Pendahuluan
Otopsi dikenal sebagai pemeriksaan post-mortem, nekropsi (terutama
sangat
penting
dalam
kedokteran
klinis
karena
dapat
Tujuannya
adalah
untuk
menentukan,
menjelaskan
atau
mengkonfirmasi diagnosa medis yang tetap tidak diketahui atau tidak jelas
sebelum kematian pasien.
2
Pemeriksaan Roentgenografik
Pemeriksaan roentgenografik, yang dilihat dari posisi anteroposterior dan
mempunyai
cairan radiopak kadaluarsa yang tidak dapat digunakan pada pasien hidup tetapi
adekuat untuk digunakan pada pemeriksaan patologik. Untuk mendapatkan X-ray
optimal pada janin yang meringkuk atau menyimpang sebagai akibat dari fiksasi,
masking tape atau pita sangat berguna. Apabila janin sangat menyimpang yang
menarik ke atas tepi film setelah menahan dengan pita, sudutnya dapat diturunkan
dengan menggunakan pita atau dengan bobot kecil dari skala balance-type. Pita
ditempatkan pada bagian tubuh yang perlu diluruskan tepat pada pembungkus luar
dari mammogram film. 7,8
3
III.
Fotograf
Foto adalah yang paling penting terutama pada saat melakukan otopsi
embrio, janin atau bayi. Fitur eksternal dapat memberikan satu-satunya informasi
yang diperlukan untuk membuat diagnosis sindrom malformasi. Foto-foto harus
cukup dekat untuk menggambarkan fitur yang tidak normal dengan titik acuan
yang memadai yang tersisa di lapangan dan latar belakang yang minimal. Fotofoto in situ dapat sangat membantu, menjaga hubungan anatomi dan
menggambarkan lesi visceral sebelum pengeluaran isi dan fiksasi. Pada otopsi
pediatri, foto yang bagus lebih berharga daripada sejumlah besar bagian
mikroskopik. 7,8
Foto dan ilustrasi juga dapat membantu dalam mengidentifikasi jaringan
yang dikirimkan untuk pemeriksaan mikroskopis. Pada beberapa kasus yang
kompleks, bagian mikroskopik diperlukan untuk identifikasi jaringan. 7,8
Gambar 1. (A) Janin pada minggu ke-14 kehamilan dengan dugaan asplenia pada
ultrasound. Bronkus simetris dikonfirmasikan dengan injeksi bahan radiopak ke
dalam trakea (T). (B) Studi injeksi pada bayi dengan sirenomelia, menunjukkan
dua arteri umbilicus. Panah hitam menunjuk tempat di mana aorta diikat sebelum
disuntik dan panah putih menunjuk ikatan pada tali pusar (S-spi
4
Gambar 2. (A) Pandangan anteroposterior dan (B) lateral pada janin yang
diletakkan diatas mammogram film untuk studi dengan menggunakan Faxitron.
IV.
dewasa karena orang tua ingin mengetahui informasi lebih lanjut tentang kematian
anak mereka dan implikasi untuk masa depan kehamilan. Keadaan ini memang
rumit, namun pemeriksaan patologis yang sangat berharga dapat dilakukan dari
tahap embrionik sehingga masa kanak-kanak. Ketika dikombinasikan dengan
informasi klinis, pemeriksaan yang sangat teliti ini dapat memberikan informasi
yang diperlukan untuk mendidik keluarga mengenai kehamilan di masa depan.
Pemeriksaan post-mortem meningkatkan standar pengobatan dan perawatan untuk
masa depan.3,4,5,6,7
Anatomi normal orang dewasa dan anak adalah sama, namun otopsi
prenatal / pediatri adalah sangat berbeda. Keragaman dan kompleksitas anomali
kongenital ditemukan pada otopsi perinatal dan fetal ini tidak ada habisnya dan
prosector harus siap untuk menghabiskan waktu yang diperlukan untuk
mendemonstrasi anomali ini. Prosedur yang rinci ini dapat diubah untuk
5
informasi tentang kematian perinatal atau neonatal lainnya. Laporan dan foto USG
sangat bermakna termasuk studi dari kehamilan sebelumnya dan/atau kematian
janin.7,8
Apabila bayi dirawat inap di rumah sakit, grafik (chart) harus diperiksa
secara teliti dan menyeluruh. Diskusi bersama dokter yang merawat adalah hal
yang baik karena ini memungkinkan otopsi yang lebih terarah pada kasus-kasus
tertentu. Bayi prematur, terutama yang berumur kurang dari 37 minggu biasanya
dirawat dalam jangka waktu yang lama dan dapat memperlihatkan karekteristik
penemuan fisik yang berkaitan selama proses rawat inap. Hal ini mencakup
diameter kepala biparietal yang datar atau dolichocephali yang terjadi akibat
baring yang lama pada salah satu sisi kepala; mata menonjol keluar atau proptosis
akibat dari tertundanya proses perkembangan mata. Pertumbuhan panjang tubuh
dan lingkar kepala lebih besar dari pertumbuhan berat badan.7,8
Tabel 1 : Definisi Umum
Prematuritas
Kelahiran
kurang
dari
37
minggu
kehamilan.
Berat badan lahir kurang dari persentil 5
yang diharapkan untuk usia kehamilan /
Usia Kehamilan
gestasi.
Usia pada saat kelahiran yang dihitung
dari
hari
pertama
haid
terakhir
Umur post-konsepsi
(HPHT)
Total usia yang diukur dari perkiraan hari
Post-maturity
Neonatal
Early neonatal period
Trimester pertama
Trimester kedua
Trimester ketiga
kehamilan.
28 hari pertama kehidupan
7 hari pertama kehidupan
12 minggu pertama kehamilan
12 24 minggu kehamilan
24 - 42 minggu kehamilan
c) Pertimbangan Pre-otopsi
7
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
Jarak interpupiler
ix.
