DENGAN SUNDA
SKRIPSI
HERDA PURNAMASARI
NPM. 160110120014
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2016
PERBEDAAN LEBAR RAHANG BAWAH ANTARA SUKU BATAK
DENGAN SUNDA
SKRIPSI
HERDA PURNAMASARI
NPM. 160110120014
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2016
JUDUL : PERBEDAAN LEBAR RAHANG BAWAH ANTARA SUKU
BATAK DENGAN SUNDA
NPM : 160110120014
Menyetujui:
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat, rahmat,
dan hidayah-Nya, penulis skripsi dengan judul "Perbedaan Lebar Rahang Bawah
Antara Suku Batak Dengan Sunda" dapat menyelesaikan skripsinya agar dapat
kendala dan kesulitan. Namun atas bantuan, bimbingan, kerjasama, dan doa dari
berbagai pihak serta ridha dari Allah SWT. skripsi ini dapat diselesaikan.
1. Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjajaran.
2. Prof. Dr. drg. Hj. Mieke Hemiawati Satari, MS., selaku kepala
Padajajaran.
iii
iv
6. drg. Murnisari Darjan MS., selaku dosen wali yang telah memberikan
7. drg. Yuliawati Zenab, Sp.Ort., dan drg. Anisa Kusumadewi, selaku dosen
melakukan penelitian.
perkuliahan.
9. Orang tua tercinta yaitu Bapak Drs. H. Nadiman dan Mama Hj. Sri
Rachmawati, adik-adik Dewi Sri Fitriani, Fuji Tri Astuti dan Muhammad
Larasati, Dela Armilda, dan Gema Karina yang selalu memberi semangat
12. Teman-teman Unit Kesenian Sumatera Utara (UKSU) dan Lingkung Seni
kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, bidang
Penulis
Perbedaan Lebar Rahang Bawah Antara Suku Batak Dengan Sunda-Herda
Purnamasari-160110120014
ABSTRAK
Rahang bawah adalah salah satu struktur yang menjadi ciri khas suatu suku.
Lebar rahang bawah dipengaruhi oleh gen dan lingkungan. Tujuan penelitian
untuk mengetahui dan membandingkan lebar rahang bawah antara suku Batak
dengan Sunda.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dan teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling. Penelitian dilakukan pada 20
anggota UKSU ITB dan 20 anggota LSS ITB. Lebar rahang bawah diukur
menggunakan metode Raberin yang terdiri dari jarak antar kaninus, antar molar
pertama, dan antar molar kedua rahang bawah.
Hasil penelitian pada suku Batak didapat data jarak antar kaninus 27,43 mm,
jarak antar molar pertama 48,53 mm, jarak antar molar kedua 57,63 mm. Hasil
penelitian pada suku Sunda didapat data jarak antar kaninus 26,57 mm, jarak antar
molar pertama 45,36 mm, jarak antar molar kedua 54,14 mm.
Simpulan penelitian menunjukan bahwa lebar rahang bawah antara suku
Batak dengan Sunda berbeda diukur dari jarak antar molar pertama dan jarak antar
molar kedua, tetapi tidak terdapat perbedaan pada jarak antar kaninus. Lebar
rahang bawah pada suku Batak lebih besar dari suku Sunda diukur dari jarak antar
molar pertama dan jarak antar molar kedua.
vi
The Difference of The Lower Jaw Width Between Batak with Sunda Ethnic
Group-Herda Purnamasari-160110120014
ABSTRACT
The lower jaw is one of ethnic group characteristic . The lower jaw width
influenced by gen and enviromental. The aim of research is to know and compare
the lower jaw width between Batak and Sunda ethnic group.
Descriptive comparative is the research method and purposive sampling is
the research sampling technique. The research examined 20 members of UKSU
ITB and 20 members of LSS ITB. Data is obtained by making mandible
impression. The lower jaw width is measured using Raberin method consist of
inter canine width, inter first molar width, and inter second molar width.
The result is Batak ethnic group's inter canine width is 27,43 mm, inter first
molar width is 48,53 mm, and inter second molar witdh is 57,63 mm. The result is
Sunda ethnic group's inter canine width is 26,57 mm, inter first molar width is
45,36 mm, and inter second molar witdh is 54,14 mm.
The conclusion shows that the lower jaw width of Batak ethnic group is
different with Sunda ethnic group in inter first molar width and inter second
molar width, but there is no difference in inter canine width. Lower jaw width of
Batak ethnic group is bigger than Sunda ethnic group in inter first molar width
and inter second molar width.
Key words : Lower Jaw Width, Batak Ethnic Group, Sunda Ethnic Group
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................vi
ABSTRACT...........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................xiii
DAFTAR DIAGRAM.........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
Forensik ............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
LAMPIRAN..........................................................................................................55
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................73
DAFTAR TABEL
No. Halama
Teks
Tabel n
3.1 Contoh Tabel Data Lebar Rahang Bawah Suku
X ....... 33
4.1 Hasil Uji Normalitas
Data ............................................. 36
4.2 Rata-Rata Jarak Antar Kaninus Pada Suku Sunda
dan Suku
Batak .................................................................... 37
4.3 Rata-Rata Jarak Antar Molar Pertama Pada Suku
Sunda dan Suku
Batak .................................................. 38
4.4 Rata - Rata Jarak Antar Molar Kedua Pada Suku
Sunda dan Suku
Batak .................................................. 39
4.5 Uji Homogenitas Jarak Antar
Kaninus ......................... 40
4.6 Uji Homogenitas Jarak Antar Molar
Pertama ............... 40
4.7 Uji Homogenitas Jarak Antar Molar
Kedua ................. 41
4.8 Perbandingan Jarak Antar Kaninus Antara Suku
Batak Dengan
Sunda ............................................................... 42
4.9 Perbandingan Jarak Antar Molar Pertama Antara
Suku Batak Dengan
Sunda ..................................................... 42
4.10 Perbandingan Jarak Antar Molar Kedua Antara
Suku Batak Dengan
Sunda ..................................................... 43
DAFTAR GAMBAR
No. Halama
Teks
Gambar n
2.1 Anatomi Rahang Bawah Tampak Samping
(Netter,
2014) .....................................................................
