Anda di halaman 1dari 69

TEKNIK OTOPSI PADA BAYI

( Chek Natrah, Nurul Aqilah, Enny Muliani, Costatinus William S )


I.

Pendahuluan
Otopsi dikenal sebagai pemeriksaan post-mortem, nekropsi (terutama

untuk tubuh manusia), autopsia cadavarum atau obduction yang merupakan


prosedur bedah khusus yang terdiri dari pemeriksaan mayat secara menyeluruh
untuk memastikan penyebab kematian, cara kematian dan melakukan evaluasi
setiap penyakit atau cedera yang mungkin ada. Prosedur ini biasanya dilakukan
oleh seorang dokter khusus yang disebut ahli patologi. 1,2
Otopsi dilakukan untuk tujuan hukum atau medis. Sebagai contoh, otopsi
forensik dilakukan ketika penyebab kematian mungkin menjadi masalah kriminal,
sementara otopsi klinis atau akademik dilakukan dokter untuk menemukan
penyebab kematian secara medis dan digunakan dalam kasus kematian yang tidak
diketahui atau tidak pasti penyebabnya, juga untuk tujuan penelitian. 1,2 Otopsi
dapat diklasifikasikan pada pemeriksaan eksternal dan pemeriksaan internal
(tubuh dibedah). Ijin mungkin diperlukan untuk keperluan otopsi internal dalam
beberapa kasus. Setelah otopsi internal selesai, tubuh direkonstitusi dengan
menjahit kembali bersama-sama.1,2
Tujuan utama dari otopsi adalah untuk menentukan penyebab kematian,
kondisi kesehatan seseorang sebelum meninggal dan apakah ada diagnosis medis
dan pengobatan sebelum kematian sesuai. Di kebanyakan negara-negara barat,
jumlah otopsi yang dilakukan di rumah sakit telah berkurang setiap tahun sejak
tahun 1955. Kritikus, termasuk ahli patologi dan mantan editor JAMA George
Lundberg telah mengatakan bahwa penurunan jumlah pada otopsi telah
mempengaruhi perawatan di rumah sakit secara negatif, karena ketika kesalahan
mengakibatkan kematian, mereka sering tidak diperiksa dan pelajaran karena itu
tetap tidak dipelajari. Ketika seseorang telah memberikan ijin sebelum kematian
mereka, otopsi juga dapat dilakukan untuk tujuan pengajaran atau penelitian
medis.1,2

Otopsi sering dilakukan dalam kasus-kasus kematian mendadak, di mana


seorang dokter tidak mampu menulis sebuah surat kematian atau ketika kematian
diyakini berasal dari penyebab yang tidak wajar. Pemeriksaan ini dilakukan di
bawah otoritas hukum (pemeriksa medis / koroner / prokurator fiskal) dan tidak
memerlukan persetujuan dari kerabat almarhum. Contoh paling ekstrim adalah
pemeriksaan korban pembunuhan, terutama ketika pemeriksa medis sedang
mencari tanda-tanda kematian atau cara pembunuhan seperti luka peluru, tandatanda pencekikan, atau jejak racun.1,2
Otopsi

sangat

penting

dalam

kedokteran

klinis

karena

dapat

mengidentifikasi kesalahan medis dan membantu perbaikan secara terus-menerus.


Menurut kajian yang dilakukan, diperkirakan bahwa sebanyak 25% dari otopsi
akan mengungkapkan kesalahan mayor dari diagnostik yang telah dilakukan.
Namun, angka ini menurun dari waktu ke waktu. Kajian meta-analisis
menyatakan bahwa sekitar sepertiga dari sertifikat kematian adalah salah dan
setengah dari otopsi yang dilakukan mendapatkan temuan yang tidak diduga
sebelum orang tersebut meninggal. Selain itu, diperkirakan sebanyak 1/5 temuan
tak terduga hanya dapat didiagnosa secara histologi yaitu dengan cara biopsi atau
otopsi, dan kira-kira 1/4 temuan tak terduga tersebut dapat didiagnosa dari
jaringan.1,2
Terdapat empat jenis otopsi utama yang dikenal yaitu :- 1,2
a) Otopsi medikolegal / forensik / koroner
Otopsi yang dilakukan untuk menemukan penyebab dan cara kematian untuk
mengidentifikasi mayat. Umumnya otopsi ini dilakukan sebagaimana yang
ditentukan oleh proses hukum dalam kasus-kasus kekerasan, kematian yang
mencurigakan maupun mendadak, kematian tanpa bantuan medis atau selama
prosedur bedah.
b) Otopsi klinis atau patologis
Otopsi yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tertentu atau untuk tujuan
penelitian.

Tujuannya

adalah

untuk

menentukan,

menjelaskan

atau

mengkonfirmasi diagnosa medis yang tetap tidak diketahui atau tidak jelas
sebelum kematian pasien.
2

c) Otopsi anatomi atau akademik


Otopsi yang dilakukan oleh siswa dari bagian anatomi untuk tujuan
pembelajaran.
d) Otopsi virtual atau pencitraan medis
Otopsi yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi pencitraan terutama
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan computed tomography (CT).
II.

Pemeriksaan Roentgenografik
Pemeriksaan roentgenografik, yang dilihat dari posisi anteroposterior dan

lateral seluruh tubuh diperlukan dengan menggunakan Faxitron. X-ray


konvensional dapat dilakukan apabila tidak ada Faxitron. Beberapa diagnosis
tidak dapat dibuat tanpa pemeriksaan sinar X. Ini berlaku terutama pada displasia
tulang. Faxitron tidak hanya terbatas pada survey tulang tetapi dapat juga
digunakan untuk menunjukkan anomali visceral dengan studi suntikan. Dengan
menyuntikan cairan radiopak seperti barium atau kontras ionotropik, suatu fistula
akan dapat dilihat. Teknik ini sangat membantu dalam mengidentifikasi morfologi
bronkial dan saluran bilier ekstrahepatik dan intrahepatik tanpa mengganggu
anatomi. Hal ini sangat bermanfaat pada janin kecil (< 20 minggu kehamilan)
dimana strukturnya sangat kecil. Malformasi dengan ini ditunjukkan sebelum
diseksi dimulai. Sinar X diambil menggunakan mammogram film. Beberapa
ukuran kateter tabung kecil harus tersedia. Cairan radiopak selain barium sering
optimal untuk digunakan pada janin kecil. Cairan ini kurang kental dan cenderung
mengalir lebih mudah melalui kateter terkecil. Bagian radiologi

mempunyai

cairan radiopak kadaluarsa yang tidak dapat digunakan pada pasien hidup tetapi
adekuat untuk digunakan pada pemeriksaan patologik. Untuk mendapatkan X-ray
optimal pada janin yang meringkuk atau menyimpang sebagai akibat dari fiksasi,
masking tape atau pita sangat berguna. Apabila janin sangat menyimpang yang
menarik ke atas tepi film setelah menahan dengan pita, sudutnya dapat diturunkan
dengan menggunakan pita atau dengan bobot kecil dari skala balance-type. Pita
ditempatkan pada bagian tubuh yang perlu diluruskan tepat pada pembungkus luar
dari mammogram film. 7,8
3

III.

Fotograf
Foto adalah yang paling penting terutama pada saat melakukan otopsi

embrio, janin atau bayi. Fitur eksternal dapat memberikan satu-satunya informasi
yang diperlukan untuk membuat diagnosis sindrom malformasi. Foto-foto harus
cukup dekat untuk menggambarkan fitur yang tidak normal dengan titik acuan
yang memadai yang tersisa di lapangan dan latar belakang yang minimal. Fotofoto in situ dapat sangat membantu, menjaga hubungan anatomi dan
menggambarkan lesi visceral sebelum pengeluaran isi dan fiksasi. Pada otopsi
pediatri, foto yang bagus lebih berharga daripada sejumlah besar bagian
mikroskopik. 7,8
Foto dan ilustrasi juga dapat membantu dalam mengidentifikasi jaringan
yang dikirimkan untuk pemeriksaan mikroskopis. Pada beberapa kasus yang
kompleks, bagian mikroskopik diperlukan untuk identifikasi jaringan. 7,8

Gambar 1. (A) Janin pada minggu ke-14 kehamilan dengan dugaan asplenia pada
ultrasound. Bronkus simetris dikonfirmasikan dengan injeksi bahan radiopak ke
dalam trakea (T). (B) Studi injeksi pada bayi dengan sirenomelia, menunjukkan
dua arteri umbilicus. Panah hitam menunjuk tempat di mana aorta diikat sebelum
disuntik dan panah putih menunjuk ikatan pada tali pusar (S-spi
4

Gambar 2. (A) Pandangan anteroposterior dan (B) lateral pada janin yang
diletakkan diatas mammogram film untuk studi dengan menggunakan Faxitron.
IV.

Otopsi pada Pediatri


Pada saat ini, otopsi pediatri lebih banyak diterima daripada otopsi orang

dewasa karena orang tua ingin mengetahui informasi lebih lanjut tentang kematian
anak mereka dan implikasi untuk masa depan kehamilan. Keadaan ini memang
rumit, namun pemeriksaan patologis yang sangat berharga dapat dilakukan dari
tahap embrionik sehingga masa kanak-kanak. Ketika dikombinasikan dengan
informasi klinis, pemeriksaan yang sangat teliti ini dapat memberikan informasi
yang diperlukan untuk mendidik keluarga mengenai kehamilan di masa depan.
Pemeriksaan post-mortem meningkatkan standar pengobatan dan perawatan untuk
masa depan.3,4,5,6,7
Anatomi normal orang dewasa dan anak adalah sama, namun otopsi
prenatal / pediatri adalah sangat berbeda. Keragaman dan kompleksitas anomali
kongenital ditemukan pada otopsi perinatal dan fetal ini tidak ada habisnya dan
prosector harus siap untuk menghabiskan waktu yang diperlukan untuk
mendemonstrasi anomali ini. Prosedur yang rinci ini dapat diubah untuk
5

mempertahankan anomali yang ditemukan, tanda mendeformasi tubuh. Mayoritas


anomali yang ditemukan pada populasi ini tidak memungkinkan kelangsungan
hidup sampai dewasa.6,7
a) Peralatan
Instrumen khusus harus digunakan ketika melakukan otopsi perinatal atau
pediatri karena ukuran kecil janin atau bayi. Daftar instrumen yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 1. Instrumen ini terlalu kecil untuk keperluan otopsi
umum. Instrumen oftalmik merupakan peralatan yang paling baik untuk
pembedahan kecil ini. Mikroskop diseksi dengan kamera juga penting saat
melakukan pembedahan yang rumit. Sebuah penimbang spring-type berskala
besar dibutuhkan untuk menimbang tubuh. Penimbang digital digunakan untuk
menimbang berat organ. 7,8

Gambar 3. Peralatan yang digunakan pada otopsi pediatri (Courtesy of


MOPEC,Inc, 21750 Coolidge Hwy, Oak Park, MI 4827,87)
b) Informasi Klinis
Pemeriksaan lengkap tidak dapat dilakukan tanpa informasi klinis yang
penting. Ijin yang diperlukan harus dalam urutan dan ditandatangani dengan benar
sebelum memulai otopsi. Pembedahan khusus seperti mengeluarkan mata
memerlukan ijin khusus. Sejarah keluarga yang baik sangat penting terutama
6

informasi tentang kematian perinatal atau neonatal lainnya. Laporan dan foto USG
sangat bermakna termasuk studi dari kehamilan sebelumnya dan/atau kematian
janin.7,8
Apabila bayi dirawat inap di rumah sakit, grafik (chart) harus diperiksa
secara teliti dan menyeluruh. Diskusi bersama dokter yang merawat adalah hal
yang baik karena ini memungkinkan otopsi yang lebih terarah pada kasus-kasus
tertentu. Bayi prematur, terutama yang berumur kurang dari 37 minggu biasanya
dirawat dalam jangka waktu yang lama dan dapat memperlihatkan karekteristik
penemuan fisik yang berkaitan selama proses rawat inap. Hal ini mencakup
diameter kepala biparietal yang datar atau dolichocephali yang terjadi akibat
baring yang lama pada salah satu sisi kepala; mata menonjol keluar atau proptosis
akibat dari tertundanya proses perkembangan mata. Pertumbuhan panjang tubuh
dan lingkar kepala lebih besar dari pertumbuhan berat badan.7,8
Tabel 1 : Definisi Umum
Prematuritas

Kelahiran

kurang

dari

37

minggu

Berat badan lahir rendah

kehamilan.
Berat badan lahir kurang dari persentil 5
yang diharapkan untuk usia kehamilan /

Usia Kehamilan

gestasi.
Usia pada saat kelahiran yang dihitung
dari

hari

pertama

haid

terakhir

Umur post-konsepsi

(HPHT)
Total usia yang diukur dari perkiraan hari

Post-maturity

konsepsi termasuk usia post-natal.


Kelahiran pada atau setelah 42 minggu

Neonatal
Early neonatal period
Trimester pertama
Trimester kedua
Trimester ketiga

kehamilan.
28 hari pertama kehidupan
7 hari pertama kehidupan
12 minggu pertama kehamilan
12 24 minggu kehamilan
24 - 42 minggu kehamilan

c) Pertimbangan Pre-otopsi
7

Apabila catatan medis mengungkapkan bukti bahwa terdapatnya salah satu


prosedur bedah sebelumnya, ahli bedah atau dokter yang merawat harus
dihubungi. Sifat operasi harus dibahas supaya pembedahan dan proses
pengeluaran isi bisa dilakukan tanpa menganggu operasi perbaikan sebelumnya.
Ahli bedah dan dokter yang merawat harus diundang untuk mengikuti otopsi.7,8
d) Pemeriksaan Eksternal/luar
Pemeriksaan eksternal termasuk menimbang berat dan mengukur janin.
Semua tabung dan kateter harus dibiarkan di tempat sehingga akhir distal dapat
diperiksa secara in-situ atau dipalpasi selama pemeriksaan internal. Janin tersebut
ditimbang setelah otopsi dan dikurangi dari berat badan awal untuk mendapatkan
berat badan sebenarnya (true weight). Pengukuran dapat dilakukan dengan pita
ukur atau tali. Pengukuran terdiri dari:7,8
i.

Lingkar kepala (head circumference)

ii.

Lingkar dada (chest circumference)

iii.

Lingkar perut (abdominal circumference)

iv.

Panjang ujung kepala sampai bokong (crown - rump length)

v.

Panjang ujung kepala sampai tumit (crown - heel length)

vi.

Panjang kaki (foot length)

vii.

Jarak canthus dalam dan luar

viii.

Jarak interpupiler

ix.

Panjang celah

Semua pengukuran ini adalah pengukuran dasar yang minimal yang harus
dilakukan pada setiap otopsi pediatri atau janin.7,8
Panjang ujung kepala sampai bokong (crown - rump length) biasanya dua
pertiga dari panjang ujung kepala sampai tumit (crown - heel length). Panjang
ujung kepala sampai bokong (crown - rump length) dan lingkar kepala (head
8

circumference) tidak berbeda lebih dari 1,0 cm; perbedaan yang bermakna
menandakan megaensefali atau mikroensefali. Perut yang besar mungkin
menandakan terdapatnya pembesaran ginjal atau tumor. Panjang kaki (foot length)
sangat berguna terutama pada janin dengan usia gestasi awal, bayi dengan
kelainan utama (anensefali) dan dalam pelebaran dan evakuasi spesimen dimana
kaki yang utuh merupakan satu-satunya pengukuran yang bisa dilakukan.
Pengukuran wajah sangat membantu dalam menentukan hipo atau hipertelorism.7,8
Pemeriksaan eksternal dilakukan secara sistematis pada semua janin tanpa
memperkirakan usia gestasi. Waktu kematian janin ditentukan oleh tingkat
maserasi. Vernix caseosa dapat dideteksi kira-kira pada minggu 30 gestasi. Pada
kasus bayi lahir mati, vernix caseosa tidak ditemukan atau hanya sedikit
ditemukan pada awal kelahirannya. Sebaliknya, pada janin dengan maserasi, dapat
ditemukan dalam waktu yang lama pada lipatan kulit seperti axilla, pangkal paha
dan di belakang telinga. Vernix caseosa biasanya berwarna kuning-putih. Warna
hijau menandakan penyakit pada saat kehamilan. Apabila diduga adanya
mekonium, kapas (cotton swab) ditempatkan pada kanalis auditoris eksternal
dan/atau lubang hidung. Warna hijau pada kapas menandakan terdapatnya
mekonium. Edema juga harus diperiksa terutamanya pitting-edema pada bagian
anterior tungkai bawah bagian distal dan permukaan dorsum kaki. Jaundice dapat
diperiksa dengan melihat sklera dan sianosis diperiksa pada kuku tangan.7,8

Gambar 4. ( A ) Pengukuran panjang ujung kepala - tumit (crown - heel length)


dan panjang ujung kepala - bokong (crown - rump length). (Lingkar kepala, dada
dan perut. (C) Panjang kaki.
Pemeriksaan eksternal secara sistematis dapat dilakukan dengan
menggunakan protokol otopsi. Ini untuk memastikan bahwa tidak ada komponen

10

yang dihilangkan. Pendekatan sefalik ke kaudal merupakan prosedur standar.


Inspeksi umum pada kulit dibuat dengan memberi perhatian khusus pada turgor
atau elastisitas kulit. Dehidrasi didapatkan pada bayi baru lahir apabila kulit yang
ditekan tidak kembali ke bentuk asal atau disebut sebagai tenting. Keadaan ini
juga menandakan bahwa terdapat ketidakseimbangan elektrolit. Bekas tusukan
jarum dan lesi yang bersangkutan dan kateter yang intak seharusnya didaftarkan
menurut jumlah dan lokasi. Rigor mortis dinilai pada rahang dan di semua empat
ekstremitas.7,8
Pemeriksaan eksternal kepala dimulai dengan dekskripsi rambut dan
melihat apakah ada kelainan abnormal atau lingkaran pada rambut. Palpasi pada
tengkorak akan menunjukkan apakah ada massa dan menjelaskan status tulang
kranial apakah bebas bergerak dan/atau tumpang tindih. Fontanel anterior dan
posterior diukur dan dipalpasi untuk menilai apakah cekung atau tegang.7,8
Telinga diperiksa dengan memberi perhatian khusus pada bentuk heliks
dan posisinya pada kepala. Apabila telinga pada posisi normal, garis imajiner
seharusnya bisa ditarik dari takik tulang oksipital (occipital notch) sampai sudut
mata. Garis tersebut akan melewati bagian tengah heliks. Mata diperiksa dari
aspek ukuran, bentuk dan orientasinya. Pengukuranya termasuk jarak kantus
bagian dalam, jarak orbital bagian luar, jarak interpupiler, jarak fissure dan ukuran
pupil. Adanya perbedaan atau kelainan pada pupil harus diberi perhatian dan
dicatat. Iris juga harus diidentifikasi dan diinspeksi untuk melihat ada tidaknya
kelainan.7,8
Hidung harus diperiksa dan koana harus diselidiki. Manuver ini dilakukan
dengan menempatkan ujung bulat alat di dalam lubang hidung dan
mengarahkannya ke arah kaudal. Apabila tidak ada atresia koana (tulang atau
membrane), alat tersebut akan masuk dengan mudah menuju nasofaring. Filtrum
diukur dan bibir diperiksa untuk menilai kelainan atau sumbing. Dagu dinilai
untuk menilai mikrognatia (rahang yang kecil) atau agnatia (tidak ada rahang
bawah). Malformasi dagu akan mempengaruhi posisi telinga. Di dalam mulut,
palatum durum dan palatum molle diperiksa untuk menilai ada tidaknya kelainan.

11

Warna dan kondisi hidrasi gingiva dan mukosa diperiksa. Kemudian beralih ke
lidah dan permukaannya dan diikuti oleh leher.7,8

Gambar 5. Pengukuran pada muka. 1) Kantus bagian dalam, 2) Kantus bagian


luar, 3) Jarak interpupiler, 4) Jarak filtrum

Gambar 6. Penentuan posisi normal telinga. Panah putih Occipital notch, panah
hitam- sudut mata. Garis imajiner seharusnya bisa ditarik dan garis tersebut akan
melewati bagian tengah heliks (midupper portion)

12

Bagian dada dan perut diperiksa apakah simetris atau tidak dan jarak
antara puting diukur. Jika sebagian dari tali pusat masih melekat pada pada perut,
itu harus diukur dan tempat penyisipannya diperiksa. Ekstremitas dinilai untuk
menentukan pertumbuhan normal dan jumlah jari dicatat. Sendi diperiksa untuk
menentukan tingkat maserasi dan rentang waktu kematian janin intrauterine.
Axilla, fossa antikubital dan fossa popliteal diperiksa untuk pterygia.7,8
Genitalia eksterna diperiksa untuk fenotip laki-laki atau perempuan dan
pertumbuhan normal menurut usia gestasi. Pada bayi laki-laki, kantung skrotum
harus dipalpasi untuk menentukan ada tidaknya testis. Penis dan urethra turut serta
diidentifikasi. Pada perempuan, vagina dan pembukaan urethra diidentifikasi dan
vagina diperiksa. Anus turut diperhatikan dan diselidiki. Tubuh bagian belakang
diperiksa apakah ada kelainan atau skoliosis.7,8
e) Pemeriksaan Internal/dalam
1. Sayatan Awal
Tubuh diletakkan pada sebuah blok sehingga bahu dan dada dinaikkan
melebihi permukaan diseksi dan leher berada pada posisi hiperekstensi. Hal ini
memungkinkan exposur yang optimal pada sayatan awal. Sayatan berbentuk Y
digunakan, memperpanjang lengan Y sampai ke atas bahu untuk membebaskan
kulit di atas aspek anterior dari leher. Lengan Y diperpanjang di sekitar aspek
lateral dan melewati bawah puting untuk bertemu kemudian pada bagian bawah di
garis tengah pada prosessus xiphoideus. Sayatan vertikal kemudian dilakukan di
garis tengah dari prosessus xiphoideus hingga ke simfisis pubis. Sayatan ini harus
diperpanjang di sekitar bagian kiri umbilikus.7,8
Lipatan kulit atas dada ditarik ke atas pada saat pemisahan perlengketan
pada dinding dada. Otot dan jaringan fibrosa harus sepenuhnya dilucuti supaya
tulang rusuk dan klavikula terlihat. Torehan yang kecil dilakukan berdekatan
dengan vena umbilikalis dan gunting digunakan untuk membuka kavum
abdominalis. Apabila terdapat cairan ascites, sampel diambil untuk tujuan kultur
dengan menggunakan jarum suntik yang steril. Satu jari dimasukkan pada bagian

13

bawah umbilikus dan di sepanjang dinding abdominal bagian dalam untuk meraba
arteri umbilikalis, yang panjang sampai kedua sisi kandung kemih.7,8
B

Gambar 7. A) Bayi ditempatkan pada blok sebagai dukungan dan hiperekstensi


leher untuk paparan yang lebih baik B) Sayatan awal (bentuk Y) pada dada dan
abdomen.

Gambar 8. Gunting dengan ujung bulat ditempatkan ke nick di dinding perut.


Dinding perut dibuka dengan cara mengangkatnya ke atas untuk menghindari
cedera organ abdominal.

14

Elips dibuat pada sisi kanan umbilikus untuk mempertahankan urachus


dan arteri umbilikalis dan/atau vena umbilikalis. Beberapa orang lebih memilih
untuk memotong vena umbilikalis dan mempertahankan arteri dengan urachus
dan kandung kemih, beberapa yang lainnya memilih untuk memotong arteri
umbilikalis, meninggalkan vena yang melekat pada hati. Keputusan ini dapat
dibuat pada saat otopsi, tergantung pada metode yang mana terbaik dalam
mempertahankan anomali yang diketahui atau dicurigai. Kulit dan jaringan
subkutan dilepaskan dari perlengketan dari aspek anterior lateral tulang rusuk
bagian bawah yang kemudian akan memperlihatkan organ-organ perut. Tulang
rusuk dihitung di setiap sisi dan diperiksa untuk kelainan yang mungkin ada.7,8

Gambar 9. Dinding perut yang telah dibuka, memperlihatkan vena umbilikalis


yang utuh (satu panah) dan arteri umbilikalis kanan (dua panah) yang
membentang sepanjang perbatasan kandung kemih (UB). Titik-titik sepanjang sisi
kanan sayatan menunjukkan di mana elips kulit dibuat sekitar tali pusat (UCumbilical cord, L- liver, P- penis).

15

Gambar 10. Penampilan tubuh setelah refleksi kulit dari chest plate dan abdomen
lateral.
2. Pemeriksaan in situ abdomen
Kubah diafragma (dome of diaphragm) diperiksa dan posisinya dicatatkan.
Hal ini dilakukan dengan menempatkan jari pada setiap sisi diafragma dan tulang
rusuk dihitung dan dicatat pada protokol. Batas rendah hati kemudian diukur.
Apabila terjadi pneumothoraks, diafragma pada sisi yang terkena akan tergeser ke
bawah dari posisi asal dan menjadi datar atau menggembung ke dalam cavum
abdominalis. Organ-organ abdomen diperiksa posisinya. Warna, ukuran dan
hubungan antara organ dicatat. Posisi mesenterik dan appendiks diperiksa dan
dicatat. Untuk memeriksa dasar mesenterik dan kelenjar getah bening
mesenterika, usus kecil harus ditarik ke arah kanan. Perlekatan mesenterika yang
normal memanjang secara oblik melewati dinding posterior abdomen dari
ligamentum Treitz di bagian kiri atas ke bagian bawah ginjal kanan. Panjang
normalnya adalah kira-kira 2 cm. Pada perempuan, uterus, tuba fallopi dan

16

ovarium diidentifikasi, sedangkan pada laki-laki, testis terletak di dalam abdomen,


kanalis inguinalis atau kantung skrotum.7,8

Gambar 11. Ilustrasi pengukuran hati secara in situ. Metode ini menilai derajat
batas bawah hati yang memanjang secara kaudal ke dalam abdomen.
3. Pemeriksaan in situ toraks
Jika diduga terjadi pneumotoraks, pelat dada (chest plate) tidak bisa
dibuka sebelum pneumotoraks didokementasikan. X-ray postmortem juga dapat
membantu memprediksi pneumotoraks.7,8
Identifikasi pneumotoraks
Jika diduga terjadi pneumotoraks, dinding dada dan diafragma harus
dibiarkan utuh. Setelah kulit, jaringan subkutan dan otot telah dipisahkan dari
tulang rusuk, palung dapat dibentuk pada sudut di mana jaringan lunak bertemu
tulang rusuk. Daerah ini dapat diisi dengan air dan dada kemudian ditusuk di
bawah garis air (water line) dengan menggunakan jarum suntik atau skalpel. Jika
ada udara di dada, gelembung udara akan terlepas dan masuk ke dalam air dan
menandakan terdapatnya pneumotoraks. Jarum suntik yang berisi air juga dapat
digunakan di mana jarum disuntik pada dinding dada anterior lateral di ruang
interkostal. Setelah ditusuk dengan jarum, gelembung udara akan terlihat masuk
ke dalam air di dalam jarum suntik.7,8
17

Pelat

dada

(chest

plate)

diangkat

dengan

memisahkan

sendi

sternoklavikular pada kedua sisi menggunakan skalpel. Bagian kondral dari tulang
rusuk dipotong dalam betuk V terbalik, kira-kira 4 mm dari costochondral
junction. Processus xiphoideus diperiksa untuk menilai kelainan. Tulang rusuk
diangkat menggunakan forsep bergigi yang memegang pada prosessus xiphoideus
dan perlekatan fibrous (fibrous attachments) dipotong sedekat mungkin dengan
tulang. Kantung perikardium harus diusahakan agar tetap utuh.7,8

Gambar 12. Potongan berbentuk V terbalik pada pelat dada (chest plate).
(X prosessus xiphoideus).

18

Gambar 13. Penampilan toraks/dada setelah pengangkatan dinding dada (chest


plate). Timus normal pada bayi normal adalah besar dan menutupi jantung bagian
atas (base) [L hati / liver, RD - diafragma kanan / right diaphragm, LD
diafragma kiri / left diaphragm).
Dalam beberapa kasus, kultur paru mungkin diperlukan. Ini harus
dilakukan segera setelah pelat dada diangkat supaya tidak terkontaminasi / steril.
Cairan pleura juga diambil untuk tujuan kultur. Kultur bisa dilakukan pada salah
satu atau kedua paru. Tepi paru-paru dapat diklem menggunakan haemostat dan
paru-paru dapat diangkat dari cavum pleura. Dengan menggunakam pisau steril /
gunting dan forceps, irisan paru-paru dikeluarkan dan ditempatkan dalam media
yang tepat untuk kultur bakteri, jamur atau virus.7,8
Pembuluh darah besar dan jantung akan kelihatan setelah perikardium dan
timus diangkat. Irisan kecil dibuat pada perikardium dan potongan dilakukan
19

secara paralel / sejajar dengan diafragma memanjang hingga ke bagian dasar dari
vena kava inferior (IVC) di sebelah kanan dan tepat dibawah vena pulmoner (PV)
di sebelah kiri. Di sebelah kiri, gunting ditempatkan secara tegak lurus /
perpendikuler dari diafragma dan datar terhadap vena pulmoner yang memasuki
atrium kiri. Potongan dibuat sehingga mencapai arteri pulmoner kiri.7,8

Gambar 14. Irisan kecil dibuat pada perikardium dan aspek inferior dari
perikardium dipotong secara parallel / sejajar dengan diafragma (tanda panah).
Potongan memanjang hingga ke bagian dasar dari vena kava inferior (IVC) di
sebelah kanan dan tepat dibawah vena pulmoner (PV) di sebelah kiri. [T timus;
RL paru kanan; LL paru kiri; L hati].

20

Gambar 15. Gunting ditempatkan secara tegak lurus / perpendikuler dari


diafragma dan datar terhadap vena pulmoner

yang memasuki atrium kiri.

Potongan dibuat sehingga mencapai arteri pulmoner kiri. * - Apeks jantung


Perikardium pada bagian kanan dipotong sedekat mungkin dengan vena
kava inferior (IVC) dan secara paralel / sejajar. Potongan dibuat memanjang
sepanjang aspek lateral atrium kanan (RA) dan vena kava superior (SVC)
sehingga mencapai vena innominate kiri. Pada saat ini, dengan terpaparnya vena
kava superior (SVC) dan atrium kanan (RA), kultur darah dapat dilakukan
sekiranya diperlukan. Jarum suntik steril dapat dimasukkan ke dalam dinding
lateral atrium kanan. Penekanan pada hati dan peninggian kepala dapat membantu
pengambilan darah. Perikardium diangkat dengan hati-hati dari arteri pulmoner
kiri dan vena innominate.7,8

21

Gambar 16. Di sebelah kanan, gunting ditempatkan secara tegak lurus atau
perpendikuler terhadap diafragma, dan perikardium dipotong sedekat mungkin
dengan vena kava. (A aorta, RA atrium kanan, * - vena kava superior, RL
paru kanan, panah vena kava inferior)

Gambar 17. Jarum suntik steril dimasukkan ke dalam atrium kanan (panah)
untuk mendapatkan kultur darah (T timus, H jantung, D diafragma).
Timus kemudian dipisahkan dari perikardium dan ditimbang. Jika vena
brachiocephalic (innominate) kiri tidak dapat diidentifikasi, harus dicurigai
22

adanya persistent left superior vena cava (PLSVC). Cardiothoracic ratio dihitung.
Bagian toraks diperiksa dengan memperhatikan lobus paru serta posisi dan apeks
jantung. Pembuluh darah besar diperiksa termasuk pembuluh darah yang
bercabang dari arkus aorta dan duktus arteriosus. Duktus arteriosus, arkus aorta
dan aorta descendens yang terletak distal dari duktus dapat dilihat lebih baik
dengan mengangkat paru kiri dari cavum pleura.7,8

Gambar 18. Penampilan dada setelah pengangkatan perikardium dan timus (A


Aorta, SVC vena kava superior, IV vena innominate (brachiocephalic), PA
arteri pulmoner, RL paru kanan, H - jantung).

23

Gambar 19. A) Persistent left superior vana cava (PLSVC) [L], pandangan
anterior. Vena kava superior di sebelah kanan [R] pada posisi biasa, dengan vena
brachiocephalic hipoplastik (panah) [RA right atrial appendage, A Aorta]. B)
Ilustrasi pandangan posterior persistent left superior vana cava (PLSVC) [A
Aorta, PA arteri pulmoner, SVC vena kava superior, IVC vena kava inferior,
RA - atrium kanan].

24

Gambar 20. Gambaran duktus arteriosus (panah), arkus aorta (AA) dan aorta
descendens (DA) ketika paru kiri diangkat dari rongga pleura.
Duktus arteriosus harus selalu diperiksa apakah terdapat stenosis atau
atresia. Posisi trunkus aorta terhadap trunkus pulmoner juga harus diperhatikan.
Pembuluh darah yang bercabang dari arkus aorta dan origo arteri koroner
diidentifikasi. Topografi arteri koroner dapat menentukan posisi septum ventrikel
dan menjadi indikator yang sangat baik untuk posisi dan ukuran ventrikel.
Manuver Taussig dapat digunakan untuk menilai koneksi vena pulmonalis in-situ.
Banyak informasi yang dapat diperoleh dari pemeriksaan eksternal jantung yang
dapat digunakan untuk memprediksi penyakit jantung kongenital. Sebelum
25

eviscerasi, jantung harus dibuka secara in-situ, terutama jika penyakit jantung
congenital dicurigai. Prosedur ini akan mengidenfitikasi dan mempertahankan
koneksi vaskular yang abnormal yang mungkin hilang jika tidak diidentifikasi
sebelum eviscerasi.7,8
4. Pembukaan jantung in situ
Pembukaan jantung in situ memungkinkan dokumentasi semua hubungan
normal dan/atau abnormal sebelum organ diangkat dari tubuh. Prosedur ini
tampak kompleks tetapi merupakan satu prosedur langsung ketika mengikuti
aliran darah, memeriksa setiap ruang sewaktu dibuka, dan menggunakan arteri
koroner sebagai panduan untuk menghindari septum. Pendekatan sistematis ini
dapat diubah untuk mengakomodasi kasus individu masing-masing. Enam
langkah dasarnya adalah sebagai berikut:7,8
1) Satu irisan dibuat pada aspek lateral atrium kanan. Gunting dimasukkan
dan vena kava superior dibuka, potongan dibuat sampai ke vena
brachiocephalic kiri. Vena kava inferior yang terletak pada bagian inferior
dari diafragma juga dibuka.
2) Dinding atrium kanan diangkat dengan forsep dan satu ujung dari gunting
dimasukkan ke dalam atrium kanan, aspek inferior pada dinding atrium
kanan kemudian dipotong. Atrium kanan dan lubang katup trikuspid
diperhatikan. Potongan dilanjutkan dari katup trikuspid ke apeks ventrikel
kanan, menggunakan posterior descending coronary artery (PDCA)
sebagai panduan untuk septum. Potongan ini harus dibuat sekitar 1 cm di
atas PDCA untuk menghindari terpotongnya septum interventrikuler.
Ventrikel kanan diperiksa.
3) Dengan menggunakan anterior descending coronary artery (ADCA)
sebagai panduan, potongan dibuat pada bagian luar ventrikel kanan dari
apex melewati katup pulmoner dan ke arteri pulmonalis kiri. Pembukaan
arteri pulmonalis kiri memungkinkan duktus arteriosus tetap utuh. Jika
duktus arteriosus dibuka ke aorta, hal ini dapat membuat sebuah gambaran
yang membingungkan untuk prosectors yang tidak berpengalaman.
4) Iris ujung atrium kiri dan masukkan gunting, potongan dilakukan ke setiap
26

vena

pulmonalis

kiri.

