad dan
merealisasikan dari Muhammad pada diri pengikutnya dari kalangan para wali dan
person person insan kamil.
Dalam teori penciptaan ini Ibnu Arabi menganut faham tajalli atau
tanazul(menampakkan diri). Dalam pandangan ibnu arabi bahwa Nur Muhammad
(haqiqah muhammadiyah) adalah tahapan pertama dari tahapan tahapan tanazul zat
Tuhan dalam bentuk bentuk wujud.Dari haqiqah muhammadiayah segala yang maujud
dijadikan. Dengan demikian penciptaan alam semesta ini termasuk manusia dalam teori
ibnu Arabi berasal dari zat Tuhan sendiri kemudian bertanazul kepada haqiqah
muhammadiyah sebagai tanazul tingkat pertama yang dari padanya melimpah wujud
wujud yang lain.
Untuk lebih jelasnya, Tajalliyat (penampakan) Allah pada lingkaran wujud adalah
merupakan penampakan Allah berupa kesempurnaan dan keagungan yang
abadi.Zatnya merupakan sumber pancaran yang tak pernah habis keindahan dan
keagunganNya.Ia merupakan perbendaharaan yang tersembunyi yang ingin tampil dan
dikenal.Allah sebagai keindahan ingin membuka perbendaharaan tersembunyi tersebut
dengan Tajalliyat (teofani) Haq tentunya yang merupakan penampakan-penampakan
dari keagungan, keindahan dan kesempurnaanNya dalam pentas alam yang maha
luas.
Tajalliyat al-Wujud dengan gambaran global dalam tiga hadirat:
1) Hadirat Zat (Tajalliyat Wujudiya Zatiya) Tajalliyat Wujudiya Zatiya yaitu pernyataan
dengan diriNya untuk diriNya dari diriNya. Dalam hal ini Ia terbebas dari segala
gambaran dan penampakan.Ini dikenal dengan Ahadiyat. Pada keadaan ini tampak
Zat Allah terbebas dari segala sifat, nama, kualitas, dan gambaran. Ia merupakan
Zat Yang Suci yang dikenal dengan rahasia dari segala rahasia, gaib dari segala
yang gaib, sebagaimana ia merupakan penampakan Zat, atau cermin yang
terpantul darinya hakikat keberadaan yang mutlak.
2) Tajalliyat Wujudiya Sifatiya yang merupakan pernyataan Allah dengan diriNya,
untuk diriNya, pada penampakan kesempurnaanNya (asma) dan penampakan sifat-
sifatNya yang azali. Keadaan ini dikenal dengan wahdah. Pada hal ini tampak
hakikat keberadaan yang mutlak dalam hiasan kesempurnaan.Inilah yang dikenal

18
dengan Haqiqat Muhammadiyah (kebenaran yang terpuji), setelah ia tersembunyi
pada rahasia gaib yang mutlak dengan jalan faid al-aqdas (atau limpahan yang
paling suci karena ia langsung dari Zat Allah). Dalam keadaan ini tampillah al-A’yan
as-Sabitah (esensi-esensi yang tetap) atau ma’lumat Allah.
3) Tajalliyat Wujudiyah Fi’liyah (af’aliyah) yaitu pernyataan Haq dengan diriNya untuk
diriNya dalam fenomena esensi-esensi yang luar (A’yan Kharijah) atau hakikat-
hakikat alam semesta. Keadaan ini dikenal dengan mutlaq dengan ZatNya, sifatNya
dan perbuatanNya dengan jalan limpahan yang suci (al-faid al-muqaddas).Allah
pun tampak pada gambaran esensi-esensi luar (A’yan Kharijah), baik yang abstrak
maupun yang kongkrit yang merupakan asal dari alam semesta seluruhnya.

c.    Wahdat al - adyan (kesamaan agama)