Panjang celah
Semua pengukuran ini adalah pengukuran dasar yang minimal yang harus
dilakukan pada setiap otopsi pediatri atau janin.7,8
Panjang ujung kepala sampai bokong (crown - rump length) biasanya dua
pertiga dari panjang ujung kepala sampai tumit (crown - heel length). Panjang
ujung kepala sampai bokong (crown - rump length) dan lingkar kepala (head
8
circumference) tidak berbeda lebih dari 1,0 cm; perbedaan yang bermakna
menandakan megaensefali atau mikroensefali. Perut yang besar mungkin
menandakan terdapatnya pembesaran ginjal atau tumor. Panjang kaki (foot length)
sangat berguna terutama pada janin dengan usia gestasi awal, bayi dengan
kelainan utama (anensefali) dan dalam pelebaran dan evakuasi spesimen dimana
kaki yang utuh merupakan satu-satunya pengukuran yang bisa dilakukan.
Pengukuran wajah sangat membantu dalam menentukan hipo atau hipertelorism.7,8
Pemeriksaan eksternal dilakukan secara sistematis pada semua janin tanpa
memperkirakan usia gestasi. Waktu kematian janin ditentukan oleh tingkat
maserasi. Vernix caseosa dapat dideteksi kira-kira pada minggu 30 gestasi. Pada
kasus bayi lahir mati, vernix caseosa tidak ditemukan atau hanya sedikit
ditemukan pada awal kelahirannya. Sebaliknya, pada janin dengan maserasi, dapat
ditemukan dalam waktu yang lama pada lipatan kulit seperti axilla, pangkal paha
dan di belakang telinga. Vernix caseosa biasanya berwarna kuning-putih. Warna
hijau menandakan penyakit pada saat kehamilan. Apabila diduga adanya
mekonium, kapas (cotton swab) ditempatkan pada kanalis auditoris eksternal
dan/atau lubang hidung. Warna hijau pada kapas menandakan terdapatnya
mekonium. Edema juga harus diperiksa terutamanya pitting-edema pada bagian
anterior tungkai bawah bagian distal dan permukaan dorsum kaki. Jaundice dapat
diperiksa dengan melihat sklera dan sianosis diperiksa pada kuku tangan.7,8
10
11
Warna dan kondisi hidrasi gingiva dan mukosa diperiksa. Kemudian beralih ke
lidah dan permukaannya dan diikuti oleh leher.7,8
Gambar 6. Penentuan posisi normal telinga. Panah putih Occipital notch, panah
hitam- sudut mata. Garis imajiner seharusnya bisa ditarik dan garis tersebut akan
melewati bagian tengah heliks (midupper portion)
12
Bagian dada dan perut diperiksa apakah simetris atau tidak dan jarak
antara puting diukur. Jika sebagian dari tali pusat masih melekat pada pada perut,
itu harus diukur dan tempat penyisipannya diperiksa. Ekstremitas dinilai untuk
menentukan pertumbuhan normal dan jumlah jari dicatat. Sendi diperiksa untuk
menentukan tingkat maserasi dan rentang waktu kematian janin intrauterine.
Axilla, fossa antikubital dan fossa popliteal diperiksa untuk pterygia.7,8
Genitalia eksterna diperiksa untuk fenotip laki-laki atau perempuan dan
pertumbuhan normal menurut usia gestasi. Pada bayi laki-laki, kantung skrotum
harus dipalpasi untuk menentukan ada tidaknya testis. Penis dan urethra turut serta
diidentifikasi. Pada perempuan, vagina dan pembukaan urethra diidentifikasi dan
vagina diperiksa. Anus turut diperhatikan dan diselidiki. Tubuh bagian belakang
diperiksa apakah ada kelainan atau skoliosis.7,8
e) Pemeriksaan Internal/dalam
1. Sayatan Awal
Tubuh diletakkan pada sebuah blok sehingga bahu dan dada dinaikkan
melebihi permukaan diseksi dan leher berada pada posisi hiperekstensi. Hal ini
memungkinkan exposur yang optimal pada sayatan awal. Sayatan berbentuk Y
digunakan, memperpanjang lengan Y sampai ke atas bahu untuk membebaskan
kulit di atas aspek anterior dari leher. Lengan Y diperpanjang di sekitar aspek
lateral dan melewati bawah puting untuk bertemu kemudian pada bagian bawah di
garis tengah pada prosessus xiphoideus. Sayatan vertikal kemudian dilakukan di
garis tengah dari prosessus xiphoideus hingga ke simfisis pubis. Sayatan ini harus
diperpanjang di sekitar bagian kiri umbilikus.7,8
Lipatan kulit atas dada ditarik ke atas pada saat pemisahan perlengketan
pada dinding dada. Otot dan jaringan fibrosa harus sepenuhnya dilucuti supaya
tulang rusuk dan klavikula terlihat. Torehan yang kecil dilakukan berdekatan
dengan vena umbilikalis dan gunting digunakan untuk membuka kavum
abdominalis. Apabila terdapat cairan ascites, sampel diambil untuk tujuan kultur
dengan menggunakan jarum suntik yang steril. Satu jari dimasukkan pada bagian
13
bawah umbilikus dan di sepanjang dinding abdominal bagian dalam untuk meraba
arteri umbilikalis, yang panjang sampai kedua sisi kandung kemih.7,8
B
14
15
Gambar 10. Penampilan tubuh setelah refleksi kulit dari chest plate dan abdomen
lateral.
2. Pemeriksaan in situ abdomen
Kubah diafragma (dome of diaphragm) diperiksa dan posisinya dicatatkan.
Hal ini dilakukan dengan menempatkan jari pada setiap sisi diafragma dan tulang
rusuk dihitung dan dicatat pada protokol. Batas rendah hati kemudian diukur.
