A. Pendahuluan
Kematian pada anak-anak membutuhkan investigasi lebih lanjut dikarenakan tanda-tanda
kematian tidak wajar pada anak, lebih mudah tersamarkan daripada kematian pada orang
dewasa.
Poin kunci yang perlu di perhatikan adalah memastikan, bayi tersebut lahir dalam kondisi
hidup atau mati. Jika bayi tersebut lahir mati lalu di buang, maka itu bukan termasuk
pembunuhan. Namun jika bayi lahir dalam keadaan hidup lalu di buang hingga akhirnya mati
maka itu termasuk pembunuhan, dengan menelantarkan hingga akhirnya mambuat bayi itu
mati.
Ada 2 tahapan yang perlu di perhatikan yaitu:
1. Primer : saat bayi ditemukan tidak responsif (menunjukkan tanda-tanda kematian)
2. Skunder : saat bayi dibawa ke rumah sakit atau kelayanan gawat darurat untuk
mendapatkan resusitasi.
Ketika ada anak yang dilaporkan meninggal di RS atau di layanan gawat darurat.
Penyidik harus segera mungkin melakukan langkah-langkah pemotretan sebagai
dokumentasi, untuk mendapat gambaran paling awal sedekat mungkin tentang bagaimana
kondisi bayi/anak saat meninggal.
Foto dokumentasi harus menunjukkan wajah, gambar seluruh tubuh, baik depan maupun
belakang. Sebagai dokumentasi awal yang sangat penting, untuk mendokumentasikan pola
lividitas dan cedera apapun, disaat bayi baru meninggal, sebelum dipindahkan ke kamar
mayat.
Tanda tanda lividitas, seperti tanda obstruksi, asfiksia pada bayi biasanya akan hilang
setelah 12 jam. Dan kemungkinan tidak akan ditemukan saat diotopsi ke esokan harinya.
Oleh karena itu foto2 dokumen tasi awal sanggat berharga.
B. Peragaan Ulang
Peragaan adegan ulang dimana bayi/anak pertama kali di temukan mati, sama pentingnya
dengan otopsi, atau terkadang lebih berharga daripada otopsi itu sendiri. Menurut National
Association of Medical Examiners, kematian anak yang tidak dapat dijelaskan pada usia <24
bulan, wajib dilakukan peragaan ulang.
Yang dilakukan dalam peragaan ulang:
1. Peragaan menggunakan boneka
2. Orang yang terakhir menyentuh bayi atau anak tersebut dalam keadaan hidup, disuruh
untuk memposisikan.
1. Bagaimana bayi ditidurkan
2. Terakhir kali di beri makan
3. Tekhir kali digendong
Peragaan posisi seperti ini dapat menentukan apakah bayi meninggal karena asfiksia
posisional (kecelakaan) dan SUID (sudden unexpected infant death )
C. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan anak dan keluarga, juga bisa berkontribusi memberikan kejelasan
terhadap kasus kematian anak. Termasuk:
1. Riwayat imunisasi
2. Obat obatan
3. Oprasi
4. Catatan neonatal dan riwayat kelahiran
5. Tinjauan rekam medis (penting dalam penyidikan kasus kematian anak)
6. Riwayat keluarga
D. Radiologi
Pemeriksaan radiologi harus dilakukan sebelum jenazah anak di otopsi. Gambaran
radiologi bisa mendokumentasikan cedera lama, tanda trauma baru, kelainan tulang. Melihat
fraktur pada tulang, serta tanda-tana kekurangan gizi.
E. Otopsi Pediatrik
Otopsi pediatrik (yang dilakukan pada bayi) membutuhkan prosedur dan tahapan yang
lebih kompleks daripada orang dewasa. Ada banyak variasi dalam otopsi pediarik tergantung
dari kasus yang ditangani.
Penting untuk mencatat berat badan bayi, sesuai dengan refresnsi usia hal tersebut untuk
melihat tumbuh kembang bayi sebelum kematianya..
Contoh :
• Tubuh adalah bayi laki-laki yang berkembang secara normal, 6100 gm (persentil ke-
54), yang penampilannya konsisten dengan usia tiga bulan yang diberikan. Panjang
crown-heel adalah 61 cm (persentil ke-52).
