Anda di halaman 1dari 10

5.

Perencanaan Manajemen Operasional Praktik Dokter Gigi

5.1 Desain Ruang Praktik

Tempat yang tersedia untuk praktik drg. Iwan terdiri dari 2 kamar ukuran 3x3,

1 ruang tamu, 1 kamar mandi dan tempat parkir yang cukup luas. Untuk ruang

praktik, maka 2 kamar dengan ukuran 3x3 tersebut akan disatukan menjadi satu

ruangan, sehingga terdapat ruangan praktik berukuran 6x3.

Secara keseluruhan, tempat praktik berukuran 6x6 meter. Terdapat tempat

parkir yang cukup luas bagi dokter, pegawai, atau pasien untuk memarkirkan

kendaraan. Kemudian, terdapat teras yang memisahkan tempat parkir dengan pintu

masuk klinik. Ketika memasuki pintu masuk, aka nada ruang resepsionis. Ruang

resepsionis berisi meja dan kursi pendaftaran, serta kursi tunggu untuk pasien.

Terdapat toilet umum di ruang resepsionis. Kemudian, terdapat pintu masuk ke ruang

praktik. Ruang praktik berukuran 6x3 meter, berisi meja dan kursi untuk konsultasi

antara dokter-pasien, juga ada daerah kerja yaitu berisi dental chair dan tempat alat

dan bahan.
Toilet

R. Praktik
R. Resepsionis

Teras

Parkir

5.2 Tata Ruang Ergonomis

5.3 Four-Handed Dentistry

Four-Handed Dentistry merupakan teknik dalam kedokteran gigi dimana

dokter gigi dan perawat gigi secara bersama melakukan tindakan perawatan kepada

pasien. Metode ini dilakukan bertujuan untuk mempercepat proses dan mengurangi

kelelahan baik untuk pasien maupun tenaga kesehatan gigi. Tujuan four-handed

dentistry yang lainnya adalah untuk memperpendek waktu perawatan gigi yang

diberikan kepada pasien dan meningkatkan kualitas pekerjaan.


Metode ini sangat efektif dipergunakan, karena transfer alat antara dokter gigi

dan perawat gigi bias lebih cepat, tidak hanya mempercepat tranfer alat tetapi juga

mempercepat penyiapan bahan-bahan untuk perawatan.

Jalur Kerja dan Pergerakan

Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja

disekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat

dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2

disebut Static Zone,arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assisten’s Zone, arah jam 4

sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut

Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi


Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat

Gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen

Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat

membuat takut pasien.Assistant’s Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi,

pada Dental Unit di sisi inidilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap

Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah

daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan

Perawat Gigi. Sedangkan Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi

Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental chair.

Peralatan dalam four handed dentistry

Kursi dental

Kursi dental yang ergonomik adalah dengan sandaran kepala yang sempit dan

tipis.Bentuk demikian memungkinkan operator meletakkan tangannya dengan mudah

dibawah pasien, memudahkan pandangan ke daerah operasi, dan tetap mempertahankan

postur yang optimal.

Kursi operator

Bentuk sandaran yang mendukung punggung agar otot punggung bagian bawah tetap

tegak dan lengkungannya dipertahankan.


Mobile cabinet

Dirancang untuk dapat memudahkan akses.

Instrumen tray

Meja dari kursi dental yang memungkinkan pergerakan posisi vertical dan horisontal,

sehingga dapat disesuaikan dengan posisi operator berada.

Lampu

Dental light yang dianjurkan jangan terlalu besar dan lebar, pilih yang sempit dan focus

hanya pada mulut pasien dan tidak menghasilkan bayangan yang mengganggu.

5.4 Pengendalian Infeksi

Pada klinik, kita harus merencanakan bagaimana cara pengendalian infeksi.

1. Seluruh permukaan dan benda yang disentuh tangan dan terkontaminasi

dengan saliva atau darah harus dibersihkan dan didisinfeksi menggunakan

teknik semprot – seka – semprot. Kemudian, menggunakan penutup sekali

pakai untuk permukaan yang berulang kali disentuh atau terkena kotoran,

seperti meja baki, sandaran kepala dan tangan, punggung kursi, pegangan

lampu. Permukaan seperti ini dapat ditutup menggunakan kantong makanan

plastic bening (plastic wrap), kantong sampah atau kertas kedap air. Setiap

berganti pasien, penutup ini harus diganti.

2. Alat yang melekat pada unit gigi seperti air/water syringe dan penyedot saiva

dapat dibersihkan dan didisinfeksi dengan cara menarik alat ke tempatr cuci,
kemudian cuci alat kemudian digosok dengan disinfektan, keringkan dengan

handuk kertas. Disinfektan ditempatkan pada botol semprot berpompa.

3. Untuk alat yang tidak dapat dilepas dan disterilkan seperti handpiece atau

pegangan air/water syringe, dapat dibersihkan dengan meletakkan handuk

kertas di belakang alat tersebut untuk menyerap semprotan yang berlebihan,

kemudian semprot kedua sisi alat dan lap sampai bersih. Semprot kembali

pada kedua sisinya dan biarkan mongering dengan sendirinya.

4. Gunakan sikat pembersih untuk menggosok alat yang permukaannya tidak

rata. Sikat ini dapat sekali pakai atau dapat disterilkan melalui autoklaf.

5. Kursi yang tidak terpercik darah atau tersentuh selama merawat pasien, dapat

dibersihkan dengan deterjen. Namun, untuk bagian yang terkontaminasi dapat

didisinfeksi menggunakan handuk kertas yang dibasahi dengan disinfektan.

6. Meja tempat meletakkan alat dapat dibersihkan dengan disinfektan sebelum

dan sesudah digunakan, dengan Natrium hipoklorit 0,5%, beri alas, kemudian

buang sebagai sampah medis.

7. Tempat pembuangan air kumur dan saliva dapat disiram dengan larutan

Natrium hipoklorit 0,5 kemudian bilas dengan air mengalir, hingga seluruh

cairan Natrium hipoklorit bersih.

5.5 Prosedur Pembuangan Limbah

1. Pengumpulan limbah secara rutin.

2. Pengumpulan sampah dr klinik dilakukan setiap hari.


3. Kantong limbah infeksius berwarna kuning dan harus tertutup rapat, diikat

dan dilakban kuat agar tidak bocor.

4. Semua kontainer dan kantong harus diberi label.

5. Kontainer yg penuh harus segera diganti dengan kontainer atau kantong yg

kosong.

6. Untuk sampah medis, dapat dititipkan ke puskesmas.

5.6 Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada

orang yang terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi SDM yang

dimiliki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan

keseluruhan proses memilih orang-orang serta mengalokasikannya sarana dan

prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam organisasi, serta mengatur

mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan program dan tujuan

organisasi. Menurut George R. Terry, tugas pengorganisasian adalah

mengharmonisasikan kelompok orang yang berbeda, mempertemukan macam-

macam kepentingan dan  memanfaatkan seluruhkemampuan kesuatu arah tertentu.

Secara ringkas, yang dilakukan pada tahap organizing adalah sebagai berikut:

1) Job description ke dalam komponen

2) Pengelompokan pekerjaan sesuai kegiatan & unit

3) Menjabarkan hubungan kewenangan


4) Mengembangkan struktur

Job Recruitm
Selection
Analysis ent

Training Induction

Discharge

Channels of Communication

5.7 Actuating

Actuating (directing, commanding, motivating, influencing) atau fungsi

penggerakan pelaksanaan adalah proses pembimbingan kepada staf agar mereka

mampu dan mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, dan dukungan sumber daya yang

tersedia. Kepemimpinan yang efektif, pengembangan motivasi, komunikasi, dan

pengarahan sangat membantu suksesnya pelaksanaan fungsi aktuasi.

Actuating meliputi kepemimpinan dan koordinasi. Kepemimpinan yakni gaya

memimpin dari sang pemimpin dalam mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber

daya organisasi agar mengarah pada pencapaian tujuan program dan organisasi.

Sedangkan koordinasi yakni suatu aktivitas membawa orang-orang yang terlibat

organisasi ke dalam suasana kerjasama yang harmonis.


LEADERSHIP TIME MANAGEMENT MANAGING CONFLICT

BARRIERS TO UNDERSTANDING
COMMUNICATION PATIENTS

MEDICAL RECORD PEMBIAYAAN PASIEN

ETIKA PROFESI:

 TRANSAKSI TERAPEUTIK
 INFORMED CONSENT
 WAJIB SIMPAN RAHASIA
KEDOKTERAN
 ETIKA RUJUKAN

5.8 Controlling/Evaluating

Controlling (pengawasan dan pengendalian) adalah proses untuk mengamati

secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang sudah disusun dan

mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpanagan. Pelaksanaan fungsi manajemen

ini memerlukan perumusan standar kinerja (standard performance).

Pengontrolan dilakukan dengan cara:

1) Mengukur pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

2) Mengoreksi penyimpangan dari tujuan

3) Mengembangkan mekanisme umpan balik

Evaluating (Penilaian) adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau tingkat

keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan

dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan saransaran yang dapat dilakukan

pada setiap tahap dari pelaksanaan program.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan evaluasi adalah

1) Analisis Praktek (Practice Analysis)

2) Evaluasi Finansial, yang meliputi yaitu:

(1) Budget

(2) Income statement

(3) Balance sheet

(4) Cash flow

(5) Fees

(6) Salaries

3) Evaluasi Non-Finansial, meliputi yaitu:

(1) Quality assurance

(2) Patient management

(3) Production

(4) Delivery efficiency

(5) Staff performance

(6) Appointment scheduling

(7) Patient recalls

Anda mungkin juga menyukai