Apabila terjadi pneumothoraks, diafragma pada sisi yang terkena akan tergeser ke
bawah dari posisi asal dan menjadi datar atau menggembung ke dalam cavum
abdominalis. Organ-organ abdomen diperiksa posisinya. Warna, ukuran dan
hubungan antara organ dicatat. Posisi mesenterik dan appendiks diperiksa dan
dicatat. Untuk memeriksa dasar mesenterik dan kelenjar getah bening
mesenterika, usus kecil harus ditarik ke arah kanan. Perlekatan mesenterika yang
normal memanjang secara oblik melewati dinding posterior abdomen dari
ligamentum Treitz di bagian kiri atas ke bagian bawah ginjal kanan. Panjang
normalnya adalah kira-kira 2 cm. Pada perempuan, uterus, tuba fallopi dan
16
Gambar 11. Ilustrasi pengukuran hati secara in situ. Metode ini menilai derajat
batas bawah hati yang memanjang secara kaudal ke dalam abdomen.
3. Pemeriksaan in situ toraks
Jika diduga terjadi pneumotoraks, pelat dada (chest plate) tidak bisa
dibuka sebelum pneumotoraks didokementasikan. X-ray postmortem juga dapat
membantu memprediksi pneumotoraks.7,8
Identifikasi pneumotoraks
Jika diduga terjadi pneumotoraks, dinding dada dan diafragma harus
dibiarkan utuh. Setelah kulit, jaringan subkutan dan otot telah dipisahkan dari
tulang rusuk, palung dapat dibentuk pada sudut di mana jaringan lunak bertemu
tulang rusuk. Daerah ini dapat diisi dengan air dan dada kemudian ditusuk di
bawah garis air (water line) dengan menggunakan jarum suntik atau skalpel. Jika
ada udara di dada, gelembung udara akan terlepas dan masuk ke dalam air dan
menandakan terdapatnya pneumotoraks. Jarum suntik yang berisi air juga dapat
digunakan di mana jarum disuntik pada dinding dada anterior lateral di ruang
interkostal. Setelah ditusuk dengan jarum, gelembung udara akan terlihat masuk
ke dalam air di dalam jarum suntik.7,8
17
Pelat
dada
(chest
plate)
diangkat
dengan
memisahkan
sendi
sternoklavikular pada kedua sisi menggunakan skalpel. Bagian kondral dari tulang
rusuk dipotong dalam betuk V terbalik, kira-kira 4 mm dari costochondral
junction. Processus xiphoideus diperiksa untuk menilai kelainan. Tulang rusuk
diangkat menggunakan forsep bergigi yang memegang pada prosessus xiphoideus
dan perlekatan fibrous (fibrous attachments) dipotong sedekat mungkin dengan
tulang. Kantung perikardium harus diusahakan agar tetap utuh.7,8
Gambar 12. Potongan berbentuk V terbalik pada pelat dada (chest plate).
(X prosessus xiphoideus).
18
secara paralel / sejajar dengan diafragma memanjang hingga ke bagian dasar dari
vena kava inferior (IVC) di sebelah kanan dan tepat dibawah vena pulmoner (PV)
di sebelah kiri. Di sebelah kiri, gunting ditempatkan secara tegak lurus /
perpendikuler dari diafragma dan datar terhadap vena pulmoner yang memasuki
atrium kiri. Potongan dibuat sehingga mencapai arteri pulmoner kiri.7,8
Gambar 14. Irisan kecil dibuat pada perikardium dan aspek inferior dari
perikardium dipotong secara parallel / sejajar dengan diafragma (tanda panah).
Potongan memanjang hingga ke bagian dasar dari vena kava inferior (IVC) di
sebelah kanan dan tepat dibawah vena pulmoner (PV) di sebelah kiri. [T timus;
RL paru kanan; LL paru kiri; L hati].
20
21
Gambar 16. Di sebelah kanan, gunting ditempatkan secara tegak lurus atau
perpendikuler terhadap diafragma, dan perikardium dipotong sedekat mungkin
dengan vena kava. (A aorta, RA atrium kanan, * - vena kava superior, RL
paru kanan, panah vena kava inferior)
Gambar 17. Jarum suntik steril dimasukkan ke dalam atrium kanan (panah)
untuk mendapatkan kultur darah (T timus, H jantung, D diafragma).
Timus kemudian dipisahkan dari perikardium dan ditimbang. Jika vena
brachiocephalic (innominate) kiri tidak dapat diidentifikasi, harus dicurigai
22
adanya persistent left superior vena cava (PLSVC). Cardiothoracic ratio dihitung.
Bagian toraks diperiksa dengan memperhatikan lobus paru serta posisi dan apeks
jantung. Pembuluh darah besar diperiksa termasuk pembuluh darah yang
bercabang dari arkus aorta dan duktus arteriosus. Duktus arteriosus, arkus aorta
dan aorta descendens yang terletak distal dari duktus dapat dilihat lebih baik
dengan mengangkat paru kiri dari cavum pleura.7,8
23
Gambar 19. A) Persistent left superior vana cava (PLSVC) [L], pandangan
anterior. Vena kava superior di sebelah kanan [R] pada posisi biasa, dengan vena
brachiocephalic hipoplastik (panah) [RA right atrial appendage, A Aorta]. B)
Ilustrasi pandangan posterior persistent left superior vana cava (PLSVC) [A
Aorta, PA arteri pulmoner, SVC vena kava superior, IVC vena kava inferior,
RA - atrium kanan].
24
Gambar 20. Gambaran duktus arteriosus (panah), arkus aorta (AA) dan aorta
descendens (DA) ketika paru kiri diangkat dari rongga pleura.
Duktus arteriosus harus selalu diperiksa apakah terdapat stenosis atau
atresia. Posisi trunkus aorta terhadap trunkus pulmoner juga harus diperhatikan.
Pembuluh darah yang bercabang dari arkus aorta dan origo arteri koroner
diidentifikasi. Topografi arteri koroner dapat menentukan posisi septum ventrikel
dan menjadi indikator yang sangat baik untuk posisi dan ukuran ventrikel.
Manuver Taussig dapat digunakan untuk menilai koneksi vena pulmonalis in-situ.
Banyak informasi yang dapat diperoleh dari pemeriksaan eksternal jantung yang
dapat digunakan untuk memprediksi penyakit jantung kongenital. Sebelum
25
eviscerasi, jantung harus dibuka secara in-situ, terutama jika penyakit jantung
congenital dicurigai. Prosedur ini akan mengidenfitikasi dan mempertahankan
koneksi vaskular yang abnormal yang mungkin hilang jika tidak diidentifikasi
sebelum eviscerasi.7,8
4. Pembukaan jantung in situ
Pembukaan jantung in situ memungkinkan dokumentasi semua hubungan
normal dan/atau abnormal sebelum organ diangkat dari tubuh. Prosedur ini
tampak kompleks tetapi merupakan satu prosedur langsung ketika mengikuti
aliran darah, memeriksa setiap ruang sewaktu dibuka, dan menggunakan arteri
koroner sebagai panduan untuk menghindari septum. Pendekatan sistematis ini
dapat diubah untuk mengakomodasi kasus individu masing-masing. Enam
langkah dasarnya adalah sebagai berikut:7,8
1) Satu irisan dibuat pada aspek lateral atrium kanan. Gunting dimasukkan
dan vena kava superior dibuka, potongan dibuat sampai ke vena
brachiocephalic kiri. Vena kava inferior yang terletak pada bagian inferior
dari diafragma juga dibuka.
2) Dinding atrium kanan diangkat dengan forsep dan satu ujung dari gunting
dimasukkan ke dalam atrium kanan, aspek inferior pada dinding atrium
kanan kemudian dipotong. Atrium kanan dan lubang katup trikuspid
diperhatikan. Potongan dilanjutkan dari katup trikuspid ke apeks ventrikel
kanan, menggunakan posterior descending coronary artery (PDCA)
sebagai panduan untuk septum. Potongan ini harus dibuat sekitar 1 cm di
atas PDCA untuk menghindari terpotongnya septum interventrikuler.
Ventrikel kanan diperiksa.
3) Dengan menggunakan anterior descending coronary artery (ADCA)
sebagai panduan, potongan dibuat pada bagian luar ventrikel kanan dari
apex melewati katup pulmoner dan ke arteri pulmonalis kiri. Pembukaan
arteri pulmonalis kiri memungkinkan duktus arteriosus tetap utuh. Jika
duktus arteriosus dibuka ke aorta, hal ini dapat membuat sebuah gambaran
yang membingungkan untuk prosectors yang tidak berpengalaman.
4) Iris ujung atrium kiri dan masukkan gunting, potongan dilakukan ke setiap
26
vena
pulmonalis
kiri.
Vena
pulmonalis
kanan
diperiksa
untuk
Gambar 21. Irisan dibuat pada dinding lateral atrium kanan dan potongan dibuat
ke bawah
27
Gambar 22. Potongan kedua dibuat dari atrium kanan melewati katup trikuspid
dan ke dalam ventrikel kanan dengan menggunakan posterior descending
coronary artery (PDCA) sebagai panduan ke septum. Katup trikuspid dan
trabekula kasar ventrikel kanan dapat dilihat (FOforamen ovale, SVC vena
kava superior, IVC vena kava inferior, A aorta)
Gambar 23. Potongan dibuat dari apeks ventrikel kanan melalui saluran keluar
ventrikel kanan, melalui arteri pulmonalis utama (PA) dan ke arteri pulmonalis
kiri
(***)
sebagai panduan untuk septum. (A aorta, SVC vena kava superior, pahan
hitam duktus arteriosus, TV katup trikuspid, RL - paru-paru kanan).
28
Gambar 24. Apeks jantung diangkat dari dada dan ke arah kanan untuk
memperlihatkan atrium kiri. Irisan dibuat di atrium kiri dan vena pulmonalis kiri
(panah) dibuka. (LAA left atrial appendage, PA arteri pulmonalis).
Gambar 25. Potongan dibuat di sepanjang dinding posterior atrium kiri, melewati
katup mitral dan ke dalam ventrikel kiri (LV). Posterior descending coronary
artery sekali lagi digunakan sebagai panduan untuk septum. (panah vena
pulmonalis kiri)
29
Gambar 26. Potongan terakhir dibuat dari puncak ventrikel kiri (LV) sepanjang
dinding anterior ventrikel kiri untuk membuka saluran keluar ventrikel kiri.
Anterior dencending coronary artery digunakan sebagai panduan untuk septum.
Ada serat kesinambungan (panah) antara katup aorta dan selebaran anterior dari
katup mitral.
Gambar 27. Jantung in situ dengan ikatan pada pembuluh darah yang bercabang
dari arkus aorta. Pembuluh darah yang diikat adalah; 1) arteri subklavian kanan,
2) arteri karotis komunis kanan, 3) arteri karotis komunis kiri, 4) arteri subklavian
kiri (P - arteri pulmonalis, RA right atrial appendage, T trakea).
30
31
Gambar 28. (A) Diseksi tumpul trakea dan esofagus dari tulang belakang (T
trakea, A aorta, RL paru kanan, D diafragma), (B) Gunting digunakan untuk
membebaskan jaringan lunak sebagai persiapan untuk mengangkat keluar lidah
dan/atau pengeluaran bagian dalam (LL paru kiri, DA aorta descendens, D
diafragma).
32
33
Gambar 29. Diseksi jaringan lunak di leher, memperlihatkan tiroid (panah) dan
laring. Organ-organ toraks diangkat dengan lembut dan potongan V terbalik
dibuat di atas tulang hyoid dalam persiapan untuk pengeluaran isi dalam /
evisceration.(T trakea, A aorta).
Gambar 30. Diafragma kanan (RD) dipotong sepanjang kontur dinding tubuh
menggunakan gunting sebagai persiapan untuk pengeluaran isi dalam /
evisceration Hal yang sama dilakukan di sebelah kiri, memperluas kedua
potongan hingga ke tulang belakang (L hati).
34
Gambar 31. Organ toraks diangkat dari rongga dada sebelah kiri setelah reseksi
diafragma
lunak di bagian posterior aorta descendens (A) sepanjang tulang belakang (S)
sampai ke ginjal. Potongan yang sama dibuat di sisi kanan. (H- jantung, Ccolon).
35
36
Gambar 33. Insisi (titik) kulit kepala sebagai persiapan untuk pengangkatan otak.
Potongan diperpanjang dari belakang salah satu telinga, ke atas, melewati puncak
kranium dan kemudian turun ke belakang telinga yang lain.
Gambar 34. Pandangan lateral kalvarium setelah refleksi dari kulit kepala.
37
Gambar 35. A) Gambaran insisi berbentuk tanda tanya di kulit kepala sebagai
persiapan pengangkatan otak dan melihat isi servikalis dari kanalis spinalis.
Pandangan aspek posterolateral kiri.
Gambar 35. B) Gambaran insisi berbentuk tanda tanya di kulit kepala sebagai
persiapan pengangkatan otak dan melihat isi servikalis dari kanalis spinalis.
Pandangan aspek posterolateral kiri.
38
Gambar 36. A) Insisi di tengkorak dimulai dengan irisan kecil (garis-garis hitam)
pada aspek anterior lateral fontanel anterior (AF) (panah, sinus sagital). B)
Ilustrasi potongan (garis titik-titik) yang dibuat di kalvarium untuk mengekspos
otak. C) Ilustrasi kranium yang dibuka dan sutura sagital. Garis patah
39
40
Pada bayi yang lebih tua di mana kalvarium telah menjadi lebih tebal,
gunting tidak bisa digunakan lagi. Gergaji diperlukan dan satu potongan yang
hampir sirkular dibuat untuk mengangkat penutup tengkorak. Potongan ini dibuat
mengelilingi satu daerah angulasi pada setiap sisi. Dekat dengan aspek temporal
dan occipital, tulang sering menjadi sangat tebal dan lebih sulit untuk gergaji.
Kalvarium kemudian dapat diangkat keluar dan otak dapat diangkat seperti yang
dijelaskan.7,8
Satu metode alternatif untuk pengangkatan otak adalah dengan membuat
satu potongan sirkular di dalam kalvarium dan kemudian mengangkat otak
bersama dengan penutup tengkorak. Otak kemudian dapat mengapung keluar dari
kalvarium di dalam air atau formalin. Hal ini memelihara otak agar tetap intak
tanpa perlu dipegang. Otak dapat ditimbang dengan tengkorak dan setelah
pengapungan
otak,
berat
penutup
tengkorak
dikurangi
dari
berat
Gambar 37. Otak yang diangkat dari dalam penutup tengkorak bagian atas.
8. Hipofisis
41
distal
dari
duktus
arteriosus.
Jika
ada
kelanjutan azygos dari IVC yang tidak diidentifikasi sebelum eviserasi, vena
azigos akan terletak posterior dan sedikit ke kanan dari aorta abdominal. Ketika
aorta dibuka pada aspek posteriornya, vena azigos dan/atau vena renalis kiri akan
ditranseksi.7,8
Gambar 38. Blok Organ ditempatkan pada permukaan diseksi dengan aspek
ventral menghadap ke bawah. Aorta (A) di buka dari posterior di sepanjang
panjang aorta hingga tepat di bawah duktus arteriosus. Arteri renalis kiri (panah)
telah dibuka, dan gunting berada di dalam arteri renalis kanan (RK, ginjal kanan;
LK, ginjal kiri; E, esofagus; LL, paru-paru kiri; RL, paru-paru kanan).
44
Gambar 39. Perlangsungan azigos dari vena kava inferior. Vena azigos (AV)
terletak sedikit ke kanan dan posterior ke aorta (A) ketika memanjang ke
abdomen. Vena renalis kiri (LV) akan berjalan posterior ke aorta berlawanan
dengan posisi normalnya yang berada di anterior (LK, ginjal kiri; RK, ginjal
kanan; panah, arteri renalis kiri dan kanan).
IVC dibuka dari posterior ke tempat masuknya di hati, dan pembuluh
darah ginjal dibuka. Pembuluh darah ginjal dapat dibiarkan melekat atau
dipisahkan. Jika dipisahkan, IVC harus tercermin pada porta hepatis.
Mencerminkan daun diafragma jauh dari adrenal dan dengan berhati-hati
mengangkat setiap adrenal dengan sebagian besar menggunakan diseksi tumpul.
45
Gambar 40. Vena kava inferior (IVC) telah dibuka ditempat masuknya ke hati.
Vena renalis kiri dan kanan dibuka dengan cara yang sama seperti arteri renalis.
Puncak diafragma (D) telah di refleksi, dan adrenal kiri (LA) sedang dilepaskan
dari perlengketannya (RA, adrenal kanan; RK, ginjal kanan; LK, ginjal kiri; S,
limpa).
Melepaskan adrenal pada titik ini memungkinkan untuk memudahkan
identifikasi, karena ginjal masih dalam posisi anatominya. Timbang adrenal
bersama-sama. Adrenal adalah dibelah secara serial. Ginjal dapat didiseksi dari
blok, berhati-hati untuk menjaga ureter. Kandung kemih dan genitalia interna pada
wanita dapat didiseksi bebas dari rektum dan anus kecuali ada sebuah anomali
(yaitu, fistel rektovesikal). Kandung kemih, vagina dan uterus dibuka bersama
dengan ureter. Uterus, serviks, dan vagina dapat dipisahkan dari kandung kemih.
Ginjal ditimbang dan dibagi. Balikkan blok organ, dengan sisi anterior
menghadap atas, potong duodenum di sekitar tingkat ligamentum Trietz.
Lepaskan mesenterium usus kecil dengan gunting Metzenbaum sedekat mungkin
dengan usus. Jika beberapa mesenterium yang tersisa melekat pada usus, ia akan
46
melengkung,
mencegah
mudahnya
pembukaan.
