Anda di halaman 1dari 18

PEWARNAAN BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Peristiwati, M.Kes.

Dr. Hj. Any Fitriani, M.Si.

Oleh:

Kelompok 9

Biologi C 2018

Muhamad Zidan Ramdani 1806672

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUG
2020
A. Judul
“Pewarnaan Bakteri”
B. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Kamis, 1 Oktober 2020.
Waktu : 9.30 – 12.00 WIB.
C. Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian pewarnaan mikroorganisme.
 Untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme.
 Untuk mengetahui macam-macam metode pewarnaan
mikroorganisme.
 Untuk membedakan golongan bakteri gram positif dan gram negatif.
D. Landasan Teori
Bakteri adalah mikroorganisme yang sangat sederhana yang tidak
bernukleus dan sifatnya berbeda dengan organisme yang mempunyai inti sel.
Selain itu bakteri merupakan organisme yang sangat kecil (yang berukuran
mikroskopis) akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk
melihat morfologinya maka dari itu dilakukan pewarnaan bakteri yang biasa
disebut pengenceran bakteri. pada umumnya larutan-larutan zat warna yang
digunakan adalah larutan encer yang lebih dari satu persen. Pewarnaan
bakteri pada umumnya bertujuan untuk mempermudah dalam pengamatan
morfologi bakteri dengan bantuan mikroskop. Bakteri umumnya tidak
berwarna dan hampir tidak terlihat karena kurang kontras dengan air dimana
mereka mungkin berada. Pewarnaan sangat dibutuhkan untuk melihat bakteri
dengan sangat jelas baik untuk pengamatan intraseluler maupun morfologi
keseluruhan.

Bentuk bakteri beraneka macam yaitu basil (tongkat/batang), coccus,


spirilum. Bakteri bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil,
dan tripobasil. Bakteri bentuk kokus dibagi menjadi monokokus, diplokokus,
dan stafilokokus. Untuk bakteri bentuk spirilum hanya dibagi dua yaitu
setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro, 1998).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi,


peluntur warna, subtrat, intensifikasi, pewarnaan dan penggunaan warna
penutup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna, kemudian dicuci
dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga
preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini disebut bakteri
tahan asam, dan ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies (dwidjoeseputro,
1994).
E. Alat dan Bahan
1. Alat
Tabel E.1.1 Alat Pewarnaan Sederhana
No Nama Alat Jumlah
1 Bak pewarna 1 unit
2 Cawan petri I unit
3 Kaca objek Secukupnya
4 Kertas saring Secukupnya
5 Mikroskop 1 unit
6 Ose 1 unit
7 Pipet tetes 1 unit
8 Pembakar spirtus 1 unit
9 Tabung reaksi 1 unit
10 Tissue Secukupnya
11 Botol semprot 1 unit
12 Spidol 1 unit

Tabel E.1.2 Alat Pewarnaan Negatif


No Nama Alat Jumlah
1 Bunsen 1 unit
2 Objek glass Secukupnya
3 Jarum ose 1 unit
4 Mikroskop 1 unit
5 Pipet tetes 1 unit
6 Pinset 1 unit

Tabel E.1.3 Alat Pewarnaan Gram


No Nama Alat Jumlah
1 Object glass secukupnya
2 Bunsen burner 1 unit
3 Pipet tetes 1 unit
4 Bak pewarna 1 unit
5 Jarus ose 1 unit
6 Marker 1 unit
7 Mikroskop 1 unit

Tabel E.1.4 Alat Pewarnaan Kapsul


No Nama Alat Jumlah
1 Bunsen burner 1 unit
2 Mikroskop 1 unit
3 Ose 1 unit
4 Object glass Secukupnya
5 Bak pewarna 1 unit
6 Kertas bibolus Secukupnya
Tabel E.1.5 Alat Pewarnaan Kapsul
No Nama Alat Jumlah
1 Cover glass Secukupnya
2 Object glass Secukupnya
3 Pipet 1 unit
4 Jurum ose 1 unit
5 Bunsen 1 unit
6 Hot plate dan magnetic stirrer 1 unit
7 Penjepit tabung 1 unit
8 Mikroskop 1 unit
9 Beaker glass 1 unit

2. Bahan
Tabel E.2.1 Bahan Pewarnaan Sederhana
No Nama Bahan Jumlah
1 Aquades Secukupnya
2 Alkohol 70% Secukupnya
3 Sampel air liur Secukupnya
4 Zat warna karbol fuktan Secukupnya
5 Zat warna metilen blue Secukupnya

