Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Otopsi dikenal sebagai pemeriksaan post-mortem, nekropsi (terutama untuk tubuh
manusia), autopsia cadavarum atau obduction yang merupakan prosedur bedah khusus yang
terdiri dari pemeriksaan mayat secara menyeluruh untuk memastikan penyebab kematian,
cara kematian dan melakukan evaluasi setiap penyakit atau cedera yang mungkin ada.
Prosedur ini biasanya dilakukan oleh seorang dokter khusus yang disebut ahli patologi.

1,2

Tujuan utama dari otopsi adalah untuk menentukan penyebab kematian, kondisi
kesehatan seseorang sebelum meninggal dan apakah ada diagnosis medis dan pengobatan
sebelum kematian sesuai. Di kebanyakan negara-negara barat, jumlah otopsi yang dilakukan
di rumah sakit telah berkurang setiap tahun sejak tahun 1955. Kritikus, termasuk ahli patologi
dan mantan editor JAMA George Lundberg telah mengatakan bahwa penurunan jumlah pada
otopsi telah mempengaruhi perawatan di rumah sakit secara negatif, karena ketika kesalahan
mengakibatkan kematian, mereka sering tidak diperiksa dan pelajaran karena itu tetap tidak
dipelajari. Ketika seseorang telah memberikan ijin sebelum kematian mereka, otopsi juga
dapat dilakukan untuk tujuan pengajaran atau penelitian medis. 1,2
Pada saat ini, otopsi pediatri lebih banyak diterima daripada otopsi orang dewasa
karena orang tua ingin mengetahui informasi lebih lanjut tentang kematian anak mereka dan
implikasi untuk masa depan kehamilan. Keadaan ini memang rumit, namun pemeriksaan
patologis yang sangat berharga dapat dilakukan dari tahap embrionik sehingga masa kanakkanak. Ketika dikombinasikan dengan informasi klinis, pemeriksaan yang sangat teliti ini
dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk mendidik keluarga mengenai kehamilan
di masa depan. Pemeriksaan post-mortem meningkatkan standar pengobatan dan perawatan
untuk masa depan.3,4,5,6,7

Anatomi normal orang dewasa dan anak adalah sama, namun otopsi prenatal /
pediatri adalah sangat berbeda. Keragaman dan kompleksitas anomali kongenital ditemukan
pada otopsi perinatal dan fetal ini tidak ada habisnya dan prosector harus siap untuk
1

menghabiskan waktu yang diperlukan untuk mendemonstrasi anomali ini. Prosedur yang
rinci ini dapat diubah untuk mempertahankan anomali yang ditemukan, tanda mendeformasi
tubuh. Mayoritas anomali yang ditemukan pada populasi ini tidak memungkinkan
kelangsungan hidup sampai dewasa.6,7
Menurut definisi WHO (World Health Organization), efek samping suatu obat adalah
segala sesuatu khasiat obat tesebut yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksud
pada dosis yang dianjurkan. Di dalam menggunakan obat, terdapat kerja utama, efek samping
dan kerja tambahan (kerja sekunder). Obat-obatan kerja utama dan efek samping obat adalah
pengertian yang sebetulnya tidak mutlak, karena kebanyakan obat memiliki lebih dari satu
khasiat farmakologi.(2)
Penyalahgunaan obat dalam bahasa Inggris disebut sebagai drug abuse.
Penyalahgunaan obat artinya memakai obat tanpa indikasi medis atau tanpa petunjuk dokter
karena penyakitnya atau hal lain yang dianjurkan dokter. Yang paling banyak disalahgunakan
adalah narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya yang dapat menimbulkan ketagihan/
kecanduan dan ketergantungan yang populer disebut dengan narkoba. Tanpa indikasi
( kegunaan ) yang dianjurkan dokter atau dosis yang tidak tepat akan berbahaya bagi
kesehatan manusia dan bahkan dapat menimbulkan kematian tiba-tiba.(2)
Dalam ilmu kedokteran forensik (Ilmu Kedokteran Kehakiman), narkotika dan obat
pada umumnya digolongkan sebagai racun, karena bila zat tersebut masuk ke dalam tubuh,
akan menimbulkan reaksi biokimia yang dapat menyebabkan penyakit atau kematian, yang
tentunya tergantung dari berapa dosis (takaran), cara pemberian, bentuk fisik dan struktur
kimia zat, serta kepekaan seseorang. Kepekaan seseorang ini dapat dipengaruhi oleh usia,
penyakit terdahulu dan/atau bersamaan, kebiasaan, keadaan hipersensitif tertentu dan
sebagainya.(3)

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja kelainan yang ditemukan pada otopsi bayi lahir mati?
1.3 Tujuan

Untuk menambah pengetahuan tentang cara otopsi pada bayi dan apa saja tanda yang
ditemukan pada bayi lahir mati

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertimbangan Pre-otopsi


Apabila catatan medis mengungkapkan bukti bahwa terdapatnya salah satu prosedur
bedah sebelumnya, ahli bedah atau dokter yang merawat harus dihubungi. Sifat operasi harus
dibahas supaya pembedahan dan proses pengeluaran isi bisa dilakukan tanpa menganggu
operasi perbaikan sebelumnya. Ahli bedah dan dokter yang merawat harus diundang untuk
mengikuti otopsi.7,8
2.2 Pemeriksaan Eksternal/luar
Pemeriksaan eksternal termasuk menimbang berat dan mengukur janin. Semua
tabung dan kateter harus dibiarkan di tempat sehingga akhir distal dapat diperiksa secara insitu atau dipalpasi selama pemeriksaan internal. Janin tersebut ditimbang setelah otopsi dan
dikurangi dari berat badan awal untuk mendapatkan berat badan sebenarnya (true weight).
Pengukuran dapat dilakukan dengan pita ukur atau tali. Pengukuran terdiri dari: 7,8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Lingkar kepala (head circumference)


Lingkar dada (chest circumference)
Lingkar perut (abdominal circumference)
Panjang ujung kepala sampai bokong (crown - rump length)
Panjang ujung kepala sampai tumit (crown - heel length)
Panjang kaki (foot length)
Jarak canthus dalam dan luar
Jarak interpupiler
Panjang celah

Semua pengukuran ini adalah pengukuran dasar yang minimal yang harus dilakukan pada
setiap otopsi pediatri atau janin.7,8

Panjang ujung kepala sampai bokong (crown - rump length) biasanya dua pertiga dari
panjang ujung kepala sampai tumit (crown - heel length). Panjang ujung kepala sampai
bokong (crown - rump length) dan lingkar kepala (head circumference) tidak berbeda lebih
dari 1,0 cm; perbedaan yang bermakna menandakan megaensefali atau mikroensefali. Perut
yang besar mungkin menandakan terdapatnya pembesaran ginjal atau tumor. Panjang kaki
(foot length) sangat berguna terutama pada janin dengan usia gestasi awal, bayi dengan
kelainan utama (anensefali) dan dalam pelebaran dan evakuasi spesimen dimana kaki yang
utuh merupakan satu-satunya pengukuran yang bisa dilakukan. Pengukuran wajah sangat
membantu dalam menentukan hipo atau hipertelorism.7,8
4

Pemeriksaan eksternal dilakukan secara sistematis pada semua janin tanpa


memperkirakan usia gestasi. Waktu kematian janin ditentukan oleh tingkat maserasi. Vernix
caseosa dapat dideteksi kira-kira pada minggu 30 gestasi. Pada kasus bayi lahir mati, vernix
caseosa tidak ditemukan atau hanya sedikit ditemukan pada awal kelahirannya. Sebaliknya,
pada janin dengan maserasi, dapat ditemukan dalam waktu yang lama pada lipatan kulit
seperti axilla, pangkal paha dan di belakang telinga. Vernix caseosa biasanya berwarna
kuning-putih. Warna hijau menandakan penyakit pada saat kehamilan. Apabila diduga adanya
mekonium, kapas (cotton swab) ditempatkan pada kanalis auditoris eksternal dan/atau lubang
hidung. Warna hijau pada kapas menandakan terdapatnya mekonium. Edema juga harus
diperiksa terutamanya pitting-edema pada bagian anterior tungkai bawah bagian distal dan
permukaan dorsum kaki. Jaundice dapat diperiksa dengan melihat sklera dan sianosis
diperiksa pada kuku tangan.7,8

