Anda di halaman 1dari 15

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK ROLE PLAYING

DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP PAKISJAYA

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana sebagai pemberi bantuan untuk mengembangkan


potensi yang ada didalam diri setiap individu. Pendidikan juga menjadi salah satu faktor
penting bagi kehidupan manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan, dan sebagai
perencenaan untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. Dengan adanya pendidikan
diharapkan mampu mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan belajar mengajar merupakan bagian dari
pendidikan. Pada umumnya kegiatan belajar dapat berlangsung di rumah, di sekolah, maupun
di masyarakat. Maka dari itu pendidikan tidak hanya terbatas pada lembaga formal saja.
Seseorang yang melakukan kegiatan pendidikan di sekolah di sebut sebagai siswa. Sebagai
seorang siswa masing-masing memiliki motivasi, minat, karakteristik fisik dan psikis serta
lingkungan dan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi pembentukan
kepribadian dan rasa percaya diri yang berbeda-beda pula dalam berinterakasi dengan
lingkungannya. Memiliki rasa percaya diri menjadi bagian penting bagi siswa, dengan
memiliki rasa percaya diri siswa akan lebih mudah dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Percaya diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting
bagi kehidupan manusia. Dalam (Hakim, 2006 hlm.6) menyatakan bahwa percaya diri
merupakan keyakinan yang ada pada dalam diri seseorang terhadap segala aspek kelebihan
yang dimilikinya dan keyakinan tersebut menjadikannya merasa mampu untuk bisa mencapai
berbagai tujuan hidupnya. Sedangkan Surya (2009) menyatakan bahwa percaya diri adalah
bagian penting dalam perkembangan kepribadian seseorang, karena sebagai penentu atau
penggerak bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah laku. Dengan demikian rasa percaya
diri menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang untuk dapat mencapai berbagai
tujuan hidup dan untuk bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupannya di lingkungan
masyarakat maupun sekolah.
Di sekolah masih terdapat siswa yang memiliki rasa percaya diri yang rendah,
perasaan minder dan malu membuat individu menjadi tidak yakin dengan kemampuan yang
dimilikinya, dengan demikian hal tersebut menjadi penghambat dalam proses belajar siswa.

Rendahnya rasa percaya diri dalam belajar pada siswa SMP adalah masalah yang
sering diabaikan oleh para guru, keadaan ini tidak boleh diabaikan karena bisa berdampak
negatif pada proses belajar siswa. Perilaku siswa yang mengalami rasa percaya diri rendah
antara lain, tidak berani tampil didepan banyak orang, selalu memiliki rasa keragu-raguan,
menarik diri dari lingkungan, dan perilaku-perilaku lainnya yang nantinya akan menghambat
siswa untuk belajar optimal.

Berkaitan dengan permasalahn yang dihadapi siswa yang memiliki rasa percaya diri
rendah, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Cara
meningkatkan rasa percaya diri siswa dapat dilakukan dengan memberi layanan bimbingan
kelompok. Bimbingan kelompok adalah salah satu layanan konseling disekolah. Bimbingan
kelompok merupakan salah satu kegiatan konseling yang dilakukan secara berkelompok dan
memanfaatkan dinamika kelompok yang memiliki tujuan diantara nya adalah untuk
membantu siswa agar lebih akrab dengan teman-temannya, melatih agar lebih aktif
berkomunikasi dengan temannya, dan membantu agar berani tampil didepan banyak orang.

Banyak teknik yang bisa digunakan dalam bimbingan kelompok, salah satu teknik
tersebut adalah teknik role playing. Teknik role playing adalah teknik bermain peran, siswa
sebagai pemeran yang memerankan dalam situasi imajinatif dan paralel dengan yang terjadi
dalam kehidupan nyata. Artinya bahwa dengan teknik role playing dapat membantu siswa
untuk memahami konsep diri sendiri, dan membantu siswa untuk berperilaku lebih aktif di
lingkungan sekolah, dan dapat membantunya untuk melatih berkomunikasi dengan teman-
temannya.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan


sebagai berikut:

1. Bagaiaman pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing


terhadap siswa SMP kelas VII ?

2. Bagaiamana respon siswa saat melaksanakan layanan bimbingan kelompok


dengan teknik role playing terhadap siswa SMP kelas VII ?

3. Apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing dapat


meningkatkan rasa percaya diri terhadap siswa SMP kelas VII ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menelaah:

1. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terhadap


siswa SMP kelas VII

2. Respon siswa saat melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role
playing terhadap siswa SMP kelas VII

3. Mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing


dapat meningkatkan rasa percaya diri terhadap siswa SMP kelas VII

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan :

1. Bagi Konselor

Layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing ini diharapkan menjadi
rujukan dan referensi dalam pemberian bimbingan kepada siswa

2. Bagi Peserta Didik

Diharapkan rasa percaya diri siswa dapat meningkat setelah diberikan layanan ini
E. Definisi Operasional

Bimbingan kelompok dengan teknik role playing merupakan suatu layanan bimbingan
yang diberikan kepada siswa secara berkelompok dalam pelaksanaan nya siswa
memerankan situasi yang imajinatif dengan tujuan agar siswa dapat saling
berinteraksi dan dapat membantu tercapainya pemahaman diri. Rasa percaya diri
merupakan bagian penting bagi seseorang untuk dapat menjalani kehidupan yang
optimal.

F. Kajian Teori

1. Layanan Bimbingan Kelompok

a. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan adalah bagian dari pendidikan yang bertujuan untuk membantu


peserta didik (konseli) agar dapat memiliki kemampuan untuk memahami diri
atau menentukan, dan mengarahkan hidupnya sendiri, bimbingan juga
membantu peserta didik (konseli) untuk dapat memiliki kemampuan
menyesuaikan diri secara maksimal dalam menjalani kehidupan baik di
sekolah, dalam keluarga dan di dalam masyarakat/lingkungan sekitar. (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2007 hlm. 9).

kelompok adalah kumpulan individu yang berinteraksi secara langsung atau


tatap muka dalam serangkaian pertemuan, masing-masing anggotanya akan
saling mengeluarkan pendapat kepada anggota lain sehingga akan
menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan dan membuat setiap anggota
kelompok bereaksi sebagai reaksi individual. (Siti Hartinah, 2009 hlm. 22).

Layanan bimbingan kelompok adalah suatu cara usaha dalam memberikan


bantuan kepada peserta didik (konseli) melalui kegiatan kelompok. Tohirin,
(2013 hlm. 164) menyatakan bahwa dalam layanan bimbingan kelompok
aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai
hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah peserta didik
(konseli) yang menjadi peserta layanan. Bimbingan kelompok diekolah
merupakan kegiatan pemberian informasi kepada peserta didik untuk
membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.

Dari penejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan


kelompok adalah upaya konselor untuk membantu peserta didik untuk
menunjang perkembangan pribadi maupun sosial melalui kelompok diskusi
yang telah dibentuk dengan saling bertukar informasi kepada sesama anggota
kelompok serta membantu anggota kelompok dalam mengambil keptusan
yang tepat, juga dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya, sehingga dapat mengurangi kendala peserta didik dalam
proses belajarnya.

b. Tujuan bimbingan kelompok

Layanan bimbingan kelompok memiliki tujuan untuk membantu peserta didik


(konseli) mendapatkan berbagai informasi yang bermanfaat untuk kehidupan
sehari-hari. Adapun menurut Prayitno dan Erman (2004 hlm.2-3), tujuan
dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok memiiliki dua tujuan yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum yaitu berkembangnya kemampuan bersosialisasi peserta


didik (konseli), terutama pada kemampuan berkomunikasi. Di dalam
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok terdapat suasana yang dapat
memberikan wahana informasi, pemecahan masalah dan pengembangan
pribadi peserta layanan.

2. Tujuan khusus yaitu membahas permasalahan aktual dan menjadi


perhatian peserta, yang akan mendorong pengembangan perasaan, pikiran
dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif.
Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun nonverbal
peserta didik (konseli) juga ditingkatkan.
c. Asas-asas bimbingan kelompok

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004 hlm.14) dalam pelaksanaan


bimbingan kelompok terdapat asas-asas yang perlu diperhatikan dan dipatuhi
agar tujuan bimbingan kelompok tercapai, adapun asas-asas bimbingan
kelompok adalah sebagai berikut:

1. Asas kerahasiaan

Asas kerahasiaan yaitu asas yang penting dalam layanan bimbingan


kelompok, para anggota kelompok harus menyimpan dan merahasiakan
informasi yang telah dibahas dalam proses kegiatan kelompok, terutama
ha-hal yang tidak layak diketahui orang lain.

2. Asas keterbukaan

Asas keterbukaan merupakan asas yang dapat mempermudah pencapaian


tujuan bimbingan yang diharapkan. Para anggota/peserta layanan bebas
dan terbuka menyampaikan pendapat, ide, saran, dan tentang apa saja yang
dirasakan dan yang sedang dipikirkannya tanpa ada rasa malu dan ragu-
ragu kepada anggota kelompok lainnya.

