Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

* Pendidikan Profesi Dokter/G1A219124/Maret 2021


** Preseptor

Konjungtivitis Bacterialis dan OstoeArhtritis


*Uswatun Amina, S.Ked
**dr. Hj. Raodah

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS PAKUAN BARU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Konjungtivitis Bacterialis dan Osteoarhitis

Oleh:

Uswatun Amina, S.Ked


G1A219124

Sebagai salah satu tugas program pendidikan profesi dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2021

Jambi, Maret 2021

Preseptor,

dr. Hj. Raodah

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Konjungtivitis Bakterialis dan Osteoarthritis”
sebagai kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Raodah yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.

Jambi, Maret 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I STATUS PASIEN....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 9
BAB III ANALISA KASUS................................................................... 15
LAMPIRAN............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 18

4
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn. S/laki-laki/75 tahun
b. Pekerjaan :
c. Alamat : RT 04 Tambak Sari
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 3 orang
c. Status ekonomi keluarga : Keadaan sosial ekonomi cukup
d. Kondisi rumah : Pasien tinggal bersama istri dan 3 orang
anaknya di rumah, dengan atap seng, dinding semen dan lantai semen.
Rumah pasien terdiri dari 3 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.
Pencahayaan dan ventilasi dirumah pasien cukup. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok. Sumber air bersih berasal dari PDAM dan
pencahayaan dari PLN.
e. Kondisi lingkungan sekitar rumah : Pasien tinggal di daerah
permukiman yang lumayan padat. Jarak antar satu rumah dengan rumah
lainnya cukup dekat.

III. Aspek Perilaku dan Psikologis di Keluarga


Hubungan pasien dengan keluarganya baik.

IV. Keluhan Utama :


Kedua mata merah sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas

I. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan mata merah sejak 2 hari
yang lalu. Keluhan mata merah dirasakan pada kedua mata. Mata kanan dan kiri
dirasakan sama. Pasien mengatakan bahwa matanya terasa gatal dan seperti ada

5
yang mengganjal, pandangan tidak kabur, tidak silau melihat cahaya. Akibat mata
gatal, pasien sering menggosok-gosok matanya dengan tangan. Pasien mengaku
saat bangun tidur terdapat kotoran mata yang cukup banyak yang berwarna putih
kekuningan kental dan terasa lengket. Bengkak pada kelopak mata (-). Sebelum
berobat ke puskesmas, pasien membeli tetes mata merk “INSTO” yang dibeli di
apotik, tetapi keluhan tidak berkurang sehingga pasien berobat ke Puskesmas.

Selain itu pasien juga mengeluhkan terdapat nyeri pada kedua lutut dan
tumit pasien. Tumit dirasakan nyeri saat beraktivitas. Nyeri terutama dirasakan
bila berdiri dari posisi duduk atau sebaliknya, serta saat berjalan. Nyeri dirasa
berkurang atau hilang bila pasien beristirahat. Pasien juga mengeluhkan sendi
terasa nyeri kaku saat setelah bangun tidur, namun tidak berlangsung lama.

V. Riwayat Penyakit Dahulu


 Keluhan serupa (+) pada nyeri lutut sejak 1 bulan yang lalu
 Riwayat trauma pada mata (-)
 Riwayat menggunakan kacamata (-)
 Riwayat menggunakan lensa kontak (-)
 Riwayat kontak dengan penderita dengan penyakit yang sama (-)

II. Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita keluhan yang sama
dengan pasien.

VI. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang
relevan
- Pasien tidak memiliki riwayat alergi
- Pasien sering menggosok-gosok mata dengan tangannya, dan tidak
mencuci tangan sebelum memegang matanya.

