Anda di halaman 1dari 18

KELAINAN SISTEMIK

Oleh :

THIO TIGANA

NPM: 18.0.61.22.01.0.0.82

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting untuk didapatkan dalam


kehidupan setiap individu. Kesehatan yang baik akan menjadikan setiap orang
hidup lebih produktif, baik produktif dalam ekonomi dan sosial. Kondisi individu
yang tidak mampu untuk melakukan aktivitasnya sebagaimana mestinya disebut
dengan sakit. Sakit sering dikaitkan dengan ketidakmampuan individu
menjalankan sistem organik di dalam tubuhnya, sehingga individu tersebut
terhambat aktivitasnya dan menurunkan produktifitasnya. Sering pula sakit
dikaitkan dengan adanya kelainan pada sistemik dalam organ tubuh manusia.

Persentase
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari paper ilmiah ini berdasarkan latar belakang
diatas yaitu sebagai berikut :

1. Apa itu Kelainan Sistemik ?

2. Apa saja yang bisa dikatakan Kelainan Sistemik ?

3. Bagaimana perawatan kelainan Sistemik ?

1.3 Tujuan

Tujuan penulis dalam pembuatan paper ini yaitu sebagai sarana dalam
mempelajari dan mengetahui beberapa kelainan sistemik pada manusia.

1.4 Manfaat

Paper ini diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran ataupun bahan


bacaan baik akademisi serta tenaga medis dalam menekuni bidangnya masing-
masing.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kelainan Sistemik

Kelainan/penyakit sistemik adalah gejala penyakit yang bertalian dengan


adanya kelainan kondisi sistem metabolisme tubuh manusia. Hal itu bisa karena
adanya alergi atau kepekaan tubuh terhadap suatu unsur/zat tertentu, bakteri
tertentu, atau suatu kondisi kelainan tubuh yang memicu komplikasi.

Berikut beberapa contoh kelainan sistemik :

1. Anemia
2. Leukimia
3. Hemofilia
4. Hipertensi
5. Hipotensi
6. Gangguan Hromonal, dll

2.2 Anemia

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel


darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada
pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang
direvisi/kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di
bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.

Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan


keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan
keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fi
sik dan pemeriksaan laboratorium sederhana berguna dalam evaluasi penderita
anemia.
GEJALA KLINIS

Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya
anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia
yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi mekanisme homeostatik
untuk menyesuaikan dengan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.

Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor :

 Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan


 Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif )

Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan


mekanisme kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah
jantung pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila kadar Hb
turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb lebih tinggi selama aktivitas atau ketika
terjadi gangguan mekanisme kompensasi jantung karena penyakit jantung yang
mendasarinya.

Gejala utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat
istirahat, fatigue, gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat,
jantung berdebar, dan roaring in the ears). Pada anemia yang lebih berat, dapat
timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung,
angina, aritmia dan/ atau infark miokard)

PENGOBATAN ANEMIA

Pengobatan harus diarahkan pada penyebab anemia. Di antaranya adalah:

1. Transfusi darah.
2. Pemberian obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
3. Pemberian obat dengan tujuan untuk memperbanyak sel darah dalam
tubuh.
4. Mengonsumsi suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin, serta
mineral lainnya.

2.3 Leukimia

Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang


ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah
abnormal atau sel leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol
dari klon sel darah immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. Sel
leukemik tersebut juga ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi
jaringan retikuloendotelial seperti limpa, hati dan kelenjar limfe.

Leukimia dikenal dengan kanker darah adalah salah satu klasifikasi dalam
penyakit kanker pada darah atau sumsum tulang, ditandai dengan pertumbuhan
secara tak normal atau transformasi maligna dari sel pembentuk darah di sumsum
tulang dan jaringan limfoid. Hal ini umumnya terjadi di leukosit atau sel darah
putih. Sel normal dalam sumsum tulang digantikan oleh sel abnormal dan sel ini
dapat ditemukan di darah perifer atau darah tepi. Sel leukimia ini mempengaruhi
sel darah normal serta imunitas penderitanya.

PENYEBAB LEUKEMIA

Penyakit leukemia disebabkan oleh kelainan sel darah putih di dalam


tubuh dan tumbuh secara tidak terkendali. Belum diketahui penyebab pasti dari
perubahan yang terjadi, namun beberapa faktor berikut ini diduga dapat
meningkatkan risiko terkena leukemia. Faktor risiko yang dimaksud meliputi:

 Memiliki anggota keluarga yang pernah menderita leukemia.