Vena

pulmonalis

kanan

diperiksa

untuk

mengkonfirmasi koneksi keduanya. Lubang katup mitral juga turut


diperiksa.
5) Dinding posterior-lateral ventrikel kiri dipotong melewati katup mitral ke
apex menggunakan PDCA sebagai panduan ke septum.
6) Dari bagian apikal pada potongan 5, dinding anterior ventrikel kiri
dipotong ke katup aorta, menggunakan ADCA sebagai panduan ke septum.
Untuk menghindari pemotongan arteri pulmonalis, diseksi tumpul
digunakan untuk memisahkan trunkus pulmoner dari aorta ascendens.
Setelah jalan telah dibuat, letakkan satu ujung dari gunting di aorta dan
yang lain di bawah arteri pulmonalis melalui jalan yang dibuat. Katup
aorta, aorta ascendens, dan arkus aorta dibuka dengan potongan akhir ini.

Gambar 21. Irisan dibuat pada dinding lateral atrium kanan dan potongan dibuat
ke bawah

(inferior) dan atas (superior) [panah] untuk membuka vena kava

inferior dan superior. (RAA - right atrial appendage, A aorta).

27

Gambar 22. Potongan kedua dibuat dari atrium kanan melewati katup trikuspid
dan ke dalam ventrikel kanan dengan menggunakan posterior descending
coronary artery (PDCA) sebagai panduan ke septum. Katup trikuspid dan
trabekula kasar ventrikel kanan dapat dilihat (FOforamen ovale, SVC vena
kava superior, IVC vena kava inferior, A aorta)

Gambar 23. Potongan dibuat dari apeks ventrikel kanan melalui saluran keluar
ventrikel kanan, melalui arteri pulmonalis utama (PA) dan ke arteri pulmonalis
kiri

(panah putih) menggunakan anterior descending coronary artery

(***)

sebagai panduan untuk septum. (A aorta, SVC vena kava superior, pahan
hitam duktus arteriosus, TV katup trikuspid, RL - paru-paru kanan).

28

Gambar 24. Apeks jantung diangkat dari dada dan ke arah kanan untuk
memperlihatkan atrium kiri. Irisan dibuat di atrium kiri dan vena pulmonalis kiri
(panah) dibuka. (LAA left atrial appendage, PA arteri pulmonalis).

Gambar 25. Potongan dibuat di sepanjang dinding posterior atrium kiri, melewati
katup mitral dan ke dalam ventrikel kiri (LV). Posterior descending coronary
artery sekali lagi digunakan sebagai panduan untuk septum. (panah vena
pulmonalis kiri)

29

Gambar 26. Potongan terakhir dibuat dari puncak ventrikel kiri (LV) sepanjang
dinding anterior ventrikel kiri untuk membuka saluran keluar ventrikel kiri.
Anterior dencending coronary artery digunakan sebagai panduan untuk septum.
Ada serat kesinambungan (panah) antara katup aorta dan selebaran anterior dari
katup mitral.

Gambar 27. Jantung in situ dengan ikatan pada pembuluh darah yang bercabang
dari arkus aorta. Pembuluh darah yang diikat adalah; 1) arteri subklavian kanan,
2) arteri karotis komunis kanan, 3) arteri karotis komunis kiri, 4) arteri subklavian
kiri (P - arteri pulmonalis, RA right atrial appendage, T trakea).

30

5. Evisceration / Pengeluaran Isi Dalam


Pengeluaran isi dalam pada otopsi pediatrik dapat dilakukan dengan teknik
Rokitansky, memungkinkan leher, dada, dan organ abdomen untuk diangkat
sebagai satu unit. Lidah dan faring biasanya diangkat pada otopsi pediatrik.
Keputusan untuk melakukan hal ini dibuat berdasarkan kasus per kasus, terutama
ketika berurusan dengan macerated stillborn. Izin otopsi mungkin melarang
prosedur ini.7,8
Ketika mempersiapkan untuk pengeluaran isi dalam, pendekatan sefalik ke
kaudal biasanya bekerja paling baik. Prosedur dimulai dengan diseksi tumpul
jaringan lunak di bawah esofagus dan aorta dengan melepaskannya dari tulang
belakang. Diseksi tumpul dilakukan dengan menyebarkan dan memisahkan
jaringan dengan gunting dan/atau dengan jari-jari. Letakkan jari telunjuk di bawah
esofagus dan trakea dan kemudian diangkat. Dengan gunting, potong jaringan
lunak di sepanjang tulang belakang ke leher pada kedua sisi. Diseksi tumpul
dilakukan dengan hati-hati menggunakan gunting untuk membuka tiroid. Ketika
mengeluarkan lidah, diseksi ini dilanjutkan lebih jauh ke dalam leher. Arteri
karotis harus dijaga, bersama dengan ikatan mereka. Lidah dapat dipisahkan dari
sisi dalam mandibula menggunakan ujung sebuah pisau bedah, dipandu oleh
ujung jari telunjuk. Jaringan lunak dipotong dari sisi dalam rim pada mandibula.7,8
Potongan ini akan membuat luka di dasar mulut, di bawah ujung lidah dan
belakang gingival ridge. Lidah kemudian dapat ditarik ke dalam dada dengan
menggunakan forsep bergigi pada ujungnya. Satu potongan yang melengkung
dibuat pada bagian posterior untuk memasukkan tonsul, uvula, faring, dan laring.
Jika tidak mengeluarkan lidah, trakea dan esofagus dilepaskan dengan membuat
satu potongan berbentuk V terbalik tepat di atas tulang hyoid. Potongan ini
diperpanjang ke tulang belakang. Diafragma dipotong sepanjang kontur dinding
tubuh secara bilateral. Organ dari leher dan rongga dada dapat dipisahkan dari
tulang belakang dengan memotong jaringan lunak di lateral superior mediastinum,
meninggalkan arteri karotis komunis terikat dan utuh. 7,8

31

Gambar 28. (A) Diseksi tumpul trakea dan esofagus dari tulang belakang (T
trakea, A aorta, RL paru kanan, D diafragma), (B) Gunting digunakan untuk
membebaskan jaringan lunak sebagai persiapan untuk mengangkat keluar lidah
dan/atau pengeluaran bagian dalam (LL paru kiri, DA aorta descendens, D
diafragma).

32

Dengan mengangkat organ toraks dengan satu tangan dan dengan


menggunakan pisau bedah, jaringan lunak di posterior aorta di sebelah kiri dan
vena azigos di sebelah kanan dapat dipotong dengan mudah dari tulang belakang
sehingga ke ginjal. Organ ini dapat diletakkan kembali dalam tubuh. Arteri iliaka
dapat diikat dan dipotong dengan ikatan ditinggal di tubuh. Jaringan lunak sekitar
kandung kemih dan rektum dapat dilepaskan dengan menggunakan diseksi
tumpul. Dengan menggunakan forsep pada kandung kemih atau jari diletakkan di
bawah struktur ini memungkinkan sedikit tekanan ke atas untuk diterapkan pada
urethra, prostate, rektum, dan pada wanita, vagina, dan transeksi dapat dilakukan
dengan memasukkan skalpel antara kandung kemih bagian anterior dan bagian
posterior pubis. Ketika terdapat alat kelamin eksterna yang tidak normal atau
uretra dan/atau atresia anus, alat kelamin eksternal harus diangkat dan dibiarkan
melekat pada organ block. Pada laki-laki dengan atresia uretra, uretra penis harus
diangkat secara keseluruhan, meninggalkan kulit penis utuh. Pada laki-laki, ketika
testis berada dalam skrotum atau sebagian turun ke kanalis inguinalis, mereka
dapat diangkat dengan mudah. Dengan organ-organ abdomen yang utuh, ujung
tumpul gunting dapat diletakkan dalam kanalis inguinalis. Gunting kemudian
dibuka untuk melebarkan seluruh kanalis inguinalis ke kantung skrotum. Vas dan
pembuluh darah kemudian dapat ditarik dengan lembut, mengangkat testis ke
dalam abdomen. Vas kemudian didiseksi dari tulang pelvis ke dasar kandung
kemih dan diangkat dengan block. 7,8
Arteri iliaka komunis dapat diikat secara terpisah atau aorta dapat diikat
tepat di atas bifurcatio. Aorta dan/atau arteri iliaka dipotong, dan ikatan ditinggal
di dalam tubuh. Saat organ pelvis dilepaskan dari penyambungan, seluruh block
dapat dilepaskan dari tubuh dengan memotong jaringan lunak dari tulang
belakang, memastikan pisau sedekat mungkin dengan corpus vertebra, bergabung
dengan bukaan sebelumnya pada diseksi di toraks.7,8

33

Gambar 29. Diseksi jaringan lunak di leher, memperlihatkan tiroid (panah) dan
laring. Organ-organ toraks diangkat dengan lembut dan potongan V terbalik
dibuat di atas tulang hyoid dalam persiapan untuk pengeluaran isi dalam /
evisceration.(T trakea, A aorta).

Gambar 30. Diafragma kanan (RD) dipotong sepanjang kontur dinding tubuh
menggunakan gunting sebagai persiapan untuk pengeluaran isi dalam /
evisceration Hal yang sama dilakukan di sebelah kiri, memperluas kedua
potongan hingga ke tulang belakang (L hati).

34

Gambar 31. Organ toraks diangkat dari rongga dada sebelah kiri setelah reseksi
diafragma

(panah). Pisau bedah digunakan untuk memotong jaringan

lunak di bagian posterior aorta descendens (A) sepanjang tulang belakang (S)
sampai ke ginjal. Potongan yang sama dibuat di sisi kanan. (H- jantung, Ccolon).

Gambar 32. Pengeluaran kandung kemih (UB) dengan menggunakan forsep


bergigi. Potongan dibuat berdekatan dengan simfisis pubis ke pelvis dan melewati
kandung kemih, prostat dan rectum. (C kolon).

35

Sebelum membedah block organ, beberapa jaringan harus diangkat dari


tubuh untuk sectioning dan stock bottle. Tulang rusuk harus dihitung sekali lagi di
kedua sisi, dan dua costochondral junctions harus diangkat (sekitar 1 cm
panjang). Jaringan lunak diangkat dari sternum pada kedua aspek anterior dan
posterior dan harus diangkat untuk memeriksa pusat osifikasi. Otot psoas dan
saraf skiatik disampelkan. Salah satu atau kedua kelenjar submaxillary harus
diangkat hati-hati, tanpa merusak kulit yang melapisi leher. Jaringan padat yang
berwarna merah muda ini tepat di bawah dan di tengah dengan sudut rahang di
sisi masing-masing. Ini juga dapat dilakukan ketika mengangkat lidah.7,8
6. Kultur Cairan Serebrospinal
Sebelum mengangkat otak dan medulla spinalis, cairan spinal harus
dikultur. Ini bisa dilakukan di daerah lumbal tulang belakang atau di cisterna
magna. Lumbal tulang belakang terekspos setelah evisceration. Jarum suntik steril
dimasukkan melalui diskus. Setelah jarum masuk di dalam kanalis spinalis, cairan
spinal dapat ditarik keluar untuk kultur. Untuk mendapatkan cairan serebrospinal
dari cisterna magna, kulit di atas occipital notch dibersihkan dan jarum suntik
steril dimasukkan antara tulang occipital dan atlas, dengan tubuh dalam posisi
tegak dan leher hiperfleksi.7,8
7. Pengangkatan Otak
Insisi pada kulit harus diperpanjang dari belakang salah satu telinga, ke
atas, melewati puncak kranium dan kemudian turun ke belakang telinga yang lain.
Kulit kepala terbuka pada bagian anterior di atas mata dan posterior di arah
caudal. Satu insisi berbentuk tanda tanya sangat berguna untuk pemeriksaan
batang otak dan untuk mengungkapkan bukti herniasi melalui foramen magnum.
Inspeksi dari fontanel penting dalam beberapa kasus. Tingkat ketegangan
(cekung atau tegang dan menggembung), terutama fontanel anterior, harus
diperhatikan.7,8

36

Gambar 33. Insisi (titik) kulit kepala sebagai persiapan untuk pengangkatan otak.
Potongan diperpanjang dari belakang salah satu telinga, ke atas, melewati puncak
kranium dan kemudian turun ke belakang telinga yang lain.