6
VII.Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah :120/80 mmHg
Nadi : 72x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5°C
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 160 cm
Status Generalisata
1. Kepala : Normocephal
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), skelera ikterik (-/-),
pupil bulat, isokor, diameter 3mm, refleks cahaya (+/+)
3. THT : Tidak ada kelainan
4. Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tyroid (-)
5. Thorax :
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas jantung dbn
 Auskultasi : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo

 Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada bagian yang tertinggal


 Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
6. Abdomen :
 Inspeksi: Datar, sikatriks (-)
 Palpasi: Supel, Nyeri tekan epigastrium (+), hepar, lien tidak teraba

7
 Auskultasi: Bising usus (+) normal
 Perkusi: Timpani
7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik

Status Oftalmologi
OD OS

Visus 6/6 6/6

Kedudukan bola mata Ortoforia

Pergerakan bola mata

Versi : baik Versi : baik

Duksi : baik Duksi : baik

Palpebra sup Massa (-), Edem (-), Massa (-), Edem (-),
hiperemis (-), nyeri tekan hiperemis (-), nyeri tekan (-)
(-)

Palpebra inf Edem (-), hiperemis (-), Edem (-), hiperemis (-),
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)

Cilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Conj. Tars Supp Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (+) hiperemis (+)

Conj. Tars Inf Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (+) hiperemis (+)

8
Conj. Bulbi Inj. Konjungtiva (+), Inj. Inj. Konjungtiva (+), Inj.
Silier (-), Sekret (+) Silier (-), Sekret (+)
mukopurulen mukopurulen

Kornea Jernih, edem (-), ulkus (-) jernih, edem (-), ulkus (-)
desmetokel (-), infiltrat (-) desmetokel (-), infiltrat (-)

COA Fibrin (-), hipopion (-), Fibrin (-), hipopion (-), flare
flare (-) (-)

Iris Sinekia ant & post (-) Sinekia ant & post (-)

Pupil Isokor ,D = 3 mm Isokor , D = 3 mm

Reflek cahaya langsung (+) Reflek cahaya langsung (+)

Reflek cahaya tdk langsung Reflek cahaya tdk langsung


(+) (+)

Lensa Jernih Jernih

9
VIII. Pemeriksaan Laboratorium:
Jenis pemeriksaan Nilai
HGB 14,8 g%
WBC 13.900
RBC 5,2jt
PLT 450.000
HCT 46,8%

IX. Usulan Pemeriksaan Penunjang


 Slit lamp
 Kerokan konjungtiva dengan pewarnaan Gram atau Giemsa

X. Diagnosis Kerja
Konjungtivitis akut e.c bakterialis ODS (ICD X H10.0)

XI. Diagnosis Banding


Konjungtivitis akut e.c viralis ODS (ICD X B30.0)

XII. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit, penyebab, cara
penularan, pencegahan penularan dan pengobatannya.
 Menjelaskan kepada pasien untuk memperhatikan higienitas pribadi

b. Preventif :
 Tidak menggosok  mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat
 Jangan menggunakan handuk, sapu tangan, kacamata, maupun
makeup secara bersama-sama.

c. Kuratif :

10
Non Farmakologi
 Setelah memegang mata yang sakit segera cuci tangan.
 Menggunakan handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk
membersihkan mata yang sakit

Farmakologi :
 Chloramphenicol 0,5% ED 3 x 2 gtt ODS
 Cetirizine 1x10mg
 Vitamin c 1 x 50mg
 Meloxicam 2 x 7,5 mg

Tradisional :

Daun sirih
 Bahan : 10 lembar daun sirih
 Cara : Cuci bersih daun sirih, kemudian rebus dengan 400cc air
hingga tersisa 200 cc lalu gunakan airnya untuk mencuci mata
setelah dingin.
Jahe (Zingiber officinale Rosc)

 Bagian yang digunakan : Rimpang

 Kandungan kimia : Minyak astiri

 Posologi : 2 x 1 kapsul (250mg ekstrak)/hari

 c. Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)

 • Bagian yang digunakan : Daun dan kulit batang

11
 • Kandungan kimia : Minyak atsiri, sineol 50%-65%, α-pinen, limonen
dan dipenten. 1,8-sineol (54-95%), α-pinen (2,6%), p-simen (2,7%),
aromadendren, kulminaldehid, globulol dan pinokarveol.

