Anda di halaman 1dari 11

Bed Site Teaching

* Kepaniteraan Klinik Senior/G1A219124/ November 2021

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Oleh:

Uswatun Amina, S.Ked*

G1A219124

Pembimbing:

Dr. dr. Fitriyanti, Sp.KK, FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Oleh:
Uswatun Amina, S.Ked
G1A219124

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD RADEN MATTAHER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI
2021

Jambi, November 2021


Pembimbing

Dr. dr. Fitriyanti, Sp.KK, FINSDV


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
JJl. Letjen Soeprapto Samping RSUD Raden Mattaher Telanaipura Jambi telp/fax (0741) 60246

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Umur : 18 Tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat :Telanaipura

Pekerjaan : Mahasiswa

Status Pernikahan :Belum menikah

Suku Bangsa :Indonesia

Hobi : Olahraga

I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Bercak putih disertai gatal jika berkeringat pada punggung yang semakin
melebar sejak ± 2 minggu yang lalu

B. Keluhan Tambahan :

Tidak ada
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :

Pasien datang ke poli klinik kulit dan kelamin RSUD H Abdul


Manap dengan keluhan terdapat bercak putih pada punggung sejak ± 3
tahun yang lalu dan memberat sejak ± 2 minggu ini. Awalnya muncul
bercak putih yang sedikit pada punggung kemudian semakin lama
semakin melebar. Bercak putih tersebut disertai gatal hanya jika
berkeringat saja. Pasien mengaku sudah sering menggunakan obat salep
ketoconazole yang diberikan oleh ibu pasien. Dimana ibu pasien
merupakan seorang perawat. Setelah menggunakan salep, keluhan
dirasakan berkurang, tetapi karena penggunaan salep tidak rutin maka
keluhan sering timbul kembali dan semakin lama semakin melebar.
Bercak putih tidak terdapat pada bagian wajah, terdapat hanya pada
punggung saja. Pada bercak putih masih dapat dirasakan sensasi
nyerinya.

Pasien merupakan seorang olahragawan, pasien berolahraga


setiap hari dan sering berkeringat. Setelah berolahraga pasien tidak
segera mandi. Pasien juga sering menggunakan pakaian yang lembab.
Riwayat dengan keluhan rambut sering rontok disangkal.

D. Riwayat Penyakit Dahulu :

 Riwayat dengan keluhan yang sama (+) sejak ± 3 tahun yang lalu
 Riwayat menggunakan obat (+) salep ketokonazole

E. Riwayat Penyakit Keluarga :

 Riwayat keluhan yang sama (-)

F. Riwayat Sosial Ekonomi :

 Pasien merupakan seorang mahasiswa


 Pasien setiap hari berolahraga
 Pasien sering menggunakan pakaian yang basah

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Tanda Vital :
Kesadaran : compos mentis RR : 21x/i
TD : tidak dilakukan Nadi : 90x/i
Suhu : 36,7’c
3. Kepala :
a. Bentuk : normochepal
b. Mata : RC(+/+), CA (-/-), SI (-/-)
c. THT : hiperemis (-)
d. Leher : pembesaran KGB (-)
4. Thoraks :
a. Jantung : tidak dilakukan pemeriksan
b. Paru : tidak dilakukan pemeriksaan
5. Abdomen : soepel, BU (+) normal
6. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
7. Ekstremitas
a. Superior : hangat, CRT < 2 detik
b. Inferior : hangat, CRT < 2 detik
B. Status Dermatologi
1. Inspeksi
Status Dermatologi Gambar

Lokasi : cervical, Regio dorsum


dorsal (scapular, vertebral)
Lesi utama : makula
Bentuk : irreguler
Ukuran : lentikular -
plakat
Jumlah : multiple
Batas : sirkumkrip
Warna :
hipopigmentasi
Tepi : tidak aktif
Distribusi : regional
Permukaan : permukaan
rata, skuama halus (+)
Konsistensi : kenyal
Sekitar : tidak ada

2. Palpasi : tidak dilakukan

3. Auskultasi : tidak dilakukan

4. Lain-lain : tidak dilakukan


Region
Dorsum

C. Status Venerelogi

1. Inspeksi : tidak dilakukan

o Inspekulo : tidak dilakukan

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menunjukkan adanya skuama pada lesi yang kering dapat digores
dengan ujung kuku sehingga batas lesi akan tampak lebih jelas (finger nail
sign) atau dengan menggunakan kaca objek, scalpel, atau ujung kuku
(coup d’ongle of Besnier). Pada penyakit yang telah lanjut lesi akan
menjadi bercak luas, berkonfluens atau tersebar. Bentuk lesi bervariasi dan
dapat ditemukan lesi seperti bentuk papuler ataupun perifolikuler

IV. DIAGNOSIS BANDING

 Pitiriasis versikolor
 Pitrtiasi alba
 Vitiligo
 Morbus Hansen (MH)
V. DIAGNOSIS KERJA

Pitiriasis Versikolor

VI. TERAPI

Nonmedikamentosa

 Menghindari penggunaan pakaian yang ketat


 Tetap menjaga kebersihan handuk dan seprei
 Hindari penggunaan baju berulang
 Segera mandi berolahraga
 Mandi minimal 2 kali sehari
 Tidak menggunakan pakaian yang lembab
 Menghindari penggunaan pakaian yang ketat