Gambar 34. Pandangan lateral kalvarium setelah refleksi dari kulit kepala.

37

Gambar 35. A) Gambaran insisi berbentuk tanda tanya di kulit kepala sebagai
persiapan pengangkatan otak dan melihat isi servikalis dari kanalis spinalis.
Pandangan aspek posterolateral kiri.

Gambar 35. B) Gambaran insisi berbentuk tanda tanya di kulit kepala sebagai
persiapan pengangkatan otak dan melihat isi servikalis dari kanalis spinalis.
Pandangan aspek posterolateral kiri.

38

Panjang dan luasnya fontanel diukur. Untuk membuka tengkorak, dimulai


dengan dua irisan kecil, setiap satu di sudut lateral pada fontanel anterior. Gunting
dengan ujung tumpul dimasukkan ke dalam bukaan yang dibuat di setiap sisi dan
hampir satu bulatan lengkap dipotong, meninggalkan sebagian yang utuh pada
aspek lateral. Pemotongan dibuat melalui tulang tepat lateral pada sinus sagital,
meninggalkan ia utuh. Bagian ini yang utuh pada aspek lateral akan bertindak
sebagai engsel, memungkinkan penutup tulang untuk dilipat jauh dari otak.
Memotong sepanjang sutur masing-masing adalah metode lain untuk mengekspos
otak. Ini menghasilkan penutup tulang frontal dan parietal yang tersisa melekat
pada tengkorak dan dilipat kembali. Kedua metode bisa diterima.7,8

Gambar 36. A) Insisi di tengkorak dimulai dengan irisan kecil (garis-garis hitam)
pada aspek anterior lateral fontanel anterior (AF) (panah, sinus sagital). B)
Ilustrasi potongan (garis titik-titik) yang dibuat di kalvarium untuk mengekspos
otak. C) Ilustrasi kranium yang dibuka dan sutura sagital. Garis patah
39

menunjukkan dimana sinus sagital akan dipotong untuk mengangkatnya. D)


Otak lateral
harus kiri
diperiksa
in situ
dengan
memiringkan
ke sutura,
depan,
Pandangan
kalvarium
setelah
potongan
dibuat kepala
sepanjang
belakang,
dan dua
kedua
sisi. tulang
Falx dan
tentorium
diperiksa
untuktersebut
robekanadalah
atau
menghasilkan
lipatan
di setiap
sisi. Satu
dari lipatan
kecacatan,
dandan
setiap
atas atau di bawah tentorium dicatat.
tulang frontal
yangakumulasi
lain adalahdarah
tulangdiparietal
Falx dipotong dari perlengketannya pada tulang (menggunakan sebilah pisau
bedah atau gunting kecil) pada aspek anterior dan posterior, bersama dengan sinus
sagital. Untuk mengangkat otak, posisikan tangan kiri di atas occiput, menimang
tengkorak dan otak di telapak tangan supaya tulang tengkorak tidak dipotong ke
dalam otak. Miringkan kepala kembali dengan lembut dan otak akan menjauhi
kalvarium. Hasil yang sama dapat dicapai dengan meletakkan kepala di atas meja
pembedahan.7,8
Saraf kranial pertama diperiksa dan diangkat dengan lembut dari dasar
tengkorak untuk ditinggalkan melekat pada otak. Hemisfera serebral dapat ditarik
lembut dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan, dan sisa saraf kranial
dapat ditranseksi, dari depan ke belakang. Saraf kranial harus dipotong dekat
dengan tulang dan tangkai pituitari dipotong dekat dengan otak. Ketika otak bebas
dari kalvarium, tangan harus sentiasa memegang otak supaya tidak terjadi
stretching artifact pada midbrain. Permukaan dalam batang otak dan anterior
servikalis medulla spinalis harus dilihat. Tentorium dapat dipotong dengan pisau
bedah atau gunting di sekitar pinggiran tanpa merusak serebelum di bawahnya.
Medulla spinalis bagian servikal dapat ditranseksi dengan pisau bedah yang tajam
sejauh mungkin ke dalam foramen magnum. Gunting seharusnya tidak digunakan
karena akan menyebabkan crush artifact yang signifikan pada medulla spinalis
bagian servikal. Otak diinspeksi, ditimbang, dan diletakkan dalam formalin. Otak
harus tetap dalam posisinya sampai 10 hari.7,8
Otak dengan maserasi yang jelas atau hydrocephalus dapat diangkat di
bawah air dengan metode sama yang dijelaskan di atas. Otak akan mengapung di
air, mengelakkan robekan parenkim yang disebabkan oleh gravitasi dan berat
otak. Fetus dan bayi dapat diletakkan ke dalam sebuah wadah air yang besar atau
yang biasanya ditemukan di kamar otopsi.7,8

40

Pada bayi yang lebih tua di mana kalvarium telah menjadi lebih tebal,
gunting tidak bisa digunakan lagi. Gergaji diperlukan dan satu potongan yang
hampir sirkular dibuat untuk mengangkat penutup tengkorak. Potongan ini dibuat
mengelilingi satu daerah angulasi pada setiap sisi. Dekat dengan aspek temporal
dan occipital, tulang sering menjadi sangat tebal dan lebih sulit untuk gergaji.
Kalvarium kemudian dapat diangkat keluar dan otak dapat diangkat seperti yang
dijelaskan.7,8
Satu metode alternatif untuk pengangkatan otak adalah dengan membuat
satu potongan sirkular di dalam kalvarium dan kemudian mengangkat otak
bersama dengan penutup tengkorak. Otak kemudian dapat mengapung keluar dari
kalvarium di dalam air atau formalin. Hal ini memelihara otak agar tetap intak
tanpa perlu dipegang. Otak dapat ditimbang dengan tengkorak dan setelah
pengapungan

otak,

berat

penutup

tengkorak

dikurangi

dari

berat

sebelumnya.Setelah pengangkatan otak, dasar tengkorak dan foramen magnum


diinspeksi dan sinus dura dibuka dengan menggunakan skalpel (pisau bedah).
Dura harus dilepaskan dari penutup tengkorak bagian atas bersama sinus sagital
dan tetap dengan otak.7,8

Gambar 37. Otak yang diangkat dari dalam penutup tengkorak bagian atas.
8. Hipofisis

41

Untuk mengeluarkan hipofisis, perlengketan dengan tentoriumnya


dipotong sepanjang aspek anterior dan lateral dari sella. Di bagian posterior,
prosesus klinoideus dilepaskan dari sella dengan menggunakan skalpel. Tentorium
dipegang dengan forsep bergigi kecil, kemudian hipofisis secara hati-hati
dilepaskan dari tulang.7,8
9. Mengeluarkan Korda Spinalis Pendekatan Anterior
Setelah eviserasi, bagian thoraks dan lumbar dari tulang belakang dapat
dilihat seluruhnya. Mentranseksi salah satu diskus intervertebralis lumbar yang
paling bawah dengan menggunakan skalpel. Menyisipkan salah satu ujung dari
sepasang gunting bulat ke dalam pembukaan ini dan memotong pedikel tulang
belakang pada kedua sisi sepanjang seluruh tulang belakang. Dura yang tersisa
utuh. Setelah semua pedikel telah dipotong (sedekat mungkin dengan basis
cranii), angkat kolumna vertebralis yang dibebaskan, memperlihatkan korda
spinalis. Seorang asisten dapat menahan kolumna vertebralis atau dapat dipotong
sejauh mungkin ke arah leher. Dengan skalpel yang tajam, transeksi korda pada
ujung lumbar dan dengan lembut mengangkat dura yang mengelilinginya dengan
forsep bergigi. Diseksi dura dan korda dari kanalis spinalis sepanjang seluruh
panjangnya, tanpa memberikan ketegangan pada korda. Di daerah serviks, diseksi
menjadi tak terlihat, dan dengan menjaga gunting dekat ke tulang, kerusakan pada
korda dapat dicegah. Daerah servikal juga dapat didekati dari basis cranii melalui
foramen magnum. Setelah pengangkatan korda spinalis, dua korpus vertebralis
dapat dikeluarkan dari kolumna spinalis dengan memotong melalui diskus
intervertebralis di servikal bagian atas dan daerah lumbar bagian bawah. Ini dapat
dipertahankan dalam formalin dalam botol stok untuk pembedahan lebih lanjut.
Pada anak-anak yang lebih tua, sebuah gergaji diperlukan untuk melakukan
prosedur di atas. 7,8
Korda spinalis juga dapat diangkat dengan pendekatan posterior untuk
menjaga dari cacat atau untuk membiarkannya tetap melekat pada otak,
mengangkat mereka sebagai satu bagian.7,8

10. Rekonstruksi Tubuh


42

Di beberapa daerah, anggota keluarga dapat membawa janin atau bayi


mereka ke kamar jenazah. Tubuh tersebut harus hati-hati direkonstruksi dan diberi
pakaian dengan tepat. Dalam hal ini, pedoman yang ditetapkan oleh lembaga
harus diikuti sebaik mungkin.7,8
Tubuh harus dibilas dan dibersihkan dari semua darah dan cairan tubuh.
Rongga tengkorak, dada, dan perut harus bebas dari cairan dan diisi dengan kapas
atau material absorban lain yang cocok. Materi berjahitan tebal sebaiknya
dihindari karena sifat kulit yang rapuh. Beberapa lembaga dan/atau kamar
jenasah, membutuhkan tubuh dijahit tertutup. Jika hal ini terjadi, bahan jahitan
yang sangat halus boleh digunakan. Pada beberapa kasus, jaringan subkutan akan
memberi bentuk jahitan yang lebih baik daripada kulit. Hal ini terutama berlaku
dalam kasus-kasus maserasi dan edema yang parah. Juga terdapat perekat jaringan
kerja cepat yang tersedia seperti histoacryl blue. Harus berhati-hati untuk
menghindari penggunaan lem yang berlebihan karena hal ini menghasilkan reaksi
eksoterm. Di beberapa lembaga, diperbolehkan untuk melekatkan tepi-tepi kulit
yang diinsisi di atas bahan penyerap dan secara adekuat membungkus janin atau
bayi dalam kain kafan berlabel. Pemilik perusahaan pemakaman kemudian dapat
mempersiapkan tubuh tersebut tanpa adanya kerusakan awal pada jaringan
subkutan atau kulit. Hal yang sama berlaku untuk kranial. Kulit dari skalp
ditempatkan kembali pada tulang dan ujung-ujungnya dilekatkan.7,8
Perbaikan defek pada kulit atau tubuh yang disebabkan pada autopsi harus
dilakukan dengan hati-hati, terutama jika kulit edema. Beberapa perbaikan
mungkin menambah defek, sehingga sangat sulit untuk melakukan perbaikan.
Memberitahukan kepada pemilik perusahaan pemakaman mengenai defek yang
ada dan memperbolehkannya untuk melakukan perbaikan mungkin menjadi
alternatif terbaik.7,8
11. Diseksi Blok Organ
Blok organ ditempatkan pada permukaan ventralnya. Organ harus
ditempatkan pada spons besar atau di atas papan pemotong dengan pencahayaan
yang memadai. Sebuah kaca pembesar atau mikroskop dan protokol yang tepat
tersedia untuk mencatat hasil observasi dan berat organ, harus telah tersedia. Blok
43

organ dapat dengan mudah dipindahkan atau dirotasikan untuk memfasilitasi


diseksi, tidak seperti blok organ besar pada autopsi orang dewasa.7,8
Aorta dibuka secara posterior ke lengkung aorta. Arteri renalis dibuka dan
dapat dibiarkan menempel pada ginjal bersama dengan segmen dari aorta, atau
dapat dipotong, memisahkan ginjal dari aorta. Aorta tercermin dari blok organ dan
dapat dibiarkan melekat pada jantung secara keseluruhan atau dipotong hanya
sebelah

distal

dari

duktus

arteriosus.