... 13
2.2 Anatomi Rahang Bawah Tampak Belakang
(Netter,
2014) .....................................................................
... 13
2.3 Perkembangan Mandibula. Tempat Awal
Terjadinya Osifikasi (Premukmar,
2011) ................. 14
2.4 Pola Pertumbuhan Rahang Bawah Panah Merah
Menunjukan Deposisi. Panah Biru Menunjukan
Resorpsi (Premukmar,
2011) ................................... 16
DAFTAR GRAFIK
Halama
No. Grafik Teks
n
4.1 Rata-Rata Jarak Antar Kaninus Pada Suku Sunda
dan Suku
Batak ........................................................ 37
4.2 Rata-Rata Jarak Antar Molar Pertama Pada Suku
Sunda dan Suku
Batak ............................................. 38
4.3 Rata-Rata Jarak Antar Molar Kedua Pada Suku
Sunda dan Suku
Batak ............................................. 39
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Halama
No. Diagram Teks
n
2.1 Pengelompokan Ras di
Dunia ................................ 27
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halama
Teks
Tabel n
1 Lembar Permohonan Persetujuan Pembuatan Skripsi
.. 55
2 Lembar Persetujuan Pembuatan
Skripsi ....................... 56
3 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing 57
4 Surat Penugasan Dosen Pembimbing 58
5 Surat Izin Penelitian UKSU dan LSS ITB 59
6 Surat Balasan Izin Penelitian UKSU ITB 60
7 Surat Balasan Izin Penelitian LSS ITB 61
8 Surat Permohonan Persetujuan Komite Etik 62
9 Surat Balasan Komite
Etik ............................................ 63
10 Lembar Informed
Consent ............................................ 64
11 Lembar Informasi
Penelitian ......................................... 65
12 Hasil Pengukuran Lebar Rahang Bawah Suku Batak
... 68
13 Hasil Pengukuran Lebar Rahang Bawah Suku Sunda
.. 69
14 Output SPSS Uji
Normalitas ......................................... 70
15 Output SPSS Independent Sample T-test
..................... 71
xv
BAB I
PENDAHULUAN
serangan teroris, analisis bekas gigitan pada kasus penyiksaan anak dan korban
pemerkosaan, penentuan umur, jenis kelamin dan suku (Singh, 2014). Suku
populasi (Aspinall & Song, 2013). Setiap suku mempunyai karakteristik yang
dapat terlihat seperti perbedaan tulang yang menghasilkan karakter suatu wajah
Lebar rahang bawah pada tiap individu berbeda, sesuai dengan ukuran gigi,
posisi gigi, pola pertumbuhan kraniofasial yang dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan (Al-Zubair, 2013). Rahang bawah adalah salah satu struktur yang
menjadi ciri khas suatu suku (Senn & Stimson, 2010). Penelitian mengenai
2014). Lebar rahang bawah pada Suku Batak dan Sunda belum diketahui.
antropolog. Rahang bawah merupakan organ tubuh manusia setelah pelvis yang
akan membantu identifikasi usia, jenis kelamin, dan suku. Rahang bawah dan
variasinya dalam usia, jenis kelamin, dan suku akan membantu dokter, ahli bedah,
1
2
kerangka manusia merupakan langkah awal dalam investigasi forensik dan krusial
untuk analisis selanjutnya (Indira, Markande, & David, 2012). Mengetahui lebar
rahang bawah pada beberapa suku di Indonesia akan memudahkan antropolog dan
Suku Batak dan Sunda merupakan empat suku terbesar di Indonesia diikuti
dengan Suku Jawa dan suku lainnya di Pulau Sulawesi (Ananta & Arifin, 2014).
Lebar rahang bawah pada Suku Batak dan Sunda mungkin berbeda tetapi belum
pada kedua suku tersebut. Penelitian mengenai pengukuran lebar rahang bawah
pada Suku Batak telah dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dan
Teknik di Universitas Sumetara Utara, tetapi hanya pada satu suku sehingga tidak
Sampai saat ini belum ada penelitian yang mendeskripsikan perbedaan lebar
rahang bawah antara Suku Batak dengan Sunda sehingga penulis tertarik untuk
terdapat perbedaan lebar rahang bawah antara suku Batak dengan Sunda yang
diukur dari jarak antar kaninus, jarak antar molar pertama, dan jarak antar molar
kedua.
3
perbedaan lebar rahang bawah antara suku Batak dengan Sunda yang diukur dari
jarak antar kaninus, jarak antar molar pertama, dan jarak antar molar kedua.
informasi kepada pembaca mengenai lebar rahang bawah pada Suku Batak dan
Sunda, juga untuk memeroleh data antropometri mengenai lebar rahang bawah
pada Suku Batak dan Sunda. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan
korban.
hukum yang berhubungan dengan investigasi (Tilstone, Savage, & Clark, 2006).
dan hal yang berhubungan dengan masalah kriminal (Houck & Siegel, 2015).
dental dalam proses hukum pidana atau perdata (Herschaft, 2011). Forensik
Rahang bawah merupakan bagian yang paling besar, paling kuat dan bagian
yang dapat bergerak dari tengkorak (Kumar & Lokanadham, 2013). Rahang
bawah yang terdiri dari korpus bagian kanan dan kiri yang menyatu pada garis
tengah anterior (simfisis mandibula) dan dua ramus (Drake, Vogl, & Mitchell,
2014). Rahang bawah juga merupakan satu-satunya tulang pada daerah wajah
yang dapat bergerak bebas karena berartikulasi dengan tulang temporal pada
bergerak bebas ke segala arah, dan kondilus bergerak ke bawah dan ke depan pada
perbedaan tersebut. Suku adalah kelompok biologis dari spesies yang berbagi
2002).
bangsa-bangsa di kawasan Asia terdiri dari kaum Proto Melayu atau keturunan
melayu tua yang datang bermigrasi ke Indonesia 1500 SM dan kaum Deutro
(Neo) Melayu atau keturunan melayu muda yang datang bermigrasi ke Indonesia
5
500 SM. Suku Batak termasuk ke dalam kaum Proto Melayu, sedangkan suku
terdapat perbedaan antara suku satu dengan suku lainnya, seperti penelitian yang
yang lebih kecil, maksila yang lebih dangkal, maksila dan lebar gigi seri pada
maksila dan mandibula lebih kecil dibanding dengan penduduk yang bukan
rahang bawah antara orang Vietnam dengan Korea menunjukan hasil bahwa orang
Vietnam memiliki lengkung rahang bawah yang lebih dalam dan lebar
dibandingkan dengan orang Korea (Lee et al., 2013), dan penelitian mengenai
perbandingan rahang bawah antara orang Amerika berkulit putih dengan berkulit
hitam menunjukan hasil bahwa orang Amerika berkulit hitam memiliki rahang
bawah yang lebih panjang dan ramus rahang bawah yang lebih lebar dari orang
Amerika berkulit putih (Harris et al, 1977). Penulis menarik hipotesis berdasarkan
uraian kerangka pemikiran diatas bahwa lebar rahang bawah Suku Batak berbeda
Penelitian ini akan dilakukan di Unit Kesenian Sumatera Utara (UKSU) dan
Lingkung Seni Sunda (LSS) Institut Teknologi Bandung pada bulan Januari
TINJAUAN PUSTAKA
forensik adalah aplikasi ilmu kedokteran untuk hukum pidana dan perdata yang
Kedokteran forensik adalah disiplin ilmu yang merupakan kumpulan disiplin ilmu
forensik memiliki dua disiplin utama yaitu kedokteran dan hukum dan kadang-
penanganan serta pemeriksaan bukti gigi dan evaluasi serta presentasi dari
evaluasi dan presentasi dari bukti dental untuk proses hukum pidana dan perdata.
7
8
Kedokteran gigi forensik merupakan kombinasi dari berbagai aspek, yaitu aspek
dental, ilmu kedokteran, dan profesi resmi. Kedokteran gigi forensik dapat
Bidang utama dari kedokteran gigi forensik terdiri dari identifikasi dental,
karbonisasi, ataupun fragmentasi dari tubuh. Sidik jari ataupun pengenalan wajah
sulit dilakukan atau bahkan mustahil dilakukan pada saat kecelakaan atau bencana
Keuntungan utama dari bukti dental adalah tahan setelah kematian dan tidak
terpengaruh oleh kondisi yang ekstrem karena gigi merupakan bagian tubuh yang
paling kuat dan dapat menahan kondisi yang sangat ekstrem, termasuk temperatur
tinggi mencapai 1.600⁰ C dan juga merupakan komponen dari tubuh yang dapat
bertahan dalam api karena kompisisinya yang sangat tahan terhadap api dan gigi
juga dilindungi oleh jaringan lunak dan keras wajah (Rai, 2012).
pasiennya sehingga didapat model berbahan gips plaster atau gips batu. Cetakan
tiruan, ataupun prosedur restorasi. Model merupakan dental records dan harus
9
disimpan secara baik. Model akan sangat berguna untuk proses identifikasi,
nama pasien, nama dokter gigi, nama tempat praktek, dan tanggal model dibuat.
dihadapkan dengan pertanyaan klasifikasi ras dan suku dalam proses identifikasi
(Schmitt, 2006).
patologi dan kriminalitas. Definisi antropologi forensik yang lebih rumit lainnya
adalah disiplin ilmu yang memfokuskan pada hidup, mati, sejarah setelah
kematian seseorang, yang diketahui dari sisa kerangka dan fisiknya dengan
menentukan apa yang terjadi pada sisa kerangka manusia (Schmitt, 2006). Tujuan
diketahui, biasanya dari sisa-sisa kerangka manusia yang telah terurai (Iscan,
memperkirakan suku, jenis kelamin, umur saat kematian, dan perawakan korban
(Cox, 2006).
Area antropolog forensik tidak hanya pada sisa kerangka manusia tetapi
meluas ke area lain seperti menetapkan profil seseorang yaitu umur, jenis kelamin,
menggunakan sinar X, dental records, DNA, dan metode lain, identifikasi korban
Mandibula adalah tulang rahang bawah yang menyokong gigi geligi bawah
seperti huruf U, terdiri dari bagian horizontal dan vertikal, bagian horizontal
terdiri dari korpus dan simfisis ditengahnya. Bagian vertikal terdiri dari sudut
mandibula dan ramus, yang mana dapat berartikulasi dengan kranium melalui
kondilus dan sendi temporomandibular (Yadav, 2012). Mandibula terdiri dari dua
bagian yang sama besar, meluas dari simfisis menuju kondilus dan prosesus
Mandibula terdiri dari sistem biologi yang berbeda, tulang, otot, pembuluh darah
dan saraf. Interaksi gen terjadi untuk pembentukan mandibula (Benoit, 2012).
11
Mandibula merupakan tulang yang unik baik dari segi struktur ataupun fungsi.
Bentuknya yang seperti tapal kuda dengan ramus vertikal disetiap ujung tapalnya.
Mandibula terdiri dari korpus, dua ramus, dua prosesus kondilus, dan dua
Rahang bawah melekat dengan tulang wajah lainnya oleh sistem otot dan ligamen
yang kompleks. Rahang bawah berartikulasi dengan rahang atas melalui oklusi
gigi. Korpus mandibula tersusun atas tulang kortikal padat dengan sedikit
substansi spongiosa yang dilewati oleh pembuluh darah, pembuluh limfa, dan
Rahang bawah memiliki bentuk seperti sepatu kuda yang terdiri dari korpus,
ramus kanan dan kiri. Setiap ramus berada pada posterior korpus. Ramus terdiri
berbentuk huruf U yang berkembang dari dua bagian lalu menyatu menjadi satu
bagian. Korpus terdiri dari permukaan eksternal dan internal. Permukaan eksternal
terdiri dari simfisis, mental protuberance, mental tubercles, fossa insisif, foramen
mental, dan oblique line. Permukaan internal terdiri dari garis mylohyoid, fossa
submandibular, fossa sublingual, mylohyoid groove, dan mental spine atau genial
tubercles (Halim, 2008). Bagian dalam dari korpus menunjukan garis mylohyoid
sublingual. Garis tepi atas korpus dinamakan dengan prosesus alveolaris yang
menunjang soket untuk gigi bawah. Garis tepi bawah korpus dinamakan dengan
basis mandibula. Korpus mandibula dilalui oleh kanal tulang yang dinamakan
dilalui oleh pembuluh darah dan saraf alveolar inferior untuk gigi bawah
cabang sensosris saraf mandibula yang menyediakan sensasi untuk gusi dan gigi
rahang bawah (Martini, 2005). Foramen mental berada dibawah premolar kedua
ataupun antara akar gigi premolar kesatu dengan premolar kedua (Scheid &
Weiss, 2012). Foramen mental dilalui oleh pembuluh darah dan saraf mental yang
dan medial), empat tepi (atas, anterior, bawah dan posterior), dan dua prosesus
leher yang sempit. Kondilus berartikulasi dengan fossa mandibula tulang temporal
mandibula atau mandibular notch adalah cekungan pada garis tepi ramus atas
yang meluas dari ujung atas prosesus kondilus menuju ujung atas prosesus
koronoid. Bagian dalam dari ramus ditandai dengan adanya foramen mandibula
yang dilindungi oleh lingula. Sudut mandibula merupakan titik pertemuan antara
garis tepi posterior dengan garis tepi bawah ramus (Kulkarni, 2011).
13
sama halnya seperti tulang spenoid yang menggantikan kartilago yang berada
dibawah otak (Proffit, 2007). Mandibula terdiri dari dua kartilago pada masa
mudigah (Bishara, 2001). Kedua kartilago tersebut tidak bersatu pada garis
tengah tetapi terpisahkan oleh lapisan mesenkim yang tipis (Premukmar, 2011).
Kedua kartilago tersebut bersatu membentuk tulang yang parabola pada akhir
Meckel's dibentuk oleh saraf alveolar inferior menuju cabang insisif dan mental
pada minggu keenam. Osifikasi intramembran ini dimulai pada minggu ketujuh
(Premukmar, 2011).
(Premukmar, 2011)
15
membentuk maleus dan incus yang berada pada telinga tengah dan ligamen
Mandibula saat lahir terdiri dari dua bagian. Fusi dari kedua bagian tersebut
terjadi di simfisis pada tahun pertama. Letak kanal mandibula berada didekat garis
tepi bawah rahang, rahang tidak bergigi, besar sudut mandibula kira-kira 140⁰
letaknya lebih tinggi dari prosesus kondilus. Foramen mental berada didekat tepi
bawah rahang karena tulangnya hanya terbentuk oleh soket alveolaris dan tidak
ukuran yang kecil, ramus yang pendek, sudut rahang yang besar, fossa
oklusal (Premukmar, 2011). Letak ramus saat bayi berada pada tempat erupsi gigi
menyediakan tempat erupsi gigi molar kedua sulung dan berkelanjutan untuk gigi
Mandibula pada saat dewasa memiliki letak kanal yang paralel dengan garis
kondilus lebih tinggi dari prosesus koronoid. Mandibula saat mencapai usia tua
foramen mental dan kanal mandibula bergeser ke garis tepi atas rahang, dan sudut
tumbuh keatas dan ke belakang, sehingga terlihat mandibula tumbuh dan bergerak
Forensik
memerkirakan tinggi badan seseorang dan juga dapat menentukan jenis kelamin
dan ras seseorang. Tulang merupakan dasar dalam pengklasifikasian ras dalam
manusia ketika terjadi perubahan pada postmortem, luka jaringan, kurangnya data
sidik jari (Singh, 2014). Gigi merupakan material terbaik yang digunakan untuk
satu keunikan dari morfologi tubuh manusia adalah gigi yang dapat bertahan
dalam jangka waktu yang panjang dan temperatur yang tinggi. Gigi merupakan
bagian tubuh manusia yang paling sulit dihancurkan. Gigi dapat bertahan hingga
ribuan tahun, contohnya adalah gigi yang ditemukan pada rahang bawah manusia
Tabun yang berumur 35.000 tahun (Balachander, 2015). Gigi merupakan material
bentuk gigi telah banyak diteliti dan dipelajari. Lebar dan panjang rahang lebih
Rekam medis gigi dan mulut digunakan untuk tiga jenis identifikasi. Pertama
tidak diketahui. Ketiga mengacu pada aplikasi penggunaan teknik profil DNA.
lalu dibandingkan dengan data dental, foto, dan data klinis (Silva & Oliveira,
2008).
dengan usia, paling sedikit terpengaruh oleh penyakit mulut dibandingkan dengan
gigi lain, lebih tahan dari trauma parah seperti kecelakaan udara, badai, atau api
seksual yang tinggi sehingga sangat akurat untuk hasil identifikasi. Jarak antar
kaninus dan Mandibular Canine Index (MCI) memiliki keakuratan yang tinggi
dalam penentuan jenis kelamin (Daniel, 2014). Jarak antar kaninus dan antar
molar rahang bawah dapat membantuk ahli forensik dan ahli anatomi untuk
antar molar juga dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin secara akurat
jika tidak terdapar gigi kaninus. Gigi molar digunakan karena merupakan gigi
permanen pertama yang erupsi dan jarang mengalami impaksi (Daniel, 2014).
Jarak antar kaninus dan antar premolar dapat memerkirakan tinggi seseorang
(Khangura et al, 2015). Jarak antar kaninus, antar premolar, dan antar molar
Dimensi rahang seperti jarak antar kaninus, antar premolar dan antar molar
setiap suku memiliki perhitungan dan karakteristik lengkung rahang yang unik.
Penghitungan lengkung rahang seperti jarak antar kaninus, antar premolar dan
antar molar berguna untuk praktik dokter gigi dan lebih penting lagi dapat
II.4 Ras
mengatakan orang Afrika sebagai satu ras, begitu pula dengan orang Asia dan
orang Eropa. Setiap orang dapat membedakan karakteristik fisik dari setiap
kelompak ras. Ras merupakan gagasan yang sopan digunakan untuk menyiratkan
kelompok (Malik, 1996). Pengertian ras sebagai suatu golongan manusia yang
(Koentjaraningrat, 1990). Ras adalah kelompok besar manusia yang memiliki ciri-
ciri dan sifat-sifat fisik yang berkembang penuh dan menurun secara biologis
fisik seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, bentuk bagian-bagian muka
dan sebagainya yang menimbulkan pengertian "ras", atau golongan manusia yang
20
merupakan suatu pengertian biologi bukan kultural. Ras berkaitan dengan ciri-ciri
fisik contohnya seperti bentuk badan, bentuk kepala, bentuk tulang rahang bawah,
bentuk hidung, warna kulit, warna mata, dan warna rambut (Yusuf, 2001).
Ras-ras besar di dunia menurut A.L. Kroeber (Soeroso, 2008) terdiri dari
Penyebaran dan penggolongan ras-ras besar di dunia menurut A.L. Kroeber antara
1. Ras Kaukasoid
2) Bibir sedang.
3. Perawakan kuat.
4. Gemuk.
3. Perawakan ringan.
5. Rambut keriting.
2. Ras Mongoloid
2) Rambut lurus.
22
Timur.
1. Tinggi.
2. Kepala bundar.
5. Bibir tipis.
6. Mata sipit.
1. Pendek.
Amerika.
3. Ras Negroid
1) Hidung pesek.
2) Bibir tebal.
4) Rambut keriting.
6) Kepala panjang.
2. Rambut keriting.
3. Kepala bundar.
6. Rambut keriting.
1. Berperawakan kuat.
3. Rambut keriting.
4. Ras Australoid
4) Rambut bergelombang.
5. Ras-Ras Khusus
Ras-ras ini tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras diatas. Ras ini
terdiri dari :
dalam ras Mongoloid dan subras Malayan Mongoloid atau Melayu. Mereka yang
fisik. Indonesia memiliki berbagai kekhasan antara suku bangsa satu dengan suku
bangsa lainnya, oleh karena itu setiap suku bangsa di Indonesia meskipun berasal
25
dari keturunan yang sama tetapi memiliki perbedaan yang nyata satu dengan yang
dalam kurun waktu yang sama, melainkan secara berturut-turut. Subras Melayu
yang ada di Indonesia terbagi menjadi subras Melayu Tua atau Proto Melayu dan
subras Melayu Muda atau Deutro Melayu. Subras Melayu Tua memerlihatkan
ciri-ciri fisik ras Mongoloid. Suku bangsa yang termasuk ke dalam subras Melayu
Tua contohnya adalah suku Batak, suku Toraja, suku di Nusa Tenggara. Ciri-ciri
fisik subras Melayu Muda memerlihatkan ciri-ciri yang sama dengan subras
Melayu Tua, tetapi terdapat perbedaan pada bentuk kepala. Subras Melayu Tua
termasuk ke dalam subras Melayu Muda contohnya adalah suku yang berada di
komunitas desa, kota, kelompok kekerabatan, atau kelompok adat lain yang
menampilkan suatu corak khas. Corak khas dalam suatu kebudayaan dapat terlihat
karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur kecil berupa unsur kebudayaan
fisik dengan bentuk yang khusus, pola sosial khusus, atau tema budaya yang
khusus. Istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas adalah "suku
bangsa" dalam bahasa Inggris ethnic group (kelompok etnik). Suku bangsa adalah
suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas kesatuan
suku bangsa yang terdiri dari 366 suku bangsa dan 106 subsatuan suku bangsa.
Subsatuan suku bangsa merupakan bagian kecil dari suku bangsa. Subsatuan suku
bangsa memiliki ciri yang sama dengan suku bangsa induknya, tetapi terdapat
perbedaan dengan subsatuan suku bangsa lain dalam satuan suku bangsa yang
bersangkutan. Penyebaran suku bangsa yang ada di Indonesia seperti berikut ini:
Suku Batak termasuk ke dalam subras Melayu Tua. Suku Batak mendiami
Aceh di utara sampai ke perbatasan dengan Riau dan Sumatera Barat di sebelah
selatan. Suku Batak juga mendiami dataran rendah yang berada di antara pantai
Timur Sumatera Utara dengan pantai Barat Sumatera Utara. Suku Sunda termasuk
ke dalam subras Melayu Muda. Suku Sunda secara antropologi budaya adalah
Subras Subras
Subras Malayan (Soeroso, 2008)
Asiatik American
Mongoloid
Mongoloid Mongoloid
Indonesia
METODE PENELITIAN
Suku Batak pada Unit Kesenian Sumatera Utara Institut Teknologi Bandung
dengan Suku Sunda pada Lingkung Seni Sunda Institut Teknologi Bandung .
Teknologi Bandung angkatan 2012, yang merupakan anggota dari Unit Kesenian
Sumatera Utara dan berusia antara delapan belas tahun sampai dua puluh lima
tahun. Populasi suku Sunda dalam penelitian ini adalah mahasiswa Institut
Teknologi Bandung angkatan 2012, yang merupakan anggota dari Lingkung Seni
Sunda dan berusia antara delapan belas tahun sampai dua puluh lima tahun.
Jumlah populasi suku Batak sebanyak enam puluh lima. Jumlah populasi suku
Teknik pemilihan sampel yang digunakan pada penelitian ini dengan teknik
purposive sampling dengan kriteria sampel suku Batak dan Sunda yang memenuhi
1. Merupakan Suku Batak secara keturunan dari dua generasi ke atasnya untuk
sampel Suku Batak. Merupakan Suku Sunda secara keturunan dari dua
28
29
2. Gigi permanen dengan bentuk yang normal lengkap (kecuali molar ketiga)
dengan syarat tidak terdapat tambalan besar, kehilangan gigi kongenital, gigi
4. Tidak terdapat abrasi, atrisi, dan fraktur pada gigi yang akan diuji.
Jumlah sampel Suku Batak adalah dua puluh sampel, dan jumlah sampel
Suku Sunda adalah dua puluh sampel yang didapat menggunakan teknik
purposive sampling sehingga sampel didapat secara tidak acak dan sesuai dengan
2. Suku Batak.
3. Suku Sunda.
1. Lebar rahang bawah terdiri dari jarak antar puncak bonjol kaninus kiri dan
kanan rahang bawah, jarak antar puncak bonjol mesio bukal molar pertama
30
kiri dan kanan rahang bawah, jarak antar puncak bonjol disto bukal molar
2. Suku Sunda pada penelitian ini adalah mahasiswa Institut Teknologi Bandung
angkatan 2012 yang secara keturunan merupakan suku Sunda dari dua
generasi keatas yang diketahui melalui biodata sampel penelitian dan anggota
Bandung angkatan 2012 yang secara keturunan merupakan suku Batak dari
dua generasi keatas yang diketahui melalui biodata sampel penelitian dan
Alat dasar yang digunakan untuk memeriksa rongga mulut subjek penelitian
antara lain :
1. Kaca mulut.
2. Sonde.
3. Pinset.
1. Hand scoon.
2. Masker.
3. Jas Laboratorium.
Alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak rahang bawah antara lain :
1. Rubber bowl.
31
2. Spatula.
1. Rubber bowl.
2. Spatula.
3. Gips batu.
Alat yang digunakan untuk mengukur lebar rahang bawah antara lain :
1. Pensil.
dibuat model studi, lalu dilakukan penghitungan jarak antara gigi kaninus kiri dan
kanan, jarak antara gigi molar pertama kiri dan kanan, jarak antara gigi molar
cetakan positif.
1. Menandai model studi dengan menggunakan pensil pada bagian antara lain
rahang bawah.
33
yang menggambarkan jarak antar molar kedua kiri dan kanan rahang
bawah.
3. Menulis angka yang tertera pada jangka sorong digital ke dalam tabel yang
Data yang didapat dari pengukuran dimasukan ke dalam contoh tabel seperti
berikut ini :
Data jarak antar kaninus, jarak antar molar pertama dan jarak antar molar
kedua rahang bawah akan dicari rata-rata. Analisis statistik yang pertama
mengetahui varians data. Uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan karena
kedua analisis tersebut merupakan uji prasyarat sebelum melakukan uji hipotesis
0,05. Jika nilai T lebih kecil dari taraf siginifikansi maka H0 ditolak dengan kata
lain terdapat perbedaan lebar rahang bawah pada Suku Batak dengan Suku Sunda.
H0 : μ1 = μ2, artinya tidak terdapat perbedaan lebar rahang bawah pada suku Batak
dengan Sunda.
H1 : μ1 ≠ μ2, artinya terdapat perbedaan lebar rahang bawah pada suku Batak
dengan Sunda.
BAB IV
IV.1Hasil Penelitian
(UKSU) dan 20 anggota Lingkung Seni Sunda (LSS) yang merupakan mahasiswa
Institut Teknologi Bandung angkatan 2012 yang berumur delapan belas sampai
dua puluh lima tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebar rahang
bawah pada suku Batak dan Sunda juga mengetahui apakah terdapat perbedaan
lebar rahang bawah antara suku Batak dengan Sunda. Lebar rahang bawah pada
penelitian ini terdiri dari jarak antar puncak bonjol kaninus kiri dan kanan rahang
bawah, jarak antar puncak bonjol mesio bukal molar pertama kiri dan kanan
rahang bawah, jarak antar puncak bonjol disto bukal molar kedua kiri dan kanan
rahang bawah.
Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan untuk menentukan analisis
data tidak berdistribusi normal, maka analisis data yang digunakan adalah statistik
non parametrik (Mann Whitney). Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-
35
36
Kelompok
Indikator Suku Sunda Suku Batak
p-value Distribusi p-value Distribusi
Jarak Antar Kaninus 0.596 Normal 0.205 Normal
Jarak Antar Molar
0.733 Normal 0.728 Normal
Pertama
Jarak Antar Molar Kedua 0.132 Normal 0.219 Normal
Keterangan : Normal jika p-value > 0,05
masing-masing kelompok uji > 0,05 yang menunjukan bahwa jarak antar kaninus,
molar pertama dan molar kedua pada suku Batak dan Sunda berdistribusi secara
menggunakan rata-rata atau mean dan standar deviasi untuk jarak antar kaninus,
Tabel 4.3 Rata-Rata Jarak Antar Kaninus Pada Suku Sunda dan Suku Batak
37
Mean SD Mean SD
Grafik 4.1 Rata-Rata Jarak Antar Kaninus Pada Suku Sunda dan Suku
Batak
Nilai rata-rata jarak antar kaninus pada suku Sunda Sunda sebesar 26,658
mm lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata jarak antar kaninus pada suku
batak sebesar 27,423 mm menurut tabel dan grafik diatas. Hal ini menunjukan
bahwa lebar antar kaninus suku Batak lebih lebar jika dibandingkan dengan suku
Sunda.
Tabel 4.4 Rata-Rata Jarak Antar Molar Pertama Pada Suku Sunda dan Suku Batak
38
Mean SD Mean SD
Jarak Antar Molar
45.36 mm 2.48 48.53 mm 2.57
Pertama
Grafik 4.2 Rata-Rata Jarak Antar Molar Pertama Pada Suku Sunda dan
Suku Batak
Nilai rata-rata jarak antar molar pertama pada suku Sunda sebesar 45,359 mm
lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata jarak antar molar pertama suku
Batak sebesar 48,531 mm menurut tabel dan grafik diatas ini menunjukan bahwa
lebar antar molar pertama Suku Batak lebih lebar jika dibandingkan dengan Suku
Sunda.
Tabel 4.5 Rata - Rata Jarak Antar Molar Kedua Pada Suku Sunda dan Suku Batak
39
Mean SD Mean SD
Jarak Antar Molar
54.14 mm 3.59 57.63 mm 2.57
Kedua
Grafik 4.3 Rata-Rata Jarak Antar Molar Kedua Pada Suku Sunda dan Suku
Batak
Nilai rata-rata jarak antar molar kedua pada suku Sunda sebesar 54,136
mm lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata jarak antar molar kedua pada
suku Batak sebesar 57,632 mm menurut tabel dan grafik diatas. Hal ini
menunjukan bahwa lebar antar molar kedua suku Batak lebih lebar jika
kaninus, jarak antar molar pertama, dan jarak antar molar kedua rahang bawah
pada suku Batak dan Sunda memiliki varians yang sama atau tidak. Varians data
perlu diketahui untuk menentukan hasil uji banding. Varians data diuji
menggunakan Levene's test, jika hasil pada kolom "Sig" melebih taraf signifikansi
0,05, maka varians data pada suku Batak dan Sunda sama.
Nilai Sig sebesar 0.975. Nilai Sig lebih besar dari taraf signifikansi 0.05,
artinya data jarak antar kaninus rahang bawah pada suku Batak dan Sunda
Nilai Sig sebesar 0.917. Nilai Sig lebih besar dari taraf signifikansi 0.05,
artinya data jarak antar molar pertama rahang bawah pada suku Batak dan Sunda
Nilai Sig sebesar 0.189. Nilai Sig lebih besar dari taraf signifikansi 0.05,
artinya data jarak antar molar kedua rahang bawah pada suku Batak dan Sunda
IV.1.4 Perbedaan Lebar Rahang Bawah Antara Suku Batak dengan Sunda
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui lebar rahang bawah
suku Batak dan Sunda juga mengetahui apakah terdapat perbedaan lebar rahang
bawah antara suku Batak dengan Sunda menggunakan uji hipotesis Independent
Sample T-test. Lebar Rahang bawah dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan tiga indikator yaitu jarak antar kaninus, antar molar pertama dan
Perbedaan lebar rahang bawah yang bermakna antara suku Batak dengan
H0 : μ1 = μ2, artinya tidak terdapat perbedaan lebar rahang bawah pada suku
H1 : μ1 ≠ μ2, artinya terdapat perbedaan lebar rahang bawah pada suku Batak
dengan Sunda.
Tabel 4.9 Perbandingan Jarak Antar Kaninus Antara Suku Batak Dengan Sunda
p Kesimpula
Jarak Antar Kaninus n t df
value n
Suku Batak vs Suku - Ho
40 37.973 0.196
Sunda 1.316 diterima
Nilai p value sebesar 0.196. Nilai p value lebih besar dari taraf signifikansi
0.05 artinya H0 diterima. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada jarak
Tabel 4.10 Perbandingan Jarak Antar Molar Pertama Antara Suku Batak Dengan
Sunda
Nilai p value sebesar 0.000. Nilai p value lebih kecil dari taraf signifikansi
0.05 artinya H0 ditolak. Terdapat perbedaan yang bermakna pada jarak antar molar
Tabel 4.11 Perbandingan Jarak Antar Molar Kedua Antara Suku Batak Dengan
Sunda
Kedua
Suku Sunda vs Suku
40 -3.545 34.408 0.001 Ho ditolak
Batak
Nilai p value sebesar 0.001. Nilai p value lebih kecil dari taraf signifikansi
0.05 artinya H0 ditolak. Terdapat perbedaan yang bermakna pada jarak antar molar
IV.2Pembahasan
Tabel 4.5 menunjukan perbandingan jarak antar kaninus rahang bawah pada
suku Batak dengan Sunda. Jarak antar kaninus rahang bawah pada suku Batak
signifikan artinya tidak terdapat perbedaan jarak antar kaninus rahang bawah pada
suku Batak dengan Sunda dengan rata-rata jarak kaninus rahang bawah pada suku
Batak sebesar 27,43 mm dan pada suku Sunda sebesar 26,57 mm.