Gambar 4. ( A ) Pengukuran panjang ujung kepala - tumit (crown - heel length) dan panjang
ujung kepala - bokong (crown - rump length). (Lingkar kepala, dada dan perut. (C) Panjang
kaki.
Pemeriksaan eksternal secara sistematis dapat dilakukan dengan menggunakan
protokol otopsi. Ini untuk memastikan bahwa tidak ada komponen yang dihilangkan.
Pendekatan sefalik ke kaudal merupakan prosedur standar. Inspeksi umum pada kulit dibuat
dengan memberi perhatian khusus pada turgor atau elastisitas kulit. Dehidrasi didapatkan
pada bayi baru lahir apabila kulit yang ditekan tidak kembali ke bentuk asal atau disebut
sebagai tenting. Keadaan ini juga menandakan bahwa terdapat ketidakseimbangan
elektrolit. Bekas tusukan jarum dan lesi yang bersangkutan dan kateter yang intak seharusnya
didaftarkan menurut jumlah dan lokasi. Rigor mortis dinilai pada rahang dan di semua empat
ekstremitas.7,8
Pemeriksaan eksternal kepala dimulai dengan dekskripsi rambut dan melihat apakah
ada kelainan abnormal atau lingkaran pada rambut. Palpasi pada tengkorak akan
menunjukkan apakah ada massa dan menjelaskan status tulang kranial apakah bebas bergerak
dan/atau tumpang tindih. Fontanel anterior dan posterior diukur dan dipalpasi untuk menilai
apakah cekung atau tegang.7,8
Telinga diperiksa dengan memberi perhatian khusus pada bentuk heliks dan posisinya
pada kepala. Apabila telinga pada posisi normal, garis imajiner seharusnya bisa ditarik dari
6

takik tulang oksipital (occipital notch) sampai sudut mata. Garis tersebut akan melewati
bagian tengah heliks. Mata diperiksa dari aspek ukuran, bentuk dan orientasinya.
Pengukuranya termasuk jarak kantus bagian dalam, jarak orbital bagian luar, jarak
interpupiler, jarak fissure dan ukuran pupil. Adanya perbedaan atau kelainan pada pupil harus
diberi perhatian dan dicatat. Iris juga harus diidentifikasi dan diinspeksi untuk melihat ada
tidaknya kelainan.7,8
Hidung harus diperiksa dan koana harus diselidiki. Manuver ini dilakukan dengan
menempatkan ujung bulat alat di dalam lubang hidung dan mengarahkannya ke arah kaudal.
Apabila tidak ada atresia koana (tulang atau membrane), alat tersebut akan masuk dengan
mudah menuju nasofaring. Filtrum diukur dan bibir diperiksa untuk menilai kelainan atau
sumbing. Dagu dinilai untuk menilai mikrognatia (rahang yang kecil) atau agnatia (tidak ada
rahang bawah). Malformasi dagu akan mempengaruhi posisi telinga. Di dalam mulut,
palatum durum dan palatum molle diperiksa untuk menilai ada tidaknya kelainan. Warna dan
kondisi hidrasi gingiva dan mukosa diperiksa. Kemudian beralih ke lidah dan permukaannya
dan diikuti oleh leher.7,8

Gambar 5. Pengukuran pada muka. 1) Kantus bagian dalam, 2) Kantus bagian luar, 3) Jarak
interpupiler, 4) Jarak filtrum

Gambar 6. Penentuan posisi normal telinga. Panah putih Occipital notch, panah hitamsudut mata. Garis imajiner seharusnya bisa ditarik dan garis tersebut akan melewati bagian
tengah heliks (midupper portion)

Bagian dada dan perut diperiksa apakah simetris atau tidak dan jarak antara puting
diukur. Jika sebagian dari tali pusat masih melekat pada pada perut, itu harus diukur dan
tempat penyisipannya diperiksa. Ekstremitas dinilai untuk menentukan pertumbuhan normal
dan jumlah jari dicatat. Sendi diperiksa untuk menentukan tingkat maserasi dan rentang
waktu kematian janin intrauterine. Axilla, fossa antikubital dan fossa popliteal diperiksa
untuk pterygia.7,8
Genitalia eksterna diperiksa untuk fenotip laki-laki atau perempuan dan pertumbuhan
normal menurut usia gestasi. Pada bayi laki-laki, kantung skrotum harus dipalpasi untuk
menentukan ada tidaknya testis. Penis dan urethra turut serta diidentifikasi. Pada perempuan,
vagina dan pembukaan urethra diidentifikasi dan vagina diperiksa. Anus turut diperhatikan
dan diselidiki. Tubuh bagian belakang diperiksa apakah ada kelainan atau skoliosis. 7,8
2.3 Pemeriksaan Internal/dalam
2.3.1

Sayatan Awal
8

Tubuh diletakkan pada sebuah blok sehingga bahu dan dada dinaikkan melebihi
permukaan diseksi dan leher berada pada posisi hiperekstensi. Hal ini memungkinkan
exposur yang optimal pada sayatan awal. Sayatan berbentuk Y digunakan, memperpanjang
lengan Y sampai ke atas bahu untuk membebaskan kulit di atas aspek anterior dari leher.
Lengan Y diperpanjang di sekitar aspek lateral dan melewati bawah puting untuk bertemu
kemudian pada bagian bawah di garis tengah pada prosessus xiphoideus. Sayatan vertikal
kemudian dilakukan di garis tengah dari prosessus xiphoideus hingga ke simfisis pubis.
Sayatan ini harus diperpanjang di sekitar bagian kiri umbilikus. 7,8

Gambar 7. A) Bayi ditempatkan pada blok sebagai dukungan dan hiperekstensi leher untuk
paparan yang lebih baik B) Sayatan awal (bentuk Y) pada dada dan abdomen.

Gambar

8. Gunting dengan ujung

bulat

ditempatkan ke nick di

dinding

perut.

dibuka

dengan

Dinding

perut
cara

mengangkatnya ke atas
untuk

menghindari cedera organ


abdominal.

Gambar 9. Dinding perut yang telah dibuka, memperlihatkan vena umbilikalis yang utuh
(satu panah) dan arteri umbilikalis kanan (dua panah) yang membentang sepanjang
perbatasan kandung kemih (UB). Titik-titik sepanjang sisi kanan sayatan menunjukkan di
mana elips kulit dibuat sekitar tali pusat (UC-umbilical cord, L- liver, P- penis).

10

Gambar 10. Penampilan tubuh setelah refleksi kulit dari chest plate dan abdomen lateral.

2.3.2Pemeriksaan in situ abdomen


Kubah diafragma (dome of diaphragm) diperiksa dan posisinya dicatatkan. Hal ini
dilakukan dengan menempatkan jari pada setiap sisi diafragma dan tulang rusuk dihitung dan
dicatat pada protokol. Batas rendah hati kemudian diukur. Apabila terjadi pneumothoraks,
diafragma pada sisi yang terkena akan tergeser ke bawah dari posisi asal dan menjadi datar
atau menggembung ke dalam cavum abdominalis. Organ-organ abdomen diperiksa posisinya.
Warna, ukuran dan hubungan antara organ dicatat. Posisi mesenterik dan appendiks diperiksa
dan dicatat. Untuk memeriksa dasar mesenterik dan kelenjar getah bening mesenterika, usus
kecil harus ditarik ke arah kanan. Perlekatan mesenterika yang normal memanjang secara
oblik melewati dinding posterior abdomen dari ligamentum Treitz di bagian kiri atas ke
bagian bawah ginjal kanan. Panjang normalnya adalah kira-kira 2 cm. Pada perempuan,
uterus, tuba fallopi dan ovarium diidentifikasi, sedangkan pada laki-laki, testis terletak di
dalam abdomen, kanalis inguinalis atau kantung skrotum. 7,8

11

Gambar 11. Ilustrasi pengukuran hati secara in situ. Metode ini menilai derajat batas bawah
hati yang memanjang secara kaudal ke dalam abdomen.

2.3.3 Pemeriksaan in situ toraks


Jika diduga terjadi pneumotoraks, pelat dada (chest plate) tidak bisa dibuka sebelum
pneumotoraks didokementasikan. X-ray postmortem juga dapat membantu memprediksi
pneumotoraks.7,8
Identifikasi pneumotoraks
Jika diduga terjadi pneumotoraks, dinding dada dan diafragma harus dibiarkan utuh.
Setelah kulit, jaringan subkutan dan otot telah dipisahkan dari tulang rusuk, palung dapat
dibentuk pada sudut di mana jaringan lunak bertemu tulang rusuk. Daerah ini dapat diisi
dengan air dan dada kemudian ditusuk di bawah garis air (water line) dengan menggunakan
jarum suntik atau skalpel. Jika ada udara di dada, gelembung udara akan terlepas dan masuk
ke dalam air dan menandakan terdapatnya pneumotoraks. Jarum suntik yang berisi air juga
dapat digunakan di mana jarum disuntik pada dinding dada anterior lateral di ruang
12

interkostal. Setelah ditusuk dengan jarum, gelembung udara akan terlihat masuk ke dalam air
di dalam jarum suntik.7,8
Pelat dada (chest plate) diangkat dengan memisahkan sendi sternoklavikular pada
kedua sisi menggunakan skalpel. Bagian kondral dari tulang rusuk dipotong dalam betuk V
terbalik, kira-kira 4 mm dari costochondral junction. Processus xiphoideus diperiksa untuk
menilai kelainan. Tulang rusuk diangkat menggunakan forsep bergigi yang memegang pada
prosessus xiphoideus dan perlekatan fibrous (fibrous attachments) dipotong sedekat mungkin
dengan tulang. Kantung perikardium harus diusahakan agar tetap utuh. 7,8

Gambar 12. Potongan berbentuk V terbalik pada pelat dada (chest plate).
(X prosessus xiphoideus).

