Oleh Kelompok 4
NPM 1806122010063-1806122010083
2020
NAMA KELOMPOK 4 :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah makalah yang berjudul “Hubungan Sensasi dan Persepsi
Rasa Sakit Dengan Psikologi Kesehatan” dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf apabila ada kekurangan baik tentang
teknik penulisan, isi serta wawasannya. Dalam hal ini kami sangat berharap agar ada
kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini sehingga
makalah ini dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan pendidikan dan
pengetahuan secara bersama-sama.
Demikian sepatah kata pengantar yang bisa kami sampaikan jika ada yang
tidak berkenan kami mohon maaf. Atas perhatiannya terima kasih.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
2.1 Sensasi.............................................................................................................4
2.2 Persepsi...........................................................................................................5
2.3 Rasa Sakit........................................................................................................8
2.4 Hubungan Sensasi dan Persepsi Rasa Sakit dengan Psikologi Kesehatan.....9
BAB III PENUTUP...................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Persepsi merupakan pengalaman sensorik dari hasil penggabungan ratusan
sensasi oleh otak. Sehingga persepsi yang biasanya dihasilkan jarang merupakan
hasil yang tepat dari rangsangan yang asli, dengan demikian, persepsi merupakan
hasil interpretasi dari masing-masing individu (Plotnik. R dan Kouyoumdjian. H,
2011). Inilah yang menyebabkan persepsi setiap orang berbeda, salah satu
contohnya yaitu persepsi pada rasa sakit, sehingga penatalaksanaan pada rasa
sakit setiap orang akan berbeda. Dalam proses persepsi, stimulus dapat datang
dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan. Karena dalam persepsi itu merupakan aktivitas yang integrated,
maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman,
kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri
individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut (Bimo Walgito, 2002).
Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa persepsi itu sekalipun
stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir
tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi
antara individu satu dengan yang lain tidak sama. Riset tentang persepsi secara
konsisten juga menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang
sama tetapi memahaminya secara berbeda (Stephen P.Robbins, 2002). Persepsi
dianggap akan menentukan bagaimana seseorang akan memilih, menghimpun dan
menyusun, serta memberi arti yang kemudian akan mempengaruhi tanggapan
(perilaku) yang akan muncul dari dirinya.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penulis tertarik untuk menggali
lebih dalam mengenai penatalaksanaan pada sensasi dan persepsi rasa sakit suatu
individu.
2
2. Bagaimanakah hubungan sensasi dan persepsi rasa sakit dengan psikologi
kesehatan?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sensasi
Dennis Coon (1977) menjelaskan bahwa proses sensasi adalah alat-alat
indera yang mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf disertai bahasa
yang mudah dipahami oleh otak.Sensasi adalah deteksi energi fisik yang
dihasilkan atau dipantulkan oleh benda-benda fisik. Sel-sel tubuh yang melakukan
deteksi ini terletak pada tubuh. Proses pengindraan menyadarkan kita akan adanya
suara, warna, bentuk, dan elemen kesadaran diri. Tanpa sensasi kita tidak dapat
menyentuh dalam arti sesungguhnya dunia nyata. Tetapi untuk membuat dunia
yang mendera indra kita menjadi sesuatu yang masuk akal, kita perlu melakukan
persepsi.
Benyamin B. Wolman (1973 dalam rakhmat 1994) menyatakan bahwa
sensasi adalah menguraikan verbal, simbolis atau konsep berkaitan dengan alat
indera kita. Sensasi berarti menerima rangsang melalui indera dan berpengaruh
pada perasaan. Dengan adanya sensasi tersebut, maka manusia akan senantiasa
menjalankan kehidupannya dengan lebih optimal.
Sensasi sebenarnya hasil dari kerja alat-alat indra (indra peraba, indra
penglihat, indra pencium, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar).
Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan,
pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecepan. Reseptor indrawi-mata,
telinga, kulit dan otot, hidung, dan lidah-adalah penghubung antara otak manusia
dan lingkungan sekitar. Mata bereaksi terhadap gelombang cahaya, telinga
terhadap gelombang suara, kulit terhadap temperatur dan tekanan, hidung
terhadap bau-bauan dan lidah terhadap rasa. Lalu rangsangan - rangsangan ini
dikirimkan ke otak.
4
2.2 Persepsi
5
individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara
berbeda (Stephen P.Robbins, 2002).