• Jantung memiliki berat 39 g (38,4 6,2 g; persentil ke-50) dan memiliki distribusi
normal arteri koroner dominan kanan tanpa stenosis aterosklerotik atau anomali.
Trauma Pediatrik
Laserasi internal kadang tidak terlihat pada pemeriksaan luar (trauma perut tumpul).
Cidera benturan benda tumpu: pukulan, penekanan berlebih, tabrakan, terjatuh. Pemeriksaan
organ dalam
Yang perlu di perhatikan :
• Fundus organ
• Bentuk; termasuk apakah ujung-ujungnya lurus, melengkung, miring, dll., Dan
apakah cedera memeluk / membungkus kontur tubuh atau tetap hanya dalam satu
bidang/pada keunggulan. Pikirkan tanda loop atau tali versus objek yang kaku.
• Warna: ungu, merah, hijau, atau kuning; margin kabur/berbeda, jaringan parut
• Lokasi dan distribusi anatomis: perhatikan apakah cedera tersebut menimpa tonjolan
tulang dan catatan simetri
• Secara internal, perhatikan perdarahan substansial, pembentukan reaksi fibrinosa,
purulensi, atau jaringan granulasi
Trauma Kepala
Disebabkan karena percepatan, benturan, rotasi yang menimbulkan trauma:
• Sup epidural Hematome : satu sendok teh darah di otak tanpa masa, setiap SDH harus
dicurigai merupakan benturan.
• Perdarahan Retina
• Ensefalopati
• Perdarahan selubung saraf optik
Perdarahan pada ruang kranial akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial,
sehingga menekan otak hingga menyebabkan koma hingga berujung pada kematian
Asfiksia
Akfiksia pada bayi dapat berupa:
1. Pembekapan (terlihat tanda cedera frenulum laserasi, memar (harus di bedakan dari
bekas tindakan resusitasi))
2. Tersedak makanan
3. Tersedak benda asing (balita yang sering memasukkan barang ke mulut)
4. Pemberian makanan secara paksa
Cedera Termal
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Jenis: api, melepuh, uap, kontak , atau bahan kimia
Tingkat keparahan: tingkat pertama, kedua, atau ketiga (atau ketebalan parsial /
ketebalan penuh) terbakar
Distribusi: permukaan tubuh, area pertemuan, area terhindar (titik tekanan vs.
lipatan kulit, menunjukkan fleksi),
• distribusi stocking/sarung tangan (dapat mengindikasikan perendaman yang kuat),
aliran (menunjukkan cairan yang mengalir), percikan atau
• bekas percikan
Karakteristik: margin lurus dan dibatasi dengan baik (garis melepuh diskrit dari
perendaman dalam air panas), melingkar /
• oval (dapat mengindikasikan rokok), pola yang berhubungan dengan benda panas
(curling iron, pemanas parut, setrika pakaian)
Efek penyembuhan: bekas luka, perubahan pigmen, eksudat; jaringan parut yang
berlebihan pada anak kecil menjadi perhatian dan
• Investigasi lebih lanjut
Perkirakan persentase dari total luas permukaan tubuh yang terkena: gunakan
"aturan sembilan" pediatrik (berbeda dalam
Kulit bayi yang tipis rentan terhadap panas: Saat tersiram air dengan suhu 44 C akan
menyebabkan luka bakar dengan paparan waktu 5 menit. Pada suhu 60 C akan menimbulkan
luka bakar pada waktu 3 detik.
Persentase luka bakar Punggung 13%, dada dan perut 18%, tangan 4,5%, kepala 18%,
kaki 7%, dan kemaluan 1%
Pertanyaan:
1. Bagaimana membedakan janin mati dalam Rahim dengan bayi yang sempat lahir
setelah itu mati, kenapa perlu di cek dengan tes apung dan udara dilambung?
Harus dilakukan pemeriksaan sebenar-benarnya. Perlu diperiksa organ dalam
(lambung dan system pernapasan) jika bayi pernah hidup sebelumnya maka paru-paru
terdapat kandungan udara. Jika sudah meninggal di dalam Rahim, parunya tidak
sempat mengembang. Ketika dilakukan tes apung paru maka paru yang mengandung
udara akan terapung.