Tabel E.2.2 Bahan Pewarnaan Negatif


No Nama Bahan Jumlah
1 Aquades Secukupnya
2 Alkohol 70% Secukupnya
3 Bacillus subtilis Secukupnya
4 Pewarna nigrosin Secukupnya

Tabel E.2.3 Bahan Pewarnaan Gram


No Nama Bahan Jumlah
1 Minyak imersi Secukupnya
2 Kristal violet Secukupnya
3 Iodine Secukupnya
4 Alkohol 95 % Secukupnya
5 Media biakan Secukupnya

Tabel E.2.4 Bahan Pewarnaan Kapsul


No Nama Bahan Jumlah
1 Pewarna krristal violet Secukupnya
2 20% cooper sulfate Secukupnya
3 Media biakan bakteri Secukupnya
Tabel E.2.5 Bahan Pewarnaan Kapsul
No Nama Bahan Jumlah
1 Malachite green Secukupnya
2 Safranin Secukupnya
3 Minyak imersi Secukupnya

F. Langkah Kerja

ose disterilkan
kaca objek direndam bagian bawah kaca menggunakan pembakar
dalam larutan alkohol dilingkari dengan spidol bunsen hingga berwarna
70%, lalu dikeringkan sebagai area sampel kemerahan, lalu
didinginkan

kaca objek diletakan


diatas bak pewarna, kaca objek dilewati diatas sampel air liur diambil
digenangi dengan zat pembakar bunsen sampai menggunakan ose, lalu
warna (metilen blue, warna berubah pucat dioleskan pada kaca objek
karbol fuksin)

dibilas dengan aquades,


diamkan selama 2 menit lalu dikeringkan hasil dilihat menggunakan
untuk metilen blue, 5 menggunakan kertas mikroskop
menit untuk karbol fuksin saring

Bagan Alir F.1 Langkah Kerja Pewarnaan Senderhana

kaca objek dibersihkan kaca difiksasi diatas


menggunakan alkohol 70 bunsen untuk ose dipijarkan, lalu
% menghilangkan lemak dinginkan

diamkan hingga kering diberikan 1 tetes nigrosin, biakan Bacillus subtilis


dan diamati lalu diratakan dengan diambi, lalu disimpan
menggunakan mikroskop cara di smear diatas kaca objek

Bagan Alir F.2 Langkah Kerja Pewarnaan Negatif


alat steril disiapkan,
lalu dilabeli dan ose disterilkan pada aquadest diteteskan
dibuat lingkaran pada api bunsen, lalu pada jarum ose
kaca objek dinginkan

mikroba diambil dan ose disterilkan lagi, air diratakan pada


diratakan diatas air lalu dinginkan kaca objek yang sudah
pada kaca objek dilingkari

kaca objek disimpan pewarna kristal violet


pada suhu ruang kaca objek difiksasi diteteskan, diamkan
hingga mengering dengan melewatkan selama 30 detik, lalu
pada api bunsen dibilas dengan
aquades

kaca objek pewarna safranin lugol/iodine


dikeringkan diteteskan, diamkan diteteskan, diamkan
menggunakan tissue selama 30 detik, lalu selama 30 detik, lalu
dan hot plate dibilas dengan dibilas dengan
aquades aquades

minyak imersi
diteteskan pada kaca bakteri diamati
objek, lalu ditututp dengan mikroskop
dengan cover glass perbesaran 1000x

Bagan Alir F.3 Langkah Kerja Pewarnaan Bakteri Gram

pewarna kristal violet ose dipijarkan, dinginkan, lalu dicampur dengan


diteteskan pada kaca isolat bakteri diambil pewarna pada kaca objek
objek yang steril menggunakan ose

kaca objek di smear untuk kaca objek dicuci dikeringkan


mendapatkan hasil smear menggunakan larutan menggunakan kertas
yang tipis 20% copper sulfate bibolus

Bagan Alir F.4 Langkah Kerja Pewarnaan Kapsul


air dipanaskan dalam
bakteri disiapkan, lalu fiksasi panas dilakukan beaker glass
apusan bakteri dibuat diatas api bunsen menggunakan hotplate

kaca objek ditetesi


dengan minyak imersi, Ditetesi dengan safranin, apusan diletakkan diatas
lalu diamati lalu dibilas dengan air penyangga, itetesi
menggunakan mikroskop malacheet green, lalu
dibilas dengan air