 • Posologi : Ekstrak cair dalam formulasi berbasis alkohol 5-10%.

 d. Sereh (Cymbopogon nardus)

 • Bagian yang digunakan : Daun

 • Kandungan kimia : Mengandung 1% minyak atsiri dengan komponen


sitronelal (32-45%), geraniol (12-25%), geranil asetat (3-8%), sitronelil
asetat (1-4%).

 • Posologi : Minyak atsiri

d. Rehabilitatif
Jika keluhan makin bertambah berat segera dibawa ke puskesmas atau ke
rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

12
RESEP
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Ririn Octarina SIP: 216104
Jalan Platuk Raya No. 75 (082175759520)

Tanggal: Agustus 2018

R/

Pro:....................... Umur:............................
Alamat:........................................................
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

BAB II Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman
TINJAUAN PUSTAKA dr. Ririn Octarina SIP: 216104
Jalan Platuk Raya No. 75 (082175759520)

2.1 Definisi
Tanggal: Agustus 2018
Radang konjungtiva
(konjungtivitis) merupakan penyakit mata
R/
paling umum di dunia. Konjungtivitis
merupakan suatu keadaan dimana
konjungtiva mengalami suatu inflamasi
yang mengakibatkan dilatasi pembuluh
Pro:....................... Umur:............................
darah konjungtiva sehingga mata tampak
Alamat:........................................................
merah. Konjungtivitis infeksi biasanya Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

disebabkan oleh virus dan bakteri.


Konjungtivitis bakteri merupakan infeksi bakteri yang melibatkan membran

13
mukosa pada permukaan mata. Kondisi ini biasanya mengalami remisi sendiri
(self-limiting illness) pada kasus yang ringan, namun kadang-kadang dapat
menjadi berat atau mendasari terjadinya penyakit sistemik.

2.2 Etiologi

Bentuk konjungtivitis bakterial di kelompokkan menjadi konjungtivitis


hiperakut dan subakut, akut catarrhal, dan menahun. Penyebab paling sering dari
konjungtivitis hiperakut adalah N. Gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis.
Konjungtivitis subakut disebabkan oleh Haemophilus influenzae, sedangkan
konjungtivitis kataralis akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae,
Staphylococcus aureus, Haemophilus aegyptus. Konjungtivitis bakterial kronik
disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Moraxella lacunata, Pseudomonas,
Enterobacteriaceae dan Proteus spp. Dari kesemuanya, tiga patogen yang paling
umum menyebabkan konjungtivitis bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus aureus.

2.3 Patofisiologi

Mata mempunyai mekanisme petahanan terhadap invasi bakteri.


Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi berupa lapisan epitel yang
menutupi konjungtiva dan pertahanan sekunder melibatkan mekanisme imun
hematologik yang dibawa oleh pembuluh darah konjungtiva, lisozim
bakteriostatik, immunoglobulin pada tear film, kedipan mata, dan bakteri non
patogenik yang berkolonisasi pada mata dan berkompetisi dengan organisme yang
mencoba menginvasi.

Apabila salah satu dari mekanisme pertahanan ini terganggu, maka


infeksi bakteri patogen dapat terjadi. Infeksi bakteri dan eksotoksin yang mereka
produksi akan dikenali sebagai antigen. Hal ini akan menginduksi reaksi antigen-
antibodi dan menyebabkan terjadinya inflamasi. Pada orang yang sehat, mata akan
berusaha untuk kembali ke kondisi homeostasis, dan bakterinya akan dieradikasi.
Namun, invasi bakteri yang berat bisa menjadi sangat sulit untuk di lawan, dan

14
menyebabkan terjadinya infeksi konjungtiva dan yang selanjutnya dapat meluas
ke kornea dan bagian mata lainnya.

Konjungtivitis bakteri terjadi akibat pertumbuhan berlebihan dan


infiltrasi bakteri pada lapisan epitel konjungtiva dan kadang-kadang pada
substansia propria. Sumber infeksinya adalah kontak langsung dengan sekret
individu yang terinfeksi, biasanya melalui kontak mata-tangan (eye-hand contact)
atau penyebaran infeksi dari organisme yang berkoloni pada mukosa nasal dan
sinus pasien sendiri. Pada orang dewasa dengan konjungtivitis bakteri unilateral,
sistem nasolakrimal sebaiknya diperiksa karena obstruksi duktus nasolakrimalis,
dakriosistitis, dan kanalikulitis dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri
unilateral.