Jika

ada

kelanjutan azygos dari IVC yang tidak diidentifikasi sebelum eviserasi, vena
azigos akan terletak posterior dan sedikit ke kanan dari aorta abdominal. Ketika
aorta dibuka pada aspek posteriornya, vena azigos dan/atau vena renalis kiri akan
ditranseksi.7,8

Gambar 38. Blok Organ ditempatkan pada permukaan diseksi dengan aspek
ventral menghadap ke bawah. Aorta (A) di buka dari posterior di sepanjang
panjang aorta hingga tepat di bawah duktus arteriosus. Arteri renalis kiri (panah)
telah dibuka, dan gunting berada di dalam arteri renalis kanan (RK, ginjal kanan;
LK, ginjal kiri; E, esofagus; LL, paru-paru kiri; RL, paru-paru kanan).

44

Gambar 39. Perlangsungan azigos dari vena kava inferior. Vena azigos (AV)
terletak sedikit ke kanan dan posterior ke aorta (A) ketika memanjang ke
abdomen. Vena renalis kiri (LV) akan berjalan posterior ke aorta berlawanan
dengan posisi normalnya yang berada di anterior (LK, ginjal kiri; RK, ginjal
kanan; panah, arteri renalis kiri dan kanan).
IVC dibuka dari posterior ke tempat masuknya di hati, dan pembuluh
darah ginjal dibuka. Pembuluh darah ginjal dapat dibiarkan melekat atau
dipisahkan. Jika dipisahkan, IVC harus tercermin pada porta hepatis.
Mencerminkan daun diafragma jauh dari adrenal dan dengan berhati-hati
mengangkat setiap adrenal dengan sebagian besar menggunakan diseksi tumpul.

45

Menggunakan pembuluh adrenal dan/atau jaringan ikat yang terpasang untuk


mencabut akan mencegah kerusakan pada parenkim.7,8

Gambar 40. Vena kava inferior (IVC) telah dibuka ditempat masuknya ke hati.
Vena renalis kiri dan kanan dibuka dengan cara yang sama seperti arteri renalis.
Puncak diafragma (D) telah di refleksi, dan adrenal kiri (LA) sedang dilepaskan
dari perlengketannya (RA, adrenal kanan; RK, ginjal kanan; LK, ginjal kiri; S,
limpa).
Melepaskan adrenal pada titik ini memungkinkan untuk memudahkan
identifikasi, karena ginjal masih dalam posisi anatominya. Timbang adrenal
bersama-sama. Adrenal adalah dibelah secara serial. Ginjal dapat didiseksi dari
blok, berhati-hati untuk menjaga ureter. Kandung kemih dan genitalia interna pada
wanita dapat didiseksi bebas dari rektum dan anus kecuali ada sebuah anomali
(yaitu, fistel rektovesikal). Kandung kemih, vagina dan uterus dibuka bersama
dengan ureter. Uterus, serviks, dan vagina dapat dipisahkan dari kandung kemih.
Ginjal ditimbang dan dibagi. Balikkan blok organ, dengan sisi anterior
menghadap atas, potong duodenum di sekitar tingkat ligamentum Trietz.
Lepaskan mesenterium usus kecil dengan gunting Metzenbaum sedekat mungkin
dengan usus. Jika beberapa mesenterium yang tersisa melekat pada usus, ia akan
46

melengkung,

mencegah

mudahnya

pembukaan.

Kelenjar

getah

bening

mesenterika diperiksa dan dibelah. Usus kecil dan besar dibuka dan isinya dan
status dari mukosa dicatat.7,8
Struktur Portal diperiksa dengan mengekspos vena portal dan arteri
hepatik. Vena portal dibuka. Sebelum memotong vena portal, vena lienalis dibuka
karena memanjang dari vena portal di bagian atas pankreas ke hilus splenikus.
Arteri hepatik dibuka. Pada bayi yang lebih besar, saluran empedu diperiksa dan
dapat dibuka, memperpanjang pemotongan melalui duktus komunis ke ampula
Vater.7,8

Gambar 41. (A) Vena porta yang utuh (panah). Hemostat menarik vena kava
inferior (GB, kandung empedu; P, pankreas; S, limpa; panah, vena splenikus). (B)
untuk membuka vena splenikus (panah), potongan diperpanjang dari vena porta
(PV) yang terbuka, melewati bagian atas pankreas (P) ke hilus splenikus (S,
limpa; L, hati; GB, kandung empedu).
Meremas kantong empedu secara lembut akan menunjukkan beberapa
empedu melalui duktus sistikus, mengkonfirmasi patensinya. Meremas kantong
empedu dapat menilai patensi saluran empedu di janin kecil. Empedu akan
47

berjalan melalui ampula Vater ke dalam duodenum. Dalam hal ini, kandung
empedu harus dibedah dari tempatnya sehingga hati tidak rusak di bawah
tekanan. Vena umbilikalis dan duktus venosus (jika paten) harus dibuka. Lemak
perisplenic diperiksa untuk aksesori limpa, dan limpa diangkat, ditimbang, dan
dibagi.7,8

Gambar 42. Ilustrasi posisi duktus venosus


Kerongkongan selalu harus dibuka dari posterior sebelum dibedah dari
trakea karena menghilangkannya akan menyebabkan fistula. Setelah esophagus
dibedah dari trakea, kerongkongan, lambung, duodenum, dan pankreas dapat
diangkat sebagai satu blok. Perut dibuka sepanjang kurvatura mayor. Pankreas
dapat dibiarkan melekat pada duodenum atau dilepaskan dan ditimbang.
Diafragma ini dilepaskan dari hati, meninggalkan IVC utuh. Hati dipisahkan dari
blok organ thoraks, meninggalkan sepotong hati melekat pada IVC. Hal ini dapat
dilakukan dengan skalpel dan menyediakan titik orientasi untuk melihat hati
dengan anomali kongenital kompleks. Hati ditimbang dan dibelah. Kandung
empedu dibuka dan isinya dicatat. 7,8
Jantung dan paru-paru biasanya berada dalam satu blok dan dapat
ditimbang bersama-sama. Dalam kasus kardiomiopati atau penyakit metabolik,
jantung dapat dipisahkan dari paru-paru dan ditimbang sendiri. Paru-paru dapat
dipisahkan juga ketika ada hipoplasia paru. Jika jantung dan/atau paru-paru akan
dikembungkan dengan formalin, hal itu dilakukan pada titik ini. Trakea dibuka
48

dari posterior ke karina dan ke setiap bronkus utama. Morfologi bronkial dinilai.
Paru-paru dibelah dan hati diperiksa lagi dengan mengikuti aliran darah. Pada titik
ini, setiap anomali kongenital didokumentasikan dan difoto dengan baik.
Tergantung pada anomali yang diidentifikasi, blok organ dapat dibiarkan utuh atau
sebagian utuh. Anomali mempertahankan hubungan mereka dan spesimen
pengajaran yang sangat baik.7,8

Gambar 43. (A). Esofagus (E) dibuka sepanjang aspek posterior (RL, paru kanan;
LL, paru kiri; D, diafragma). (B). Esofagus (E) dengan hati-hati dibelah dari
trakea (T) dengan gunting (RL, paru kanan; LL, paru kiri.

49

Gambar 44. (A) Jantung (H) dan hati (L) tetap melekat oeh vena kava inferior
(panah). Dengan forsep memegang vena kava inferior, skalpel digunakan untuk
mmbuat potongan elips ke hati. (B) sepotong hati (L) tetap melekat ke vena kava
inferior untuk orientasi cepat pada jantung. Ini sebagai titik awal untuk orang
yang tidak berpengalaman saat melihat ke setiap jantung, normal atau tidak.
Tabel 4
Pemeriksaan Mikroskopik Rutin
Trakea dengan tiroid, esofagus, dan paratiroid (potongan
silang)
Jantung (2 potongan): atrium kanan, katup trikuspid dan
ventrikel kanan
Atrium kiri, katup mitral dan ventrikel kiri (potongan diambil
selama insisi dibuat ketika jantung dibuka)
Paru-paru, kiri dan kanan (setidaknya satu potongan dari tiap
lobus)
Gastroesophageal junction
Pilorus
Usus kecil
Usus besar
Pankreas (kaput dan ekor)
Hati
Ginjal (kiri dan kanan)
Kandung kemih
Rib with costochondral junction
Prostat
Uterus, serviks, dan vagina
Testis atau ovarium
Payudara
Timus
Limpa
Nodus limfatikus mesenterika
Lidah
50

Diafragma
M.Psoas
Kulit
Umbilikus (jika satu bagian tetap melengket pada abdomen)
Korpus vertebra

12. Membelah Otak Setelah Fiksasi


Otak harus dicuci dalam air, biasanya semalam, sebelum dipotong.
Sebelum membelah otak, harus diperiksa untuk konfigurasi umum, termasuk lebar
sulkus dan girus, dan untuk simetri. Tingkat perkembangan dibandingkan dengan
apa yang normal untuk usia kehamilan. Penampilan umum dari serebellum dinilai,
dan komponen batang otak diidentifikasi. Setiap bukti herniasi tonsilar serebellar
harus dicatat. Arteri di dasar otak harus diperiksa, dan berat pasca fiksasi
ditimbang. Leptomeninges diperiksa, dan dura, falx, dan tentorium diperiksa.
Sinus dural dibuka. Foto yang mencolok harus diambil jika ada kelainan yang
diidentifikasi pada pemeriksaan eksternal.7,8

51

Gambar 45. Perkembangan otak dari minggu 22 hingga minggu 40 gestasi.