Bagan Alir F.5 Langkah Kerja Pewarnaan Endospora


G. Hasil Pengamatan
Tabel G.1 Hasil Pengamatan Pewarnaan Sederhana
No Gambar Keterangan
 Pewarnaan : Sederhana
 Bentuk : Basil / Batang
 Zat Warna : Carbol Fuchsin dan
Methylen Blue
1
 Bakteri Berwarna Merah : Bakteri Tahan
Asam
Gambar G.1.1
Pewarnaan Sederhana  Bakteri Berwarna Biru : Bakteri Tidak
(Andriyani, 2016) Tahan Asam

Tabel G.2 Hasil Pengamatan Pewarnaan Negatif


No Gambar Keterangan

 Nama Bakteri : Bacillus subtilis


 Bentuk : Basil / Batang
1
 Susunan : Monobasil
 Zat warna : Nigrosin
Gambar G.2.1
Pewarnaan Negatif
(Andi, 2009)
Tabel G.3 Hasil Pengamatan Pewarnaan Gram
No Gambar Keterangan

 Pada bakteri gram positif,


menyerap warna ungu (crystal
violet)
1
 Pada bakteri gram negatif,
warna terserap menjadi merah
(safranin)
Gambar G.3.1 Pewarnaan Gram
(Tanpa Nama, 2019)

Tabel G.4 Hasil Pengamatan Pewarnaan Kapsul


No Gambar Keterangan

X = Kapsul
Kapsul bakteri tidak berwarna
1
(bening), karena tidak bisa
mengingat warna.
Gambar G.4.1
Pewarnaan Kapsul
(Sahil, 2018)

Tabel G.5 Hasil Pengamatan Pewarnaan Endospora


No Gambar Keterangan

 Zat Warna : Safranin dan Malacheet


Green
1
 Sel Vegetatif : Berwarna Merah
 Endospora : Berwarna Hijau
Gambar G.5.1
Pewarnaan Endospora
(Laila, 2020)

H. Pembahasan
Dari hasil pengamatan mikroskop sampel air liur yang menggunakan
pewarna karbol fuksin didapatkan morfologi bakteri berbentuk coccus,
sedangkan menggunakan pewarna metilen biru di dapatkan morfologi bakteri
berbentuk basil. Prinsip dasar dari pewarnaan sederhana adalah adanya ikatan
ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna
yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik
pada komponen seluler maupun pada pewarnanya. Pewarna karbol fuksin dan
metilen blue termasuk kedalam pewarnaan basa. Pewarna basa bisa terjadi bila
senyawa pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri
dan sel bakteri ini jadi berwarna dan terlihat. Kebanyakan bakteri mudah
bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana, karena sitoplasmanya bersifat
basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif).

Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan


sebagai berikut :
1. Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna
tunggal. Pewarna tunggal yang biasanya digunakan dalam pewarnaan
sederhana adalah Methylene Blue, Basic Fuchsin, dan Crystal Violet.
Semua pewarna tersebut dapat bekerja dengan baik pada bakteri karena
bersifat basa dan alkalin (kromoforiknya bermuatan positif), sedangkan
sitoplasma bakteri bersifat basofilik (suka terhadap basa) sehingga
terjadilah gaya tarik antara komponen kromofor pada pewarna dengan sel
bakteri, hal tersebut menyebabkan bakteri dapat menyerap pewarna dengan
baik. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk memberikan kontras antara
bakteri dan latar belakang. Pewarnaan sederhana dilakukan untuk
mengetahui informasi tentang bentuk dan ukuran sel bakteri. Gambar
pewarnaan sederhana yang dilihat dibawah mikroskop.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang
disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik
pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan asam dan pewarna basa.
pewarnaan sederhana adalah Methylene Blue, Basic Fuchsin, dan
Crystal Violet. Semua pewarna tersebut dapat bekerja dengan baik pada
bakteri karena bersifat basa dan alkalin (kromoforiknya bermuatan
positif), sedangkan sitoplasma bakteri bersifat basofilik (suka terhadap
basa) sehingga terjadilah gaya tarik antara komponen kromofor pada
pewarna dengan sel bakteri, hal tersebut menyebabkan bakteri dapat
menyerap pewarna dengan baik. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk
memberikan kontras antara bakteri dan latar belakang. Pewarnaan
sederhana dilakukan untuk mengetahui informasi tentang bentuk dan
ukuran sel bakteri. Gambar pewarnaan sederhana yang dilihat dibawah
mikroskop.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang
disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik
pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan asam dan pewarna basa.
Pewarna asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna
bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri
cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan
negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna
asam ini disebut pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya: tinta
cina, larutan nigrosin, asam pikrat, dan eosin. Pewarnaan asam ini
bertujuan hanya untuk melihat bentuk sel (Dwidjoseputro, 1994).
Pewarna basa dapat terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif,
sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri ini jadi
berwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilen biru,
kristal violet, dan safranin. Pada pewarnaan ini mikroorganisme akan
kelihatan transparan (Dwidjoseputro, 1994).
Teknik pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan satu jenis
senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana. Pewarnaan
sederhana ini diperlukan untuk mengamati morfologi, baik bentuknya
maupun susunan sel.
2. Pewarnaan Negatif
Pewarnaan Negatif adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna
asam seperti Negrosin, Eosin, atau Tinta India sebagai pewarna utama.
Pewarnaan negatif dilakukan pada bakteri yang sukar diwarnai oleh
pewarna sederhana seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif bertujuan
untuk memberi warna gelap pada latar belakang dan tidak memberi warna
pada sel bakteri. Hal tersebut dapat terjadi karena pada pewarnaan negatif,
pewarna yang digunakan adalah pewarna asam dan memiliki komponen
kromoforik yang bermuatan negatif, yang juga dimiliki oleh sitoplasma
bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat menembus atau berpenetrasi ke
dalam sel bakteri karena negatif charge pada permukaan sel bakteri. Pada
pewarnaan negatif ini, sel bakteri terlihat transparan (tembus pandang).
Pewarnaan negative pada bakteri dapat dilihat pada mikroskop.
3. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram
positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel
mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan
Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan
teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan
bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang
tidak mempertahankan zat warna crystal violet pada metode pewarnaan
Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna crystal violet
setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak.
a. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna crystal violet pada metode
pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan
warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara
bakteri gram negatif tidak. Bakteri gram negatif memiliki 3
lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid)
kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai
dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif
memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal.
Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel
menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding
sel tetap menahan warna biru/ungu (Fitria, 2009).
b. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri
jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop,
sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda.
Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama
didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,
2010). Bakteri gram positif menunjukkan warna biru atau ungu
dengan pewarnaan ini, sedangkan bakteri gram negatif
menunjukkan warna merah. Perbedaan respon terhadap
mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan
pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram
positif mengandung protein dan gram negatif mengandung
lemak dalam presentase lebih tinggi dan dinding selnya tipis.
Pemberian alkohol (etanol) pada praktikum pewarnaan bakteri,
menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar
permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk ke dalam
sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri
gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding
selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori-pori
mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun
sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel
berwarna ungu, yang merupakan warna dari Kristal Violet.
4. Pewarnaan Kapsul
Beberapa jenis bakteri mengeluarkan bahan-bahan yang berlendir
dan lengket pada permukaan selnya, dan mengelilingi dinding sel. Bila
bahan berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang
pasti (bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila bentuknya tidak
teratur dan kurang menempel dengan erat pada sel bakteri disebut selaput
lendir. Kapsul dan lendir tidak esensial bagi kehidupan sel, tetapi dapat
berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis
(baik dalam tubuh inang maupun dialam bebas) atau perlindungan
terhadap dehidrasi. Kemampuan menghasilkan kapsul merupakan sifat
genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi oleh komposisi medium
tempat ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan. Komposisi medium
juga dapat mempengaruhi ukuran kapsul.
Pewarnaan kapsul tidak dapat dilakukan sebagaimana melakukan
pewarnaan sederhana, pewarnaan kapsul dilakukan dengan
menggabungkan prosedur dari pewarnaan sederhana dan pewarnaan
negatif. Ketika sedang memanaskan preparat dengan suhu yang sangat
tinggi kapsul akan hancur, sedangkan apabila tidak melakukan pemanasan
pada preparat, bakteri akan tidak dapat menempel dengan erat dan dapat
hilang ketika kita mencuci preparat. Pewarnaan kapsul menggunakan
pewarna Kristal Violet dan sebagai pelunturnya adalah Copper Sulfate.
Kristal violet memberikan warna ungu gelap terhadap sel bakteri dan
kapsul. Namun kapsul bersifat nonionic, sehingga pewarna utama tidak
dapat meresap dengan kuat pada kapsul bakteri. Copper sulfate bertindak
sebagai peluntur sekaligus counterstain, sehingga mengubah warna yang
sebelumnya ungu gelap menjadi biru muda atau pink. Maka dari itu pada
pewarnaan kapsul, kapsul akan transparan sedangkan sel bakteri dan latar
belakangnya akan berwarna biru muda atau pink.
5. Pewarnaan Endospora
Endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan
dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan
tambahan. Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini,
bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim. Menurut
Pelczar (1986) bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat hidup
dan mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi,
dan spora terbentuk melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma
sel vegetatifnya.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri
diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora.
Contoh dari pewarnaan yang dimaksud adalah dengan penggunaan larutan
malacheet green 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetatif
juga diwarnai dengan larutan Safranin 0,5% sehingga sel vegetatif ini
berwarna merah, sedangkan spora berwarna hijau. Beberapa zat warna
yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai spora bakteri, tidak lepas
dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri. Semua spora bakteri
mengandung asam dupikolinat, yang mana subtansi ini tidak dapat
ditemui pada sel vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas
dimiliki oleh spora. Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa inilah (asam
dupikolinat) yang kemudian dimanfaatkan untuk diwarnai menggunakan
pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut
Pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri juga terdapat
kompleks Ca2+ dan asam dipikolinan peptidoglikan.
I. Kesimpulan

1. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
dipelajari ialah dengan metode pewarnaan.
2. Prinsip dasar teknik pewarnaan bakteri adalah adanya ikatan ion antara
komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang
disebut kromogen.
3. Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan
warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
4. Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan sederhana, pewarnaan
negatif, pewarnaan gram, pewarnaan endospore dan perwarnaan kapsul.
5. Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada
gram positif berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna kristal
violet sedangkan gram negatif tidak dapat mempertahankan zat warna kristal
violet.

Teknik pewarnaan bakteri merupakan salah satu cara untuk mempermudah


proses identifikasi kakteri, untuk mengetahui ukuran, bentuk / morfologi, dan
bagian-bagian sel bakteri (endospora, flagela, kapsul). Teknik pewarnaan ini
menggunakan beberapa zat pewarna yaitu maclaheet green, safranin, kristal
violet, metylen blue, karbol fuktan, dan nigrosin. Terdapat empat macam
teknik pewarnaan bakteri, diantaranya adalah:
1. Pewarnaan sederhana (asam dan basa), hanya menggunakan satu jenis
zat warna yang digunakan untuk melihat bentuk sel bakteri.
2. Pewarnaan negatif, dilakukan pada sel bakteri yang sulit diwarnai oleh
pewarnaan sederhana.
3. Pewarnaan gram, untuk mengelompokkan bakteri menjadi 2 yaitu
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negative. Pada pewarnaan
Gram, hasil yang didapat akan ditentukan dari komposisi dinding sel
bakteri.
4. Pewarnaan kapsul dan endospora, pada pewarnaan endospora untuk
membedakan spora dengan sel vegetatifnya. Sedangkan pada
pewarnaan kapsul untuk menentukan ada tidaknya kapsul pada suatu
sel bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya. (2010). Teknik Pewarnaan Bakteri. [online]. Tersedia:


https://mushoffaditya.blogspot.com/2010/01/teknik-pewarnaan-
bakteri.html

Dwidjoseputro, D. 1994.Dasar dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Fitria, Bayu. 2009. Pewarnaan Gram (Gram positif dan Gram Negatif). [online].
Tersedia: http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-
gram-positif-dan-gram-negatif.

Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T.
Gramedia Pustaka Utama.

Laila. (2020). Endospora Bakteri: Struktur, Fungsi & Jenisnya. [online].


Tersedia: https://mikrobio.id/mikrobiologi/bakteriologi/endospora-
bakteri.html

Pelzcar dan Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Pres: Jakarta.

Volk, M. A. Dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta :


Erlangga.

Yodong. (2017). Mikrobiologi. Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

Yunilas. (2017). PenuntunPraktikum Mikrobiologi Peternakan. Medan:


Universitas Sumatera Utara
Yusmaniar, dkk. (2017). Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai