Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KIMIA DASAR
“PERANAN BAHAN ORGANIK TERHADAP
KESUBURAN KIMIA TANAH ”
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Dasar

Disusun Oleh :
Nama : Vivit Priyati Seladita
NIM : 4442200096
Kelas : 1D

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas semua limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Pengaruh Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia Tanah”
dengan baik dan bisa selesai pada waktunya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh yaitu


kepada Ibu Alfu Laila, S.P., M.Sc, Ibu Winda Nurtiana, STP., M.Si., dan Bapak
Ginanjar Pratama, S.Pi., M.Si. yang telah membimbing penulis dalam proses
praktikum.

Saya berharap semoga makalah kimia ini bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah yang lebih
baik lagi.

Cilegon,Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI ………………………………………………………..…………...ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………….….………..….1
1.2 Rumusan masalah...………………………………………………….…2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………..2
BAB II ISI……………………………………………………………………….3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..…………………………………………………………....12
3.2 Saran………..……………………………………………………….….12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….………...13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan organik merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang
besumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang
terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor
fisika, biologi, dan kimia. Bahan organik memiliki peran penting dalam
menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar
bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik
merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi.
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organic tanah
memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik
tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat
meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat
tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2005).
Dengan demikian, terjadi ketidakseimbangan masukan bahan organik
terhadap tanah yang dapat mengakibatkan tanah menjadi rusak. Namun, jika
hal ini dibiarkan maka akan tidak menguntungkan bagi pertanian yang
berkelanjutan. Meningkatnya kemasaman tanah akan mengakibatkan
ketersediaan hara dalam tanah yang semakin berkurang dan dapat mengurangi
umur produktif tanaman.
Setiap orang berkepentingan terhadap tanah. Tanah sebagai sumberdaya
alamyang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam aktivitas
guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanah sebagai sumberdaya yang
digunakan untuk keperluan pertanian dapat bersifat sebagai sumberdaya yang
dapat pulih (reversible ) dan dapat pula sebagai sumberdaya yang dapat habis
(Santoso, 1991).
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan
organisme,membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses
pembentukan tanahdikenal sebagai pedogenesis.

1
Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuhalam yang terdiri atas
lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizondapat menceritakan
mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui
tubuh tanah tersebut.Dalam usaha pertanian tanah mempunyai fungsi utama
sebagai sumber penggunaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman, dan sebagai tempat tumbuh dan berpegangnya akar serta tempat
penyimpan air yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup tumbuhan.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu,
Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota
(organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-
zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,yang ketiganya secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomassa
dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan,
maupun kehutanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian atau definisi Bahan Organik Tanah?
2. Apa fungsi dari Bahan Organik?
3. Apa saja peran Bahan Organik terhadap tanah?
4. Apa saja macam-macam Bahan Organik?

1.1 Tujuan
Tujuan dari Praktikum kali ini yaitu Untuk mengetahui peranan bahan
organic terhadap kesuburan kimia tanah.
1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi dari Bahan Organik Tanah.
2. Untuk mengetahui fungsi dari Bahan Organik.
3. Untuk mngetahui peran Bahan Organik terhadap Tanah.
4. Untuk mengetahui macam-macam dari Bahan Organik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Isi
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain
terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya
sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan
meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran
kation (KPK).Bahanorganik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK
tanah. Sekitar 20– 70% kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber
pada koloid humus (contoh:Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan
organik dengan KPK tanah(Stevenson, 1982).
Kapasitas pertukaran kation (KPK) menunjukkan kemampuan tanah untuk
menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut termasuk
kation hara tanaman. Kapasitas pertukaran kation penting untuk kesuburan tanah.
Fraksi organik dalam tanah berpotensi dapat berperan untuk menurunkan
kandungan pestisida secara nonbiologis, yaitu dengan cara mengadsorbsi
pestisida dalam tanah. Mekanisme ikatan pestisida dengan bahan organik tanah
dapat melalui: pertukaran ion, protonisasi, ikatan hidrogen, gaya vander
Waal’s dan ikatan koordinasi dengan ion logam (pertukaran ligan).
Tiga faktor yang menentukan adsorbsi pestisida dengan bahan organik:
(1) karakteristik fisika-kimia adsorbenya(koloid humus)
(2) sifat pestisidanya, dan
(3) Sifat tanahnya, yang meliputi kandungan bahan organik, kandungan
dan jenis lempungnya, pH, kandungan kation tertukarnya, lengas, dan
temperatur tanahnya (Stevenson, 1982)
Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas
dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses
perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-
mineral hara tanamandengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro)
dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil.