13

Gambar 13. Penampilan toraks/dada setelah pengangkatan dinding dada (chest plate). Timus
normal pada bayi normal adalah besar dan menutupi jantung bagian atas (base) [L hati /
liver, RD - diafragma kanan / right diaphragm, LD diafragma kiri / left diaphragm).
Dalam beberapa kasus, kultur paru mungkin diperlukan. Ini harus dilakukan segera
setelah pelat dada diangkat supaya tidak terkontaminasi / steril. Cairan pleura juga diambil
untuk tujuan kultur. Kultur bisa dilakukan pada salah satu atau kedua paru. Tepi paru-paru
dapat diklem menggunakan haemostat dan paru-paru dapat diangkat dari cavum pleura.
Dengan menggunakam pisau steril / gunting dan forceps, irisan paru-paru dikeluarkan dan
ditempatkan dalam media yang tepat untuk kultur bakteri, jamur atau virus. 7,8

14

Pembuluh darah besar dan jantung akan kelihatan setelah perikardium dan timus
diangkat. Irisan kecil dibuat pada perikardium dan potongan dilakukan secara paralel / sejajar
dengan diafragma memanjang hingga ke bagian dasar dari vena kava inferior (IVC) di
sebelah kanan dan tepat dibawah vena pulmoner (PV) di sebelah kiri. Di sebelah kiri, gunting
ditempatkan secara tegak lurus / perpendikuler dari diafragma dan datar terhadap vena
pulmoner yang memasuki atrium kiri. Potongan dibuat sehingga mencapai arteri pulmoner
kiri.7,8

Gambar 14. Irisan kecil dibuat pada perikardium dan aspek inferior dari perikardium
dipotong secara parallel / sejajar dengan diafragma (tanda panah). Potongan memanjang
hingga ke bagian dasar dari vena kava inferior (IVC) di sebelah kanan dan tepat dibawah
vena pulmoner (PV) di sebelah kiri. [T timus; RL paru kanan; LL paru kiri; L hati].

15

Gambar 15. Gunting ditempatkan secara tegak lurus / perpendikuler dari diafragma dan
datar terhadap vena pulmoner

yang memasuki atrium kiri. Potongan dibuat sehingga

mencapai arteri pulmoner kiri. * - Apeks jantung


Perikardium pada bagian kanan dipotong sedekat mungkin dengan vena kava inferior
(IVC) dan secara paralel / sejajar. Potongan dibuat memanjang sepanjang aspek lateral atrium
kanan (RA) dan vena kava superior (SVC) sehingga mencapai vena innominate kiri. Pada
saat ini, dengan terpaparnya vena kava superior (SVC) dan atrium kanan (RA), kultur darah
dapat dilakukan sekiranya diperlukan. Jarum suntik steril dapat dimasukkan ke dalam dinding
lateral atrium kanan. Penekanan pada hati dan peninggian kepala dapat membantu
pengambilan darah. Perikardium diangkat dengan hati-hati dari arteri pulmoner kiri dan vena
innominate.7,8

16

Gambar 16. Di sebelah kanan, gunting ditempatkan secara tegak lurus atau perpendikuler
terhadap diafragma, dan perikardium dipotong sedekat mungkin dengan vena kava. (A
aorta, RA atrium kanan, * - vena kava superior, RL paru kanan, panah vena kava
inferior)

Gambar 17.

Jarum suntik steril dimasukkan ke dalam atrium kanan

(panah) untuk

mendapatkan kultur darah (T timus, H jantung, D diafragma).


Timus kemudian dipisahkan dari perikardium dan ditimbang. Jika vena
brachiocephalic (innominate) kiri tidak dapat diidentifikasi, harus dicurigai adanya persistent
17

left superior vena cava (PLSVC). Cardiothoracic ratio dihitung. Bagian toraks diperiksa
dengan memperhatikan lobus paru serta posisi dan apeks jantung. Pembuluh darah besar
diperiksa termasuk pembuluh darah yang bercabang dari arkus aorta dan duktus arteriosus.
Duktus arteriosus, arkus aorta dan aorta descendens yang terletak distal dari duktus dapat
dilihat lebih baik dengan mengangkat paru kiri dari cavum pleura. 7,8

Gambar 18. Penampilan dada setelah pengangkatan perikardium dan timus (A Aorta, SVC
vena kava superior, IV vena innominate (brachiocephalic), PA arteri pulmoner, RL
paru kanan, H - jantung).

18

Gambar 19. A) Persistent left superior vana cava (PLSVC) [L], pandangan anterior. Vena
kava superior di sebelah kanan [R] pada posisi biasa, dengan vena brachiocephalic
hipoplastik (panah) [RA right atrial appendage, A Aorta]. B) Ilustrasi pandangan
posterior persistent left superior vana cava (PLSVC) [A Aorta, PA arteri pulmoner, SVC
vena kava superior, IVC vena kava inferior, RA - atrium kanan].

19

Gambar 20. Gambaran duktus arteriosus (panah), arkus aorta (AA) dan aorta descendens
(DA) ketika paru kiri diangkat dari rongga pleura.
Duktus arteriosus harus selalu diperiksa apakah terdapat stenosis atau atresia. Posisi
trunkus aorta terhadap trunkus pulmoner juga harus diperhatikan. Pembuluh darah yang
bercabang dari arkus aorta dan origo arteri koroner diidentifikasi. Topografi arteri koroner
dapat menentukan posisi septum ventrikel dan menjadi indikator yang sangat baik untuk
posisi dan ukuran ventrikel. Manuver Taussig dapat digunakan untuk menilai koneksi vena
pulmonalis in-situ. Hasil otopsi didapatkan Banyak informasi yang dapat diperoleh dari
pemeriksaan eksternal jantung yang dapat digunakan untuk memprediksi penyakit jantung
kongenital. Sebelum eviscerasi, jantung harus dibuka secara in-situ, terutama jika penyakit
jantung congenital dicurigai. Prosedur ini akan mengidenfitikasi dan mempertahankan
koneksi vaskular yang abnormal yang mungkin hilang jika tidak diidentifikasi sebelum
eviscerasi.7,8
2.3.4

Pembukaan jantung in situ


20

Pembukaan jantung in situ memungkinkan dokumentasi semua hubungan normal


dan/atau abnormal sebelum organ diangkat dari tubuh. Prosedur ini tampak kompleks tetapi
merupakan satu prosedur langsung ketika mengikuti aliran darah, memeriksa setiap ruang
sewaktu dibuka, dan menggunakan arteri koroner sebagai panduan untuk menghindari
septum. Pendekatan sistematis ini dapat diubah untuk mengakomodasi kasus individu
masing-masing. Enam langkah dasarnya adalah sebagai berikut: 7,8
1) Satu irisan dibuat pada aspek lateral atrium kanan. Gunting dimasukkan dan vena
kava superior dibuka, potongan dibuat sampai ke vena brachiocephalic kiri. Vena kava
inferior yang terletak pada bagian inferior dari diafragma juga dibuka.
2) Dinding atrium kanan diangkat dengan forsep dan satu ujung dari gunting dimasukkan
ke dalam atrium kanan, aspek inferior pada dinding atrium kanan kemudian dipotong.
Atrium kanan dan lubang katup trikuspid diperhatikan. Potongan dilanjutkan dari
katup trikuspid ke apeks ventrikel kanan, menggunakan posterior descending
coronary artery (PDCA) sebagai panduan untuk septum. Potongan ini harus dibuat
sekitar 1 cm di atas PDCA untuk menghindari terpotongnya septum interventrikuler.
Ventrikel kanan diperiksa.
3) Dengan menggunakan anterior descending coronary artery (ADCA) sebagai
panduan, potongan dibuat pada bagian luar ventrikel kanan dari apex melewati katup
pulmoner dan ke arteri pulmonalis kiri. Pembukaan arteri pulmonalis kiri
memungkinkan duktus arteriosus tetap utuh. Jika duktus arteriosus dibuka ke aorta,
hal ini dapat membuat sebuah gambaran yang membingungkan untuk prosectors yang
tidak berpengalaman.
4) Iris ujung atrium kiri dan masukkan gunting, potongan dilakukan ke setiap vena
pulmonalis kiri. Vena pulmonalis kanan diperiksa untuk mengkonfirmasi koneksi
keduanya. Lubang katup mitral juga turut diperiksa.
5) Dinding posterior-lateral ventrikel kiri dipotong melewati katup mitral ke apex
menggunakan PDCA sebagai panduan ke septum.

6) Dari bagian apikal pada potongan 5, dinding anterior ventrikel kiri dipotong ke katup
aorta, menggunakan ADCA sebagai panduan ke septum. Untuk menghindari
21

pemotongan arteri pulmonalis, diseksi tumpul digunakan untuk memisahkan trunkus


pulmoner dari aorta ascendens. Setelah jalan telah dibuat, letakkan satu ujung dari
gunting di aorta dan yang lain di bawah arteri pulmonalis melalui jalan yang dibuat.
Katup aorta, aorta ascendens, dan arkus aorta dibuka dengan potongan akhir ini.

