Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

dewasa ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan


bagi umat manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak
diharapkan. Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah
meningkatnya kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak
pidana, khususnya yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha
meniadakan sarana bukti sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas
hukum untuk mengetahui korban dan atau pelakunya. Akhir-akhir ini terlihat peningkatan
kualitas kejahatan dimana pelakunya sering berusaha menyembunyikan korbannya yang
bertujuan untuk menghilangkan jejak serta barang bukti agar pelaku dan korbannya tidak
dikenal lagi, dengan demikian sering korban ditemukan sudah tinggal tulang belulang. 1
Beberapa tahun terakhir, pemeriksaan antropologi forensik makin berkembang
seiring dengan pemeriksaan kejahatan yang menjadi lebih kompleks. Identifikasi dari
rangka dan sisa tubuh yang membusuk lainnya penting untuk alasan hukum maupun
alasan kemanusiaan. 2
Antropologi forensik merupakan aplikasi dari ilmu fisik atau biologi antropologi
dalam proses hukum, meliputi pemeriksaan pada sisa-sisa rangka untuk membantu
menentukan identitas dari jasad. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sebagai langkah
pertama untuk menentukan apakah sisa-sisa tersebut berasal dari manusia dan selanjutnya
dapat menentukan jenis kelamin, perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras.
Pemeriksaan dapat juga memperkirakan waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat
penyakit dahulu atau luka yang saat hidup menimbulkan jejas pada struktur tulang. 2

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1

Definisi
Antropologi forensik merupakan bidang ilmu untuk physical anthropologists yang

mengaplikasikan ilmunya dalam bidang biologi, sains dan budaya dalam proses hukum.
Antropologi forensik merupakan studi identifikasi individu sisa hayat manusia yang telah
kehilangan jaringan lunak, baik sebagian atau seluruhnya dan hanya meninggalkan
rangka, dalam konteks hukum. 1,2,3
Menurut American Board of Forensic Anthropology, antropologi forensik adalah
aplikasi ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk proses hukum. Identifikasi dari
kerangka atau sediaan lain dari sisa-sisa jasad (dugaan manusia) yang tidak teridentifikasi
penting untuk alasan hukum maupun alasan kemanusiaan. Forensik antropologi
mengaplikasikan teknik sains sederhana yang berdasarkan antropologi fisik untuk
mengidentifikasi sisa-sisa jasad manusia dan mengungkap tindak kejahatan. 1,2,3
2.2

Sejarah Singkat Antropologi Forensik


Antropologi forensik telah lama dilakukan kalangan bioantropolog, meskipun

bidang antropologi forensik masih relatif muda. Pengukuhan organisasi ilmiah


professional di Amerika Serikat baru dilakukan pada tahun 1977, yang dinamai American
Board of Forensic Anthropology, sebagai cabang dari American Association of Forensic
Sciences (Kerley, 1978). Walaupun organisasi profesi antropologi forensik baru disahkan
pada tahun 1977, penggunaan ilmu antropologi forensik sendiri sudah dijalankan seabad
sebelumnya di sejumlah negara di Eropa dengan mengaplikasikan ilmu anatomi untuk
identifikasi korban pembunuhan (Krogman, 1962). 3
Di Amerika Serikat, aplikasi dan peran antropologi forensik pada identifikasi
individu dalam konteks hukum dilakukan oleh ahli antropologi forensik yang bekerja
pada universitas, museum hayat dan angkatan bersenjata. Terdapat dua institusi di
angkatan bersenjata Amerika Serikat yaitu Central Identification Laboratory (CILHI) di
2