Kelenjar
getah
bening
mesenterika diperiksa dan dibelah. Usus kecil dan besar dibuka dan isinya dan
status dari mukosa dicatat.7,8
Struktur Portal diperiksa dengan mengekspos vena portal dan arteri
hepatik. Vena portal dibuka. Sebelum memotong vena portal, vena lienalis dibuka
karena memanjang dari vena portal di bagian atas pankreas ke hilus splenikus.
Arteri hepatik dibuka. Pada bayi yang lebih besar, saluran empedu diperiksa dan
dapat dibuka, memperpanjang pemotongan melalui duktus komunis ke ampula
Vater.7,8
Gambar 41. (A) Vena porta yang utuh (panah). Hemostat menarik vena kava
inferior (GB, kandung empedu; P, pankreas; S, limpa; panah, vena splenikus). (B)
untuk membuka vena splenikus (panah), potongan diperpanjang dari vena porta
(PV) yang terbuka, melewati bagian atas pankreas (P) ke hilus splenikus (S,
limpa; L, hati; GB, kandung empedu).
Meremas kantong empedu secara lembut akan menunjukkan beberapa
empedu melalui duktus sistikus, mengkonfirmasi patensinya. Meremas kantong
empedu dapat menilai patensi saluran empedu di janin kecil. Empedu akan
47
berjalan melalui ampula Vater ke dalam duodenum. Dalam hal ini, kandung
empedu harus dibedah dari tempatnya sehingga hati tidak rusak di bawah
tekanan. Vena umbilikalis dan duktus venosus (jika paten) harus dibuka. Lemak
perisplenic diperiksa untuk aksesori limpa, dan limpa diangkat, ditimbang, dan
dibagi.7,8
dari posterior ke karina dan ke setiap bronkus utama. Morfologi bronkial dinilai.
Paru-paru dibelah dan hati diperiksa lagi dengan mengikuti aliran darah. Pada titik
ini, setiap anomali kongenital didokumentasikan dan difoto dengan baik.
Tergantung pada anomali yang diidentifikasi, blok organ dapat dibiarkan utuh atau
sebagian utuh. Anomali mempertahankan hubungan mereka dan spesimen
pengajaran yang sangat baik.7,8
Gambar 43. (A). Esofagus (E) dibuka sepanjang aspek posterior (RL, paru kanan;
LL, paru kiri; D, diafragma). (B). Esofagus (E) dengan hati-hati dibelah dari
trakea (T) dengan gunting (RL, paru kanan; LL, paru kiri.
49
Gambar 44. (A) Jantung (H) dan hati (L) tetap melekat oeh vena kava inferior
(panah). Dengan forsep memegang vena kava inferior, skalpel digunakan untuk
mmbuat potongan elips ke hati. (B) sepotong hati (L) tetap melekat ke vena kava
inferior untuk orientasi cepat pada jantung. Ini sebagai titik awal untuk orang
yang tidak berpengalaman saat melihat ke setiap jantung, normal atau tidak.
Tabel 4
Pemeriksaan Mikroskopik Rutin
Trakea dengan tiroid, esofagus, dan paratiroid (potongan
silang)
Jantung (2 potongan): atrium kanan, katup trikuspid dan
ventrikel kanan
Atrium kiri, katup mitral dan ventrikel kiri (potongan diambil
selama insisi dibuat ketika jantung dibuka)
Paru-paru, kiri dan kanan (setidaknya satu potongan dari tiap
lobus)
Gastroesophageal junction
Pilorus
Usus kecil
Usus besar
Pankreas (kaput dan ekor)
Hati
Ginjal (kiri dan kanan)
Kandung kemih
Rib with costochondral junction
Prostat
Uterus, serviks, dan vagina
Testis atau ovarium
Payudara
Timus
Limpa
Nodus limfatikus mesenterika
Lidah
50
Diafragma
M.Psoas
Kulit
Umbilikus (jika satu bagian tetap melengket pada abdomen)
Korpus vertebra
51
interval 1 cm di otak. Otak yang lebut harus dipotong pada interval yang lebih
besar untuk menjaga bentuk anatomi. Ukuran dan bentuk dari ventrikel
dicatat bersama dengan penampilan ependima.7,8
Batang otak dipisahkan dari serebellum dengan memotong melalui
pedunkel serebellar menggunakan skalpel yang tajam. Pembelahan serial dari
serebellum dibuat pada bidang horisontal, mulai dari permukaan superior. Irisan
ditambahkan ke nampan dengan cerebrum dengan permukaan inferior di atas
nampan, tepi ventral menunjuk jauh dari pembuat irisan dan dengan sisi kanan di
sebelah kanan.7,8
Batang otak dibelah secara serial dengan interval 2 mm dari rostral ke
kaudal. Hal ini ditampilkan di atas nampan dengan sisa otak. Permukaan kaudal di
atas nampan dengan sisi ventral menghadap atas dan sisi kanan di sebelah kanan.
Ukuran aquaduktus silvii dan ventrikel keempat dinilai, dan anatomi normal
diidentifikasi. 7,8
Dura yang mengelilingi korda spinalis diinsisi pada garis tengah aspek
ventral dan dorsal di sepanjang seluruh panjangnya. Aspek anterior dan posterior
korda diperiksa, dan korda dipotong melintang di berbagai tingkat tanpa
memotong melalui dura. Korda harus dibiarkan menempel pada dura untuk
mempertahankan orientasi anatomi.7,8
Setiap lesi yang diidentifikasi harus diukur dan lokasi anatomi mereka
dijelaskan dengan tepat. Sebelum pembelahan, foto harus diambil. Lesi spesifik
harus dibelah. Jika otak tampak normal, pembelahan representatif harus dilakukan
dan lokasi mereka tercatat pada daftar blok.7,8
Diameter transversal cerebellar ditetapkan dengan baik dalam USG
sebagai parameter yang dapat diandalkan untuk memperkirakan lama kehamilan.