Gambar 21. Irisan dibuat pada dinding lateral atrium kanan dan potongan dibuat ke bawah
(inferior) dan atas (superior) [panah] untuk membuka vena kava inferior dan superior. (RAA right atrial appendage, A aorta).

22

Gambar 22. Potongan kedua dibuat dari atrium kanan melewati katup trikuspid dan ke dalam
ventrikel kanan dengan menggunakan posterior descending coronary artery (PDCA) sebagai
panduan ke septum. Katup trikuspid dan trabekula kasar ventrikel kanan dapat dilihat (FO
foramen ovale, SVC vena kava superior, IVC vena kava inferior, A aorta)

Gambar 23. Potongan dibuat dari apeks ventrikel kanan melalui saluran keluar ventrikel
kanan, melalui arteri pulmonalis utama (PA) dan ke arteri pulmonalis kiri (panah putih)
menggunakan anterior descending coronary artery (***) sebagai panduan untuk septum. (A
aorta, SVC vena kava superior, pahan hitam duktus arteriosus, TV katup trikuspid, RL
- paru-paru kanan).

23

Gambar 24. Apeks jantung diangkat dari dada dan ke arah kanan untuk memperlihatkan
atrium kiri. Irisan dibuat di atrium kiri dan vena pulmonalis kiri (panah) dibuka. (LAA left
atrial appendage, PA arteri pulmonalis).

Gambar 25. Potongan dibuat di sepanjang dinding posterior atrium kiri, melewati katup
mitral dan ke dalam ventrikel kiri (LV). Posterior descending coronary artery sekali lagi
digunakan sebagai panduan untuk septum. (panah vena pulmonalis kiri)

24

Gambar 26. Potongan terakhir dibuat dari puncak ventrikel kiri (LV) sepanjang dinding
anterior ventrikel kiri untuk membuka saluran keluar ventrikel kiri. Anterior dencending
coronary artery digunakan sebagai panduan untuk septum. Ada serat kesinambungan (panah)
antara katup aorta dan selebaran anterior dari katup mitral.

Gambar 27. Jantung in situ dengan ikatan pada pembuluh darah yang bercabang dari arkus
aorta. Pembuluh darah yang diikat adalah; 1) arteri subklavian kanan, 2) arteri karotis
komunis kanan, 3) arteri karotis komunis kiri, 4) arteri subklavian kiri (P - arteri pulmonalis,
RA right atrial appendage, T trakea).
2.3.5

Evisceration / Pengeluaran Isi Dalam


25

Pengeluaran isi dalam pada otopsi pediatrik dapat dilakukan dengan teknik
Rokitansky, memungkinkan leher, dada, dan organ abdomen untuk diangkat sebagai satu unit.
Lidah dan faring biasanya diangkat pada otopsi pediatrik. Keputusan untuk melakukan hal ini
dibuat berdasarkan kasus per kasus, terutama ketika berurusan dengan macerated stillborn.
Izin otopsi mungkin melarang prosedur ini.7,8
Ketika mempersiapkan untuk pengeluaran isi dalam, pendekatan sefalik ke kaudal
biasanya bekerja paling baik. Prosedur dimulai dengan diseksi tumpul jaringan lunak di
bawah esofagus dan aorta dengan melepaskannya dari tulang belakang. Diseksi tumpul
dilakukan dengan menyebarkan dan memisahkan jaringan dengan gunting dan/atau dengan
jari-jari. Letakkan jari telunjuk di bawah esofagus dan trakea dan kemudian diangkat. Dengan
gunting, potong jaringan lunak di sepanjang tulang belakang ke leher pada kedua sisi. Diseksi
tumpul dilakukan dengan hati-hati menggunakan gunting untuk membuka tiroid. Ketika
mengeluarkan lidah, diseksi ini dilanjutkan lebih jauh ke dalam leher. Arteri karotis harus
dijaga, bersama dengan ikatan mereka. Lidah dapat dipisahkan dari sisi dalam mandibula
menggunakan ujung sebuah pisau bedah, dipandu oleh ujung jari telunjuk. Jaringan lunak
dipotong dari sisi dalam rim pada mandibula.7,8
Potongan ini akan membuat luka di dasar mulut, di bawah ujung lidah dan belakang
gingival ridge. Lidah kemudian dapat ditarik ke dalam dada dengan menggunakan forsep
bergigi pada ujungnya. Satu potongan yang melengkung dibuat pada bagian posterior untuk
memasukkan tonsul, uvula, faring, dan laring. Jika tidak mengeluarkan lidah, trakea dan
esofagus dilepaskan dengan membuat satu potongan berbentuk V terbalik tepat di atas tulang
hyoid. Potongan ini diperpanjang ke tulang belakang. Diafragma dipotong sepanjang kontur
dinding tubuh secara bilateral. Organ dari leher dan rongga dada dapat dipisahkan dari tulang
belakang dengan memotong jaringan lunak di lateral superior mediastinum, meninggalkan
arteri karotis komunis terikat dan utuh. 7,8

26

Gambar 28. (A) Diseksi tumpul trakea dan esofagus dari tulang belakang (T trakea, A
aorta, RL paru kanan, D diafragma), (B) Gunting digunakan untuk membebaskan jaringan
lunak sebagai persiapan untuk mengangkat keluar lidah dan/atau pengeluaran bagian dalam
(LL paru kiri, DA aorta descendens, D diafragma).

27

Dengan mengangkat organ toraks dengan satu tangan dan dengan menggunakan
pisau bedah, jaringan lunak di posterior aorta di sebelah kiri dan vena azigos di sebelah kanan
dapat dipotong dengan mudah dari tulang belakang sehingga ke ginjal. Organ ini dapat
diletakkan kembali dalam tubuh. Arteri iliaka dapat diikat dan dipotong dengan ikatan
ditinggal di tubuh. Jaringan lunak sekitar kandung kemih dan rektum dapat dilepaskan
dengan menggunakan diseksi tumpul. Dengan menggunakan forsep pada kandung kemih atau
jari diletakkan di bawah struktur ini memungkinkan sedikit tekanan ke atas untuk diterapkan
pada urethra, prostate, rektum, dan pada wanita, vagina, dan transeksi dapat dilakukan
dengan memasukkan skalpel antara kandung kemih bagian anterior dan bagian posterior
pubis. Ketika terdapat alat kelamin eksterna yang tidak normal atau uretra dan/atau atresia
anus, alat kelamin eksternal harus diangkat dan dibiarkan melekat pada organ block. Pada
laki-laki dengan atresia uretra, uretra penis harus diangkat secara keseluruhan, meninggalkan
kulit penis utuh. Pada laki-laki, ketika testis berada dalam skrotum atau sebagian turun ke
kanalis inguinalis, mereka dapat diangkat dengan mudah. Dengan organ-organ abdomen yang
utuh, ujung tumpul gunting dapat diletakkan dalam kanalis inguinalis. Gunting kemudian
dibuka untuk melebarkan seluruh kanalis inguinalis ke kantung skrotum. Vas dan pembuluh
darah kemudian dapat ditarik dengan lembut, mengangkat testis ke dalam abdomen. Vas
kemudian didiseksi dari tulang pelvis ke dasar kandung kemih dan diangkat dengan block. 7,8
Arteri iliaka komunis dapat diikat secara terpisah atau aorta dapat diikat tepat di atas
bifurcatio. Aorta dan/atau arteri iliaka dipotong, dan ikatan ditinggal di dalam tubuh. Saat
organ pelvis dilepaskan dari penyambungan, seluruh block dapat dilepaskan dari tubuh
dengan memotong jaringan lunak dari tulang belakang, memastikan pisau sedekat mungkin
dengan corpus vertebra, bergabung dengan bukaan sebelumnya pada diseksi di toraks. 7,8

28

Gambar 29. Diseksi jaringan lunak di leher, memperlihatkan tiroid (panah) dan laring.
Organ-organ toraks diangkat dengan lembut dan potongan V terbalik dibuat di atas tulang
hyoid dalam persiapan untuk pengeluaran isi dalam / evisceration.(T trakea, A aorta).

Gambar 30. Diafragma kanan (RD) dipotong sepanjang kontur dinding tubuh menggunakan
gunting sebagai persiapan untuk pengeluaran isi dalam / evisceration Hal yang sama
dilakukan di sebelah kiri, memperluas kedua potongan hingga ke tulang belakang (L hati).

29

Gambar 31. Organ toraks diangkat dari rongga dada sebelah kiri setelah reseksi diafragma
(panah). Pisau bedah digunakan untuk memotong jaringan lunak di bagian posterior aorta
descendens (A) sepanjang tulang belakang (S) sampai ke ginjal. Potongan yang sama dibuat
di sisi kanan. (H- jantung, C- colon).

Gambar 32. Pengeluaran kandung kemih (UB) dengan menggunakan forsep bergigi.
Potongan dibuat berdekatan dengan simfisis pubis ke pelvis dan melewati kandung kemih,
prostat dan rectum. (C kolon).
Sebelum membedah block organ, beberapa jaringan harus diangkat dari tubuh untuk
sectioning dan stock bottle. Tulang rusuk harus dihitung sekali lagi di kedua sisi, dan dua
30

costochondral junctions harus diangkat (sekitar 1 cm

panjang). Jaringan lunak diangkat

dari sternum pada kedua aspek anterior dan posterior dan harus diangkat untuk memeriksa
pusat osifikasi. Otot psoas dan saraf skiatik disampelkan. Salah satu atau kedua kelenjar
submaxillary harus diangkat hati-hati, tanpa merusak kulit yang melapisi leher. Jaringan
padat yang berwarna merah muda ini tepat di bawah dan di tengah dengan sudut rahang di
sisi masing-masing. Ini juga dapat dilakukan ketika mengangkat lidah. 7,8
2.3.6 Kultur Cairan Serebrospinal
Sebelum mengangkat otak dan medulla spinalis, cairan spinal harus dikultur. Ini bisa
dilakukan di daerah lumbal tulang belakang atau di cisterna magna. Lumbal tulang belakang
terekspos setelah evisceration. Jarum suntik steril dimasukkan melalui diskus. Setelah jarum
masuk di dalam kanalis spinalis, cairan spinal dapat ditarik keluar untuk kultur. Untuk
mendapatkan cairan serebrospinal dari cisterna magna, kulit di atas occipital notch
dibersihkan dan jarum suntik steril dimasukkan antara tulang occipital dan atlas, dengan
tubuh dalam posisi tegak dan leher hiperfleksi.7,8
2.3.7Pengangkatan Otak
Insisi pada kulit harus diperpanjang dari belakang salah satu telinga, ke atas,
melewati puncak kranium dan kemudian turun ke belakang telinga yang lain. Kulit kepala
terbuka pada bagian anterior di atas mata dan posterior di arah caudal. Satu insisi berbentuk
tanda tanya sangat berguna untuk pemeriksaan batang otak dan untuk mengungkapkan bukti
herniasi melalui foramen magnum. Inspeksi dari fontanel penting dalam beberapa kasus.
Tingkat ketegangan

(cekung atau tegang dan menggembung), terutama fontanel

anterior, harus diperhatikan.7,8

31

Gambar 33. Insisi (titik) kulit kepala sebagai persiapan untuk pengangkatan otak. Potongan
diperpanjang dari belakang salah satu telinga, ke atas, melewati puncak kranium dan
kemudian turun ke belakang telinga yang lain.

Gambar 34. Pandangan lateral kalvarium setelah refleksi dari kulit kepala.

32

Gambar 35. A) Gambaran insisi berbentuk tanda tanya di kulit kepala sebagai persiapan
pengangkatan otak dan melihat isi servikalis dari kanalis spinalis. Pandangan aspek
posterolateral kiri.

Gambar 35. B) Gambaran insisi berbentuk tanda tanya di kulit kepala sebagai persiapan
pengangkatan otak dan melihat isi servikalis dari kanalis spinalis. Pandangan aspek
posterolateral kiri.
Panjang dan luasnya fontanel diukur. Untuk membuka tengkorak, dimulai dengan
dua irisan kecil, setiap satu di sudut lateral pada fontanel anterior. Gunting dengan ujung
33

tumpul dimasukkan ke dalam bukaan yang dibuat di setiap sisi dan hampir satu bulatan
lengkap dipotong, meninggalkan sebagian yang utuh pada aspek lateral. Pemotongan dibuat
melalui tulang tepat lateral pada sinus sagital, meninggalkan ia utuh. Bagian ini yang utuh
pada aspek lateral akan bertindak sebagai engsel, memungkinkan penutup tulang untuk
dilipat jauh dari otak. Memotong sepanjang sutur masing-masing adalah metode lain untuk
mengekspos otak. Ini menghasilkan penutup tulang frontal dan parietal yang tersisa melekat
pada tengkorak dan dilipat kembali. Kedua metode bisa diterima. 7,8

Gambar 36. A) Insisi di tengkorak dimulai dengan irisan kecil (garis-garis hitam) pada aspek
anterior lateral fontanel anterior (AF) (panah, sinus sagital). B) Ilustrasi potongan (garis titiktitik) yang dibuat di kalvarium untuk mengekspos otak. C) Ilustrasi kranium yang dibuka dan
sutura sagital. Garis patah menunjukkan dimana sinus sagital akan dipotong untuk
mengangkatnya. D) Pandangan lateral kiri kalvarium setelah potongan dibuat sepanjang
sutura, menghasilkan dua lipatan tulang di setiap sisi. Satu dari lipatan tersebut adalah tulang
frontal dan yang lain adalah tulang parietal

34

Otak harus diperiksa in situ dengan memiringkan kepala ke depan, belakang, dan kedua sisi. Falx
dan tentorium diperiksa untuk robekan atau kecacatan, dan setiap akumulasi darah di atas atau di bawah
tentorium dicatat. Falx dipotong dari perlengketannya pada tulang (menggunakan sebilah pisau bedah
atau gunting kecil) pada aspek anterior dan posterior, bersama dengan sinus sagital. Untuk mengangkat
otak, posisikan tangan kiri di atas occiput, menimang tengkorak dan otak di telapak tangan supaya tulang
tengkorak tidak dipotong ke dalam otak. Miringkan kepala kembali dengan lembut dan otak akan
menjauhi kalvarium. Hasil yang sama dapat dicapai dengan meletakkan kepala di atas meja
pembedahan.7,8
Saraf kranial pertama diperiksa dan diangkat dengan lembut dari dasar tengkorak untuk
ditinggalkan melekat pada otak. Hemisfera serebral dapat ditarik lembut dengan jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan, dan sisa saraf kranial dapat ditranseksi, dari depan ke belakang. Saraf kranial harus
dipotong dekat dengan tulang dan tangkai pituitari dipotong dekat dengan otak. Ketika otak bebas dari
kalvarium, tangan harus sentiasa memegang otak supaya tidak terjadi stretching artifact pada midbrain.
Permukaan dalam batang otak dan anterior servikalis medulla spinalis harus dilihat. Tentorium dapat
dipotong dengan pisau bedah atau gunting di sekitar pinggiran tanpa merusak serebelum di bawahnya.
Medulla spinalis bagian servikal dapat ditranseksi dengan pisau bedah yang tajam sejauh mungkin ke
dalam foramen magnum. Gunting seharusnya tidak digunakan karena akan menyebabkan crush artifact
yang signifikan pada medulla spinalis bagian servikal. Otak diinspeksi, ditimbang, dan diletakkan dalam
formalin. Otak harus tetap dalam posisinya sampai 10 hari. 7,8
Otak dengan maserasi yang jelas atau hydrocephalus dapat diangkat di bawah air dengan metode
sama yang dijelaskan di atas. Otak akan mengapung di air, mengelakkan robekan parenkim yang
disebabkan oleh gravitasi dan berat otak. Fetus dan bayi dapat diletakkan ke dalam sebuah wadah air yang
besar atau yang biasanya ditemukan di kamar otopsi. 7,8
Pada bayi yang lebih tua di mana kalvarium telah menjadi lebih tebal, gunting tidak bisa
digunakan lagi. Gergaji diperlukan dan satu potongan yang hampir sirkular dibuat untuk mengangkat
penutup tengkorak. Potongan ini dibuat mengelilingi satu daerah angulasi pada setiap sisi. Dekat dengan
aspek temporal dan occipital, tulang sering menjadi sangat tebal dan lebih sulit untuk gergaji. Kalvarium
kemudian dapat diangkat keluar dan otak dapat diangkat seperti yang dijelaskan. 7,8
Satu metode alternatif untuk pengangkatan otak adalah dengan membuat satu potongan sirkular di
dalam kalvarium dan kemudian mengangkat otak bersama dengan penutup tengkorak. Otak kemudian
dapat mengapung keluar dari kalvarium di dalam air atau formalin. Hal ini memelihara otak agar tetap
intak tanpa perlu dipegang. Otak dapat ditimbang dengan tengkorak dan setelah pengapungan otak, berat

penutup tengkorak dikurangi dari berat sebelumnya.Setelah pengangkatan otak, dasar tengkorak dan
foramen magnum diinspeksi dan sinus dura dibuka dengan menggunakan skalpel (pisau bedah). Dura
harus dilepaskan dari penutup tengkorak bagian atas bersama sinus sagital dan tetap dengan otak. 7,8

Gambar 37. Otak yang diangkat dari dalam penutup tengkorak bagian atas.
Hipofisis
Untuk mengeluarkan hipofisis, perlengketan dengan tentoriumnya dipotong sepanjang aspek
anterior dan lateral dari sella. Di bagian posterior, prosesus klinoideus dilepaskan dari sella dengan
menggunakan skalpel. Tentorium dipegang dengan forsep bergigi kecil, kemudian hipofisis secara hatihati dilepaskan dari tulang.7,8
1. Mengeluarkan Korda Spinalis Pendekatan Anterior
Setelah eviserasi, bagian thoraks dan lumbar dari tulang belakang dapat dilihat seluruhnya.
Mentranseksi salah satu diskus intervertebralis lumbar yang paling bawah dengan menggunakan skalpel.
Menyisipkan salah satu ujung dari sepasang gunting bulat ke dalam pembukaan ini dan memotong
pedikel tulang belakang pada kedua sisi sepanjang seluruh tulang belakang. Dura yang tersisa utuh.
Setelah semua pedikel telah dipotong (sedekat mungkin dengan basis cranii), angkat kolumna vertebralis
yang dibebaskan, memperlihatkan korda spinalis. Seorang asisten dapat menahan kolumna vertebralis
atau dapat dipotong sejauh mungkin ke arah leher. Dengan skalpel yang tajam, transeksi korda pada ujung
lumbar dan dengan lembut mengangkat dura yang mengelilinginya dengan forsep bergigi.

Diseksi dura dan korda dari kanalis spinalis sepanjang seluruh panjangnya, tanpa memberikan
ketegangan pada korda. Di daerah serviks, diseksi menjadi tak terlihat, dan dengan menjaga gunting dekat
ke tulang, kerusakan pada korda dapat dicegah. Daerah servikal juga dapat didekati dari basis cranii
melalui foramen magnum. Setelah pengangkatan korda spinalis, dua korpus vertebralis dapat dikeluarkan
dari kolumna spinalis dengan memotong melalui diskus intervertebralis di servikal bagian atas dan daerah
lumbar bagian bawah. Ini dapat dipertahankan dalam formalin dalam botol stok untuk pembedahan lebih
lanjut. Pada anak-anak yang lebih tua, sebuah gergaji diperlukan untuk melakukan prosedur di atas.

7,8

Korda spinalis juga dapat diangkat dengan pendekatan posterior untuk menjaga dari cacat atau
untuk membiarkannya tetap melekat pada otak, mengangkat mereka sebagai satu bagian.7,8
2.

Rekonstruksi Tubuh
Di beberapa daerah, anggota keluarga dapat membawa janin atau bayi mereka ke kamar jenazah.

Tubuh tersebut harus hati-hati direkonstruksi dan diberi pakaian dengan tepat. Dalam hal ini, pedoman
yang ditetapkan oleh lembaga harus diikuti sebaik mungkin. 7,8
Tubuh harus dibilas dan dibersihkan dari semua darah dan cairan tubuh. Rongga tengkorak, dada,
dan perut harus bebas dari cairan dan diisi dengan kapas atau material absorban lain yang cocok. Materi
berjahitan tebal sebaiknya dihindari karena sifat kulit yang rapuh. Beberapa lembaga dan/atau kamar
jenasah, membutuhkan tubuh dijahit tertutup. Jika hal ini terjadi, bahan jahitan yang sangat halus boleh
digunakan. Pada beberapa kasus, jaringan subkutan akan memberi bentuk jahitan yang lebih baik
daripada kulit. Hal ini terutama berlaku dalam kasus-kasus maserasi dan edema yang parah. Juga terdapat
perekat jaringan kerja cepat yang tersedia seperti histoacryl blue. Harus berhati-hati untuk menghindari
penggunaan lem yang berlebihan karena hal ini menghasilkan reaksi eksoterm. Di beberapa lembaga,
diperbolehkan untuk melekatkan tepi-tepi kulit yang diinsisi di atas bahan penyerap dan secara adekuat
membungkus janin atau bayi dalam kain kafan berlabel. Pemilik perusahaan pemakaman kemudian dapat
mempersiapkan tubuh tersebut tanpa adanya kerusakan awal pada jaringan subkutan atau kulit. Hal yang
sama berlaku untuk kranial. Kulit dari skalp ditempatkan kembali pada tulang dan ujung-ujungnya
dilekatkan.7,8
Perbaikan defek pada kulit atau tubuh yang disebabkan pada autopsi harus dilakukan dengan hatihati, terutama jika kulit edema. Beberapa perbaikan mungkin menambah defek, sehingga sangat sulit
untuk melakukan perbaikan. Memberitahukan kepada pemilik perusahaan pemakaman mengenai defek
yang ada dan memperbolehkannya untuk melakukan perbaikan mungkin menjadi alternatif terbaik. 7,8

3. Diseksi Blok Organ


Blok organ ditempatkan pada permukaan ventralnya. Organ harus ditempatkan pada spons besar
atau di atas papan pemotong dengan pencahayaan yang memadai. Sebuah kaca pembesar atau mikroskop
dan protokol yang tepat tersedia untuk mencatat hasil observasi dan berat organ, harus telah tersedia. Blok
organ dapat dengan mudah dipindahkan atau dirotasikan untuk memfasilitasi diseksi, tidak seperti blok
organ besar pada autopsi orang dewasa.7,8
Aorta dibuka secara posterior ke lengkung aorta. Arteri renalis dibuka dan dapat dibiarkan
menempel pada ginjal bersama dengan segmen dari aorta, atau dapat dipotong, memisahkan ginjal dari
aorta. Aorta tercermin dari blok organ dan dapat dibiarkan melekat pada jantung secara keseluruhan atau
dipotong

hanya

sebelah

distal

dari

duktus

arteriosus.

Jika

ada

kelanjutan azygos dari IVC yang tidak diidentifikasi sebelum eviserasi, vena azigos akan terletak
posterior dan sedikit ke kanan dari aorta abdominal. Ketika aorta dibuka pada aspek posteriornya, vena
azigos dan/atau vena renalis kiri akan ditranseksi. 7,8

Gambar 38. Blok Organ ditempatkan pada permukaan diseksi dengan aspek ventral menghadap ke
bawah. Aorta (A) di buka dari posterior di sepanjang panjang aorta hingga tepat di bawah duktus
arteriosus. Arteri renalis kiri (panah) telah dibuka, dan gunting berada di dalam arteri renalis kanan (RK,
ginjal kanan; LK, ginjal kiri; E, esofagus; LL, paru-paru kiri; RL, paru-paru kanan).

Gambar 39. Perlangsungan azigos dari vena kava inferior. Vena azigos (AV) terletak sedikit ke kanan dan
posterior ke aorta (A) ketika memanjang ke abdomen. Vena renalis kiri (LV) akan berjalan posterior ke
aorta berlawanan dengan posisi normalnya yang berada di anterior (LK, ginjal kiri; RK, ginjal kanan;
panah, arteri renalis kiri dan kanan).
IVC dibuka dari posterior ke tempat masuknya di hati, dan pembuluh darah ginjal dibuka.
Pembuluh darah ginjal dapat dibiarkan melekat atau dipisahkan. Jika dipisahkan, IVC harus tercermin
pada porta hepatis. Mencerminkan daun diafragma jauh dari adrenal dan dengan berhati-hati mengangkat
setiap adrenal dengan sebagian besar menggunakan diseksi tumpul. Menggunakan pembuluh adrenal
dan/atau jaringan ikat yang terpasang untuk mencabut akan mencegah kerusakan pada parenkim. 7,8

Gambar 40. Vena kava inferior (IVC) telah dibuka ditempat masuknya ke hati. Vena renalis kiri dan
kanan dibuka dengan cara yang sama seperti arteri renalis. Puncak diafragma (D) telah di refleksi, dan
adrenal kiri (LA) sedang dilepaskan dari perlengketannya (RA, adrenal kanan; RK, ginjal kanan; LK,
ginjal kiri; S, limpa).
Melepaskan adrenal pada titik ini memungkinkan untuk memudahkan identifikasi, karena ginjal
masih dalam posisi anatominya. Timbang adrenal bersama-sama. Adrenal adalah dibelah secara serial.
Ginjal dapat didiseksi dari blok, berhati-hati untuk menjaga ureter. Kandung kemih dan genitalia interna
pada wanita dapat didiseksi bebas dari rektum dan anus kecuali ada sebuah anomali (yaitu, fistel
rektovesikal). Kandung kemih, vagina dan uterus dibuka bersama dengan ureter. Uterus, serviks, dan
vagina dapat dipisahkan dari kandung kemih. Ginjal ditimbang dan dibagi. Balikkan blok organ, dengan
sisi anterior menghadap atas, potong duodenum di sekitar tingkat ligamentum Trietz. Lepaskan
mesenterium usus kecil dengan gunting Metzenbaum sedekat mungkin dengan usus. Jika beberapa
mesenterium yang tersisa melekat pada usus, ia akan melengkung, mencegah mudahnya pembukaan.
Kelenjar getah bening mesenterika diperiksa dan dibelah. Usus kecil dan besar dibuka dan isinya dan
status dari mukosa dicatat.7,8

Struktur Portal diperiksa dengan mengekspos vena portal dan arteri hepatik. Vena portal dibuka.
Sebelum memotong vena portal, vena lienalis dibuka karena memanjang dari vena portal di bagian atas

pankreas ke hilus splenikus. Arteri hepatik dibuka. Pada bayi yang lebih besar, saluran empedu diperiksa
dan dapat dibuka, memperpanjang pemotongan melalui duktus komunis ke ampula Vater.7,8

Gambar 41. (A) Vena porta yang utuh (panah). Hemostat menarik vena kava inferior (GB, kandung
empedu; P, pankreas; S, limpa; panah, vena splenikus). (B) untuk membuka vena splenikus (panah),
potongan diperpanjang dari vena porta (PV) yang terbuka, melewati bagian atas pankreas (P) ke hilus
splenikus (S, limpa; L, hati; GB, kandung empedu).
Meremas kantong empedu secara lembut akan menunjukkan beberapa empedu melalui duktus
sistikus, mengkonfirmasi patensinya. Meremas kantong empedu dapat menilai patensi saluran empedu di
janin kecil. Empedu akan berjalan melalui ampula Vater ke dalam duodenum. Dalam hal ini, kandung
empedu

harus

dibedah

dari

tempatnya

sehingga

hati

tidak

rusak

di

bawah

tekanan. Vena umbilikalis dan duktus venosus (jika paten) harus dibuka. Lemak perisplenic diperiksa
untuk aksesori limpa, dan limpa diangkat, ditimbang, dan dibagi. 7,8

Gambar 42. Ilustrasi posisi duktus venosus


Kerongkongan selalu harus dibuka dari posterior sebelum dibedah dari trakea

karena

menghilangkannya akan menyebabkan fistula. Setelah esophagus dibedah dari trakea, kerongkongan,
lambung, duodenum, dan pankreas dapat diangkat sebagai satu blok. Perut dibuka sepanjang kurvatura
mayor. Pankreas dapat dibiarkan melekat pada duodenum atau dilepaskan dan ditimbang. Diafragma ini
dilepaskan dari hati, meninggalkan IVC utuh. Hati dipisahkan dari blok organ thoraks, meninggalkan
sepotong hati melekat pada IVC. Hal ini dapat dilakukan dengan skalpel dan menyediakan titik orientasi
untuk melihat hati dengan anomali kongenital kompleks. Hati ditimbang dan dibelah. Kandung empedu
dibuka dan isinya dicatat. 7,8
Jantung dan paru-paru biasanya berada dalam satu blok dan dapat ditimbang bersama-sama.
Dalam kasus kardiomiopati atau penyakit metabolik, jantung dapat dipisahkan dari paru-paru dan
ditimbang sendiri. Paru-paru dapat dipisahkan juga ketika ada hipoplasia paru. Jika jantung dan/atau paruparu akan dikembungkan dengan formalin, hal itu dilakukan pada titik ini. Trakea dibuka dari posterior ke
karina dan ke setiap bronkus utama. Morfologi bronkial dinilai. Paru-paru dibelah dan hati diperiksa lagi
dengan mengikuti aliran darah. Pada titik ini, setiap anomali kongenital didokumentasikan dan difoto
dengan baik. Tergantung pada anomali yang diidentifikasi, blok organ dapat dibiarkan utuh atau sebagian
utuh. Anomali mempertahankan hubungan mereka dan spesimen pengajaran yang sangat baik. 7,8

Gambar 43. (A). Esofagus (E) dibuka sepanjang aspek posterior (RL, paru kanan; LL, paru kiri; D,
diafragma). (B). Esofagus (E) dengan hati-hati dibelah dari trakea (T) dengan gunting (RL, paru kanan;
LL, paru kiri.

Gambar 44. (A) Jantung (H) dan hati (L) tetap melekat oeh vena kava inferior (panah). Dengan forsep
memegang vena kava inferior, skalpel digunakan untuk mmbuat potongan elips ke hati. (B) sepotong hati
(L) tetap melekat ke vena kava inferior untuk orientasi cepat pada jantung. Ini sebagai titik awal untuk
orang yang tidak berpengalaman saat melihat ke setiap jantung, normal atau tidak.
Tabel 4
Pemeriksaan Mikroskopik Rutin
Trakea dengan tiroid, esofagus, dan paratiroid (potongan silang)

Jantung (2 potongan): atrium kanan, katup trikuspid dan ventrikel


kanan
Atrium kiri, katup mitral dan ventrikel kiri (potongan diambil
selama insisi dibuat ketika jantung dibuka)
Paru-paru, kiri dan kanan (setidaknya satu potongan dari tiap
lobus)
Gastroesophageal junction
Pilorus
Usus kecil
Usus besar
Pankreas (kaput dan ekor)
Hati
Ginjal (kiri dan kanan)
Kandung kemih
Rib with costochondral junction
Prostat
Uterus, serviks, dan vagina
Testis atau ovarium
Payudara
Timus
Limpa
Nodus limfatikus mesenterika
Lidah
Diafragma
M.Psoas
Kulit
Umbilikus (jika satu bagian tetap melengket pada abdomen)
Korpus vertebra

4. Membelah Otak Setelah Fiksasi


Otak harus dicuci dalam air, biasanya semalam, sebelum dipotong. Sebelum membelah otak,
harus diperiksa untuk konfigurasi umum, termasuk lebar sulkus dan girus, dan untuk simetri. Tingkat

perkembangan dibandingkan dengan apa yang normal untuk usia kehamilan. Penampilan umum dari
serebellum dinilai, dan komponen batang otak diidentifikasi. Setiap bukti herniasi tonsilar serebellar
harus dicatat. Arteri di dasar otak harus diperiksa, dan berat pasca fiksasi ditimbang. Leptomeninges
diperiksa, dan dura, falx, dan tentorium diperiksa. Sinus dural dibuka. Foto yang mencolok harus diambil
jika ada kelainan yang diidentifikasi pada pemeriksaan eksternal. 7,8

Gambar 45. Perkembangan otak dari minggu 22 hingga minggu 40 gestasi.

Otak harus dipotong pada papan potong yang besar, menggunakan pisau yang besar. Nampan
yang besar dan datar harus tersedia untuk meletakkan irisan otak secara berurutan. Irisan harus
ditempatkan dengan permukaan anterior pada nampan, tepi cembung menunjuk jauh dari yang membuat
irisan, dengan sisi kanan di sebelah kanan. Setiap potong harus dibuat dengan satu gerakan tunggal untuk
menghindari tanda gergaji. Pembelahan dapat diubah untuk menjaga lesi tertentu.7,8

Dengan menggunakan skalpel, serebelum dan batang otak dipisahkan dari otak dengan memotong
melalui pedunkel serebral sejauh mungkin dari rostral. Otak besar ditempatkan pada papan pemotong
dengan dasar menghadap ke atas dan secara serial dibelah dari frontal ke oksipital. Irisan harus dilakukan
pada interval 1 cm di otak. Otak yang lebut harus dipotong pada interval yang lebih besar untuk menjaga
bentuk

anatomi.

Ukuran

dan

bentuk

dari

ventrikel

dicatat bersama dengan penampilan ependima.7,8


Batang otak dipisahkan dari serebellum dengan memotong melalui pedunkel serebellar
menggunakan skalpel yang tajam. Pembelahan serial dari serebellum dibuat pada bidang horisontal, mulai
dari permukaan superior. Irisan ditambahkan ke nampan dengan cerebrum dengan permukaan inferior di
atas nampan, tepi ventral menunjuk jauh dari pembuat irisan dan dengan sisi kanan di sebelah kanan.7,8
Batang otak dibelah secara serial dengan interval 2 mm dari rostral ke kaudal. Hal ini ditampilkan
di atas nampan dengan sisa otak. Permukaan kaudal di atas nampan dengan sisi ventral menghadap atas
dan sisi kanan di sebelah kanan. Ukuran aquaduktus silvii dan ventrikel keempat dinilai, dan anatomi
normal diidentifikasi. 7,8
Dura yang mengelilingi korda spinalis diinsisi pada garis tengah aspek ventral dan dorsal di
sepanjang seluruh panjangnya. Aspek anterior dan posterior korda diperiksa, dan korda dipotong
melintang di berbagai tingkat tanpa memotong melalui dura. Korda harus dibiarkan menempel pada dura
untuk mempertahankan orientasi anatomi. 7,8
Setiap lesi yang diidentifikasi harus diukur dan lokasi anatomi mereka dijelaskan dengan tepat.
Sebelum pembelahan, foto harus diambil. Lesi spesifik harus dibelah. Jika otak tampak normal,
pembelahan representatif harus dilakukan dan lokasi mereka tercatat pada daftar blok. 7,8
Diameter transversal cerebellar ditetapkan dengan baik dalam USG sebagai parameter yang dapat
diandalkan untuk memperkirakan lama kehamilan. Jika pertumbuhan dibatasi, otak kecil biasanya
terhindar, membuat diameter cerebellar transveral yang penunjuk usia kehamilan yang dapat dipercaya
bahkan ketika parameter lainnya jatuh dari kurva pertumbuhan yang sesuai. 7,8

Gambar 46. Sebuah ilustrasi otak yang dilihat dari basisnya, dengan batang otak dan serebellum
diangkat, memperlihatkan posisi untuk pemotongan dan potongan menyilang. Potongan standar untuk
pemeriksaai mikoskopik di tunjukkal oleh persegi empat pada gambar.
5.

Mengangkat Otak dan Tulang Belakang Utuh Pendekatan Posterior


Pendekatan ini digunakan bila ada anomali dari tengkorak atau tulang belakang yang perlu
dipertahankan, termasuk ensefalokel oksipital, malformasi Dandy-Walker, malformasi Arnold-Chiari, atau
mielomeningokel di sepanjang tulang belakang. Sebuah sayatan berbentuk tanda tanya dibuat di kulit
(Gambar 7,85); prosedur ini telah dijelaskan oleh Emery. Bagian yang meluas ke atas leher dapat
diperluas ke arah caudal sejauh yang diperlukan untuk mempertahankan cacat. Otot di atas oksiput
dengan hati-hati diangkat, dan jaringan lunak diatas ramus vertebra servikalis bagian atas dibedah. Atlas
dipotong bersama dengan vertebra sevikalis kedua dan ketiga, jika perlu. Dura yang terekspos dengan
hati-hati diinsisi tanpa memotong arachnoid.

Hal ini mencegah keluarnya cairan serebrospinal. Kultur dapat diambil pada saat ini,
menggunakan jarum steril. Insisi dural diperbesar untuk mengekspos korda servikal dan foramen
magnum. Dalam pengaturan normal, rongga dari ventrikel keempat adalah jelas, dan tonsil serebellar
hanya dapat divisualisasi. Tonsil serebellar akan diperkirakan ketika ada edema ringan sampai sedang dan
akan herniasi melalui foramen magnum bila ada edema berat. 7,8
Untuk melanjutkan mengangkat korda, dengan atau tanpa defek tulang belakang, gunting tumpul
ditempatkan antara tulang dan dura dan tulang dipotong di setiap sisi. Tulang yang mengelilingi defek
juga dipotong (Gambar 50). Korda spinalis dengan hati-hati dibedah dari kanalis spinalis, tetap melekat
pada kulit dan tulang mengelilingi defek, jika ada. Jangan memotong korda servikal. Korda dapat
ditempatkan kembali ke kanalis spinalis dengan kulit dilipat dan diikat dengan beberapa hemostat. Ini
akan melindungi korda sementara otak sedang diangkat. Otak diangkat seperti telah dijelaskan
sebelumnya, dengan potongan tambahan pada garis tengah pelat oksipital. Hal ini memungkinkan otak
dan saraf diangkat sebagai satu unit (Gambar 51). Setelah otak terbebas, angkat hemostat yang menahan
flap kulit pelindung di sekitar saraf, mempermudah pengangkatan saraf. 7,8

Gambar 50. Pengangkatan korda spinalis dan meningokel lumbar menggunakan pendekatan posterior.

Gambar 51. Otak dan korda spinalis dengan meningonielokel lumbosacral diangkat sebagai satu bagian.
6.

Melepas Tulang Temporal


Melepaskan bagian petrosa dari tulang temporal memungkinkan pemeriksaan telinga tengah.
Menggunakan gunting yang kuat, atau gergaji pada bayi yang lebih tua, potongan pertama dibuat
sepanjang aspek lateral (bagian skuamosa) dari tulang temporal, tegak lurus dengan petrous ridge dan
paralel dengan tengkorak. Potongan berikutnya dibuat pada aspek medial petrous ridge, tepat medial ke
kanalis karotis dan termasuk meatus akustikus interna. Menempatkan gunting atau melihat ke aspek
superior dan inferior dari dua potongan sebelumnya dan memotong paralel dengan petrous ridge akan
mengekspos tulang temporal (Gambar 52). Spesimen kira-kira persegi panjang, dan ketika diangkat
keluar, telinga tengah akan terlihat. Kultur setiap pus yang terlihat. Tulang temporal dapat di dekalsifikasi
dan dibelah.7,8

Gambar 52. Panah menunjukkan potongan yang dibuat saat mengangkat tulang temporal (LF, frontal
kiri; FM, formen magnum.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


2.4.1 Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopis rutin adalah bagian penting dari autopsi, terutama pada janin yang lahir
hidup terawat baik. Pada janin yang maserasi berat, pemeriksaan mikroskopis dapat membantu dalam
memperkirakan saat kematian janin. Morfologinya yang diawetkan dengan buruk, dapat menghalangi
pemeriksaan histologis akurat, dan untuk alasan ini, pembelahan tidak perlu terlalu luas. Tulang biasanya
dalam kondisi baik pada janin yang maserasi.7,8
Potongan mikroskopis harus diserahkan dalam waktu 24 jam dari autopsi untuk kualitas terbaik
dan harus segera diproses. Bagian-bagian jaringan harus ditempatkan dalam kaset yang secara tepat
berlabelkan angka autopsi dan dengan nomor kaset yang dapat direkam pada daftar blok. Daftar ini akan
menjadi bagian dari laporan permanen.7,8

2.4.2

Tes apung paru

Tes apung paru adalah tes yang dilakukan pada mayat bayi untuk mengidentifikasi adanya udara
dalam paru-paru atau tidak, sehingga pemeriksa dapat menentukan bayi lahir hidup atau lahir mati.Tujuan
dilakukan pemeriksaan tes apung paru adalah untuk mengetahui keadaan bayi apakah lahir hidup atau
lahir mati sehingga dapat membantu penyidik dalam menentukan tindakan kriminal atau bukan .
Langkah-langkah pemeriksaan tes apung paru :3, 7,8, 9,13
Lidah dikeluarkan seperti biasa, dibawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan pinset atau
klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak palatum mole. Dengan skalpel yang tajam,
palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring, esofagus bersama
dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang.Esofagus bersama dengan trakea diikat bersama dengan
kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan
ketuban, mekonium atau benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui trakea (bukan untuk mencegah
masuknya udara ke dalam paru).
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah dan skalpel,
tidak boleh dipegang dengan tangan.Kemudian esofagus diikat diatas diafragma dan dipotong diatas
ikatan.Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambungusus (uji Breslau) tidak memberikan hasil yang meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke dalam air dan
dilihat apakah mengapung atau tenggelam.Kemudian paru-paru kanan dan kiri dilepaskan dan
dimasukkan kembali ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.Setelah itu tiap lobus
dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. 5 (lima) potong
kecil dengan ukuran 5 mm x 5 mm dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, dan
diperhatikan apakah terapung atau tenggelam.
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan
adanya gas pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara 2 (dua) karton dan
ditekan (dengan arah tekanan yang tegak lurus, jangan bergeser) untuk mengeluarkan gas pembusukan
yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah
masih mengapung atau tenggelam.

Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru.

Figure
2.Dark-red
underinflated
lungs from a genuine stillbirth
contrast with the salmon-pink lungs
from the previouscase (Figure 1)
that showed obvious inflation. They
failed to float in water.13

Figure 1.Well-aerated lungs


floating in water in a case of
alleged
stillbirth
without
attempted resuscitation. The
infant wasnot putrefactive.13

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Indrayana MT, Afandi D, Fatriah SH. The role of trans sectoral service in violance against women
and children cases at pekanbaru. Indonesian Journal Of Legal and Forensic Sciences. Riau. 2012:
2(3):45-47
2. Putri FK, Putri AM, Artanto AA, dkk. Referat: Aspek medikolegal kekerasan dalam rumah tangga.
Universitas Diponegoro: Semarang; Agustus 2010
3. Bangun, M. Pembuktian Tindak Pidana KDRT Kaitannya Dengan Visum Et Repertum. Fakultas
Hukum Universitas Sumatra Utara: Medan. 2013.
4. Hoediyanto. Buku ajar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Edisi 8. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga: Surabaya; 2012
5. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
6. Dharmono S, Priyadi, Purniati dkk. Modul Konseling Bagi Pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Workshop. Jakarta: 2008.
7. Wahab R. Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Perspektif Psikologis Dan Edukatif. Jurnal Penelitian.
8. Kertas Kebijakan. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan Perdagangan Orang. 2011
9. Hanani S. Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga Melalui Institusi Adat Minangkabau.
Conference Proceedings Annual International Conference On Islamic Studies (AICIS XII)
10. Analisa Media. KDRT Mengancam Perempuan Edisi Maret 2013. Jakarta p (1-7)
11. Baquandi, Wisnu K, Khusnah A, dkk. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). UNIVERSITAS
NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
DAN PSIKOLOGI: Malang; Oktober 2009
12. Josephine, Kevin, Tirza. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Pola Perilaku Anak.
Journal Pendidikan Penabur, BPK Penabur Jakarta. Desember 2009:13: (1-11).

Anda mungkin juga menyukai