Anda di halaman 1dari 26

JOURNAL READING

Forensic Exhumations and


Autopsies in Zambia, Africa
Oleh :
Larassati G1A219112
Uswatun Amina G1A219124
Maisara Sulvana G1A219099

Pembimbing :
dr. Salahudden Syah, M.Sc
Abstrak
• Merupakan rangkaian kasus terbesar dari penggalian forensik dan kasus otopsi
di Afrika hingga saat ini.
• Analisis dilakukan (Januari 2016 hingga Desember 2020) di seluruh Zambia,
menggunakan Microsoft Excel 2010.
• Dari 168 kasus, 128 (76,2%) adalah laki-laki.
• Usia berkisar dari 1-86 tahun, Rentang usia yang paling umum adalah 31-45
tahun.
• Keadaan kematian teratas adalah penyerangan (17,9%), kekerasan keluarga
(17,9%), mayat di air (11,3%), mayat di semak-semak (11,3%), dugaan santet
(7,7%), penyalahgunaan alkohol (6,5%) dan kekerasan massal (6,0%).
Abstrak
• Durasi penguburan berkisar antara < 1–30 bulan. Durasi paling umum adalah 1-5
bulan (56%).
• Total jarak yang ditempuh ahli patologi adalah 261.250 km.
• Penyebab kematian ditentukan pada 112 (66,7%).
• 5 besar penyebab kematian adalah trauma tumpul di kepala (29,8%), kekerasan
pembunuhan (10,1%), gantung (4,8%), api (4,2%), dan tembakan di kepala (3,6%).
• Makalah ini menunjukkan bahwa penggalian forensik dan otopsi menjawab
pertanyaan penting untuk penegakan hukum dan keadilan.
Pendahuluan

Zambia menggunakan Setelah pemberitahuan kematian

1 2
sistem Medicolegal Death medikolegal, Koroner
Investigation (MLDI) memerintahkan otopsi dari Kantor
hibrida yang melibatkan Ahli Patologi Forensik Negara
sistem Pemeriksa Medis (OSFP) untuk menentukan
dan Pemeriksa. penyebab dan cara kematian

OSFP melakukan semua

3 Otopsi Forensik (FA)


melalui Ahli Patologi
Forensik (FP), Ahli Patologi
Anatomi (AP), dan Petugas
Medis Umum (GMO)
CONT..

• Saat ini, Zambia kekurangan FP, meskipun ada kemajuan dalam pelatihan AP.
• Pada saat melakukan studi, ada satu FP yang dilatih secara formal dan tiga AP
di ibukota Lusaka yang melakukan FA.
• Bagian lain negara ini dilayani oleh GMO, mengakibatkan kasus mencurigakan
dan pembunuhan dilakukan oleh GMO tanpa pelatihan prosedur MLDI.
• Situasi tersebut mendorong polisi untuk menyarankan penguburan sementara
kasus menunggu penggalian dan otopsi oleh FP dan AP yang berbasis di Lusaka
Metode
Etika dan izin

Pemeriksa memberikan • Penggalian dan otopsi forensik didasari oleh UU,


wewenang untuk melakukan tidak ada persetujuan atau izin etis yang
penggalian dan otopsi melalui diperlukan untuk melakukan otopsi.
Perintah Penggalian dan • Data dari penggalian forensik dan autopsi ini
Pemeriksaan Postmortem disimpan di OSFP.
sesuai Undang-Undang • Persetujuan diperoleh dari OSFP untuk mengakses
Pemeriksaan. data anonim. OSFP memberikan izin untuk
mengakses laporan otopsi dan mempublikasikan
data.
CONT..
Desain Penelitian

• Peneliti melakukan analisis penggalian • Kasus-kasus yang dianalisis digali dan diautopsi
forensik dan otopsi di seluruh Zambia pada periode Januari 2016 - Desember 2020.
• Kasus-kasus ini dirujuk ke OSFP untuk • Informasi tentang keadaan seputar kematian dan
penggalian forensik dan otopsi, di riwayat medis diperoleh dari kerabat terdekat dan
mana penyebab kematian tidak petugas polisi yang menyelidiki oleh FP atau AP
ditemukan oleh GMO pertama atau sebelum penggalian dan otopsi.
kasus di mana polisi menyarankan
penguburan sementara
Penyebab Kematian VS Cara Kematian
Prosedur pemeriksaan pra-penggalian dan otopsi

Ahli patologi dan asistennya telah menetapkan protokol


koordinasi selama prosedur penggalian dan otopsi sesuai
Manual Praktik untuk Investigasi Kematian Medicolegal di
OSFP di Zambia.