Honolulu Hawaii dan Armed Forces Institute of Pathology, Washington D.C. Sedangkan
di Universitas Florida, antropologi forensik mempunyai C.A. Pound Human
Identification Laboratory yang membantu penanganan kasus antropologi forensik di
sebelas distrik Medical Examiner (Kedokteran Forensik) di Florida. Antropologi forensik
yang bekerja sama dengan angkatan bersenjata cenderung lebih mengidentifikasi tentara
Amerika Serikat korban Perang Dunia II dan identifikasi pilot beserta awak pesawat
tempur untuk pesawat tempur yang jatuh. Selain itu, antropologi forensik yang berada di
lingkungan universitas seperti yang ada di Chicago, Florida dan Tennessee lebih banyak
menangani kasus kematian karena trauma dan pembunuhan. 3
Selain bekerja pada laboratorium yang berkaitan dengan museum antropologi,
universitas atau angkatan bersenjata, antropologi forensik sering pula memenuhi
permintaan Persatuan Bangsa-Bangsa (United Nations) dan Persatuan Dokter untuk Hak
Asasi Manusia (Physicians for Human Right) untuk mengidentifikasi individu korban
perang saudara, pembunuhan politis atau kerusuhan antar etnis di seluruh dunia, seperti
misalnya yang terjadi di Ethiopia, El Salvador, Argentina dan Yugoslavia. 3
Di Indonesia, jumlah ahli antropolog biologi masih terbatas dan hal ini terdapat
pada antropologi forensik. Pemanfaatan keahlian mereka pun dipandang belum begitu
meluas. Padahal kasus-kasus pembunuhan dan penggalian rangka yang cukup banyak
terjadi di Aceh, misalnya, menunjukkan pentingnya pemanfaatan antropologi forensik di
Indonesia. Pentingnya antropologi forensik di Indonesia sebenarnya telah diutarakan oleh
Jacob (2000) dengan mengatakan Bidang ini sangat menarik, mengundang banyak
kemungkinan dan perlu dikembangkan di Indonesia serta pasti akan banyak diperlukan di
masa yang akan datang. 3
2.3

Manfaat Pemeriksaan Antropologi Forensik


Antropologi forensik bermanfaat untuk membantu penyidik dan penegak hukum

untuk mengidentifikasi temuan rangka tak dikenal. Temuan rangka biasanya terdapat
pada daerah terpencil, di atas permukaan tanah, dikubur pada lubang yang dangkal karena
pelaku kejahatan terburu buru menguburkannya, di sungai, di rawa atau di hutan.
Korban yang tidak dikubur secara layak ini biasanya menjadi salah satu indikasi adanya
3

tindak pidana terhadap korban kejahatan. Pada kasus forensik seperti ini, antropologi
forensik berguna dalam menentukan identifikasi temuaan. 3
Upaya identifikasi pada kerangka (antropologi forensik) bertujuan untuk
membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin,
perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat
dilakukan rekonstruksi wajah. Pemeriksaan dapat juga memperkirakan waktu kematian,
penyebab kematian dan riwayat penyakit dahulu atau luka yang saat hidup menimbulkan
jejas pada struktur tulang. 4
2.4

Penentuan Kerangka Manusia


Pemeriksaan anatomik dapat memastikan bahwa kerangka yang ditemukan adalah

kerangka manusia. Tulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam hal struktur,
ketebalan, ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap manusia memiliki 190 tulang.
Tulang ini dibedakan menjadi tulang panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang
panjang didapati pada tangan dan kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia dan
fibula. Tulang pendek meliputi klavikula, metacarpal dan metatarsal (jari tangan dan
kaki). Tulang pipih terdapat pada tulang-tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal
dan occipital. Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii. Kesalahan
penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja. Dalam hal ini perlu
dilakukan pemeriksaan serologik dan pemeriksaan histologik. 4,5

Gambar 1. Anatomi rangka manusia


2.5

Penentuan Jenis Kelamin


Sebelum menentukan jenis kelamin berdasarkan pemeriksaan tulang, pastikan

dahulu apakah itu tulang manusia atau hewan, apakah tulang itu berasal dari satu atau
beberapa orang, setelah jelas bahwa tulang belulang tersebut adalah tulang manusia dan
berasal dari satu orang atau lebih, barulah ditentukan jenis kelamin. 4,5
Perbedaan tulang laki-laki dan perempuan baru terlihat sesudah pubertas.
Umumnya tulang perempuan lebih kecil, lebih ringan, lebih halus karena tonjolan tempat
perlengketan otot dan tendon kurang menonjol pada perempuan. Tulang-tulang iga
biasanya lebih tipis dan lebih melengkung pada perempuan. 4,5

Hal-hal lain yang berhubungan dengan penentuan jenis kelamin berdasarkan


tulang dapat dilihat pada tabel berikut ini. 4,5
No
.
1

Tulang
Sternum

Laki-laki
-

Lebih panjang
Panjang corpus

Perempuan
sterni -

Lebih pendek
Panjang corpus

lebih dari 2 kali panjang

kurang

manubrium sterni
Pinggir
atas
sejajar

panjang

dengan

pinggir

atas -

vertebra torakal II

dari

sterni
2

kali

manubrium

sterni
Pinggir

atas

sejajar

dengan

pinggir

bawah

vertebra torakal III


2

Pelvis
- umum

Lebih ramping, kasar dan -

Lebih dangkal, halus dan

tidak begitu lebar


Lebih berat
Lebih
curam

lebih lebar

- os illium
- os sacrum
- symphysis pubis

Sudut antara

pada

posterior
Pinggir kurang bulat
Panjang dan sempit
Lebih masuk ke dalam
Sudut tulang kemaluan (sub pubic angle) kurang
dari 90o
-