2.4 Gambaran Klinis

Secara umum, gejala yang biasa timbul pada konjungtivitis bakteri antara
lain:

- Mata merah akibat dilatasi pembuluh darah konjungtiva

- Injeksi konjungtiva

- Sekret konjungtiva mukopurulen sampai purulen

- Edema kelopak mata

- Rasa tidak nyaman; perih, panas, sensasi benda asing, rasa berpasir.

- Nyeri tidak ada atau minimal

- Epifora (air mata berlebih)

- Fotofobia biasanya tidak ada atau ringan.

- Kelopak mata sulit dibuka saat bangun tidur, melengket satu sama lain
karena adanya sekret (“glue eye”)

15
- Penglihatan biasanya normal. Penglihatan kabur dapat disebabkan adanya
discharge (sekret) atau debris pada tear film.

- Biasanya bilateral. Mulai pada satu mata kemudian dapat menyebar


dengan mudah ke mata sebelah.

2.5 Penegakkan Diagnosis

Diagnosis konjungtivitis ditegakkan berdasarkan :

- Anamnesis : gejala yang dialami pasien, penyakit pasien yang lain, pekerjaan,
riwayat alergi, terekspos zat kimia, perjalanan penyakit, riwayat keluarga.

- Pemeriksaan fisik:

a. Injeksi konjungtiva dapat muncul secara segmental atau difus, sekret yang
muncul lebih purulen, kelopak mata sering melengket satu sama lain terutama saat
bangun tidur. Pembesaran nodus limfatikus preaurikuler jarang ditemukan pada
konjungtivitis bakteri, namun biasanya ditemukan pada konjungtivitis bakteri
yang berat. Dapat terjadi pembengkakan kelopak mata yang ringan, refleks pupil
normal.

b. Dengan menggunakan slit lamp, inflamasi dari konjungtiva dapat terlihat


berbentuk follikular atau papilar. Pola follikular pembuluh darahnya tampak
disekitar dasar dari lesi kecil yang timbul, dimana hal ini biasanya nampak pada
infeksi viral. Pada infeksi bakteri, polanya adalah papilar dimana pembuluh darah
berada pada pusat lesi kecil yang timbul.

- Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva


dengan pewarnaan Gram atau Giemsa: banyak netrofil polimorfonuklear, kultur
dari sekret konjungtiva.

Pewarnaan gram dan kultur konjungtiva tidak diperlukan pada kasus


ringan (uncomplicated), tetapi harus dilakukan pada situasi berikut:

16
 Host yang memiliki kerentanan yang tinggi, seperti
neonatus,individudengan immunocompromised.

 Kasus konjungtivitis purulen berat, untuk membedakannya dari


konjungtivitis hiperpurulen, yang pada umumnya membutuhkan terapi
sistemik.

 Kasus-kasus yang tidak berespon terhadap terapi awal

- Pemeriksaan radiologi: pemeriksaan radiologi tidak biasa dilakukan pada


konjungtivitis bakteri, kecuali dicurigai adanya sinusitis dapat di lakukan
pemeriksaan CT-Scan dan MRI. CT scan orbita diindikasikan untuk
menyingkirkan kemungkinan abses orbital atau pansinusitis, atau jika
konjungtivitis berkaitan dengan selulitis orbitalis.

17
Tabel 2.1 Differensial Diagnosis Konjungtivitis

2.6. Tatalaksana
Kebanyakan kasus konjungtivitis akut dapat ditangani dengan terapi
antibiotik empirik. Terapi awal konjungtivitis bakteri akut ringan – sedang
meliputi antibiotiktopikal seperti tetes mata polymixin combination drops,
aminoglikosida, atau fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, levofloxacin,
moxifloxacin, atau gatifloxacin) drops, atau salep bacitracin atau ciprofloxacin.
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai
dengan terapi antimikroba spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen,
harus dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi Neisseria
gonorrhoeae dan N. Meningitidis. Terapi sistemik dan topikal harus segera

