Anda di halaman 1dari 14

UMAR BIN ABDUL AZIZ

( UMAR II )
Daulah Umayyah: Umar bin Abdul Azis (717-720 M)
Kisah Umar dengan Wanita
Penjual Susu
"Nak, campurkanlah susu yang engkau perah tadi dengan air," kata sang ibu.
"Jangan, Bu. Amirul mukminin sudah membuat peraturan untuk tidak menjual susu
yang dicampur air," jawab sang anak.
"Namun, banyak orang melakukannya, Nak, campurlah sedikit saja. Insya Allah
Amirul Mukminin tidak mengetahuinya," kata sang ibu mencoba meyakinkan
anaknya.
"Ibu, Amirul Mukminin mungkin tidak mengetahuinya. Tapi, Rabb-nya dari Amirul
Mukminin pasti melihatnya," tegas si anak menolak.
"Wahai Ashim putra Umar bin Khattab. Sesungguhnya tadi malam saya mendengar
percakapan istimewa. Pergilah kamu ke rumah si anu dan selidikilah keluarganya."
Maka, kemudian menikahlah Ashim dengan anak gadis tersebut.
Kelahiran
• Nama : Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin
Abd Syams bin Manaf, Ia dikenal juga dengan Abu Hafs, nasabnya Al-Qurasyi Al-Umawi.
• Ahli sejarah berpendapat bahwa kelahiran Umar bin Abdul Aziz terjadi di tahun 61 H. Ia
dilahirkan di Kota Madinah An-Nabawiyah, pada masa pemerintahan Yazid bin
Muawiyah.
• Ayah : Abdul Aziz bin Marwan, salah seorang dari gubernur Klan Umayah. Ia menikah
dengan seorang wanita salehah dari kalangan Quraisy lainnya, wanita itu merupakan
keturunan Umar bin Khattab, dialah Ummua Ashim binti Ashim bin Umar bin Khattab,
dialah ibu Umar bin Abdul Aziz. Abdul Aziz merupakan laki-laki yang saleh yang baik
pemahamannya terhadap agama. Ia merupakan murid dari sahabat senior Abu
Hurairah.
• Ibu : Ummu Ashim, Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab. Bapaknya Laila merupakan
anak Umar bin Khattab, ia sering menyampaikan hadis nabi dari Umar.
• Ia dijuluki Asyaj Bani Umayah (yang terluka di wajahnya) sebagaimana mimpi Umar bin
Khattab.
• Umar bin Abdul Aziz tidak memiliki usia yang panjang, ia wafat pada usia 40 tahun, usia
yang masih relatif muda dan masih dikategorikan usia produktif.
Keluarga
Saudara-Saudara Umar bin Abdul Aziz
• Ayahnya yaitu Abdul Aziz bin Marwan, mempunyai sepuluh orang anak. Mereka adalah
Umar, Abu Bakar, Muhammad, dan Ashim. Abdul Aziz mempunyai enam anak dari selain
Laila, yaitu Al-Ashbagh, Sahal, Suhail, Ummu Al-Hakam, Zabban dan Ummul Banin. Ashim
(saudara Umar) inilah yang kemudian menjadi kunyah ibunya (Laila Ummu Ashim).
Anak-Anak Umar bin Abdul Aziz
• Umar bin Abdul Aziz mempunyai empat belas anak laki-laki, di antara mereka adalah Abdul
Malik, Abdul Aziz, Abdullah, Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Bakar, Al-Walid, Musa, Ashim, Yazid,
Zaban, Abdullah, serta tiga anak perempuan, Aminah, Ummu Ammar dan Ummu Abdillah.
Istri-Istrinya
• Istri pertamanya adalah wanita yang salehah dari kalangan kerajaan Bani Umayah, ia
merupakan putri dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan yaitu Fatimah binti Abdul Malik. Ia
memiliki nasab yang mulia; putri khalifah, kakeknya juga khalifah, saudara perempuan dari
para khalifah, dan istri dari khalifah yang mulia Umar bin Abdul Aziz, namun hidupnya
sederhana.
• Istrinya yang lain adalah Lamis binti Ali, Ummu Utsman bin Syu’aib, dan Ummu Walad
Ciri Fisik

Umar bin Abdul Aziz berkulit cokelat, berwajah lembut dan


tampan, berperawakan ramping, berjanggut rapi, bermata
cekung, dan di keningnya terdapat bekas luka akibat sepakan
kaki kuda. Ada pula yang mengatakan, ia berkulit putih,
berwajah lembut dan tampan, berperawakan ramping dan
berjenggot rapi.
Karakter

• Sangat takut kepada Allah SWT


• Wara’
• Sederhana
• Tawadhu
• Sabar
• Adil
Perjalanan Memimpin
Menjadi Gubernur Hijjaz masa Khalifah Walid Bin Abdul Malik,
kemudian di berhentikan atas hasutan Hajjaj bin Yusuf

Masa Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik di angkat menjadi


Penasehat

Menjadi Khalifah selama 29 bulan dari surat wasiat Khalifah


setelah Sulaiman bin Abdul Malik wafat dengan memerintah
wilayah seluas 15juta km2 berpenduduk 62juta orang (1/3
penduduk dunia saat itu) yang sekarang setara 39 Negara,
menghasilkan nol mustahik.
Pidato Pertama
• Dalam bukunya, ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz: Khāmisu Khulafā’ ar-Rāsyidīn, Syekh Abdussattar merekam
dengan lengkap pidato politik pasca dilantiknya Umar bin ‘Abdul ‘Aziz.
• Umar bin Abdul Aziz melangkah menuju masjid. Menaiki mimbar dan berpidato. Berikut ringkasan isi
pidatonya :
“Wahai orang-orang, aku diamanahi urusan ini (menjai khālifah) tanpa sepengetahuanku, tanpa
permintaanku, juga tanpa bermusyawarah dengan orang-orang. Aku cabut bai’at kalian terhadapku.
Silahkan kalian pilih orang yang kalian mau.”
• Mendengar pidato ini, Muslimin yang berada di masjid itu bergemuruh. Mereka dengan lantang
berbicara, “Kami telah memilihmu wahai Amirul Mu’minin. Kami rida kepadamu.”
“Wahai orang-orang, pemimpin yang taat kepada Allah, maka wajiblah rakyat taat kepadanya. Jika dia
bermaksiat, maka siapa pun tidak wajib taat kepadanya. Maka, taatlah kalian kepadaku selagi aku taat
kepada Allah. Jika aku durhaka kepada Allah, maka siapa pun tidak wajib taat kepadaku.”
“……. Ingatlah! Sungguh aku bukan yang terbaik dari kalian. Aku sama dengan kalian. Tapi Allah memberi
tanggungan kepadaku lebih berat dari kalian.”
• Ketika selesai berkhutbah, Umar bin ‘Abdul ‘Aziz turun dari mimbar. Orang-orang membaiatnya satu
persatu. Baiat ini adalah bentuk legitimasi dari raykat bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin
mereka.
Masa Pemerintahan
• Saat hari pertama kerja mengalihkan penjaga istana menjadi
penjaga rakyat yang tertindas di masyarakat, Lampu-lampu
istana di matikan, singasana khalifah di serahkan baitul mal.
• Sistem Zakat di kumpulkan Baitul Mal dari beliau, istri
beliau, keluarga terdekat, keluarga kerajaan hingga banyak
terkumpul.
• Hasil zakat di bagikan ke fakir miskin, mensejahterakan
para tentara, pemuda yang belum nikah di biayai &
maharnya, menutup orang-orang yang hidupnya bergantung
hutang, membantu yahudi & nasrani yang punya hutang,
belikan gandum dari uang itu gandum & sebarkan di gunung
supaya burung-burung makan
Kebijakan Ekonomi
• Meningkatkan upah kaum buruh setara dengan setengah gaji para pejabat
• negara atau istana
• Melarang gubernur menggunakan uang umat sebagai modal usaha
• pribadinya
• Memutusakan bahwa negara menanggung utang seseorang jika memang orang
tersebut benar-benar terbukti tidak mampu membayar utang selama
utangnya bukan untuk bermaksiat
• Menganjurkan kebebasan berusaha dan tidak mencampuri harga-harga
• Melarang menjual tanah kharaj
• Meringankan pajak petani
• Memerintahkan penghermatan
• Menetapkan gaji untuk para anak yatim karena orangtua gugur dalam medan
perang
• Menghapus pajak untuk Mualaf
Kebijakan Pendidikan
• Cari guru yang sudah dikenal mendalam, khususnya aspek keluhuran budinya.
"Ia berkata kepada guru anak-anaknya: Sahal, aku memilihmu mengajar anak-
anakku karena aku sudah tahu siapa kamu dengan sebenar-benarnya. Karena
itu tunaikan tugasmu dengan baik dan penuh tanggung-jawab”

• Nasehat kepada pendidik: Jauhi kata-kata kasar, jangan bercanda tanpa


batas karena membutakan hati, jangan terlalu sibuk dengan hiburan-hiburan
yang bisa mengganggu kosentrasi. Mulai pelajaran dengan membaca Al-
fatihah. Fisik juga harus dilatih, misalnya memanah. Jangan lupa istirahat,
tidur siang. Ikat ilmu dengan tulisan atau catatan.

• “Himpunlah hadis-hadis Rasulullah SAW, lalu tulislah. Soalnya aku khawatir


dengan melemahnya semangat kegiatan keilmuan dan hilangnya para
Ulama.Terimalah hadis Rasul saja. Sebarkan ilmu, dan adakanlah majelis-
majelis Ta'lim sebagai sarana bagi siapapun yang ingin belajar. Sesungguhnya
ilmu itu selalu ada gunanya”. (Surat kepada Abu Bakar bin Hazm)
Kebijakan Pembangunan
Tujuan pembangunan: kesejahteraan rakyat bukan untuk kebanggaan.

Pesan kepada Abdul Humaid bin Abdurrahman, penguasa Kufah:


“perhatikanlah tanah-tanah kosong atau bekas tanah reruntuhan
bangunan. Jika memungkinkan bukalah menjadi lahan pertanian atau
dirikanlah bangunan yang bermanfaat bagi rakyat”.

Saat meresmikan pembukaan kedai-kedai social yang tersebar di


berbagai wilayah terpencil ia menugaskan Sulaiman bin Abu Sari untuk
mengelola. Pesannya: “Jika ada seorang warga muslim yang mampir,
jamulah ia selama sehari semalam dan beri makan pula binatang
kendaraannya. Jika ia miskin, jamulah ia selama dua hari-dua malam.
Dan jika kehabisan bekal, antarkan ia ke kampung halamannya dengan
cuma-cuma.
Warisan
Saat ditanya “Wahai Amirul Mukmimn, tidakkah engkau mau
mewariskan sesuatu kepada anak-anakmu?”

Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa yang ingin kuwariskan? Aku tidak
memiliki apa-apa"

"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak


memiliki?"

"Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-


orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, aku tidak mau
meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu
menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"