Penggalian dan prosedur otopsi


Proses penggalian diawasi oleh ahli patologi dan otopsi dilakukan di
kuburan. Dalam semua kasus, peneliti mengikuti tindakan menggunakan
APD. Autopsi dilakukan sesuai dengan pedoman dalam Manual Praktik
untuk Investigasi Kematian Medicolegal di OSFP di Zambia.
Gambar 1 : Kesulitan dalam mengakses situs pemakaman.
Penduduk desa, ahli patologi, dan petugas polisi berjalan ke lokasi pemakaman.
Gambar 2. Pemeriksaan sisa rangka (tengkorak).
Pemeriksaan tulang rusuk dan ekstremitas atas.
Pemeriksaan panggul dan tulang belakang.
Pemeriksaan dari tungkai bawah
HASIL
• Karakteristik demografi dari kasus ekshumasi forensik dan otopsi ditunjukkan pada
kasus ekshumasi forensik dan otopsi.
• Dari 168.128 (76,2%) adalah laki-laki.
• Usia berkisar dari 1 hingga 86 tahun, dengan usia rata-rata 35,0 dan standar deviasi
21,4. Rentang usia yang paling umum adalah 31-45 tahun.
• Lima keadaan kematian teratas adalah penyerangan (17,9%), kekerasan keluarga
(17,9%), mayat ditemukan di air (11,3%), mayat ditemukan di semak-semak (11,3%),
dugaan santet (7,7%), penyalahgunaan alkohol (6,5%), dan kekerasan massal (6,0%).
CONT..

• Interval waktu antara penguburan dan penggalian dan jarak dari fasilitas patologi
pusat dengan durasi penguburan berkisar antara < 1–30 bulan. Durasi paling umum
adalah 1-5 bulan (56%), diikuti oleh 6-10 bulan (26,8%).
• Total jarak yang ditempuh ahli patologi adalah 261.250 km. 61% untuk kasus
pembunuhan, sementara 31,9% untuk cara kematian yang tidak diketahui.
• Lima besar penyebab kematian adalah trauma tumpul di kepala (29,8%), diikuti oleh
kekerasan pembunuhan (10,1%), gantung (4,8%), api (4,2%), dan tembakan di kepala
(3,6%).
DISKUSI
 Studi Ini adalah laporan yang paling luas dari penggalian forensik dan
kasus otopsi di Afrika sampai saat ini. Peneliti hanya mengetahui satu
penelitian serupa lainnya di Afrika.
 Studi ini membahasi tentang kesenjangan pengetahuan di Afrika
dengan membuat profil kasus, menggambarkan tantangan mengakses
situs pemakaman, melakukan otopsi forensik di situs pemakaman, dan
pendekatan otopsi forensik.
CONT..
• 168 penggalian forensik dan autopsi dilakukan dari tahun 2016 - 2020 dengan
42 kasus/tahun.
• Sebuah studi serupa yang dilakukan di Nigeria mengungkapkan 3
kasus/tahun, sedangkan studi lain dari Jerman menunjukkan 4,1 kasus/tahun.
• Angka yang tinggi ini dikaitkan dengan praktik polisi, yang membatasi jumlah
kematian yang mencurigakan dan pembunuhan yang diotopsi oleh GMO.
• Polisi menyarankan keluarga terdekat untuk mengubur orang yang meninggal
menunggu penggalian dan otopsi oleh FP atau AP dari OSFP.
CONT..

• Lebih banyak laki-laki (76,2%) hadir dalam penelitian ini sesuai dengan Cordilia et al.,
yang menemukan bahwa laki-laki dominan dalam medikolegal.
• Rentang usia 31-45 tahun adalah yang paling dominan, dengan pembunuhan (56%)
paling umum, diikuti oleh yang kasus yang belum ditentukan penyebabnya (39,3%).
• Cordelia dkk. menyatakan bahwa rentang usia 21-45 tahun dalam populasi
medikolegal paling berisiko terlibat dalam perilaku predisposisi untuk kematian dini.
CONT..

• Keadaan kematian membantu FP atau AP merumuskan hipotesis penyebab kematian


dan memfokuskan FA untuk menjawab pertanyaan medikolegal.
• Keadaan pertama : Penyerangan dan kekerasan dalam keluarga (kasus : pasangan
intim, pembunuhan, anak membunuh ayah atau ibu) adalah keadaan yang paling
umum (17,9%). Ini mungkin berkaitan dengan budaya di desa-desa Zambia, dimana
orang-orang dari keluarga yang sama tinggal berdekatan.
• Keadaan kedua yang paling umum : tubuh yang ditemukan dari air dan semak
(11,3%). Alasan untuk temuan ini tidak diketahui, tetapi peneliti berhipotesis
mungkin terkait dengan penyembunyian tubuh korban pembunuhan.
CONT..

• Interval waktu paling umum antara penguburan dan penggalian adalah 1-5 bulan.
• Ini mungkin karena pendanaan yang tidak menentu, kurangnya FP atau AP, dan jarak
yang jauh untuk mengakses situs pemakaman. Keterlambatan dalam forensik dan
otopsi dapat menyebabkan hilangnya bukti cedera jaringan lunak.
• Akhiwu dkk. di Nigeria juga menemukan bahwa pendanaan berkontribusi pada
penundaan penggalian dan otopsi.
• Asad dkk. mengatakan bahwa penundaan penggalian di Pakistan karena keyakinan
budaya bahwa prosedur tersebut merupakan penghinaan terhadap orang yang
meninggal dan merupakan proses hukum yang panjang.
CONT..