Jika pertumbuhan dibatasi, otak kecil biasanya terhindar, membuat diameter
cerebellar transveral yang penunjuk usia kehamilan yang dapat dipercaya bahkan
ketika parameter lainnya jatuh dari kurva pertumbuhan yang sesuai.7,8
53
Gambar 46. Sebuah ilustrasi otak yang dilihat dari basisnya, dengan batang otak
dan serebellum diangkat, memperlihatkan posisi untuk pemotongan dan potongan
menyilang. Potongan standar untuk pemeriksaai mikoskopik di tunjukkal oleh
persegi empat pada gambar.
13. Artefak
Robekan yang tidak teratur di dinding abdomen merupakan kejadian yang
sering terjadi. Robekan tersebut terjadi sebagai akibat dari maserasi atau
persalinan manual. Ujung ujung robekan biasanya tidak teratur dan, jika dekat
dengan umbilikus, tidak boleh dikelirukan dengan gastroschisis atau omfalokel.
Kandung kemih yang membesar disebabkan oleh rupturnya katup uretra posterior.
Riwayat persalinan biasanya akan mengklarifikasi hal ini.7,8
54
Gambar 47. Robekan pada dinding abdomen kanan dengan lengkungan usus
menonjol keluar dari robekan
14. Otopsi Lahir Mati
Pada pemeriksaan eksternal, derajat maserasi harus dinilai dan
dibandingkan dengan riwayat klinis pergerakan janin dan/atau detak jantung janin
yang terakhir diketahui. Dengan mengamati derajat kelicinan dan lepuh kulit,
kelemahan sendi dan ada atau tidak adanya tumpang tindih tulang tengkorak akan
memungkinkan Anda untuk memprediksi lamanya waktu janin tersebut meninggal
di rahim.7,8
Seberapa luas pemeriksaan yang harus dilakukan pada maserasi bayi?
Pemeriksaan harus dilakukan menyeluruh, dengan konsep unit maternal-fetalplasenta digunakan untuk mengeksplorasi banyaknya variabel untuk penyebab
kematian janin di dalam rahim.7,8
Ketika memeriksa tubuh bayi lahir mati, penting untuk mengidentifikasi
setiap anomali kongenital, secara eksternal maupun internal. Anamnesis riwayat
persalinan yang baik, bersama dengan pemeriksaan USG, dapat sangat bermanfaat
ketika berhadapan dengan janin maserasi. Mengidentifikasi kelainan genetik
seperti salah satu trisomi atau penyakit polikistik ginjal penting untuk dilakukan.
Suatu pemeriksaan eksternal dan in situ yang menyeluruh harus dilakukan seperti
yang dijelaskan sebelumnya dalam bab ini, bersama dengan pemeriksaan plasenta
yang terperinci. Berat dan ukuran tubuh sangat membantu untuk memperkirakan
55
Intrauterina
4 jam
Ginjal
Histologi
Plasenta
hilangnya
Bercak
Kariorheksis
deskuamasi 1
inravaskular
cm;
perubahan
Deskuamasi pada
wajah, punggung,
abdomen
18 jam
Deskuamasi 25%
dari tubuh, atau
dua regio tubuh
atau lebih
24 jam
pada abdomen
Deskuamasi
moderat
56
7,86 jam
Setiap
kompresi
kranialis
48 jam
luar
pembuluh darah
multifokal
72 jam
Deskuamasi >75%
tubuh
96 jam
Tumpang
Mulut
lebar
gastrointestinal:
kehilangan
maksimal
basofil nuklear.
Kelenjar
kehilangan
adrenal:
maksimal
basofil nuklear
Trakea: hilangnya basofili
nuklear kondrosit.
2 minggu
Mumifikasi
Perubahan luas
(dehidrasi,
pada
kompresi,
vaskular
berwarna
kecoklatan)
lumen
Fibrosis
luas
pada
vilii
terminal
28 hari
Ginjal:
kehilangan
57
Data dari Genest DR, Williams MA, Greene MF. Estimating the time of death in
stillborn fetuses: I. Histologic evaluation of fetal organs: An autopsy study of 150
stillborns. Obstet Gynecol 1992;80:575; Genest DR. Estimating the time of death
in stillborn fetuses: II. Histologic evaluation of the placenta: A study of 71
stillborns. Obstet Gynecol 1992;80:585; Genest DR. Estimating the time of death
in stillborn fetuses: III. External fetal examination: A study of 86 stillborns, Obstet
Gynecol 1992;80:597,8.
58
59
Gambar 48. Stadium maserasi berbeda pada kelahiran mati. (A) Awal kematian,
sekitar 4-6 jam. Fetus menunjukkan hiperemia pada kulit wajah dan perdarahan
peteki pada dada. (B) Bercak deskuamasi kulit sekitar 1 cm dengan bulla.
Kematian fetus sekitar 8-10 jam. (C) Fetus dengan deskuamasi kulit sekitar 25%
dengan perubahan warna kulit. Kematian fetus sekita 18-24 jam. (D) Fetus dengan
kulit licin dan kompresi kranialis. Kematian diperkirakan 7,86 jam. (E) Fetus
dengan kompresi kranialis (panah), yang menunjukkan tanda spalding.
.
Tergantung pada tingkat maserasi, menimbang berat organ mungkin
berguna atau tidak berguna. Penentuan ini harus dilakukan pada berdasarkan
kasus per kasus. Hal ini juga berlaku untuk pemeriksaan mikroskopis. Kasus
maserasi berat tidak perlu dibelah terlalu luas. Tulang seringkali terawat dengan
baik pada bayi lahir mati yang maserasi. Paru-paru dan plasenta harus secara rutin
diperiksa secara histologis, terlepas dari tingkat maserasi. Sel merah bernukleasi
bertahan di paru-paru ketika morfologi nuclear telah menghilang dari semua
visceral lainnya. Hal ini dapat memberikan bukti yang baik dari eritroblastosis
fetalis. Jika ini parah, perubahan lipoid dalam korteks adrenal janin biasanya
masih bisa dilihat. Beberapa infeksi seperti sitomegalovirus juga dapat
diidentifikasi dalam paru-paru, dan noda sitokeratin dapat menekankan adanya
aspirasi epitel amnion. Identifikasi organ dapat sulit pada organ dengan maserasi
menggunakan hematoxylin dan pewarnaan eosin. Masson trichrome dan/atau
pewarnaan reticulin akan membantu dalam mendeteksi arsitektur organ. Gonad
harus dipotong untuk mengkonfirmasi jenis kelamin pada pemeriksaan
mikroskopis.7,8
Jika diperlukan atau diminta pemeriksaan genetik, sampel fasia lebih
disukai dibanding kulit pada janin maserasi. Sampel ini dapat diambil dari daerah
inguinal, paha, atau dari tendon Achilles. Jaringan lain juga dapat digunakan,
termasuk: paru-paru, otot skelet, kartilago, ginjal, dan hati.7,8
15. Diagnosa Anatomi Sementara
Informasi ini harus diberikan kepada dokter yang hadir dalam waktu 24
hingga 48 jam dari pemeriksaan postmortem. Diagnosa anatomi sementara
60
61
esofagus, yang dengan hati-hati dibebaskan dan ditarik ke kanan. Pada tingkat
korpus vertebra keempat atau kelima, duktus ini condong ke tepi kiri esofagus,
tepat di bawah pleura parietalis. Ini adalah tempat yang penting, karena cedera
pada duktus thorasikus di bawahnya dapat menyebabkan chylothorax kanan, dan
yang cedera di atasnya dapat menyebabkan chylothorax di sebelah kiri.7,8
Duktus thorasikus melewati mediastinum superior, masih di bawah pleura,
melengkung ke kiri 7,8-4 cm di atas klavikula, dan berjalan di depan arteri
subklavia. Akhirnya membuka ke sudut persimpangan vena subklavia kiri dengan
vena jugularis interna kiri.7,8
17. Pengangkatan Genitalia Eksterna
Prosedur ini dibenarkan bila ada anomali genitourinaria, alat kelamin
ambigu, atresia ani, dicurigai adanya fistel. Dimulai dengan insisi melengkung di
setiap genitalia eksterna untuk memasukkan anus atau lokasi pembukaan anus
pada kasus dengan atresia ani . Pada wanita, spesimen harus mencakup labia, dan
pada laki-laki itu harus mencakup kantung skrotum. Simfisis pubis diinsisi di
garis tengah dengan skalpel, dan pinggul dengan lembut didorong ke arah
posterior untuk melebarkan pelvis. Keseluruhan panjang urethra dan kolon dapat
dibebaskan dari panggul dan jaringan disekitarnya menggunakan diseksi tumpul
dengan gunting. Diseksi tumpul tersebut akan menuju margin dari insisi
melengkung yang awalnya dibuat di kulit dan jaringan subkutan. Anomali
genitourinari/anorektal kemudian diangkat utuh, melekat pada blok organ.7,8
62
dapat ditempatkan kembali ke kanalis spinalis dengan kulit dilipat dan diikat
dengan beberapa hemostat. Ini akan melindungi korda sementara otak sedang
diangkat. Otak diangkat seperti telah dijelaskan sebelumnya, dengan potongan
tambahan pada garis tengah pelat oksipital. Hal ini memungkinkan otak dan saraf
diangkat sebagai satu unit (Gambar 51). Setelah otak terbebas, angkat hemostat
yang menahan flap kulit pelindung di sekitar saraf, mempermudah pengangkatan
saraf.7,8
65
19.
Gambar 52. Panah menunjukkan potongan yang dibuat saat mengangkat tulang
temporal (LF, frontal kiri; FM, formen magnum.
f) Pemeriksaan Penunjang
66
I.
Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopis rutin adalah bagian penting dari autopsi,
terutama pada janin yang lahir hidup terawat baik. Pada janin yang maserasi berat,
pemeriksaan mikroskopis dapat membantu dalam memperkirakan saat kematian
janin. Morfologinya yang diawetkan dengan buruk, dapat menghalangi
pemeriksaan histologis akurat, dan untuk alasan ini, pembelahan tidak perlu
terlalu luas. Tulang biasanya dalam kondisi baik pada janin yang maserasi.7,8
Potongan mikroskopis harus diserahkan dalam waktu 24 jam dari autopsi
untuk kualitas terbaik dan harus segera diproses. Bagian-bagian jaringan harus
ditempatkan dalam kaset yang secara tepat berlabelkan angka autopsi dan dengan
nomor kaset yang dapat direkam pada daftar blok. Daftar ini akan menjadi bagian
dari laporan permanen.7,8
II.
Tes apung paru adalah tes yang dilakukan pada mayat bayi untuk
mengidentifikasi adanya udara dalam paru-paru atau tidak, sehingga pemeriksa
dapat menentukan bayi lahir hidup atau lahir mati.Tujuan dilakukan pemeriksaan
tes apung paru adalah untuk mengetahui keadaan bayi apakah lahir hidup atau
lahir mati sehingga dapat membantu penyidik dalam menentukan tindakan
kriminal atau bukan .
Langkah-langkah pemeriksaan tes apung paru :3, 7,8, 9,13
Lidah dikeluarkan seperti biasa, dibawah rahang bawah, ujung lidah dijepit
dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak
palatum mole. Dengan skalpel yang tajam, palatum
67
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau
pinset bedah dan skalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan.Kemudian esofagus
diikat diatas diafragma dan dipotong diatas ikatan.Pengikatan ini dimaksudkan
agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji
Breslau) tidak memberikan hasil yang meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu
dimasukkan
ke
dalam
air
dan
dilihat
apakah
mengapung
atau
Figure
2.Dark-red
underinflated
lungs from a genuine stillbirth
contrast with the salmon-pink lungs
from the previouscase (Figure 1)
that showed obvious inflation. They
failed to float in water. 13
68
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Feinstein J.A, Ernst L.M, Ganesh J, eds. What New Information Pediatric
Autopsies Can Provide, A Retrospective Evaluation of 100 Consecutive
Autopsies Using Family Centered Criteria. Arch Pediatr Adolesc Med. 2007;
161 ( 12 ): 1190-1196.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
69