3. Asas kesukarelaan

Asas kesukarelaan adalah sikap yang harus dimiliki konselor maupun


konseli. Semua anggota/peserta layanan dapat menampilkan diri secara
spontan tanpa adanya paksaan oleh teman atau pemimpin kelompok.

4. Asas kenormatifan

Asas kenormatifan yaitu semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak


boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku.

5. Asas kekinian

Asas kekinian yaitu yang membahas masalah yang terkini atau sekarang.
Topik yang dibahasnya dari topik-topik yang aktual.
Kesimpulannya adalah setiap anggota dalam kelompok layanan bimbingan
harus mengerti dan mematuhi asas-asas bimbingan kelompok, karena hal
ini mempengaruhi efektif atau tidaknya pelaksanaan layanan bimbingan.

d. Tahapan-tahapan dalam layanan bimbingan kelompok

Kegiatan layanan bimbingan kelompok mempunyai tahapan-tahapan dalam


proses pelaksanaanya. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok menurut Prayitno dan Erman Amti (2004 hlm. 40-60),memiliki
beberapa tahapan yaitu:

1. Tahapan pembentukan

Tahapan pembentukan adalah tahapan untuk membentuk sejumlah


individu menjadi satu kelompok. Tahap ini merupakan tahap pengenalan
keterlibatan anggota dalam kelompok yang bertujuan untuk setiap anggota
kelompok lebih memahami maksud dan tujuan bimbingan kelompok.

2. Tahap peralihan

Tahapan ini adalah proses peralihan tahapan pembentukan ke tahapan


kegiatan, dalam tahapan ini pemimpin kelompok memberikan penjelasan
kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan selanjutnya.

3. Tahap kegiatan

Tahap kegiatan adalah tahapan inti dari layanan bimbingan kelompok,


pembahsan topik dilakukan dengan menghidupkan dinamika kelompok,
anggota kelompok/peserta layanan dapat saling bertukar pendapat atau
pengalamannya masing-masing secara bebas. Dalam tahap ini semua
anggota kelompok/peserta layanan saling membantu dan menerima serta
saling memperkuat rasa kebersamaan.
4. Tahap pengakhiran

Tahap pengakhiran merupakan tahap akhir dari kegiatan untuk melihat


kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok, serta
merencanakan kegiatan lanjutan. Pemimpin kelompok menyimpulkan
hasil dari pembahasan kegiatan kelompok yang sudah di lakukan dan
diungkapkan kepada seluruh anggota kelompok sekalian melakukan
evaluasi, serta menanyakan pesan dan kesan serta kendala yang mungkin
dirasakan oleh anggota kelompok/peserta layanan pada saat proses
kegiatan berlangsung.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh tahapan-


tahapan yang ada dalam proses pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
harus dijalani dengan benar karena tahapan-tahapanya saling berkaitan dan
setiap tahapannya harus berjalan dengan efektif demi tercapainya tujuan
kelompok.
2. Teknik Role Playing

a. Pengertian Role Playing

Teknik role playing adalah salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok
untuk mempermudah anggota kelompok/peserta layanan menemukan solusi
pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Ditinjau dari sisi bahasa, role playing
terdiri dari dua suku kata yaitu role (peran) dan playing (permainan). Teknik role
playing dapat diartikan sebagai teknik yang membantu individu untuk
berhubungan dengan orang lain melalui kegiatan bermain peran. teknik bermain
peran mengajak siswa untuk dapat mendramatisasi tingkah laku, atau ungkapan
gerak-gerak wajah seseorang dalam hubungan sosial. Teknik bermain peran
termasuk suatu cara yang dilakukan dengan peragaan dan memerankan sesuatu
yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam
pergaulan dengan orang lain/hubungan sosial.

b. Pelaksanaan Teknik Role Playing

Teknik role playing memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaannya, seperti


yang di paparkan dalam jurnal penelitian Giri Isna Putra (2013 hlm. 5-6)
antara lain: (1) persiapan dan instruksi, langkah awal dalam tahap persiapan
adalah masalah yang dipilih harus menjadi sosiodrama yang menitik beratkan
pada jenis peran, masalah dan situasi yang familiar dengan keadaan siswa.
pemilihan pemeran tidak didasarkan pada keadaan nyata didalam kelas agar
tidak terjadi gangguan hak pribadi secara psikologis dan merasa aman. (2)
Tindakan dramatik dan diskusi, tahap ini merupakan pelaksanaan pemeranan.
Aktor yang telah terpilih memainkan peran sesuai dengan situasi dan karakter.
Tugas anggota kelompok sebagai audience, mengamati pelaksanaan
pemeranan. Setelah pemeranan selesai, selanjutnya seluruh anggota
berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat pada situasi pemeran. Masing-
masing kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil dari
pengamatan. (3) Evaluasi bermain peran, berdasarkan kegiatan pemeranan
yang telah dilaksanakan, siswa memberikan keterangan tentang keberhasilan
dan hasil yang dicapai dalam kegiatan role playing.