 Menderita kelainan genetika, seperti Down Syndrome.
 Menderita kelainan darah, seperti sindrom mielodisplasia.
 Memiliki kebiasaan merokok.
 Pernah menjalani pengobatan kanker dengan kemoterapi atau radioterapi.
 Bekerja di lingkungan yang terpapar bahan kimia, misalnya benzena.

PENGOBATAN LEUKEMIA
Dokter spesialis hematologi onkologi (dokter spesialis darah dan kanker)
akan menentukan jenis pengobatan yang dilakukan berdasarkan jenis leukemia
dan kondisi pasien secara keseluruhan. Berikut ini beberapa metode pengobatan
untuk mengatasi leukemia:

 Kemoterapi, yaitu metode pengobatan dengan menggunakan obat-obatan


untuk membunuh sel kanker. Obat dapat berbentuk tablet minum atau
suntik infus.
 Terapi imun atau imunoterapi, yaitu pemberian obat-obatan untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu tubuh melawan sel
kanker. Jenis obat yang digunakan, misalnya interferon.
 Terapi target, yaitu penggunaan obat-obatan untuk menghambat produksi
protein yang digunakan sel kanker untuk berkembang. Contoh jenis obat
yang bisa digunakan adalah penghambat protein kinase, seperti imatinib.
 Radioterapi, yaitu metode pengobatan untuk menghancurkan dan
menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan menggunakan sinar radiasi
berkekuatan tinggi.
 Transplantasi sumsum tulang, yaitu prosedur penggantian sumsum tulang
yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat.
 Terkadang, prosedur operasi juga dilakukan untuk mengangkat organ
limpa (splenectomy) yang membesar. Organ limpa yang membesar dapat
memperburuk gejala leukemia yang dialami penderita.

2.4 Haemofilia

Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah yang diturunkan ibu ke anak


laki-laki. Faktor-faktor pembekuan darah di dalam plasma darah dilambangkan
dengan angka romawi, contoh: Faktor VIII: Faktor Delapan dan Faktor IX: Faktor
Sembilan.

Hemofilia A terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor VIII (Faktor


Delapan) dan Hemofilia B terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor IX (Faktor
Sembilan). Berdasarkan kadar faktor pembeku darah dalam tubuhnya, baik
Hemofilia A, maupun Hemofilia B dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: ringan,
sedang dan berat.
Hemofilia Ringan bila kadar Faktor pembekuan 5-40%, perdarahan akan
berlangsung lebih lama dari normal, biasanya terjadi akbat terluka atau tindakan
pembedahan. Jarang terjadi perdarahan sendi dan otot secara spontan.

Hemofilia Sedang bila kadar Faktor Pembekuan 1-5%, perdarahan akan


berlangsung lebih lama dari normal, setelah adanya luka atau pembedahan.
Perdarahan tibul setelah trauma berat, perdarahan sendi atau memar dapat terjadi
dengan mudah, tanpa trauma berat.

Hemofilia Berat, bila kadar Faktor Pembekuan 1%, perdarahan sendi dan
otot dapat terjadi tanpa sebab (spontan)

GEJALA HEMOFILIA

Gejala utama hemofilia sebenarnya sangat kentara. Seseorang yang


mengidap penyakit ini biasanya ditandai dengan gejala perdarahan yang sulit
berhenti. Di samping itu, gejala hemofilia juga bisa ditandai dengan kulit yang
mudah memar, perdarahan di area sekitar sendi, dan kesemutan atau rasa serta
rasa nyeri ringan pada siku, lutut, dan pergelangan kaki.

Bagi pengidap hemofilia sebaiknya mewaspadai terjadinya perdarahan


intrakranial atau perdarahan di dalam tengkorak kepala. Kondisi ini umumnya
terjadi ketika pengidap hemofilia mengalami cedera pada bagian kepala.
Seseorang yang mengalami kondisi ini bisa mengalami gejala berupa muntah,
leher tegang, sakit kepala yang hebat, penglihatan berbayang, hingga kelumpuhan
di sebagian atau seluruh otot wajah.

PENYEBAB DAN PENGOBATAN HEMOFILIA

Berpatokan pada pengertian hemofilia sebagai gangguan genetik, artinya


penyakit ini merupakan warisan dan tak menular. Penyebabnya adalah mutasi atau
perubahan pada salah satu gen yang memberikan perintah untuk membuat protein
faktor pembekuan darah. Mutasi ini bisa membuat protein tak bisa berfungsi
dengan baik atau bahkan lenyap.

Selama ini, pengobatan hemofilia dilakukan dengan pemberian obat-


obatan dan penggantian faktor pembekuan darah yang hilang secara berkala.
Dengan begitu, pembekuan darah bisa berlangsung secara normal. Pengganti
faktor itu disuntikkan secara langsung lewat vena, tidak bisa melalui mulut atau
oral.

Sekitar 15-20 persen penderita hemofilia mengembangkan antibodi yang


menghambat fungsi faktor pembekuan darah sehingga perdarahan lebih parah.
Perawatan pada penderita dengan antibodi yang disebut inhibitor ini lebih
kompleks dan memakan biaya lebih besar.

Orang dengan hemofilia dianjurkan tidak banyak beraktivitas fisik untuk


mencegah perdarahan. Terutama jika menderita hemofilia berat yang dapat
memunculkan perdarahan spontan tanpa penyebab. Bila terjadi benturan pada
bagian tubuh, segera istirahatkan dan kompres dengan es untuk meringankan
nyeri. Konsultasikan dengan dokter spesialis penyakit dalam untuk mendapat
penanganan lebih lanjut.

2.5 Hipertensi

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah dan meningkatkan risiko penyakit
jantung, stroke, dan terkadang kematian.

Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah


terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama dalam tubuh. Tekanan
ini tergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja.
Semakin banyak darah yang dipompa jantung dan semakin sempit arteri, maka
semakin tinggi tekanan darah.

Hipertensi dapat diketahui dengan cara rajin memeriksakan tekanan darah.


Untuk orang dewasa minimal memeriksakan darah setiap lima tahun sekali.

Hasil tekanan darah ditulis dalam dua angka. Angka pertama (sistolik)
mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau
berdetak. Angka kedua (diastolik) mewakili tekanan di dalam pembuluh darah
ketika jantung beristirahat di antara detak jantung.
Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila ketika diukur pada
dua hari yang berbeda, pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah
lebih besar dari 140 mmHg dan / atau pembacaan tekanan darah diastolik pada
kedua hari adalah lebih besar dari 90 mmHg.

PENYEBAB HIPERTENSI

Ada dua jenis tekanan darah tinggi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Berikut penyebab masing-masing kedua jenis hipertensi tersebut:

1. Hipertensi Primer

Pada kebanyakan orang dewasa penyebab tekanan darah tinggi ini


seringkali tidak diketahui. Hipertensi primer cenderung berkembang secara
bertahap selama bertahun-tahun.

2. Hipertensi Sekunder

Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena memiliki kondisi


kesehatan yang mendasarinya. Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba
dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer.

PENGOBATAN HIPERTENSI

Bagi sebagian pengidap hipertensi, konsumsi obat harus dilakukan seumur


hidup untuk mengatur tekanan darah. Namun, jika tekanan darah pengidap sudah
terkendali melalui perubahan gaya hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya
dapat dihentikan. Dosis yang sudah ditentukan merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan, karena takarannya disesuaikan dengan tingkat tekanan darah. Selain
itu, obat yang diberikan juga harus diperhatikan apa saja dampak dan efek
samping yang timbul pada tubuh sang pengidap.

Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi,


antara lain:

 Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine.
Hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi
dalam tubuh, untuk itu penggunaan obat ini dibutuhkan sebagai bagian
dari pengobatan. 
 Obat untuk melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah bisa
turun. Hipertensi membuat pengidapnya rentan untuk mengalami
sumbatan pada pembuluh darah. 
 Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan
pembuluh. Tujuan penggunaan obat ini adalah untuk menurunkan tekanan
darah pengidap hipertensi. 
 Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding
pembuluh darah lebih rileks. 
 Obat penghambat renin yang memliiki fungsi utama obat untuk
menghambat kerja enzim yang berfungsi untuk menaikan tekanan darah
dan dihasilkan oleh ginjal. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah
akan naik tidak terkendali. 

2.5 Hipotensi

Hipotensi dikenal juga sebagai tekanan darah rendah. Saat darah mengalir
melalui arteri, darah memberikan tekanan pada dinding arteri, tekanan itulah yang
dinilai sebagai ukuran kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah.
Jika tekanan darah terlalu rendah, kondisi tersebut bisa menyebabkan aliran darah
ke otak dan organ vital lainnya seperti ginjal menjadi terhambat atau berkurang.
Itulah sebabnya orang yang mengalami tekanan darah rendah akan mengalami
gejala berupa kepala terasa ringan dan pusing. Ketika mengalami gangguan ini,
tubuh juga akan terasa tidak stabil atau goyah, bahkan kehilangan kesadaran.