NASIHAT HASAN BASRI
Dalam kitab Jamharah Khuthab al-Arab, Berikut bagian dari risalah Imam Hasan al-Bashri yang ditulis dengan judul Sifat Imam yang Adil.
• "Ketahuilah Amirul Mukminin, Allah SWT menjadikan imam yang adil sebagai pelurus se gala sesuatu yang melenceng, pemberi petunjuk bagi semua orang yang zalim, yang memperbaiki segala
sesuatu yang rusak, kekuatan bagi orang yang lemah, pemberi keadilan bagi semua orang yang dizalimi dan penolong semua orang yang sedang memerlukan pertolongan.
• Dan, imam yang adil, wahai Amirul Mukminin, adalah laksana seorang penggembala yang penyayang terhadap untanya, dan teman bagi gembalanya yang mengantarkannya ke tempat ladang
gembala yang paling baik, yang menja ga nya dari jalan yang berbahaya, yang menjaga nya dari hewan yang buas, dan yang menyelamatkannya dari panas dan dingin yang amat sangat.
• Imam yang adil, wahai Amirul Mukminin, adalah laksana seorang bapak yang penuh kasih sayang terhadap anaknya, yang memberinya minum saat ia masih kecil, yang mengajarkannya saat ia
menginjak dewasa, yang mencarikan dia rezeki saat dia masih hidup, dan meninggalkan harta bagi anaknya setelah ia meninggal.
• Imam yang adil, wahai Amirul Mukminin, adalah seperti ibu yang penyayang, yang amat penuh perhatian terhadap anaknya, yang mem bawanya saat hamil meskipun dalam keadaan sulit,
melahirkannya dalam keadaan sulit, men didiknya saat ia masih kecil, menjaganya di wak tu malam ketika anaknya mengalami sakit, yang merasa tenang dengan tenangnya anaknya, yang
menyusuinya pada satu jenjang waktu, dan me mutus susuannya ketika waktunya datang, yang merasa gembira dengan sehatnya sang anak dan merasa sedih dengan sakitnya sang anak.
• Imam yang adil, wahai Amirul Mukminin, ada lah orang yang menanggung para anak yatim, tempat orang miskin mendapatkan bantuan, yang mendidik mereka yang masih kecil dan memberi
makan mereka yang sudah dewasa. Imam yang adil, wahai Amirul Mukminin, adalah laksana hati bagi anggota tubuh, yang sudah menjadi baik dengan baiknya hati tersebut dan rusaknya
dengan rusak hati tersebut.
• Imam yang adil, wahai Amirul Mukminun, ada lah seorang yang menjadi wakil Allah terha dap hamba-hamba-Nya, yang mendengarkan kalam Allah dan memperdengarkannya kepada mereka
yang memperhatikan Allah dalam setiap langkahnya juga memperlihatkan hal itu kepada rakyatnya, serta berjalan memuji Allah dan mem bimbing mereka menuju kepada-Nya.
• Dan, dalam masalah amanah yang diletakkan ke pundakmu, maka janganlah Anda, wahai Amirul Mukminin, seperti hamba yang diberikan amanah oleh tuannya serta diperintahkan untuk
menjaga harta dan keluarganya. Namun, ia ke mu dian menghambur-hamburkan harta tersebut, dan menyia-nyiakan keluarganya sehingga membuat keluarganya miskin dan menghabiskan
hartanya.
• Ketahuilah, wahai Amirul Mukminin, bah wa Allah telah menurunkan had-had-Nya de ngan tujuan menghalangi manusia dari mengerjakan tujuan yang keji dan buruk. Maka bagaimana jadinya
jika keburukan itu justru di lakukan oleh orang yang memimpin manu sia? Dan, Allah menurunkan qishash sebagai penjaga kehidupan bagi para hamba-Nya, maka bagaimana jadinya jika
hamba tersebut justru dibunuh oleh penguasa yang seharusnya menjalankan qishash untuk mereka itu?
• Ingatlah wahai Amirul Mukminin, kemati an dan yang setelahnya dan tentang amat sedikitnya keluargamu ketika itu, dan tidak ada pembelamu saat itu. Maka, persiapkanlah bekalmu, bagi
waktu kematian itu, dan bagi masa yang setelahnya yang berisi kengerian yang besar. Ketahuilah Amirul Mukminin, engkau memiliki rumah di akhirat yang ber beda dengan rumah yang engkau
tempati saat ini. Di rumah akhirat tersebut engkau akan mengalami masa yang panjang, akan ditinggal kan oleh orang-orang yang mengasihimu, dan menempatkan engkau di perut bumi dalam
keadaan sendirian. Oleh karena itu, persiapkanlah bekal yang akan menyertaimu pada hari orang-orang lari dari saudaranya, ibunya, ayahnya, istrinya dan anaknya.
• Ingatlah Amirul Mukminin, ketika mayatmayat dibangkitkan dari kubur, apa yang ter simpan dalam hati ditampakkan sehingga segala yang awalnya rahasia menjadi tampak, dan buku catatan
amal perbuatan tak sedikit pun alpa mencatat perkara yang kecil maupun besar.
• Sekarang, wahai Amirul Mukminin, engkau masih memiliki kesempatan sebelum da tangnya ajal dan putusnya harapan. Maka hendaknya engkau, wahai Amirul Mukminin, tak memberi
keputusan bagi hamba-hamba Allah dengan keputusan hukum seperti yang ditetap kan oleh orang-orang yang jahil. Jangan eng kau bertindak terhadap mereka dengan tindakan orang yang
zalim, jangan menjadi pihak yang menindas terhadap orang-orang lemah.“

Anda mungkin juga menyukai