Konsep Wahdat al- adyan juga merupakan lanjutan tentang konsep Wahdat al
-Wujud. Ibnu arabi memandang bahwa sumber agama adalah satu, yaitu hakikat
Muhammadiyyah.Konsekuensinya semua agama(baca: agama samawi.red) adalah
tunggal dan semua itu kepunyaan Allah. Seorang yang benar benar arif adalah orang
yang menyembah Allah dalam setiap bidang kehidupannya.Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa ibadah yang benar hendaknya seorang abid memandang semua apa
saja sebagai bagian dari ruang lingkup realitas dzat Tuhan yang Tunggal.
Banyak penulis yang tidak sepakat tentang konsep wahdat al – adyan yang
menganggap  agama adalah sama. Setiap agama berbeda jadi Tuhannya seorang
yang beda agama tidak bisa dijadikan Tuhan seseorang yang beragama lain,terlebih
lebih agama ardhi yang merupakan hasil budaya manusia tidak bisa disamakan dengan
Allah.

2.  Pandangan Ibnu Taimiyah terhadap ajaran Ibnu Arabi


Istilah   Wahdat al -Wujud yang digunakan untuk menyebut inti ajaran  Ibnu Arabi
sebenarnya bukan dari Ibnu Arabi tetapi berasal dari ibnu Taimiyah, tokoh yang paling
keras dalam mengecam dan mengkritik ajaran tersebut.
Menurut Ibnu Taimiyah Wahdat al -Wujud adalah penyamaan Tuhan dengan alam
.Menurut penjelasannya orang orang yang mempunyai paham Wahdat al -Wujud

19
mengatakan bahwa wujud itu sesungguhnya hanya satu dan wajib al wujud yang
dimiliki khaliq  juga mumkin al wujud yang dimiliki oleh makhluk. Selain itu orang orang
yang mempunyai paham ini mengatakan bahwa wujud alam sama dengan wujud
Tuhan, tidak ada perbedaan
Dari pengertian tersebut Ibnu Taimiyah telah  menilai ajaran sentral Ibnu Arabi dari
aspek tasybihnya saja (penyerupaan Khaliq dengan makhluk belum menilai dari aspek
tanzihnya(penyucian khaliq) sebab kedua ajaran itu dipakai dalam ajaran Ibnu
Arabi.Akan tetapi banyak pula kata kata Ibnu Arabi yang membawa pada pengertian
yang dipahami Ibnu Taimiyah
Menurut pandangan kontroversinya Ibnu Taimiyah  tentang konsep Wahdat al -Wujud 
adalah penyamaan (tassyabuh) antara Tuhan dan alam. sedangkan Allah seperti yang
ditegaskan oleh  Al- Qur’an berbeda dengan segala sesuatu.

3.    Analisis inti ajarannya


Konsep wahdat al Wujud Ibnu Arabi bila tidak dipahami secara mendalam akan dapat
menyesatkan bagi umat yang pemahaman filsafat dan tingkat keimanannya rendah
karena menyamakan Tuhan dengan makhluk bahkan makhluk bisa dianggap sebagai
Tuhan. Mengenai  wahdat al Adyan banyak penulis yang tidak sepakat dengan konsep
ini karena setiap agama berbeda jadi Tuhannya seorang yang beda agama tidak bisa
dijadikan Tuhan seseorang yang beragama lain.
Namun demikian dari kutipan kutipan di atas jelas sekali bahwa Ibnu Arabi masih
membedakan antara  Tuhan  dan alam dan wujud Tuhan itu tidak sama dengan wujud
alam .meskipun disatu sisi menyamakan Tuhan dengan alam,di sisi lain beliau
menyucikan Tuhan dari adanya persamaan .Ibnu Arabi masih mengakui bahwa alam ini
diciptakan Tuhan dan Tuhan itu diluar alam,sedangkan alam hanya merupakan
mazharNya,mazhar asma dan sifat-sifatNya .