Ukuran tekanan darah muncul dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik
(bilangan atas) dan tekanan diastolik (bilangan bawah). Tekanan darah yang
normal adalah antara 90/60 mm/Hg dan 120/80 mm/Hg. Pengidap hipotensi
memiliki tekanan darah di bawah 90/60 mm/Hg, sedangkan jika tekanan darah di
atas 120/80 mm/Hg, orang tersebut mengidap hipertensi.
PENYEBAB HIPOTENSI

Beberapa kondisi atau penyakit tertentu yang bisa menyebabkan hipotensi,


antara lain:

 Hipotensi ortostatik. Gejala hipotensi ortostatik biasanya muncul saat


seseorang berubah posisi secara tiba-tiba. Seseorang dengan hipotensi
ortostatik mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 15-30
mmHg ketika berdiri dari posisi duduk atau berbaring.
 Dehidrasi terjadi akibat tubuh kekurangan cairan dan bisa disebabkan oleh
kurang minum, puasa, atau diare.

Efek samping pengobatan. Ada beberapa obat yang bisa menurunkan tekanan
darah, seperti obat anti-depresan dan obat anti-hipertensi.

PENGOBATAN HIPOTENSI

Pengobatan untuk hipotensi harus dilakukan berdasarkan penyebab yang


mendasarinya. Obat untuk mengatasi hipotensi biasanya diberikan untuk
menambah jumlah darah atau mempersempit arteri agar tekanan darah meningkat.

Jika sedang menjalani pengobatan, periksakan tekanan darah secara rutin.


Apabila mengalami efek samping, segera temui dokter. Begitu pula pada kondisi
hipotensi tidak kunjung reda atau tidak menghilang, periksakan diri di fasilitas
kesehatan terdekat.

2.6 Ganguan Hormonal

Gangguan hormon adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kelenjar


penghasil hormon di dalam tubuh terganggu. Kondisi ini membuat
jumlah hormon yang dihasilkan kurang atau justru terlalu banyak, sehingga fungsi
organ tubuh tertentu terganggu dan muncul berbagai masalah kesehatan.

Gangguan hormon dalam tubuh berpotensi menimbulkan sejumlah


penyakit, tergantung hormon atau kelenjar apa yang mengalami gangguan.
Misalnya, jika gangguan terjadi pada kelenjar adrenal, bisa mengalami masalah
pada tekanan darah, metabolisme, dan fungsi ginjal.

PENYAKIT HORMONAL

Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang umum terjadi karena
pengaruh gangguan hormon:

1. Sindrom Cushing
2. Hipopituitarisme
3. Penyakit Addison
4. PCOS (Sindrom Ovarium Polikistik)
5. Gigantisme
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Kelainan sistemik merupakan penyakit yang sangat kompleks dan diderita


oleh banyak orang. Berbagai macam jenis penyakit sistemik sangat berdampak
pada kehidupan penderita, oleh karenanya berbagai upaya preventif dan kuratif
diutamakan demi berkurangnya persentase penderita.

3.2 Saran

Kelainan sistemik ini berkaitan sangat erat dengan kesehatan secara


holistic, oleh karena itu sudah menjadi standar tenaga medis dan tiap individu
dalam memperkecil resiko terjadinya peningkatan persentase penderita kelainan
sistemik pada manusia agar tercipta seha
DAFTAR PUSTAKA

Schrier SL. Approach to the adult patient with anemia. January 2011. Available
from: www.uptodate.com

Schrier SL. Approach to the diagnosis of hemolytic anemia in the adult. January
2011. Available from: www.uptodate.com

Hindmarch , P. C., & Dennison, E. (1999). A Sexually Dimorphic Pattern of


Growth Hormone Secretion in the Elderly. J Clin Endocrinal Metab(84),
2679-85.

Chobanian, A.V., dkk. 2003. “Seventh report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure”
dalam Hypertension. Volume 42 (6), 1206–1252.

Dharmeizar. 2012. “Hipertensi” dalam Medicinus. Volume 25.

Jodaitis L, Vaillant F, Snacken M, Boland B, Spinewine A, Dalleur O, dkk.


Orthostatic hypotension and associated conditions in geriatric inpatients.
Acta Clinica Belgica. 2015;70(4):251-8.

Kuswardhani RAT. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Divisi Geriatri,


Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD, RSUP Sanglah Denpasar. J
Penyakit Dalam, 2006;7(2): 135-140.

Suhardjono. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Geriatri dan gerontology;


Hipertensi pada Usia Lanjut, Edisi ke-6, Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam, Cetakan pertama, 2014; Bab 40.519;3855-58.

Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia 2009: Penatalaksanaan hipertensi


pada keadaan khusus: Hipertensi pada usia lanjut, Perhimpunan Hipertensi
Indonesia (Ina SH), Jakarta, 2009.h. 1-18.

Anda mungkin juga menyukai