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui
persepsi. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Menurut Budioro (2002), Persepsi
dianggap akan menentukan bagaimana seseorang akan memilih, menghimpun dan
menyusun, serta memberi arti yang kemudian akan mempengaruhi tanggapan
(perilaku) yang akan muncul dari dirinya.
Ciri-ciri umum persepsi yaitu :
Rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas
tiap-tiap indra, yaitu sifat sensori dasar dari masing-masing indra
(cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu untuk
perasa, bunyi untuk pendengaran, sifat permukaan untuk perabaan
dan sebagainya).
Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang dimana kita dapat
mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-
latar belakang.
Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat,
tua-muda dan sebagainya.
Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan
mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya.
Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan
pengamatan atau persespi pada gejala-gejala yang mempunyai
makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan tujuan dalam diri
kita sendiri.
6
adalah bahwa stimulus dikelompokkan menjadi pola yang paling sederhana tetapi
memiliki arti (Rakhmat, 2003).
7
stimulus tersebut orang dapat menyadari apa yang diciumnya yaitu bau
diciumnya.
d. Persepsi Melalui Indra Pengecap (Gustatori)
Indra pengecapan terdapat di lidah. Stimulusnya merupakan benda
cair. Zat cair itu mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada lidah,
yang kemudian dilangsungkan oleh saraf sensoris ke otak, hingga
akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsikan tentang apa yang
dikecap itu. Ada empat rasa yang dapat dipersepsikan: pahit, manis, asin
dan asam.
e. Persepsi Melalui Indra Kulit (Taktil)
Indra ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan dan temperatur.
Tetapi tidak semua bagian dari kulit dapat menerima rasa-rasa ini hanya
pada bagian tertentu saja yang dapat menerima stimulus tertentu.
2.3 Rasa Sakit
Terdapat gate control theory dari Melzakc dan Wall pada tahun 1961 (Pinel,
2009) yang menjelaskan bahwa factor kognitif dan emosional dapat memblokir
rasa sakit. Teori mengatakan bahwa sinyal-sinyal yang turun dari otak akan
mengaktifkan sirkuit-sirkuitgerbang neural di sumsum belakang untuk memblokir
rasa sakit datang
8
2.4 Hubungan Sensasi dan Persepsi Rasa Sakit dengan Psikologi Kesehatan
Munculnya perilaku sakit pada orang sakit bisa dianggap perilaku yang
normal, namun bila perilaku sakit pada orang sakit menimbulkan respon yang
negatif pada orang sakit maka perilaku sakit pun bisa mengarah pada menjadi
perilaku sakit abnormal. Namun bila perilaku sakit pada individu tersebut
menimbulkan aspek psikososial yang berlebihan dan mengarah negatif, maka
perilaku sakit pun akan menjadi perilaku sakit abnormal. Perilaku sakit abnormal
ditandai dengan kesedihan tanpa beralasan dimana individu yang sakit cemas
terhadap kesehatannya, penyakit yang terkait sikap dan respon yang cenderung
menahan diri termasuk didalamnya kesulitan menunjukan emosi dan marah.
(Pilowsky, 1993)
Bertahannya suasana hati yang tidak pantas dan perubahan perilaku
maladaptive menggambarkan perilaku sakit tidak hanya menjadi perilaku yang
terbuka tetapi perilaku yang mencakup sifat individu terhadap pengalaman
subjektif kesehatannya. Hal ini yang menjadikan istilah perilaku sakit menjadi
perilaku sakit abnormal yang terjadi pada indvidu sakit. (Pilowsky, 1993)
Perilaku sakit yang berfokus psikologis (psikososial) terdiri dari perilaku
sakit menegaskan dan perilaku sakit yang menyangkal. Perilaku sakit menegaskan
seperti berpura–pura sakit, gangguan buatan dengan gejala psikologis, kecemasan,
kehilangan memori atau hilangnya fungsi otak dan perilaku sakit yang
menyangkal penolakan simptomatology psikotik untuk menghindari stigma
ruamah sakit saat mendapatkan pearawatan, penolakan penyakit untuk
menghindari diskriminasi, penolakan untuk menerima pengobatan dengan adanya
diagnosis gangguan jiwa, penolakan penyakit (kurang pengetahuan) depresi
psikotik.
Perilaku sakit dalam aspek psikososial merupakan bagian salah satu aspek
dari perilaku sakit menurut konsep Abnormal illness behavior (Pilowsky, 1978)
meliputi kecemasan, menahan diri,penolakan terhadap penyakit,gangguan afektif,
keyakinan terhadap penyakit, persepsi sakit dan marah. Seseorang yang
mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit, tentunya mengalami perasaan
9
cemas yang akan menimbulkan rasa kekhawatiran dan ketakutan tentang
kesehatan dan penyakitnya. Penolakan yang terus menerus untuk menerima saran
dan kepastian dari beberapa dokter yang berbeda bahwa tidak ada penyakit fisik
atau kelainan yang mendasari keluhan yang dialami seperti memiliki keyakinan
bahwa tidak adanya riwayat penyakit karena keluarga penderita tampak sehat
tidak menunjukan gejala yang berbeda layaknya orang yang mempunyai penyakit.
Kekecewaan yang dirasakan dengan penampilan wajah dan tubuhnya.
Penyakit yang diderita mengakibatkan keengganan seseorang untuk
menceritakan perasaan yang ada dalam dirinya cenderung tertutup, merasa orang
lain tidakdapat menangani penyakitnya dengan serius.Sedangkan gangguan
Afektif merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan
perubahan suasana (mood) sehingga perilaku diwarnai oleh ketergantungan
keadaan perasaan. Sering merasakan sakit yang berkaitan dengan penyakit yang
dideritanya merasakan kesedihan,depresi,sulit beristirahat dan merasakan bahwa
penyakitnya mempengaruhi hubungan pertemanan.(Bimo Walgito, 2002).
Dalam proses persepsi, stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi
juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Karena dalam
persepsi itu merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh apa yang ada
dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka
acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan
dalam persepsi tersebut (Bimo Walgito, 2002). Berdasarkan atas hal tersebut,
dapat dikemukakan bahwa persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena
pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak
sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain
tidak sama. Riset tentang persepsi secara konsisten juga menunjukkan bahwa
individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara
berbeda (Stephen P.Robbins, 2002).
Hanya sebagian dari rangsangan atau stimulus yang datang akan diteruskan
kedalam proses persepsi. Faktor-faktor yang menentukan seleksi stimulus yaitu
intensitas dan bentuk atau macam (nature) dari stimulus, kesediaan individu untuk
10
menerima melalui proses perhatiannya dan motif yang sedang berperan pada saat
itu dalam diri individu yang bersangkutan (Budioro, 1998) . Sedangkan menurut
Bimo Walgito (2002), faktor-faktor yang berperan dalam menentukan persepsi
seseorang antara lain yaitu :
1. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indera/ reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi dan juga dapat datang dari dalam individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor, namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu.
2. Alat indera syaraf dan pusat susunan syaraf Alat indera/ reseptor
merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada
syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran
sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motorik.
3. Perhatian Untuk menghindari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan
kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Persepsi seseorang tentang keadaan kesehatannya berkorelasi dengan perilaku
sakitnya. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit dan sebagainya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Pada saat
orang sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul
(Soekidjo Notoatmodjo, 2005) , antara lain :
1. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan dan tetap
menjalankan kegiatan sehari-hari. Alasannya antara lain bahwa kondisi
yang demikian tidak mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari.
Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apa pun gejala yang
dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat
11
memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada
mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan
belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya. (Soekidjo
Notoatmodjo, 2003)
2. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment
atau self medication). Pengobatan sendiri ini ada 2 cara yakni cara
tradisional, dan cara modern. Untuk masyarakat pedesaan khususnya,
pengobatan tradisional masih menduduki tempat teratas dibandingkan
dengan pengobatanpengobatan yang lain. Pada masyarakat yang masih
sederhana, masalah sehatsakit adalah lebih bersifat budaya daripada
gangguan-gangguan fisik. Identik dengan itu pencarian pengobatan pun
lebih berorientasi kepada sosial budaya masyarakat daripada hal-hal yang
dianggapnya masih asing. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003)
3. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas
pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yakni fasilitas
pelayanan kesehatan tradisional dan fasilitas atau pelayanan kesehatan
modern atau professional (Puskesmas, Poliklinik, dokter atau bidan
praktik swasta, rumah sakit, dan sebagainya).
Menurut Hidayat A dan Aziz Alimul (2004), seseorang selama sakit akan
mengalami perubahan perilaku yang berdampak pada dirinya. Adapun perubahan
perilaku tersebut antara lain :
1. Adanya perasaan ketakutan Perubahan perilaku ini dapat terjadi pada
semua orang dengan ditandai adanya perasaan takut sebagai dampak dari
sakit. Apabila sikap penerimaan terhadap sakitnya serta dampak yang
ditimbulkan belum dapat diterima secara penuh pada seseorang yang
mengalami sakit, maka orang tersebut akan dihantui perasaan ketakutan
dan hal ini apabila dibiarkan akan mengganggu status mental
2. Menarik diri Pada orang yang sakit akan selalu mengalami proses
kecemasan. Tingkat kecemasan yang dialami seseorang pun akan berbeda.
12
3. Egosentris Perilaku ini dapat terjadi pada orang sakit yang ditunjukkan
dengan selalu banyak mempersoalkan dirinya sendiri dan tidak mau
mendengarkan perasaan orang lain atau memikirkan orang lain. Perilaku
ini juga ditunjukkan dengan selalu ingin bercerita tentang peyakitnya.
4. Sensitif terhadap persoalan kecil Pada orang yang sakit perubahan
perilaku ini biasanya selalu ditimbulkan dengan selalu mempersoalkan
hal-hal yang kecil sebagai dampak terganggunya psikologis.
5. Reaksi emosional tinggi Perilaku ini dapat ditunjukkan dari seseorang
yang mengalami sakit dengan mudah menangis, tersinggung, marah serta
tuntutan perhatian yang lebih dari orang sekitar.
6. Perubahan persepsi Terjadi perubahan persepsi selama sakit ini dapat
ditunjukkan dengan timbul persepsi bahwa dokter dan perawat adalah
orang yang dapat membantu untuk menyembuhkannya sehingga menaruh
harapan sangat besar pada dokter dan perawat tersebut.
7. Berkurangnya minat Perubahan perilaku yang ditunjukkan pada seseorang
yang mengalami sakit ini adalah berkurangnya minat karena terjadi stress
(ketegangan) yang diakibatkan penyakit yang dirasakan serta menurunnya
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap manusia dilahirkan dengan banyak kelebihan dibandingkan dengan
makhluk hidup lainnya. Salah satunya yaitu manusia memiliki panca indra. Dari
kelima alat indra tersebut, akan dihasilkan suatu sensasi. Sensasi adalah deteksi
energi fisik yang dihasilkan atau dipantulkan oleh benda-benda fisik. Dan
selanjutnya, sensasi akan diubah dengan cepat oleh otak menjadi persepsi.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
yang dipengaruhi faktor struktural dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari sifat
fisik stimulus dan efek yang ditimbulkannya pada sistem syaraf. Persepsi
dikelompokkan menjadi : Persepsi melalui indra penglihatan (Visual), Persepsi
melalui indra pendengaran (Auditori), Persepsi Melalui Indra Penciuman
(Olfaktori), Persepsi Melalui Indra Pengecap (Gustatori), dan Persepsi Melalui
Indra Kulit (Taktil).
Hubungan antara Rasa Sakit dengan Psikologi Kesehatan itu munculnya
perilaku sakit pada orang sakit bisa dianggap perilaku yang normal, namun bila
perilaku sakit pada orang sakit menimbulkan respon yang negatif pada orang sakit
maka perilaku sakit pun bisa mengarah pada menjadi perilaku sakit abnormal.
Selama sakit akan mengalami perubahan perilaku yang berdampak pada dirinya
antara lain : Adanya perasaan ketakutan, menarik diri, egosentris, sensitif
terhadap persoalan kecil, reaksi emosional tinggi, perubahan persepsi, dan
berkurangnya minat. Rasa sakit atau nyeri itu sendiri dapat ditatalaksanakan
dengan cara farmakologis dengan pemberian NSAID serta nonfarmakologis
dengan stimulasi kutaneus, stimulasi saraf elektrik tanskutan, intervensi pikiran-
perilaku (kognitif-perilaku), bedah serta sensoris.
3.2 Saran
14
Sensasi dan persepsi rasa sakit dimiliki setiap individu dengan mekanismenya
tersendiri yang terjadi pada sistem saraf. Sensasi dan persepsi rasa sakit ini dapat
ditatalaksanakan dengan cara farmakologis maupun nonfarmakologis. Oleh sebab
itu setiap tenaga kesehatan mulai dari perawat dan dokter gigi harus dapat
mengetahui bagaimana penatalaksanaan sensasi dan persepsi rasa sakit pada
pasien sehingga nantinya mampu memberikan pelayanan yang maksimal.
15
16
DAFTAR PUSTAKA