4.    Pengaruhnya di dunia Islam


Tasawuf Ibn ‘Arabi menarik antusiasme para sufi dan salik di Dunia Islam, terutama
melalui para muridnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Murid dan
pengikutnya telah memberikan analisis, penafsiran, dan ulasan atas karya-karyanya. Di

20
antara murid-muridnya adalah Shadr al-Dîn al-Qunawi (w. 763/1274), Mu`yid al-Dîn al-
Jandi (w. 690/1291), ‘Abd al-Razzâq al-Q(K)âsyânî (w. 730/1330), Syaraf al-Dîn Dawûd
al-Qaysharî (w. 751/ 1350), Sayyid Haydar Amulî (w. setelah 787/1385), ‘Abd al-Karîm
al-Jîlî (w. 826/1421), ‘Abd al-Rahmân al-Jâmî (w. 898/1492), ‘Abd al-Wahhâb al-
Sya`rânî (w. 973/1565), ‘Abd al-Ghanî al-Nâbulusî (w. 1114/1731) dan lain-lainnya.
Melalui sufi dari Gujarat, India, Yunasril Ali (2002: 50) mengatakan, Muhammad ibn
Fadl Allâh al-Burhanpûrî (w. 1029), ajaran tasawuf Ibn’Arabî menyebar di Asia Selatan.
Di sini, tasawuf Ibn al-‘Arabî diulas dan diperkenalkan oleh sejumlah ulama sufi seperti
Hamzah Fansûri, Syams al-Dîn al-Sumatrânî, ‘Abd al-Shamad al-Fâlimbânî, Dawûd al-
Fathânî, Muhammad Nafîs al-Banjârî, dan yang lainnya.
Rupanya pengaruh Ibn ’Arabi tidak hanya menancap di lingkungan tradisi teologi Sunni,
tetapi merembet jauh ke negeri Persia yang mayoritas bermazhab Syi’ah.Salah seorang
filosof Iran yang dipengaruhi Ibn ’Arabi adalah Mulla Shadra.Ia membangun suatu
mazhab baru. Dalam mazhab yang disebut Shadra sendiri sebagai Hikmah al-
Muta’âliyah, terdapat seluruh unsur aliran-aliran pemikiran Islam sebelum  membentuk
sebuah mazhab independen. Karena itu, mereka yang menganggap sebagai  pengikut
filsafat Ibn Sina ataupun pembaharunya, atau filsafatnya sebagai pelengkap filsafat Ibn
Sina, terjebak pada pendapat yang keliru. Pendek kata, mereka tidak mengetahui
filsafat Mulla Shadra.Filsafat Shadra  merupakan“perpaduan”dari berbagai aliran
pemikiran seperti  filsafat Ibn Sina, kalam Syi’ah, dan tasawuf Ibn ‘Arabi.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Ibnu Arabi adalah salah satu tokoh dalam ilmu tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi
mencapai puncak kesempurnaannya pada pengajaran ibn Arabi. Dengan
pengetahuannya yang amat kaya dalam lapangan keislaman maupun lapangan
filsafat
2. Inti ajarannya
a.       Wahdat al –wujud
Bahwa manusia dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan wujud
Menurut faham ini bahwa setiap sesuatu yang ada memiliki dua aspek, yaitu aspek luar
dan aspek dalam.aspek yang sebenarnya ada hanyalah aspek dalam
(Tuhan)sedangkan aspek luar hanyalah  bayangan dari aspek dalam tersebut. Esensi
KeTuhanan bagi ibnu Arabi adalah segala yang ada yang bisa dipandang dari dua
aspek: (1) sebagai esensi murni,tunggal dan tanpa atribut( sifat); dan (2) sebagai esensi
yang dikaruniai atribut.Tuhan,karena dipandang tidak beratribut,berada di luar relasi
dan karenanya juga di luar pengetahuan. Dalam esensi - Nya Tuhan terbebas dari
penciptaan,tetapi dalam keTuhanan-Nya,Tuhan membutuhkannya.
Manusia dan alam sebagai cermin yang memperlihatkan Tuhan dan berkata
bahwa sang penerima berasal dari nol sebab ia berasal dari emanasi-Nya yang paling
suci karena seluruh kejadian (eksistensi) berawal dan berakhir bersama-Nya: kepada-
Nya ia akan kembali  dan dari-Nya ia berawal

22
Wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud makhluk pada hakikatnya
adalah wujud khaliq pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari segi
hakikat.makhluk adalah bayang bayang atau pencerminan Tuhan di mana Tuhan dapat
melihat dirinya sendiri tanpa kehilangan sesuatupun.Artinya tetap dalam kemutlakannya
Kejadian proses penciptaan alam Pertama, Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak, yaitu
dzat yang mandiri dan tidak berhajat kepada suatu apapun.Kedua, wujud haqiqah
Muhammadiyah sebagai emanasi (pelimpahan ) pertama dari wujud Tuhan dan dari sini
muncul segala wujud dengan proses tahapan tahapannya.
b.      Konsep Wahdat al- adyan
memandang bahwa sumber agama adalah satu, yaitu hakikat
Muhammadiyyah.Konsekuensinya semua agama(baca : agama samawi.red) adalah
tunggal dan semua itu kepunyaan Allah..Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa
ibadah yang benar hendaknya seorang abid memandang semua apa saja sebagai
bagian dari ruang lingkup realitas dzat Tuhan yang Tunggal
Pengaruh tasawuf Ibnu Arabi ini sangat besar dalam dunia  Islam dan
berkembang di berbagai negara. Murid dan pengikutnya telah memberikan analisis,
penafsiran, dan ulasan atas karya-karyanya.Melalui sufi dari Gujarat, India, Muhammad
ibn Fadl Allâh al-Burhanpûrî ( 1029), ajaran tasawuf Ibn’Arabî menyebar di Asia
Selatan. Di sini, tasawuf Ibn al-‘Arabî diulas dan diperkenalkan oleh sejumlah ulama sufi
seperti Hamzah Fansûri, Syams al-Dîn al-Sumatrânî, ‘Abd al-Shamad al-Fâlimbânî,
Dawûd al-Fathânî, Muhammad Nafîs al-Banjârî, dan yang lainnya. Bahkan merembet
ke Persia yang mayoritas bermazhab Syi’ah. Salah seorang filosof Iran yang
dipengaruhi Ibn ’Arabi adalah Mulla Sandra

5.2 Saran
Sebagai umat Islam kita harus dapat memahami setiap ajaran yang berkembang
mengenai Keislaman. Hal ini sangat perlu karna Islam adalah pondasi kehidupan umat
beragama. Sehingga kita harus terus mempelajari lebih dalam mengenai ajaran
tasawuf, sebagai bukti keimanan kita kepada Allah.SWT.

23
Daftar Pustaka
Abdul Hakim ,Atang.2009. Metodologi Studi Islam,Bandung:Rosdakarya
Ali Mahdi Khan.2004,Dasar dasar Filsafat Islam : Pengantar ke gerbang pemikiran
Bandung :    Nuansa
Jamil,M.2007.Cakrawala Tasawuf:Sejarah,Pemikirandan kontekstualitas.Jakarta:GP
Press
Abu Al Wafa’Al Ghanimi At-TaftaZani .1985.Sufi dari Zaman ke zaman, terj.Ahmad
Rofi’Utsmani Bandung :Pustaka
M.sholihin. 2008. Ilmu Tasawuf.Bandung: Pustaka Setia
Simuh, 1997.Tassawuf dan perkembangannya dalam islam (Jakarta : PT RajaGrafindo

Website :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemahaman_Sufisme_Ibn_Arabi  acces jumat, 18-11-2011
http://amuli.wordpress.com.arabi-kehidupan-karya-dan-pengaruhnya/acces  rabu,16
nopember 2011,17.00

24

Anda mungkin juga menyukai