18
dilaksanakan setelah bahan (sampel) untuk pemeriksaan laboratorium telah
diperoleh.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus conjungtivae
harus dibilas dengan larutan garam fisiologis agar dapat menghilangkan sekret
konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga
diminta memperhatikan higiene pribadi dan menghindari kontak erat dengan
individu yang terinfeksi. Individu yang telah terinfeksi sebaiknya sering cuci
tangan dan menghindari penggunaan handuk, linen, sapu tangan, pakaian,
kacamata atau make up secara bersama-sama untuk mencegah penularan.
Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5
hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.
Apabila tidak ditemukan kuman pada sediaan langsung, maka diberikan antibiotic
spektrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4 sampai 5 kali
sehari. Apabila dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata
(sulfasetamid 10-15% atau kloramfenikol). Apabila tidak sembuh dalam satu
minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan defisiensi
air mata, atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimalis

2.7 Prognosis
Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa
diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, jika diobati dengan
memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis Staphylococcus(yang dapat berlanjut
menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis
gonokokkus (yang bila tidak diobati berakibat ulkus kornea, abses kornea,
perforasi kornea, dan endoftalmitis). Konjungtivitis bakterial menahun mungkin
tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

19
BAB III
ANALISA KASUS SECARA HOLISTIK

a. Hubungan diagnosis penyakit dengan keadaan rumah dan lingkungan


sekitar
Pasien tinggal bersama suami dan 3 orang anaknya di sebuah rumah
panggung, dengan atap seng, dinding dan lantai papan. Rumah pasien terdiri dari
3 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Pencahayaan dan ventilasi dirumah
pasien cukup. Kamar mandi menggunakan wc jongkok. Tidak ada hubungan
antara diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Keadaan keluarga dan hubungan keluarga pasien terjalin cukup baik
sehingga tidak terdapat hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan keluarga
dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Pasien sering menggosok-gosok mata dengan tangannya, dan tidak
mencuci tangan sebelum memegang matanya. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya infeksi bakteri pada mata, jadi terdapat hubungan antara diagnosis
dengan perilaku kesehatan pasien.

d. Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien


Secara keseluruhan dari anamnesis yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa faktor risiko atau etiologi penyakit pasien pada kasus ini
adalah kebiasaan pasien sering menggosok-gosok mata dengan tangannya, dan
tidak mencuci tangan sebelum memegang matanya Dimana hal tersebut dapat
menyebabkan pertumbuhan berlebihan dan infiltrasi bakteri pada lapisan epitel
konjungtiva dan apabila mekanisme pertahanan pada mata terganggu Apabila

20
salah satu dari mekanisme pertahanan ini terganggu, maka infeksi bakteri patogen
dapat terjadi dan terjadilah proses peradangan.

e. Analisis untuk mengurangi paparan


 Jika bepergian keluar rumah sebaiknya menggunakan kacamata
 Menggunakan handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk
membersihkan mata yang sakit
 Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni
rumah lainnya.
 Sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita
harus mencuci tangannya bersih-bersih
 Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata yang
sakit jika terasa gatal
.
f. Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga :

 Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa penyakit ini


merupakan penyakit yang dapat menular oleh karena itu penting untuk
selalu menjaga higienitas pasien
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya apabila tidak ada perbaikan
atau keluhan yang memburuk pasien diminta kembali kontrol ke
puskesmas ataupun sarana kesehatan lainnya untuk dilakukan pemeriksaan
yang lebih lanjut.
 Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggosok-gosok mata dengan
kedua tangan.

21
LAMPIRAN

22
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology. 2006. External Disease and Cornea.


Section11. San Fransisco: MD Association.

2. Ilyas, DSM, Sidarta, 2003. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran


UniversitasIndonesia. Jakarta.

3. James, Brus, dkk. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga.

4. PERDAMI. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa
Kedokteran.Jakarta.

5. Vaughan, Daniel G. dkk. 2000. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika.

6. Wijaya N. 1983. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

23

Anda mungkin juga menyukai