Medikamentosa

 Cetirizine 10 mg, 1 x sehari


Cetirizine merupakan antihistamin H1 generasi kedua ini lebih
aman dan memiliki efek sedatif lebih minimal dibandingkan
generasi pertama dimana obat-obat tersebut menembus sawar
darah otak dan berikatan dengan reseptor H1 pada sistem saraf
pusat dan mengganggu efek neurotransmiter histamine.
 Ketoconazole krim, dioleskan ke bagian badan yang terdapat
ruam 2 kali sehari
Ketoconazole merupakan anti jamur golongan azol yang tersedia
dalam formua topikan yaitu golongan imidazole. Contoh anti
jamur golongan ini antara lain ketoconazole, mikonazol,
kotrimazol, ekonazole, oksikonazole dan sulkonazole. Pada
pitriasis vesikolor penggunaan anti jamur golongan azol paling
sering adalah gel atau sampo ketoconazole 2%, krim mikonazole
dan krim kotrimazol.
 Terapi topikal
Beberapa agen topikal yang efektif dalam pengobatan tinea
versikolor antara lain selenium sulfida, zinc pyrition, sodium
sulfasetamid, siklopiroksolamin, begitu juga golongan azole dan
preparat anti jamur alilamin. Penggunaan losion selenium sulfida
2,5% yang diaplikasikan pada area yang terkena selama 7-10
menit 17 kemudian dibersihkan. Penggunaan harian
dipertimbangkan pada kasus yang luas, aplikasi 3-4 kali per
minggu umumnya cukup adekuat dan frekuensinya dapat
diturunkan hingga sekali atau dua kali dalam sebulan dan
digunakan sebagai regimen pemeliharaan untuk mencegah
kekambuhan. Sebagai alternatif, dapat digunakan ketokonazole
shampo 2% pada area yang terkena, didiamkan selama 5 menit
kemudian dibilas; pengobatan ini diulang selama tiga hari
berturut-turut. Terbinafin solusio 1% yang diaplikasikan dua kali
sehari pada area yang terkena selama 7 hari dapat memberikan
kesembuhan lebih dari 80%. Walaupun terapi topikal ideal untuk
infeksi yang terlokalisir, atau ringan terapi sistemik mungkin
diperlukan untuk pasien dengan penyakit yang luas, sering
berulang, atau jika tidak berhasil dengan agen topical.
 Terapi sistemik
Ketokonazole, flukonazole, dan itrakonazole merupakan terapi
oral pilihan dengan berbagai variasi dosis yang efektif.
Ketokonazole oral 200 mg per hari selama 7 atau 10 hari atau
itrakonazole 200-400 mg per hari selama 3-7 hari hampir secara
umum efektif. Ketokonazole oral yang diberikan dosis tunggal
400 mg merupakan regimen yang gampang diberikan dengan
hasil yang sebanding. Dosis tunggal itrakonazole 400 mg juga
menunjukkan efektivitas lebih dari 75% dan dalam satu penelitian
memiliki efektivitas yang sama dengan itrakonazole selama 1
minggu. Flukonazole juga efektif diberikan dosis tunggal 400 mg.
Terbinafin oral merupakan suatu alilamin, tidak
direkomendasikan untuk pengobatan kelainan terkait Malassezia,
karena obat ini tidak dihantarkan secara efisien ke permukaan
kulit. Potensi toksisitas obat serta interaksi melalui pengaruh
azoel pada isoenzim sitokrom P450 harus diperhatikan pada
penggunaan azole oral untuk pengobatan tinea versikolor.
Pengobatan yang paling banyak digunakan untuk pengobatan PV
adalah golongan azol, oleh karena efektivitasnya yang tinggi.

VII. PROGNOSIS

 Quo ad vitam : ad bonam


 Quo ad functionam : ad bonam
 Quo ad sanationam : ad bonam

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

 Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH berasal dari kerokan atau menggunakan selotip yang
akan menunjukkan hifa atau miselia jamur yang seperti huruf i j dan v
serta spora bulat atau oval dalam jumlah banyak dan cenderung
berkelompok sehingga memberikan gambaran khas seperti sphagetti
and meat ball atau banana and grapes. Temuan miselium memastikan
diagnosis dan lebih dominan dari spora. Oengecatan dengan larutan
KOH 10-20% dan tinta Parker biru-hitam memberi warna pada jamur.
 Pemeriksaan lampu wood
Pemeriksaan dilakukan dikamar atau diruangan gelap sehingga metode
ini klinis harus mempersiapkan ruangan yang sesuai beserta lampu wood
yang akan digunakan untuk mendiagnosis pasien. Hasil dari
pemeriksaan ini kulit yang terkena akan berfloresensi menjadi kuning
keemasan. Floresensi ini dapat menunjukkan batas lesi yang jelas,
sehingga dapat mengetahui luas lesi.
 Biopsi kulit
Biopsy kulit jarang digunakan untuk diagnosis pitriasis vesicolor,
meskipun hifa dan spora terlihat dengan pengecetan Periodic Acid
Schiff (PAS) atau methenamine silver. Pada lesi terdapat hiperkeratorik
dan koloni hifa dan spora subepidermal fibroplasia, tidak ada melanost
dan infiltrate sel radang minimal.

Anda mungkin juga menyukai