c. Manfaat role playing

Dalam jurnal penelitian Alexandru Topirceanu, 2017 memaparkan bahwa


teknik role playing merupakan teknik yang efektif untuk memfasilitasi siswa
dalam mempelajari perilaku sosial dan nilai-nilai. Hal ini berdasarkan asumsi
bahwa : (1) Kehidupan nyata dapat di hadirkan dan dianalogikan kedalam
sekenario permainan peran. (2) Role Playing mampu menggambarkan
perasaan siswa, baik yang hanya ada dalam pikiran maupun yang
diekspresikan.(3) Emosi dan ide-ide yang muncul dalam permainan peran
dapat digiring menuju sebuah kesadaran, yang selanjutnya akan memberikan
arah menuju perubahan. (4) Proses psikologis yang tidak dapat dilihat secara
langsung yang terkait dengan sikap, nilai, dan sistem keyakinan yang dapat di
arahkan menuju sebuah kesadaran melalui peranan spontan dan diikuti
analisis.

3. Kepercayaan Diri

a. Pengertian Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang
peranan penting bagi kehidupan manusia. Percaya diri merupakan salah satu modal
utama bagi seseorang untuk dapat meraih tujuan. Seoseorang yang memiliki rasa
percaya diri dapat mengembangkan potensi yang dimiliki apabila mengetahui
kelebihan yang ada pada dirinya, sehingga tujuan yang di inginkan dapat dicapai
dengan hasil yang optimal.

Percaya diri adalah keyakinan pada kemampuan yang dimiliki, yakin pada
tujuan hidupnya, dan percaya bahwa dengan akal budi individu akan mampu
melakukan dan mencapai apa yang mereka tuju dengan baik dan efektif tanpa adanya
bantuan dari individu lannya. (Wiranegara, 2010 hlm.33).
Percaya diri adalah kemampuan untuk meyakinkan bahwa mampu untuk
menyalurkan segala yang diketahui dan yang dikerjakan (Barbara D, Angelis, 2005
hlm.5).

Peserta didik yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan dapat mengetahui
dan memahami kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, dengan memahami
kelemahan yang dimilikinya maka itu tidak akan menjadikannya sebagai alasan
menghambat untuk memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya, selanjutnya
dengan memahami kelebihan yang dimilikinya maka peserta didik akan memberikan
keyakinan pada diri sendiri bahwa dirinya mampu untuk mencapai tujuan-tujuan
hidup yang di inginkannya.

Berdasrkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pecaya diri adalah
kesadaran seseorang akan kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya dan
kesadaran tersebut membuatnya merasa yakin terhadap kemampuan yang dimlikinya
dan mampu memanfaatkannya, akan lebih bisa menerima diri, bersikap optimis dan
berpikir positif kepada diri sendiri sehingga dapat bertindak sesuai dengan
kapasitasnnya serta mampu mengendalikannya.

b. Gejala Tidak Percaya Diri Pada Peserta Didik SMP (Sekolah Menengah
Pertama)

Terdapat berbagai macam tingkah laku yang mencirikan adanya rasa tidak
memiliki rasa percaya diri pada peserta didik, adanya rasa tidak percaya diri
pada peserta didik akan menjadi hambatan dalam proses belajarnya,
dikalangan remaja terutama yang berusia sekolah SMP, dan SMA. Menurut
Iswidharmanjaya dan Agung (2004 hlm.72-88), gejala tingkah laku tidak
percaya diri banyak ditemui dilingkungan sekolah antara lain :

1. Takut menghadapi ulangan/ujian

2. Minder

3. Grogi saat tampil di depan kelas/tampil di depan banyak orang


4. Timbul rasa malu yang berlebihan

5. Sering mencontek saat menghadapi tes

6. Mudah cemas dalam menghadapi situasi

7. Mudah menyerah

c. Ciri-ciri Individu Yang Memiliki Rasa Percaya Diri dan Tidak Memiliki
Rasa Percaya Diri

a. Dalam Iswidharmanjaya & Agung (2004 hlm. 33) ada beberapa ciri-ciri
individu yang memiliki rasa percaya diri :