Otak harus dipotong pada papan potong yang besar, menggunakan pisau
yang besar. Nampan yang besar dan datar harus tersedia untuk meletakkan irisan
otak secara berurutan. Irisan harus ditempatkan dengan permukaan anterior pada
nampan, tepi cembung menunjuk jauh dari yang membuat irisan, dengan sisi
kanan di sebelah kanan. Setiap potong harus dibuat dengan satu gerakan tunggal
untuk menghindari tanda gergaji. Pembelahan dapat diubah untuk menjaga lesi
tertentu.7,8
Dengan menggunakan skalpel, serebelum dan batang otak dipisahkan dari
otak dengan memotong melalui pedunkel serebral sejauh mungkin dari rostral.
Otak besar ditempatkan pada papan pemotong dengan dasar menghadap ke atas
dan secara serial dibelah dari frontal ke oksipital. Irisan harus dilakukan pada
52

interval 1 cm di otak. Otak yang lebut harus dipotong pada interval yang lebih
besar untuk menjaga bentuk anatomi. Ukuran dan bentuk dari ventrikel
dicatat bersama dengan penampilan ependima.7,8
Batang otak dipisahkan dari serebellum dengan memotong melalui
pedunkel serebellar menggunakan skalpel yang tajam. Pembelahan serial dari
serebellum dibuat pada bidang horisontal, mulai dari permukaan superior. Irisan
ditambahkan ke nampan dengan cerebrum dengan permukaan inferior di atas
nampan, tepi ventral menunjuk jauh dari pembuat irisan dan dengan sisi kanan di
sebelah kanan.7,8
Batang otak dibelah secara serial dengan interval 2 mm dari rostral ke
kaudal. Hal ini ditampilkan di atas nampan dengan sisa otak. Permukaan kaudal di
atas nampan dengan sisi ventral menghadap atas dan sisi kanan di sebelah kanan.
Ukuran aquaduktus silvii dan ventrikel keempat dinilai, dan anatomi normal
diidentifikasi. 7,8
Dura yang mengelilingi korda spinalis diinsisi pada garis tengah aspek
ventral dan dorsal di sepanjang seluruh panjangnya. Aspek anterior dan posterior
korda diperiksa, dan korda dipotong melintang di berbagai tingkat tanpa
memotong melalui dura. Korda harus dibiarkan menempel pada dura untuk
mempertahankan orientasi anatomi.7,8
Setiap lesi yang diidentifikasi harus diukur dan lokasi anatomi mereka
dijelaskan dengan tepat. Sebelum pembelahan, foto harus diambil. Lesi spesifik
harus dibelah. Jika otak tampak normal, pembelahan representatif harus dilakukan
dan lokasi mereka tercatat pada daftar blok.7,8
Diameter transversal cerebellar ditetapkan dengan baik dalam USG
sebagai parameter yang dapat diandalkan untuk memperkirakan lama kehamilan.
Jika pertumbuhan dibatasi, otak kecil biasanya terhindar, membuat diameter
cerebellar transveral yang penunjuk usia kehamilan yang dapat dipercaya bahkan
ketika parameter lainnya jatuh dari kurva pertumbuhan yang sesuai.7,8

53

Gambar 46. Sebuah ilustrasi otak yang dilihat dari basisnya, dengan batang otak
dan serebellum diangkat, memperlihatkan posisi untuk pemotongan dan potongan
menyilang. Potongan standar untuk pemeriksaai mikoskopik di tunjukkal oleh
persegi empat pada gambar.
13. Artefak
Robekan yang tidak teratur di dinding abdomen merupakan kejadian yang
sering terjadi. Robekan tersebut terjadi sebagai akibat dari maserasi atau
persalinan manual. Ujung ujung robekan biasanya tidak teratur dan, jika dekat
dengan umbilikus, tidak boleh dikelirukan dengan gastroschisis atau omfalokel.
Kandung kemih yang membesar disebabkan oleh rupturnya katup uretra posterior.
Riwayat persalinan biasanya akan mengklarifikasi hal ini.7,8

54

Gambar 47. Robekan pada dinding abdomen kanan dengan lengkungan usus
menonjol keluar dari robekan
14. Otopsi Lahir Mati
Pada pemeriksaan eksternal, derajat maserasi harus dinilai dan
dibandingkan dengan riwayat klinis pergerakan janin dan/atau detak jantung janin
yang terakhir diketahui. Dengan mengamati derajat kelicinan dan lepuh kulit,
kelemahan sendi dan ada atau tidak adanya tumpang tindih tulang tengkorak akan
memungkinkan Anda untuk memprediksi lamanya waktu janin tersebut meninggal
di rahim.7,8
Seberapa luas pemeriksaan yang harus dilakukan pada maserasi bayi?
Pemeriksaan harus dilakukan menyeluruh, dengan konsep unit maternal-fetalplasenta digunakan untuk mengeksplorasi banyaknya variabel untuk penyebab
kematian janin di dalam rahim.7,8
Ketika memeriksa tubuh bayi lahir mati, penting untuk mengidentifikasi
setiap anomali kongenital, secara eksternal maupun internal. Anamnesis riwayat
persalinan yang baik, bersama dengan pemeriksaan USG, dapat sangat bermanfaat
ketika berhadapan dengan janin maserasi. Mengidentifikasi kelainan genetik
seperti salah satu trisomi atau penyakit polikistik ginjal penting untuk dilakukan.
Suatu pemeriksaan eksternal dan in situ yang menyeluruh harus dilakukan seperti
yang dijelaskan sebelumnya dalam bab ini, bersama dengan pemeriksaan plasenta
yang terperinci. Berat dan ukuran tubuh sangat membantu untuk memperkirakan

55

usia kehamilan dan mengevaluasi adanya pembatasan pertumbuhan intrauterin.


Panjang kaki sangat berguna sebelum usia kehamilan 27,8 minggu.7,8
Tabel 5
Tabel Waktu Perubahan yang Disebabkan Maserasi setelah Kematian Janin
Intraunterin
Durasi
Retensi

Pemeriksaan Fetus Histologi Organ Fetus

Intrauterina
4 jam

Ginjal

Histologi
Plasenta

hilangnya

basofilia tubular nuklear


6 jam

Bercak

Kariorheksis

deskuamasi 1

inravaskular

cm;

perubahan

warna coklat atau


merah pada ujung
umbilikus
12 jam

Deskuamasi pada
wajah, punggung,
abdomen

18 jam

Deskuamasi 25%
dari tubuh, atau
dua regio tubuh
atau lebih

24 jam

Perubahan warna Hati : hilangnya basofilia


menjadi

cokelat nuklear hepatosit

pada abdomen
Deskuamasi

Bagian dalam miokard:


hilangnya basofilia nuclear

moderat

56

7,86 jam

Setiap

kompresi

kranialis
48 jam

Deskuamasi >50% Bagian


tubuh

luar

miokard: Kelainan lumen

Hilangnya basofil nuklear

pembuluh darah
multifokal

72 jam

Deskuamasi >75%
tubuh

96 jam

Tumpang

tindih Hilangnya basofil nuklear

sutura kranialis (4 pada sel epitel bronkial


5 d)
1 minggu

Mulut

dan di semua sel hati


terbuka Saluran

lebar

gastrointestinal:

kehilangan

maksimal

basofil nuklear.
Kelenjar
kehilangan

adrenal:
maksimal

basofil nuklear
Trakea: hilangnya basofili
nuklear kondrosit.

2 minggu

Mumifikasi

Perubahan luas

(dehidrasi,

pada

kompresi,

vaskular

berwarna
kecoklatan)

lumen

Fibrosis

luas

pada

vilii

terminal
28 hari

Ginjal:

kehilangan

maksimal basofilia nuclear

57

Data dari Genest DR, Williams MA, Greene MF. Estimating the time of death in
stillborn fetuses: I. Histologic evaluation of fetal organs: An autopsy study of 150
stillborns. Obstet Gynecol 1992;80:575; Genest DR. Estimating the time of death
in stillborn fetuses: II. Histologic evaluation of the placenta: A study of 71
stillborns. Obstet Gynecol 1992;80:585; Genest DR. Estimating the time of death
in stillborn fetuses: III. External fetal examination: A study of 86 stillborns, Obstet
Gynecol 1992;80:597,8.

58

59

Gambar 48. Stadium maserasi berbeda pada kelahiran mati. (A) Awal kematian,
sekitar 4-6 jam. Fetus menunjukkan hiperemia pada kulit wajah dan perdarahan
peteki pada dada. (B) Bercak deskuamasi kulit sekitar 1 cm dengan bulla.
Kematian fetus sekitar 8-10 jam. (C) Fetus dengan deskuamasi kulit sekitar 25%
dengan perubahan warna kulit. Kematian fetus sekita 18-24 jam. (D) Fetus dengan
kulit licin dan kompresi kranialis. Kematian diperkirakan 7,86 jam. (E) Fetus
dengan kompresi kranialis (panah), yang menunjukkan tanda spalding.
.
Tergantung pada tingkat maserasi, menimbang berat organ mungkin
berguna atau tidak berguna. Penentuan ini harus dilakukan pada berdasarkan
kasus per kasus. Hal ini juga berlaku untuk pemeriksaan mikroskopis. Kasus
maserasi berat tidak perlu dibelah terlalu luas. Tulang seringkali terawat dengan
baik pada bayi lahir mati yang maserasi. Paru-paru dan plasenta harus secara rutin
diperiksa secara histologis, terlepas dari tingkat maserasi. Sel merah bernukleasi
bertahan di paru-paru ketika morfologi nuclear telah menghilang dari semua
visceral lainnya. Hal ini dapat memberikan bukti yang baik dari eritroblastosis
fetalis. Jika ini parah, perubahan lipoid dalam korteks adrenal janin biasanya
masih bisa dilihat. Beberapa infeksi seperti sitomegalovirus juga dapat
diidentifikasi dalam paru-paru, dan noda sitokeratin dapat menekankan adanya
aspirasi epitel amnion. Identifikasi organ dapat sulit pada organ dengan maserasi
menggunakan hematoxylin dan pewarnaan eosin. Masson trichrome dan/atau
pewarnaan reticulin akan membantu dalam mendeteksi arsitektur organ. Gonad
harus dipotong untuk mengkonfirmasi jenis kelamin pada pemeriksaan
mikroskopis.7,8
Jika diperlukan atau diminta pemeriksaan genetik, sampel fasia lebih
disukai dibanding kulit pada janin maserasi. Sampel ini dapat diambil dari daerah
inguinal, paha, atau dari tendon Achilles. Jaringan lain juga dapat digunakan,
termasuk: paru-paru, otot skelet, kartilago, ginjal, dan hati.7,8
15. Diagnosa Anatomi Sementara
Informasi ini harus diberikan kepada dokter yang hadir dalam waktu 24
hingga 48 jam dari pemeriksaan postmortem. Diagnosa anatomi sementara
60

(Provisional Anatomic Diagnosis [PAD]) adalah kumpulan penemuan yang


penting dari autopsi, yang sering dapat dijelaskan lebih lanjut pada saat autopsi
dengan potong beku (frozen section) atau pewarnaan gram di tempat yang
ditentukan. Suatu diagnosis utama dipilih dari penemuan autopsi dan harus
merupakan proses penyakit pokok yang mendasari. Semua diagnosa lainnya harus
tercantum dalam urutan kepentingannya dan dalam bentuk bagan. Hal ini bisa
dilakukan dengan membuat daftar setiap diagnosis sesuai sistem organ yang tepat
dan harus dilakukan segera setelah autopsi. Penyelesaian PAD yang cepat
memberikan manfaat maksimal dari autopsi untuk dokter. Umpan balik yang
cepat penting untuk dokter dan menciptakan hubungan kerja yang baik antara
departemen patologi dan semua disiplin ilmu perawatan anak. PAD kemudian
akan menjadi diagnosis anatomi akhir setelah pemeriksaan mikroskopis
dilakukan. Ringkasan keseluruhan kasus dan komentar ahli biasanya bagian dari
laporan akhir, terutama jika diagnosa tidak umum atau menarik. Referensi yang
bersangkutan juga turut disertakan.7,8
16. Diseksi Khusus
Duktus thorasikus berhubungan dekat ke aorta, kerongkongan, dan vena
jugularis-subklavia. Semua struktur harus dibiarkan utuh sampai duktus tersebut
telah dibedah. Chyli sisterna adalah pembesaran saccular pada jalur limfatik
utama dari abdomen dan tungkai bawah. Kadang-kadang berbentuk bulat, terletak
pada permukaan anterior korpus vertebra lumbalis pertama dan kedua, tepat di
sebelah kanan aorta dan anterior ke pembuluh darah lumbal. Kemudian ditutupi
oleh tepi medial inti kanan diafragma. Pada bentuk yang lebih memanjang, 5-7 cm
panjangnya, juga dapat memanjang dari lumbal ketiga ke vertebra thorakal kedua
belas, tetapi biasanya dengan ukuran panjang 7,8-4 cm dan diameter 2-7,8 cm.
Diameter duktus 4-6 mm, cukup kecil untuk dikelirukan dengan nervus vagus dan
frenikus jika anatominya tidak diketahui.7,8
Disepanjang jalannya di thoraks, duktus thorasikus terletak retropleural.
Duktus ini paling mudah diambil tepat di atas diafragma, dimana ia melintas ke
sebelah kanan aorta. Di sini ditemukan dalam jaringan antara aorta dan vena
azigos. Jalannya lurus ke atas antara pembuluh darah tersebut dan dibelakang