1. Nitrogen
3
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 %
bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah
2005).
Menurut Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari :
a.Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar.
b.Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara.
c.Pupuk.
d.Air Hujan.
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya
berasal dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara
simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri
tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah
mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah. Hilangnya N
dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman ataumikroorganisme.
Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada lapisan
0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut
(Hardjowigeno 2003).
Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada
fasevegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak,
enzim, dan persenyawaan lain (RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah
dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4,
NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam
bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan
urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen
organik di dalam tanah mengalamimineralisasi sedangkan bahan mineral
mengalami imobilisasi. Sebagian N terangkut,sebagian kembali scbagai residu
tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang melalui pencucian dan
bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau bertambah karena
pengendapan.
Proses nitrogen Bahan organik sumber nitrogen (protein) pertama-tama
akan mengalami peruraian menjadi asam-asam amino yang dikenal dengan
proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik
mengurai menjadi amoniumyang dikenal sebagai proses amonifikasi.
Amonifikasi ini dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan, sehingga
4
amonium dapat merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang utama
dalam tanah (Tisdel dan Nelson, 1974). Nasib dari amonium ini antara lain
dapat secara langsung diserap dandigunakan tanaman untuk pertumbuhannya,
atau oleh mikroorganisme untuk segera dioksidasi menjadi nitrat yang
disebut dengan proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses bertahap yaitu
proses nitritasi yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomonasdengan menghasilkan
nitrit, yang segera diikuti oleh proses oksidasi berikutnyamenjadi nitrat yang
dilakukan oleh bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi. Nitrat
merupakan hasil proses mineralisasi yang banyak disukai atau diserapoleh
sebagian besar tanaman budidaya. Namun nitrat ini mudah tercuci melalui air
drainase dan menguap ke atmosfer dalam bentuk gas (pada drainase buruk dan
aerasi terbatas) (Killham, 1994).

2. C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal
inidikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika
maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan
berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 1991).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen
abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah
harusdipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik
dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi
mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak
harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK
tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia,
fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan
terjadinya pemadatan tanah (Anonim 1991).

3. P-Bray
5
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan
dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman
pada pHsekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003).
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil
keseimbanganantara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan
(solubilitas) P-terfiksasi danmineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa
immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2005).
Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor
yaitufosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya
terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P
organik dalam bahanorganik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu
0,2 – 0,5 %. Tanah-tanahtua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya
berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa
memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P
(Hanafiah 2005). Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel
pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung
melaui proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu
pelepasan P yang terfiksasi. Stevenson (1982) menjelaskan ketersediaan P di
dalam Tanah dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan organik melalui 5
aksi seperti tersebut di bawah ini:
(1) Melalui proses mineralisasi bahan organik terjadi pelepasan P mineral
(PO43-)
(2) Melalui aksi dari asam organik atau senyawa pengkelat yang lain
hasildekomposisi, terjadi pelepasan fosfat yang berikatan dengan Al dan Fe
yang tidak larut menjadi bentuk terlarut, Al(Fe)(H2O)3(OH)2 H2PO4+Khelat
===>PO42-(larut) + Kompleks AL-Fe- Khelat (Stevenson, 1982).
(3) Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat karena asam humat dan
asamfulvat berfungsi melindungi sesquioksida dengan memblokir situs
pertukaran.
(4) Penambahan bahan organik mampu mengaktifkan proses penguraian
bahan organik asli tanah

6
(5) Membentuk kompleks fosfo-humat dan fosfo-fulvat yang dapatditukar
dan lebih tersedia bagi tanaman, sebab fosfat yang dijerap pada bahan organik
secara lemah.
Untuk tanah berkapur (agak alkalin) yang banyak mengandung Ca danMg
fosfat tinggi, karena dengan terbentuk asam karbonat akibat dari pelepasan CO2
dalam proses dekomposisi bahan organik, mengakibatkan kelarutan P menjadi
lebih meningkat, dengan reaksi sebagai berikut :
CO2 + H2O ====== > H2CO3
H2CO3 + Ca3(PO4)2 ====== > CaCO3 + H2PO4-
Asam-asam organik hasil proses dekomposisi bahan organik juga
dapat berperan sebagai bahan pelarut batuan fosfat, sehingga fosfat terlepas
dan tersedia bagi tanaman.
Hasil proses penguraian dan mineralisasi bahan organik, di
samping akan melepaskan fosfor anorganik (PO43-) juga akan melepaskan
senyawa-senyawa P-organik seperti fitine dan asam nucleic, dan diduga
senyawa P-organik ini, tanaman dapat memanfaatkannya. Proses mineralisasi
bahan organik akan berlangsung jika kandungan P bahan organik tinggi, yang
sering dinyatakan dalam nisbah C/P. Jika kandungan P bahan tinggi, atau nisbah
C/P rendah kurang dari 200, akan terjadi mineralisasi atau pelepasan P ke dalam
tanah namun jika nisbah C/P tinggi lebih dari 300 justru akan terjadi imobilisasi
P atau kehilangan P (Stevenson, 1982).

4. Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K + Muatan positif dari Kalium akan
membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif
Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986) , menyatakan bahwa
ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat
diserap tanaman yangtergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya
sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang
mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad
renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar
kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan
7
dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah
mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan
dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion
adsorpsi pada kationtertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-
tanah organik mengandung sedikit Kalium.

5. Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ Dalam larutan dapat habis karena diserap
tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah,
mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci
(Leiwakabessy 1988). Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan
pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu
keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas
beberapa enzim (RAM 2007).

6. Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu
2,75% yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan
pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang
berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut
tanah alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥
15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan dari
garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya
adalah halit (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang
umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan berdrainase buruk.
Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat
dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).

7. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna
yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya
merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2005).
8
8. Belerang (S)
Bahan organik di samping berperan terhadap ketersediaan N dan P, juga
berperan terhadap ketersediaan S dalam tanah. Di daerah humida, S-
protein,merupakan cadangan S terbesar untuk keperluan tanaman. Mineralisasi
bahan organik akan menghasilkan sulfida yang berasal dari senyawa protein
tanaman. Di dalam tanaman, senyawa sestein dan metionin merupakan asam
amino penting yang mengandung sulfur penyusun protein (Mengel dan Kirkby,
1987).Protein tanaman mudah sekali dirombak oleh jasad mikro. Belerang (S)
hasilmineralisasi bahan organik, bersama dengan N, sebagian S diubah menjadi
mantapselama pembentukan humus. Di dalam bentuk mantap ini, S akan dapat
terlindung dari pembebasan cepat (Brady, 1990). Seperti halnya pada N dan P,
proses mineralisasi atau imobilisasi S ditentukan oleh nisbah C/S bahan
organiknya. Jika nisbah C/S bahan tanaman rendah yaitu kurang dari 200, maka
akan terjadi mineralisasi atau pelepasan S ke dalam tanah sedang jika nisbah
C/S bahan tinggi yaitu lebih dari 400, maka justru akan terjadi imobilisasi
atau kehilangan S(Stevenson, 1982).
Siklus Sulfur
- Oksidasi sulfur menjadi sulfat oleh Thiobacillus, Arthrobacter dan
Bacillus.
2H2S + O2→2S + 2H2O
2S + 2H2O + 3O2→2SO42-+ 4H+
S2O32-+ H2O + 2O2→2SO42-+2H+
- Reduksi Sulfat menjadi sulfida (S2-) oleh Desulphovibrio
desuphulricans
2SO42- + 4H2 → S2- + 4H2O

Indikator Kesuburan Tanah


Kesuburan tanah bisa diukur berdasarkan beberapa indikator
kesuburan tanah.Beberapa indikator kesuburan tanah yang biasa digunakan oleh
para ahli tanah antaralain adalah : kapasitas absorbsi, tingkat kejenuhan basa,
derajat kemasaman tanah,kandungan liat dan kandungan bahan organik.

9
1. Kapasitas Absorbsi
Dihitung dengan milli equivalent, adalah kemampuan tanahuntuk
mengikat/ menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah
(partikelkolloid itu terdiri dari liat dan organik), dan ini secara langsung
mencerminkankemampuan tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam
bentuk kation.Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan
kesuburannyasemakin baik, yang biasanya susunan kationnya didominasi oleh
unsur K (Kalium),Ca (Calsium) dan Mg (Magnesium), sehingga nilai pH tanah
normal (berkisar 6,5).
2. Kejenuhan Basa
Nilainya dalam bentuk persen, mencerminkan akumulasi susunankation.
Peningkatan nilai persen kejenuhan basa mencerminkan semakin
tingginyakandungan basa-basa tanah pada posisi nilai pH tanah yang
menyebabkan nilai kesuburan kimiawi optimal secara menyeluruh. Nilai
kesuburan kimiawi secarasederhana dicermnkan oleh nilai pH, karena nilai pH
akan mampu mempengaruhidan mencerminkan aktifitas kimiawi sekaligus
aktifitas biologis dan kondisi fisik didalam tanah.kesuburan kimiawi optimal
secara menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secarasederhana dicermnkan oleh
nilai pH, karena nilai pH akan mampu mempengaruhidan mencerminkan
aktifitas kimiawi sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik didalam tanah.
3. Keasaman Tanah
.Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitastanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknyakonsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah,
semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknyaH+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada
OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+.
Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu
mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH
kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun
demikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya

10
tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5
sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam.
Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan
pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak
mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH
tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na
(Anonim 1991).
4. Kandungan liat
Merupakan ukuran kandungan partikel kolloid tanah. Partikel dengan
ukuran ini (kolloid) akan mempunyai luas permukaan dan ruang pori tinggi
sehingga mempunyai kemampuan absorbsi juga tinggi serta diikuti kemampuan
saling tukar yang tinggi pula diantara partikel kolloid. Kemampuan absorbsi ini
bisauntuk air maupun zat hara, sehingga menjadi cermin peningkatan kesuburan
tanah. Namun jika kandungan liat pada komposisi dominan atau tinggi menjadi
tidak ideal untuk budidaya maupun pengolahan tanah. Kandungan liat yang
tinggimenyebabkan perkolasi, inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi
lebih rendah sehingga menyulitkan peredaran air dan udara.
5. Kandungan Bahan Organik
Merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci dinamika
kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai peran yang multifungsi, yaitu
mampu merubah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Selain itu bahan
organik juga mampu berperan mengaktifkan persenyawaan yang ditimbulkan
dari dinamikanya sebagai ZPT (zat pengatur tumbuh), sumber Enzim
(katalisator reaksi-reaksi persenyawaan dalam metabolisme kehidupan) dan
Biocide (obat pembasmi penyakitdan hama dari bahan organik).
Bahan organik juga dapat merubah sifat kimia tanah, yaitu melalui proses
dekomposisi yang dilakukan oleh mikroba yang memang selalu menempel pada
bahan organik.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahan organik adalah penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang
yang sebagian telah mengalami pelapukandan pembentukan kembali.Bahan
organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan
organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah,
yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Fungsi bahan organik tanah
dapat mempengaruhi sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah.
Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi :
struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting
adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.
Macam-macam dari bahan organik adalah pupuk hijau, kompos, pupuk
cair dan sebagainya. Pupuk hijau memiliki manfaat sebagai mencegah adanya
erosi dan memperbaiki tekstur serta struktur tanah. Pupuk cair keuntungannya
pengerjaannya lebih cepat.

3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap semoga bermanfaat bagi
yang membacanya, penulis sadar masih banyak terdapat kekurangan dari
makalah ini maka dari itu kritik dan saran pembaca sangat saya harapkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agustina Tangketasik, Ni Made Wikarniti, Ni Nengah Soniari, dan Wayan Narka.


2012. Kadar Bahan Organik Tanah pada Tanah Sawah dan Tegalan di
Bali serta Hubungannya dengan Tekstur Tanah
Anonymous, a. 2012. http://infosaya.meugah.com/2012/03/bahan-organik-tanah.html
Anonymous, b. 2012. http://cms.1m-bio.com/bahan-organik/
Arsyad,S. 1979. Konservasi Tanah.Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,IPB. Bogor.
Anonim.Pupuk-Organik(http:www.lestarimandiri.org) Diakses Pada Tangga 9
November 2020 Pada pukul 22.50 WIB.
Djuanda,J.S.,M.Assaad dan Warsana. 2004. Kajian laju infiltrasi dan beberapa sifat
fisik tanah pada tiga jenis tanaman pagar dalam sistem budidaya lorong.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 4:25-31.
Foth, Henry. D, 1994 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam . Erlangga. Jakarta.
Islami, T. 1995. Klasifikasi Tanah. Aka press. Jakarta.
Junaidi, Wawan.Bahan –Organik Tanah(http:www.kompas) Diakses pada tanggal 9
November 2020 Pada pukul 22.35 WIB.
M. Mandiola, G.A. Studdert, G.F. Domínguez, C.C. Videla. Organic matter
distribution in aggregate sizes of a mollisol under contrasting
managements
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang.

13

Anda mungkin juga menyukai