1. Percaya dengan kompetensi atau kemampuan yang dimiliki

2. Tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima


orang lain atau kelompok

3. Berani menerima dan menghadapi penolakan

4. Mampu mengendalikan diri

5. Beruaha untuk maju

6. Selalu berfikir positif

7. Menjadi diri sendiri

b. Adapun dalam Iswidharmanjaya & Agung (2004 hlm. 31) yang


menyebutkan beberepa ciri individu yang tidak memilki rasa percaya diri
antara lain:

1. Menyimpan rasa takut atau khawatir terhadap penolakan

2. Sulit menerima dalam kenyataan

3. Pesimis dan mudah menilai sesuatu dari sisi negatif

4. Tidak memiliki untuk mengungkapkan ide-ide

5. Cenderung hanya melihat dan menunggu kesempatan


6. Membuang-buang waktu dalam membuat keputusan

7. Merasa rendah diri dan merasa tidak aman

8. Apabila gagal cenderung menyalahkan orang lain

9. Suka mencari pengakuan orang lain.

G. Metode dan Prosedur Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan metode quasi experimen kelas kontrol, penelitian quasi experimen
didefinisikan sebagai metode untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendali. (Sugiyono, 2004 hlm. 2). Penelitian ini
dilakukan bermaksud untuk mengimplementasikan layanan bimbingan kelompok
dengan teknik role playing dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa SMPN 2
Pakisjaya Karawang.

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Memberikan angket untuk mengukur skor rasa percya diri yang rendah pada
peserta didik

2. Setelah diketahui peserta didik yang memiliki rasa percaya diri rendah,
selanjutnya diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing

3. Mengukur adanya perubahan skor rasa percaya diri rendah peserta didik setelah
diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing dengan angket
yang sama

4. Kemudian membandingkan hasil angket pertama (sebelum di berikan layanan)


dengan angket yang kedua (setelah diberikan layanan)

5. Selanjutnya melihat nilai dari kedua angket tersebut untuk mengetahui apakah
laynan bimbingan kelompok dengan teknik role playing dapat mengurangi rasa
percaya diri rendah pada peserta didik dan apakah layanan bimbingan kelompok
dengan teknik role playing dapat membantu dalam meningkatkan rasa percaya diri
siswa
H. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik SMP kelas VII di salah satu SMP
Negeri di kabupaten Karawang. Sampel dipilih berdasarkan pertimbangan berikut:

1. Peserta didik yang berusia 14-16 tahun

2. Peserta didik laki-laki dan perempuan

3. Yang memilki masalah rasa percaya diri

I. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan angket.
Bentuk angket dalam penelitian ini adalah bentuk angket yang berstruktur sehingga
responden hanya diminta untuk memenuhi jawaban dari empat pilihan yaitu setuju,
sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Pertanyaan dalam angket mengacu
pada ruang lingkup rasa percaya diri.

J. Prosedur Pengolahan Data

Seluruh data dalam penelitian ini akan di olah dengan menggunakan SPSS.

K. Jadwal Penelitian

Bulan ke
Kegiatan
1 2 3 4 5 6

1. Penyusunan Proposal V
2. Penyusunanskenario
pembelajaran dan Instrumen V
penelitian

3. Ujicoba instrumen penelitian V

4. Penelitian di lapangan V V

5. Pengolahan data V
6. Penulisan BabI-III V

7. Penulisan Bab IV-V V

L. Daftar Pustaka

Surya, H. (2009). Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: PT Elex Media


Komputindo.

Sukmadinata, Syaodih. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek Mengembangkan


Potensi dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro, 2007.

Hartinah, Siti. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika Aditama, 2009.

Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah. Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada. 2013.

Prayitno dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta, 2004.

Giri, Putra Isna. Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Role Playing Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Antar Pribadi. Dalam jurnal, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakerta.

Hasan, M. Learning: A A Role-Playing Role Playing Approach Approach to to


Increase Increase Student in-Class Motivation. Conference, International, Knowledge
Based, and Intelligent Information. 2017.

Wiranegara. Kepercayaan Diri Secara Total. Yogyakarta: Madani Press, 2010.

Angelis, Barbara D. Confidence (Percaya Diri) Sumber Sukses dan Kemandirian.


Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2005.

Iswidharmanjaya dan Agung. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri. Jakarta: Media
Komputindo, 2004.

Anda mungkin juga menyukai