Lebih ringan
Kurang
curam

pada

posterior
Lebih bulat
Pendek dan lebar
Menonjol keluar
Sudut tulang kemaluan
(sub pubic angle) lebih
dari 90o
Sudut hampir 90o

Sudut tumpul

Lebih berat
Cavitas cranium

10% -

Lebih ringan
Cavitas cranium

lebih

dari

lebih kecil dari laki-laki

collum dan corpus


4

femoris
Tulang-tulang
kepala

besar

Condylus

perempuan
Lebih menonjol

occipitalis
Orbita

Bentuk persegi
6

Kurang menonjol

Bentuk mebundar

10%

Dahi

Curam,

Tulang pipi

membundar
Berat, arkus lebih ke -

Ringan, lebih memusat

lateral
Lebih menonjol

Kurang menonjol

Besar, simfisisnya tinggi, -

Kecil,

ramus asendingnya lebar

corpus dan ramus lebih

Besar

kecil
Kecil, cenderung seperti

Glabella, arcus

kurang -

Membundar

zygomaticus, arcus
super ciliaris dan
processus
10

11

mastoideus
Mandibula

Palatum

dan

lebar, -

cenderung seperti huruf

parabola

U
Tabel 1. Perbedaan tulang laki-laki dan perempuan

Gambar 2. Perbedaan pelvis pria dan wanita

dengan

ukuran

Gambar 3. Perbedaan tulang tengkorak pria dan wanita


2.6

Penentuan Ras

Secara umum, manusia dibagi atas beberapa golongan ras, yaitu: 4,5
a. Ras Kaukasoid
b. Ras Mongoloid
c. Ras Negroid
No

Tulang

Kaukasoid

Mongoloid

Negroid

.
1
2
3
4

Cranium
Kening
Muka
Ekstremitas

Bulat
Menonjol (raised)
Relatif sempit / kecil

Persegi
Oval
Miring (inclined)
Kecil dan melekuk
Lebar, datar, tulang Maxilla / rahang atas

Normal

pipi menonjol
Lebih kecil

menonjol
Ekstremitas superior
relatif lebih panjang
dibanding

tubuh
Tabel 2. Perbedaan tulang-tulang pada berbagai ras

ukuran

Gambar 4. Perbedaan tulang-tulang pada berbagai ras

2.7

Penentuan Perkiraan Umur


Perkiraan umur seseorang dapat ditentukan berdasarkan hal-hal berikut: 4,5
a. Penutupan sutura
Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak
berguna untuk memperkirakan umur sudah lama diteliti dan telah berkembang
berbagai metode. Namun, pada akhirnya hampir semua ahli menyatakan bahwa
cara ini tidak akurat dan hanya digunakan dalam lingkup dekade (umur 20-30-40
tahun) atau mid-dekade (umur 25-35-45 tahun) saja.

10

Gambar 5. Perbedan sutura yang terbuka dan tertutup


b. Pertumbuhan dan perkembangan badan
Proses pertumbuhan dimulai sejak terjadi konsepsi dan berlangsung terus
sampai umur dewasa, kemudian stabil dan pada umur tua relatif berkurang.
Sesudah dilahirkan, umur dapat diperkirakan sesuai golongan pertumbuhan dan
perkembangan badan, antara lain bayi, balita, anak-anak, dewasa muda.
c. Tinggi dan berat badan
Pada janin, bayi baru lahir dan anak-anak sampai masa pubertas, umur
dapat ditentukan berdasarkan tinggi (panjang) dan berat badan. Beberapa faktor
harus dipertimbangkan antara lain keturunan, bangsa, gizi dan lain-lain. Pada
orang dewasa, penentuan umur berdasarkan tinggi dan berat badan tidak dapat
dipergunakan lagi. Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan hubungan antara
umur, tinggi (panjang), berat badan dan pusat penulangan bayi.

No
.
1

Umur

Tinggi (panjang)

4 bulan

6-9 inci (15-20 cm)

Berat
badan
60-120 g

11

Pusat
penulanga

Tanda lain

n
Segmen

terbawah
2

5 bulan

6 bulan

7 bulan

10 inci (25 cm)


12 inci (30 cm)
14 inci (35 cm)

500-750 g

dari sacrum
Os

1000 g

calcaneus
Manubrium

1500 g

sterni
Os talus

Testis pada
anulus
inguinalis

8 bulan

9 bulan

16 inci (40 cm)

2500 g

19-20 inci (45-50 cm) 2500-3500 g

Sternum

interna
-

bawah
Distal

Aterm

femur,

(cukup

proksimal

bulan)

tibia dan os
cuboid
Tabel 3. Hubungan umur, tinggi, berat badan dan pusat penulangan
Panjang bayi baru lahir berkisar antara 47.5 sampai 52.5 cm (rata-rata 50
cm). Pada umur 6-12 bulan, panjang bayi adalah 60 cm, pada umur 1 tahun adalah
67.5 cm dan pada umur 4 tahun panjang bayi 2 kali panjang waktu lahir (lebih
kurang 100 cm).
Umur bayi dalam kandungan bisa ditentukan dengan formula de Haas,
-

yaitu:
Umur bayi 1-5 bulan sama dengan akar pangkat dua dari panjang badan (dalam

cm).
Umur bayi 5-10 bulan sama dengan panjang badan (dalam cm) dibagi dengan
5.
Sesudah bayi lahir, pada mulanya berat badannya akan turun, kemudian
berat badannya akan bertambah 120 gram setiap minggu atau 500 gram setiap
bulannya. Pada umur 6 bulan, berat badannya dua kali berat waktu lahir. Pada
umur 1 tahun, berat badannya tiga kali berat waktu lahir.

d. Gigi-geligi
12

Ada 2 jenis gigi, yaitu gigi susu dan gigi permanen. Gigi susu (milk teeth)
disebut gigi sementara atau dens decidui, jumlahnya 20 buah, terdiri atas 4 buah
insisivus, 2 caninus dan 4 molar di setiap rahang. Bayi akan mengalami
pertumbuhan gigi susu pada umur 6 bulan dan selesai pertumbuhannya pada umur
24 bulan. Jika ada gigi susu insisivus tumbuh, maka umurnya diperkirakan sekitar
6-8 bulan.
Gigi permanen (permanent teeth) disebut gigi tetap, jumlahnya 32 buah,
terdiri atas 4 buah insisivus, 2 caninus, 4 premolar dan 6 molar di setiap rahang.
Penentuan umur berdasarkan jumlah dan jenis gigi hanya dapat ditentukan
secara umum sampai umur 17-25 tahun. Di atas umur ini yang diperhatikan
adalah keausan gigi (atrisi), warna dan lain-lain.
Gustafson menemukan formula penentuan umur di atas 18-20 tahun
berdasarkan adanya perubahan gigi karena penuaan dan pembusukan gigi (ageing
and decaying changes). Perubahan ini meliputi atrisi, peridontosis, dentin
sekunder, resorpsi akar, aposisi sementum dan transparensi akar gigi. Formula
Gustafson ini hanya dapat dipakai untuk penentuan umur pada orang yang telah
meninggal karena gigi harus dicabut dari soket gigi, kecuali pada orang hidup
pengamatan atrisi dan peridontosis dapat dilakukan tanpa pencabutan gigi.

13

Gambar 6. Erupsi gigi susu dan permanen


e. Pemeriksaan rahang bawah
Perubahan rahang bawah terjadi sejalan dengan pertambahan umur. Bisa
dibedakan rahang bayi, dewasa dan orang tua. Rahang bayi corpusnya dangkal
dan ramusnya sangat pendek serta membentuk sudut 140o terhadap corpus dari
rahang tersebut.
Pada rahang dewasa, corpus menjadi lebih tebal dan panjang serta sudut
antara ramus dan corpus menjadi 90o.
Pada orang tua, batas dari prosesus alveolaris mulai hilang dan corpus
akan mulai dangkal kembali serta sudut antara ramus dan corpus akan kembali
menjadi tumpul.

14

Ga
mbar 7. Perkembangan rahang bawah
f. Pusat penulangan (ossification centre) dari tulang-tulang
Pemeriksaan terdahap pusat penulangan sering digunakan untuk perkiraan
umur pada tahun-tahun pertama kehidupan. Biasanya berkaitan dengan kasus
abortus dan infanticide. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
foto radiologis atau dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap pusat
penulangan pada tulang.
g. Penutupan garis epifisis pada tulang panjang
Penentuan umur dengan menggunakan penutupan garis epifisis pada
tulang panjang ini terutama dipakai pada anak-anak yang sedang tumbuh.
Pemastian penutupan ini hanya dapat ditentukan secara radiologis. Garis epifisis
pada tulang humerus bagian distal menutup pada umur 13-15 tahun pada
perempuan dan 14-15 tahun pada laki-laki. Pada tulang radius bagian proksimal
menutup pada umur 13-14 tahun pada perempuan dan 14-15 tahun pada laki-laki.
Pada tulang ulna bagian distal menutup pada umur 17 tahun pada perempuan dan
18 tahun pada laki-laki. Pada tulang clavicula bagian medial menutup pada umur
20 tahun pada perempuan dan 22 tahun pada laki-laki. Penulangan tulang rawan
pada garis epifisis pada wanita terjadi lebih dahulu dari laki-laki.

2.8

Perkiraan Tinggi Badan

15

Untuk menentukan tinggi badan, tidak perlu melalui pengukuran badan secara
utuh. Pengukuran dari bagian tubuh masih dapat menentukan tinggi badan seseorang
secara kasar dengan: 4,5
a.
b.

Jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan sama dengan tinggi badan.
Panjang lengan dikali 2, ditambah 34 cm (=2 kali panjang clavicula) ditambah

c.
d.
e.
f.
g.

lagi 4 cm (lebar sternum).


Panjang dari puncak kepala (vertex) sampai symphisis pubis dikali 2.
Panjang dari lekuk di atas sternum sampai symphisis pubis dikali 3,3.
Panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon dikali 3,7.
Panjang femur dikali 4.
Panjang humerus dikali 6.
Angka-angka di atas harus ditambah 2-4 cm bila pengukuran dilakukan pada

tulang-tulang saja, yaitu sebagai tambahan jarak sambungan sendi.


Untuk menentukan tinggi badan dengan lebih baik, dapat dipedomani dengan
formula yang dibuat oleh berbagai ahli.
Formula M. Trotter and G.C. Glesser (1958) dipakai dalam penentuan tinggi
badan rasa Mongoloid dari beberapa tulang panjang, yaitu sebagai berikut.
1,22 (femur + fibula) + 70,24 (3,18 cm)
1,22 (femur + tibia) + 70,37 (3,24 cm)
2,40 (fibula) + 80,56 (3,24 cm)
2,39 (tibia) + 81,45 (3,27 cm)
2,15 (femur) + 72,57 (3,80 cm)
1,68 (humerus + ulna) + 71,18 (4,14 cm)
1,67 (humerus + radius) + 74,83 (4,16 cm)
2,68 (humerus) + 83,19 (4,25 cm)
3,54 (radius) + 82,00 (4,60 cm)

16

3,48 (ulna) + 77,45 (4,66 cm)


Menurut Antropologi Ragawi UGM untuk penentuan tinggi orang dewasa Jawa
diperoleh rumus (dalam millimeter) sebagai berikut.
Tinggi badan = 897 + 1,74 x femur kanan
Tinggi badan = 822 + 1,90 x femur kiri
Tinggi badan = 879 + 2,12 x tibia kanan
Tinggi badan = 847 + 2,22 x tibia kiri
Tinggi badan = 867 + 2,19 x fibula kanan
Tinggi badan = 883 + 2,14 x fibula kiri
Tinggi badan = 847 + 2,60 x humerus kanan
Tinggi badan = 805 + 2,74 x humerus kiri
Tinggi badan = 842 + 3,45 x radius kanan
Tinggi badan = 862 + 3,40 x radius kiri
Tinggi badan = 819 + 3,15 x ulna kanan
Tinggi badan = 847 + 3,06 x ulna kiri
Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 mm dari
tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tinggi badan perlu diperhatikan.

BAB III
PENUTUP

17

3.1

Kesimpulan
Antropologi forensik adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari antropologi fisik

untuk proses hukum. Identifikasi dari kerangka atau sediaan lain dari sisa-sisa jasad
(dugaan manusia) yang tidak teridentifikasi penting untuk alasan hukum maupun alasan
kemanusiaan. Forensik antropologi mengaplikasikan teknik sains sederhana yang
berdasarkan antropologi fisik untuk mengidentifikasi sisa-sisa jasad manusia dan
mengungkap tindak kejahatan.
Antropologi forensik bermanfaat untuk membantu penyidik dan penegak hukum
untuk mengidentifikasi temuan rangka tak dikenal. Upaya identifikasi pada kerangka
(antropologi forensik) bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah
kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus,
deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Pemeriksaan
dapat juga memperkirakan waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat penyakit
dahulu atau luka yang saat hidup menimbulkan jejas pada struktur tulang.

18

Anda mungkin juga menyukai