• Untuk mengakses situs pemakaman, ahli patologi menempuh jarak total 261.250
km secara kumulatif melalui jalan darat untuk melakukan penggalian forensik dan
otopsi.
• Meskipun menempuh jarak yang begitu jauh, ahli patologi harus berjalan kaki
atau menggunakan sepeda untuk mencapai lokasi, karena sebagian besar tidak
dapat diakses melalui jalan darat. Ini melelahkan dan membuat stres bagi
kesehatan FP atau AP dan asisten mereka. FP dan AP dan asisten berisiko digigit
ular selama bekerja saat mereka mengakses situs pemakaman di semak-semak
CONT..

• Otopsi forensik dilakukan di tempat, tanpa fasilitas meja otopsi. Situasi ini berat
untuk FP atau AP dan menimbulkan lelah fisik setelah melakukan perjalanan jauh ke
lokasi penguburan.
• Dalam studi otopsi di Jerman, forensik dilakukan di fasilitas medikolegal. Kinerja
otopsi forensik di penguburan adalah untuk membawa mayat ke fasilitas patologi
pusat di Lusaka, yang mahal bagi OSFP karena jarak yang jauh.
• Selain itu, kepercayaan budaya di Zambia tidak mengizinkan jenazah orang yang
meninggal dipindahkan dari lokasi pemakaman aslinya
CONT..

• Penyebab kematian serupa dengan temuan Akhiwu, WO et al. di Nigeria dan Karger
B et al. di Jerman
• Kesamaan dalam temuan dapat dikaitkan dengan bias seleksi yang melekat pada
MLDI di mana lembaga penegak hukum memprioritaskan kasus pembunuhan dan
kematian yang mencurigakan.
• Penliti percaya bahwa tingkat keberhasilan tergantung pada kompetensi dan
pengalaman FP atau AP dan petugas polisi yang menyelidiki.
CONT..

• Trauma tumpul di kepala adalah penyebab kematian paling umum, diikuti oleh
kekerasan pembunuhan. Kekerasan pembunuhan adalah penyebab kematian
deskriptif berdasarkan sejarah dan total dari keadaan kematian, yang dipanggil
ketika temuan otopsi menunjukkan sedikit atau tidak ada cedera dan tidak
menjelaskan mekanisme kematian yang spesifik.
• Penyebab kematian deskriptif ini, sangat membantu dalam hal operasional karena
memungkinkan polisi untuk melanjutkan penyelidikan kriminal mengingat keadaan
kematian yang kejam.
CONT..

• Cara kematian yang belum diketahui terutama karena keadaan kematian yang tidak
jelas, seperti mayat yang ditemukan di badan air atau semak-semak dan tanpa
trauma pada otopsi.
• Mengungkapkan penyebab kematian pada tubuh setelah penggalian adalah
tantangan karena mungkin ada kehilangan jaringan lunak dan bahan bukti yang
ditemukan pada pakaian.
• Oleh karena itu FP atau AP harus berpikir sebagai dokter dan bukan sebagai ahli
anatomi yang tidak baik. .
CONT..

• Penggalian forensik dan otopsi melibatkan kerja sama tim yang erat dengan petugas
polisi yang menyelidiki.
• Tujuannya untuk mengidentifikasi kuburan, menentukan penyebab dan cara
kematian dengan mengintegrasikan keadaan kematian dan meninjau foto tempat
kejadian, faktor-faktor yang mungkin berkontribusi pada kematian, dan
mengumpulkan bahan bukti dan dokumentasi temuan.
• Setelah data latar belakang disediakan oleh polisi dan saksi, FA kemudian fokus pada
rumusan hipotesis pada kasus tersebut. Penyebab kematian dirumuskan
berdasarkan info latar belakang dan temuan otopsi forensik
CONT..

• Meskipun ini merupakan studi yang paling ekstensif dari penggalian forensik dan
otopsi di Afrika, penambahan seorang antropolog dan memiliki ruang otopsi akan
membantu dalam pekerjaan ini.
• Studi pencitraan juga dapat dimanfaatkan, terutama dalam kematian yang
melibatkan senjata tradisional buatan sendiri (diklasifikasikan sebagai senapan)
• Studi toksikologi bermanfaat dalam kasus yang tidak pasti. Namun, racun tradisional
tidak dipelajari di Zambia, dan laboratorium toksikologi tidak akan mendeteksinya.
• Melakukan penggalian forensik dan otopsi menjawab pertanyaan MLDI dan
membantu dalam penegakan hukum dan keadilan.
Thank You!
Do you have any questions ?

Credits: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai