Anda di halaman 1dari 7

NOTULENSI REFERAT

STASE FORENSIK PERIODE 14 NOVEMBER – 4 SEPTEMBER 2022


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
RSD DR SOEBANDI JEMBER

Nama : Wahyu Eko Prabowo


NIM : 222011101063
Pembimbing : dr. Muhammad Afiful Jauhani, M.H, Sp. FM
Judul Materi : Forensik Perinatal dan Patologi Pediatrik
Hari, Tanggal : Kamis, 1 Desember 2022

A. Pendahuluan
Kematian pada anak-anak membutuhkan investigasi lebih lanjut dikarenakan tanda-tanda
kematian tidak wajar pada anak, lebih mudah tersamarkan daripada kematian pada orang
dewasa.
Poin kunci yang perlu di perhatikan adalah memastikan, bayi tersebut lahir dalam kondisi
hidup atau mati. Jika bayi tersebut lahir mati lalu di buang, maka itu bukan termasuk
pembunuhan. Namun jika bayi lahir dalam keadaan hidup lalu di buang hingga akhirnya mati
maka itu termasuk pembunuhan, dengan menelantarkan hingga akhirnya mambuat bayi itu
mati.
Ada 2 tahapan yang perlu di perhatikan yaitu:
1. Primer : saat bayi ditemukan tidak responsif (menunjukkan tanda-tanda kematian)
2. Skunder : saat bayi dibawa ke rumah sakit atau kelayanan gawat darurat untuk
mendapatkan resusitasi.
Ketika ada anak yang dilaporkan meninggal di RS atau di layanan gawat darurat.
Penyidik harus segera mungkin melakukan langkah-langkah pemotretan sebagai
dokumentasi, untuk mendapat gambaran paling awal sedekat mungkin tentang bagaimana
kondisi bayi/anak saat meninggal.
Foto dokumentasi harus menunjukkan wajah, gambar seluruh tubuh, baik depan maupun
belakang. Sebagai dokumentasi awal yang sangat penting, untuk mendokumentasikan pola
lividitas dan cedera apapun, disaat bayi baru meninggal, sebelum dipindahkan ke kamar
mayat.
Tanda tanda lividitas, seperti tanda obstruksi, asfiksia pada bayi biasanya akan hilang
setelah 12 jam. Dan kemungkinan tidak akan ditemukan saat diotopsi ke esokan harinya.
Oleh karena itu foto2 dokumen tasi awal sanggat berharga.

B. Peragaan Ulang
Peragaan adegan ulang dimana bayi/anak pertama kali di temukan mati, sama pentingnya
dengan otopsi, atau terkadang lebih berharga daripada otopsi itu sendiri. Menurut National
Association of Medical Examiners, kematian anak yang tidak dapat dijelaskan pada usia <24
bulan, wajib dilakukan peragaan ulang.
Yang dilakukan dalam peragaan ulang:
1. Peragaan menggunakan boneka
2. Orang yang terakhir menyentuh bayi atau anak tersebut dalam keadaan hidup, disuruh
untuk memposisikan.
1. Bagaimana bayi ditidurkan
2. Terakhir kali di beri makan
3. Tekhir kali digendong
Peragaan posisi seperti ini dapat menentukan apakah bayi meninggal karena asfiksia
posisional (kecelakaan) dan SUID (sudden unexpected infant death )

C. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan anak dan keluarga, juga bisa berkontribusi memberikan kejelasan
terhadap kasus kematian anak. Termasuk:
1. Riwayat imunisasi
2. Obat obatan
3. Oprasi
4. Catatan neonatal dan riwayat kelahiran
5. Tinjauan rekam medis (penting dalam penyidikan kasus kematian anak)
6. Riwayat keluarga

D. Radiologi
Pemeriksaan radiologi harus dilakukan sebelum jenazah anak di otopsi. Gambaran
radiologi bisa mendokumentasikan cedera lama, tanda trauma baru, kelainan tulang. Melihat
fraktur pada tulang, serta tanda-tana kekurangan gizi.

E. Otopsi Pediatrik
Otopsi pediatrik (yang dilakukan pada bayi) membutuhkan prosedur dan tahapan yang
lebih kompleks daripada orang dewasa. Ada banyak variasi dalam otopsi pediarik tergantung
dari kasus yang ditangani.
Penting untuk mencatat berat badan bayi, sesuai dengan refresnsi usia hal tersebut untuk
melihat tumbuh kembang bayi sebelum kematianya..
Contoh :
• Tubuh adalah bayi laki-laki yang berkembang secara normal, 6100 gm (persentil ke-
54), yang penampilannya konsisten dengan usia tiga bulan yang diberikan. Panjang
crown-heel adalah 61 cm (persentil ke-52).
• Jantung memiliki berat 39 g (38,4 6,2 g; persentil ke-50) dan memiliki distribusi
normal arteri koroner dominan kanan tanpa stenosis aterosklerotik atau anomali.

Yang perlu di periksa dalam otopsi pediatrik:


1. Kedaan umum: Periksa semua permukaan kulit untuk menemukan petechiae. Jelaskan
semua tumor, neoplasma, dan kelainan bawaan. Timbang semua organ dan jelaskan ukuran
dan konfigurasinya.
2. Rongga tubuh: perhatikan setiap lapisan rongga tubuh dan diafragma, cairan yang
mencurigakan(perdarahan, eksudat, fibrin), keadaan luar setiap organ dalam.
3. Kepala & sungsum tulang belakang: pemeriksaan kondis meniges (meningitis, mal
formasi, hidrosefalus), cerebrum,cerebelum & medula spinalis.
4. leher: otot laher, trakea, esofagus, epiglotis, faring (diperiksa adanya sumbatan?..)
5. Sistem kardiovaskular: timbang jantung & paru, periksa aorta & arteri besar, pulmonalis,
katub jantung.
6. Sistem pernapasan: periksa setiap lobus paru, trakea dan kerongkongan, tes apung paru
(meletakkan potongan paru di air, untuk melihat bayi lahir mati atau mati beberapa saat
setelah lahir)
7. Sistem pencernaan: lambung dan usus, isi lambung, tinja (periksa malformasi, peradangan)
8. Sistem genitourinari: ginjal dan genital
9. Sistem hematolymphoid: kelenjar tymus, kelenjar getah bening mesenterika
10. Sistem endokrin: periksa kelenjar adrenal
11. Muskuloskeletal: otot & tulang (periksa kelainan tulang bawaan)
12. Histologi : periksa setiap potongan organ dalam (penting pada kasus non traumatik,
traumatik & kimia)
13. Neuropatologi: setelah otak dan medula spinalis di formalin (untuk melihat mielinasi)
14. Toksikologi : otak, hati, isi lambung, urin, rambut (untuk melihat zat kimia yang di
metabolisme)
15. Metabolik : swab cairan organ yang mencurigakan, laukan kultur dan PCR untuk melihat
adanya infeksi
16. Genetika molekuler: simpan sampel darah, jantung, hepar, limfa,
17. Ondontologi forensik: bekas gigitan pada korban, diswab dan tes DNA
18. Biologi forensik: bekas gigitan manusia di swab dibawa ke lab biologi forensik
19. Atropologi forensik: berkonsultasi Kepada ahli atropologi Forensik

Trauma Pediatrik
Laserasi internal kadang tidak terlihat pada pemeriksaan luar (trauma perut tumpul).
Cidera benturan benda tumpu: pukulan, penekanan berlebih, tabrakan, terjatuh. Pemeriksaan
organ dalam
Yang perlu di perhatikan :
• Fundus organ
• Bentuk; termasuk apakah ujung-ujungnya lurus, melengkung, miring, dll., Dan
apakah cedera memeluk / membungkus kontur tubuh atau tetap hanya dalam satu
bidang/pada keunggulan. Pikirkan tanda loop atau tali versus objek yang kaku.
• Warna: ungu, merah, hijau, atau kuning; margin kabur/berbeda, jaringan parut
• Lokasi dan distribusi anatomis: perhatikan apakah cedera tersebut menimpa tonjolan
tulang dan catatan simetri
• Secara internal, perhatikan perdarahan substansial, pembentukan reaksi fibrinosa,
purulensi, atau jaringan granulasi

Trauma Kepala
Disebabkan karena percepatan, benturan, rotasi yang menimbulkan trauma:
• Sup epidural Hematome : satu sendok teh darah di otak tanpa masa, setiap SDH harus
dicurigai merupakan benturan.
• Perdarahan Retina
• Ensefalopati
• Perdarahan selubung saraf optik
Perdarahan pada ruang kranial akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial,
sehingga menekan otak hingga menyebabkan koma hingga berujung pada kematian

Asfiksia
Akfiksia pada bayi dapat berupa:
1. Pembekapan (terlihat tanda cedera frenulum laserasi, memar (harus di bedakan dari
bekas tindakan resusitasi))
2. Tersedak makanan
3. Tersedak benda asing (balita yang sering memasukkan barang ke mulut)
4. Pemberian makanan secara paksa

Tenggelam di Bak Mandi


Bayi/balita yang belum mampu melakukan kemampuan motorik penuh, sperti duduk,
menarik, berjalan, dan berkomunikasi sangat beresiko tenggelam pada air yang dangkal, Bayi
tidak boleh dibiarkan tanpa mengawasan di bak mandi.
Perbedaan pembunuhan dan kecelakaan.
Pembunuhan: seringkali bayi di terlantarkan (meninggalkan dengan sengaja) di bak
mandi dengan ketinggian air diatas tubuh mereka.
Kecelakaan : saat anak diketahui sudah berkemampuan motorik penuh, contoh anak
usia 3 tahun,bisa berjalan-berlari, namun meninggal di bak mandi, karena terjatuh, tidak
ditemukan adanya tanda2 kekerasan. Dan ketinggian air lebih dari pada anak tersebut.

Cedera Termal
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
 Jenis: api, melepuh, uap, kontak , atau bahan kimia
 Tingkat keparahan: tingkat pertama, kedua, atau ketiga (atau ketebalan parsial /
ketebalan penuh) terbakar
 Distribusi: permukaan tubuh, area pertemuan, area terhindar (titik tekanan vs.
lipatan kulit, menunjukkan fleksi),
• distribusi stocking/sarung tangan (dapat mengindikasikan perendaman yang kuat),
aliran (menunjukkan cairan yang mengalir), percikan atau
• bekas percikan
 Karakteristik: margin lurus dan dibatasi dengan baik (garis melepuh diskrit dari
perendaman dalam air panas), melingkar /
• oval (dapat mengindikasikan rokok), pola yang berhubungan dengan benda panas
(curling iron, pemanas parut, setrika pakaian)
 Efek penyembuhan: bekas luka, perubahan pigmen, eksudat; jaringan parut yang
berlebihan pada anak kecil menjadi perhatian dan
• Investigasi lebih lanjut
 Perkirakan persentase dari total luas permukaan tubuh yang terkena: gunakan
"aturan sembilan" pediatrik (berbeda dalam
Kulit bayi yang tipis rentan terhadap panas: Saat tersiram air dengan suhu 44 C akan
menyebabkan luka bakar dengan paparan waktu 5 menit. Pada suhu 60 C akan menimbulkan
luka bakar pada waktu 3 detik.
Persentase luka bakar  Punggung 13%, dada dan perut 18%, tangan 4,5%, kepala 18%,
kaki 7%, dan kemaluan 1%

Lahir Mati vs Lahir Hidup


• Bayi lahir mati : kematian intrauterin keadaan dimana janin mati di dalam rahim, yang
tidak sempat hidup di lingkungan luar. Pada kasus seperti ini, harus diperiksa, riwayat
penggunaan obat2tan pada ibu, plasenta.
• Bayi lahir hidup lalu kemudian mati: bayi yang sempat hidup setelah dilahirkan lalu
mati tidak lama setelah itu, pada pemeriksaan akan menemukan gas di saluran cerna,
paru-paru, gelembung udara pada lambung, tes apung paru akan positif.
Investigator /polisi harus memeriksa pengasuh dan saksi kelahiran, bagaimana keadaan
bayi saat lahir, apakah menangis, berdapas dll.
Akta yang di keluarkan yang menjelaskan kematian janin didalam rahim yang tidak
pernah menunjukkan tanda-tanda kehidupan diluar setelah dilahirkan.

Penyebab Spesifik Kematian Neonatal


• Prematuritas tidak sesuai dengan kehidupan ekstrauterin yang signifikan/signifikan
• Kelainan bawaan atau genetik yang tidak sesuai dengan kehidupan atau cukup untuk
menjelaskan kematian/kematian
• Anoksia kelahiran yang disebabkan oleh segudang masalah intrapartum, ibu atau
janin, ketika kelahiran terjadi di luar kehadiran tenaga medis.
• Penyakit plasenta/insufisiensi /proses akut, seperti plasenta abnormal yang
menyebabkan insufisiensi atau
• Ibu mengalami perdarhan. Solusio plasenta dapat disebabkan oleh penyakit
hipertensi kehamilan, obat stimulan, seperti kokain, atau trauma.
• Ibu keracunan: Keracunan obat ibu, inhalasi asap ibu
• Cidera langsung pada janin (terlepas dari cidera pada ibu, bisa jadi janin mengalami
trauma kepala karena alat aborsi)

SUID, SIDS, SUDC, dan SUDP


• SUID (sudden unexpected infant death ): kematian mendadak yang tidak terduga,
merupakan keadaan dimana bayi berusia <12 bulan meninggal saat tidur/di
lingkungan tempat tidur
• SIDS : kematian mendadak pada bayi saat tidur yang tidak dapat dijelaskan, yang
mati bukan di tempat tidur. (ditempat selain kasur yang tidak dirancang untuk tidur)
• SUDC (Sudden unexplained death in childhood ) : merupakan kematian mendadak
dimasa anak-anak katergori kematian anak usia 1 hingga 18 tahun yang tidak dapat
dijelaskan setelah penyelidikan menyeluruh (termasuk otopsi). Yaitu saat anak yang
sehat, tidur lalu tidak pernah bangun lagi.
• SUDP (Sudden unexpected death in pediatrics) : kematian mendadak yang tidak
terduga pada pediatri termasuk mencakup bayi dan anak-anak.
F. Sertifikasi Kematian
Pada tahun 2019, panel National Association of Medical Examiner (NAME)
menerbitkan tinjauan penyelidikan tentang SUPD yang berkaitan tentang kematian, untuk
mendata faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kematian pediatric termasuk
didalamnya :
 Faktor interinsik: faktor dari dalam yang menyebabkan bayi tersebut mati, contoh: BB
saat lahir, prematuritas, penyakit neonatal, riwayat kejang demam dll.
 Faktor eksterinsik: kondisi dilingkungan terdekat yang berpotensi menimbulkan
ancaman kematian (bukan dianggap penyebab pasti kematian. Contoh: Tidur
miring/tengkurap, Tidur di permukaan yang keras,Tidur di tempat yang terlalu empuk

Pertanyaan:
1. Bagaimana membedakan janin mati dalam Rahim dengan bayi yang sempat lahir
setelah itu mati, kenapa perlu di cek dengan tes apung dan udara dilambung?
 Harus dilakukan pemeriksaan sebenar-benarnya. Perlu diperiksa organ dalam
(lambung dan system pernapasan) jika bayi pernah hidup sebelumnya maka paru-paru
terdapat kandungan udara. Jika sudah meninggal di dalam Rahim, parunya tidak
sempat mengembang. Ketika dilakukan tes apung paru maka paru yang mengandung
udara akan terapung.

2. Bagaimana perbedaan luka akibat kekerasan atau bekas terapi infasif?


 Penanganan saat dilakukan terapi (pemasangan NGT) dapat menyebabkan cedera
sehingga harus diperhatikan dan dibedakan dengan luka akibat kekerasan. Luka bekas
terapi infasif lebih terlokalisir.

Tambahan dr. Afif, M.H., Sp.FM:


 Investigasi bukan Infestigasi

Anda mungkin juga menyukai