61

esofagus, yang dengan hati-hati dibebaskan dan ditarik ke kanan. Pada tingkat
korpus vertebra keempat atau kelima, duktus ini condong ke tepi kiri esofagus,
tepat di bawah pleura parietalis. Ini adalah tempat yang penting, karena cedera
pada duktus thorasikus di bawahnya dapat menyebabkan chylothorax kanan, dan
yang cedera di atasnya dapat menyebabkan chylothorax di sebelah kiri.7,8
Duktus thorasikus melewati mediastinum superior, masih di bawah pleura,
melengkung ke kiri 7,8-4 cm di atas klavikula, dan berjalan di depan arteri
subklavia. Akhirnya membuka ke sudut persimpangan vena subklavia kiri dengan
vena jugularis interna kiri.7,8
17. Pengangkatan Genitalia Eksterna
Prosedur ini dibenarkan bila ada anomali genitourinaria, alat kelamin
ambigu, atresia ani, dicurigai adanya fistel. Dimulai dengan insisi melengkung di
setiap genitalia eksterna untuk memasukkan anus atau lokasi pembukaan anus
pada kasus dengan atresia ani . Pada wanita, spesimen harus mencakup labia, dan
pada laki-laki itu harus mencakup kantung skrotum. Simfisis pubis diinsisi di
garis tengah dengan skalpel, dan pinggul dengan lembut didorong ke arah
posterior untuk melebarkan pelvis. Keseluruhan panjang urethra dan kolon dapat
dibebaskan dari panggul dan jaringan disekitarnya menggunakan diseksi tumpul
dengan gunting. Diseksi tumpul tersebut akan menuju margin dari insisi
melengkung yang awalnya dibuat di kulit dan jaringan subkutan. Anomali
genitourinari/anorektal kemudian diangkat utuh, melekat pada blok organ.7,8

62

a. Memulai dengan insisi melingkar di setiap sisi genitalia eksterna. Insisi


mencakup pembukaan anus atau lokasi atresia ani (panah)
b. Simfisi Pubis diinsisi di daerah midline dengan menggunakan skalpel
(panah).
c. Dengan sebuah tangan dimasing-masing panggul, panggul dengan lembut di
dorong ke arah posterior untuk melebarkan pelvis. Jaringan lunak disekitar
kandung kemih, urethra, dan kolon dibedah dengan hati-hati.
Gambar 49. Ilustrasi pengangkatan genitalia Eksterna
63

Pada laki-laki dengan katup uretra posterior, keseluruhan urethra harus


diangkat utuh. Hal ini dapat dilakukan tanpa mengganggu penampilan luar dari
genitalia eksterna. Simfisis pubis dipisahkan seperti yang dijelaskan di atas, dan
uretra dibedah dari pelvis. Setelah urethra berada diluar, diseksi tumpul digunakan
untuk membebaskannya secara melingkar dari kulit penis. Kulit penis dibiarkan
utuh dan dapat kembali diperluas dengan sepotong kain kasa kecil untuk
mengembalikannya ke penampilan normalnya.7,8
18.

Mengangkat Otak dan Tulang Belakang Utuh Pendekatan Posterior


Pendekatan ini digunakan bila ada anomali dari tengkorak atau tulang
belakang yang perlu dipertahankan, termasuk ensefalokel oksipital, malformasi
Dandy-Walker, malformasi Arnold-Chiari, atau mielomeningokel di sepanjang
tulang belakang. Sebuah sayatan berbentuk tanda tanya dibuat di kulit (Gambar
7,85); prosedur ini telah dijelaskan oleh Emery. Bagian yang meluas ke atas leher
dapat diperluas ke arah caudal sejauh yang diperlukan untuk mempertahankan
cacat. Otot di atas oksiput dengan hati-hati diangkat, dan jaringan lunak diatas
ramus vertebra servikalis bagian atas dibedah. Atlas dipotong bersama dengan
vertebra sevikalis kedua dan ketiga, jika perlu. Dura yang terekspos dengan hatihati diinsisi tanpa memotong arachnoid. Hal ini mencegah keluarnya cairan
serebrospinal. Kultur dapat diambil pada saat ini, menggunakan jarum steril. Insisi
dural diperbesar untuk mengekspos korda servikal dan foramen magnum. Dalam
pengaturan normal, rongga dari ventrikel keempat adalah jelas, dan tonsil
serebellar hanya dapat divisualisasi. Tonsil serebellar akan diperkirakan ketika ada
edema ringan sampai sedang dan akan herniasi melalui foramen magnum bila ada
edema berat.7,8
Untuk melanjutkan mengangkat korda, dengan atau tanpa defek tulang
belakang, gunting tumpul ditempatkan antara tulang dan dura dan tulang dipotong
di setiap sisi. Tulang yang mengelilingi defek juga dipotong (Gambar 50). Korda
spinalis dengan hati-hati dibedah dari kanalis spinalis, tetap melekat pada kulit
dan tulang mengelilingi defek, jika ada. Jangan memotong korda servikal. Korda
64

dapat ditempatkan kembali ke kanalis spinalis dengan kulit dilipat dan diikat
dengan beberapa hemostat. Ini akan melindungi korda sementara otak sedang
diangkat. Otak diangkat seperti telah dijelaskan sebelumnya, dengan potongan
tambahan pada garis tengah pelat oksipital. Hal ini memungkinkan otak dan saraf
diangkat sebagai satu unit (Gambar 51). Setelah otak terbebas, angkat hemostat
yang menahan flap kulit pelindung di sekitar saraf, mempermudah pengangkatan
saraf.7,8

Gambar 50. Pengangkatan korda spinalis dan meningokel lumbar menggunakan


pendekatan posterior.

Gambar 51. Otak dan korda spinalis dengan meningonielokel lumbosacral


diangkat sebagai satu bagian.

65

19.

Melepas Tulang Temporal


Melepaskan bagian petrosa dari tulang temporal memungkinkan
pemeriksaan telinga tengah. Menggunakan gunting yang kuat, atau gergaji pada
bayi yang lebih tua, potongan pertama dibuat sepanjang aspek lateral (bagian
skuamosa) dari tulang temporal, tegak lurus dengan petrous ridge dan paralel
dengan tengkorak. Potongan berikutnya dibuat pada aspek medial petrous ridge,
tepat medial ke kanalis karotis dan termasuk meatus akustikus interna.
Menempatkan gunting atau melihat ke aspek superior dan inferior dari dua
potongan sebelumnya dan memotong paralel dengan petrous ridge akan
mengekspos tulang temporal (Gambar 52). Spesimen kira-kira persegi panjang,
dan ketika diangkat keluar, telinga tengah akan terlihat. Kultur setiap pus yang
terlihat. Tulang temporal dapat di dekalsifikasi dan dibelah.7,8

Gambar 52. Panah menunjukkan potongan yang dibuat saat mengangkat tulang
temporal (LF, frontal kiri; FM, formen magnum.

f) Pemeriksaan Penunjang
66

I.

Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopis rutin adalah bagian penting dari autopsi,

terutama pada janin yang lahir hidup terawat baik. Pada janin yang maserasi berat,
pemeriksaan mikroskopis dapat membantu dalam memperkirakan saat kematian
janin. Morfologinya yang diawetkan dengan buruk, dapat menghalangi
pemeriksaan histologis akurat, dan untuk alasan ini, pembelahan tidak perlu
terlalu luas. Tulang biasanya dalam kondisi baik pada janin yang maserasi.7,8
Potongan mikroskopis harus diserahkan dalam waktu 24 jam dari autopsi
untuk kualitas terbaik dan harus segera diproses. Bagian-bagian jaringan harus
ditempatkan dalam kaset yang secara tepat berlabelkan angka autopsi dan dengan
nomor kaset yang dapat direkam pada daftar blok. Daftar ini akan menjadi bagian
dari laporan permanen.7,8
II.

Tes apung paru

Tes apung paru adalah tes yang dilakukan pada mayat bayi untuk
mengidentifikasi adanya udara dalam paru-paru atau tidak, sehingga pemeriksa
dapat menentukan bayi lahir hidup atau lahir mati.Tujuan dilakukan pemeriksaan
tes apung paru adalah untuk mengetahui keadaan bayi apakah lahir hidup atau
lahir mati sehingga dapat membantu penyidik dalam menentukan tindakan
kriminal atau bukan .
Langkah-langkah pemeriksaan tes apung paru :3, 7,8, 9,13
Lidah dikeluarkan seperti biasa, dibawah rahang bawah, ujung lidah dijepit
dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak
palatum mole. Dengan skalpel yang tajam, palatum

mole disayat sepanjang

perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring, esofagus bersama dengan


trakea dilepaskan dari tulang belakang.Esofagus bersama dengan trakea diikat
bersama dengan kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan
agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau benda asing lain
tidak mengalir ke luar melalui trakea (bukan untuk mencegah masuknya udara ke
dalam paru).

67

Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau
pinset bedah dan skalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan.Kemudian esofagus
diikat diatas diafragma dan dipotong diatas ikatan.Pengikatan ini dimaksudkan
agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji
Breslau) tidak memberikan hasil yang meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu
dimasukkan

ke

dalam

air

dan

dilihat

apakah

mengapung

atau

tenggelam.Kemudian paru-paru kanan dan kiri dilepaskan dan dimasukkan


kembali ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.Setelah itu
tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah
mengapung atau tenggelam. 5 (lima) potong kecil dengan ukuran 5 mm x 5 mm
dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, dan diperhatikan apakah
terapung atau tenggelam.
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh
karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila potongan kecil itu
mengapung, letakkan di antara 2 (dua) karton dan ditekan (dengan arah tekanan
yang tegak lurus, jangan bergeser) untuk mengeluarkan gas pembusukan yang
terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan
diamati apakah masih mengapung atau tenggelam.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru.

Figure 1.Well-aerated lungs


floating in water in a case of
alleged
stillbirth
without
attempted resuscitation. The
infant wasnot putrefactive.13

Figure
2.Dark-red
underinflated
lungs from a genuine stillbirth
contrast with the salmon-pink lungs
from the previouscase (Figure 1)
that showed obvious inflation. They
failed to float in water. 13
68

DAFTAR PUSTAKA
1.

Eckert W.G, Wright R.K, eds. Forensic Pathology, In : Inttroduction to


Forensic Sciences, 2nd Edition. New York : CRC Press; 2000. pg 55-69.

2.

Barness E.G, Spicer D.E, eds. General Principles, In : Handbook of Pediatric


Autopsy Pathology. New Jersey: Humana Press; 2005. pg 4-5.

3.

Feinstein J.A, Ernst L.M, Ganesh J, eds. What New Information Pediatric
Autopsies Can Provide, A Retrospective Evaluation of 100 Consecutive
Autopsies Using Family Centered Criteria. Arch Pediatr Adolesc Med. 2007;
161 ( 12 ): 1190-1196.

4.

Kemp C. Pediatric Autopsies Can Benefit Families, In: American Academy


of Pediatrics News. Illinois: American Academy of Pediatrics; 2008.

5.

Sullivan J, Monagie P. Bereaved Parents Perceptions of the Autopsy


Examination of Their Child. Illinois: American Academy of Pediatrics Vol
127, Number 4; 2011.

6.

Peres L.C. Review of Pediatric Autopsies Performed at a University


Hospital in Ribeirao Preto, Brazil. Arch Pathol Lab Med Vol 17,80, 2006 :
62-68.

7.

Barness E.G, Spicer D.E, eds. Pediatric Autopsy, In : Handbook of Pediatric


Autopsy Pathology. New Jersey: Humana Press; 2005. pg 7-38.

8.

Stocker J.T, ed. The Pediatric Autopsy, In : Aiding the Living by


Understanding Death. Northfield: College of American Pathologists; 2009.
pg 1-33.

9.

http://perkembangan-fisiologiorgan-organbayi . Diakses Februari 2012.


Brittain RP. The hydrostatic and similar tests of live birth : a historical
review. Medico-Legal Journal. 1963:31 :189-94.

69

Anda mungkin juga menyukai