Tabel 4.6 menunjukan perbandingan jarak antar molar pertama rahang bawah
pada suku Batak dengan Sunda. Jarak molar pertama rahang bawah pada suku
signifikan artinya terdapat perbedaan jarak antar molar pertama rahang bawah
pada suku Batak dengan Sunda. Jarak antar molar pertama rahang bawah pada
suku Batak lebih lebar dari suku Sunda dengan rata-rata jarak molar pertama
rahang bawah pada suku Batak sebesar 48,53 mm dan pada suku Sunda sebesar
45,36 mm.
44
Tabel 4.7 menunjukan perbandingan jarak antar molar kedua rahang bawah
pada suku Batak dengan Sunda. Jarak molar kedua rahang bawah pada suku Batak
artinya terdapat perbedaan jarak antar molar kedua rahang bawah pada suku Batak
dengan Sunda. Jarak antar molar kedua rahang bawah pada suku Batak lebih lebar
dari suku Sunda dengan rata-rata jarak molar kedua rahang bawah pada suku
Batak sebesar 57,63 mm dan pada suku Sunda sebesar 54,14 mm.
Hasil penelitian lebar rahang bawah pada suku Batak dan Sunda yang telah
dilakukan menunjukan bahwa rahang bawah suku Batak berbeda dengan suku
Sunda. Rahang bawah suku Batak lebih lebar dari suku Sunda pada jarak antar
molar pertama dan kedua rahang bawah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Senn
dan Stimson pada tahun 2010, bahwa rahang bawah adalah salah satu struktur
yang menjadi ciri khas suatu suku (Senn & Stimson, 2010). Lebar rahang bawah
pada tiap individu berbeda, sesuai dengan ukuran gigi, posisi gigi, pola
(Al-Zubair, 2013). Perbedaan suku menunjukan variasi yang berbeda pada ukuran
suku dan ras telah banyak dilakukan dan hasil penelitian menunjukan adanya
perbedaan ukuran dan bentuk rahang antar suku maupun ras. Penelitian mengenai
perbandingan lebar rahang bawah pada tiga suku di Texas menunjukan hasil
bahwa orang Meksiko Amerika memiliki rahang bawah yang paling lebar
dibanding dengan orang Amerika berkulit hitam dan putih. Rahang bawah orang
45
Meksiko Amerika lebih lebar 0,2 mm dari orang Amerika berkulit hitam. Rahang
bawah pada orang Amerika berkulit putih 0,8 sampai 1,2 mm lebih sempit dari
bawah orang Kaukasus dan Jepang menunjukan hasil bahwa rahang bawah pada
orang Jepang lebih lebar dari rahang bawah orang Kaukasus, tetapi rahang bawah
orang Kaukasus lebih tingi dari rahang bawah orang Jepang (Nojima,2001).
Penelitian mengenai bentuk klinis rahang bawah orang Kaukasus dan Afrika
Amerika juga menunjukan hasil bahwa orang Kaukasus memiliki dimensi rahang
bawah yang lebih kecil dari orang Afrika Amerika (Jerome, 2012). Penelitian
mengenai lengkung rahang pada orang Korea dan Amerika Utara berkulit putih
menunjukan hasil bahwa rahang bawah orang Korea lebih lebar dari orang
Amerika Utara berkulit putih, tetapi memiliki ketinggian rahang bawah yang sama
(Kook, 2004). Penelitian mengenai lengkung rahang pada suku Kurdish dan
signifikan lebih lebar dari lengkung rahang suku Yemenites (Kaye, 2005).
Penelitian mengenai rahang pada populasi berkulit hitam dan putih menunjukan
hasil bahwa lengkung rahang pada populasi berkulit hitam lebih lebar dibanding
untuk mengetahui karakteristik suatu suku, selain itu pada penelitiannya mengenai
antropometri tinggi wajah, tinggi rahang, dan rugae palatina pada orang India dan
Nepal menunjukan hasil bahwa rahang bawah dan rahang atas pada orang India
lebih panjang dari orang Nepal (Kallianpur, 2011). Penelitian antropometri tiga
46
populasi yang dilakukan Santini dan Alayan tahun 2012 pada populasi India, Cina
dan Eropa menunjukan hasil bahwa rahang bawah pada populasi India lebih
pendek dari populasi Cina dan Eropa (Santini & Alayan, 2012).
BAB V
V.1 Simpulan
Batak dengan Sunda berbeda diukur dari jarak antar molar pertama dan jarak antar
molar kedua, tetapi tidak terdapat perbedaan pada jarak antar kaninus. Lebar
rahang bawah pada suku Batak lebih besar dari suku Sunda diukur dari jarak antar
V.2 Saran
dilakukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan jenis kelamin pada setiap suku,
karena selain untuk data antropometri, data yang dipakai juga dapat digunakan
sebagai data penunjang bagi keperluan kedokteran gigi forensik untuk keperluan
identifikasi awal yang terdiri dari identifikasi umur, jenis kelamin, dan suku.
47
DAFTAR PUSTAKA
Agnihotri, G., Gulati, M. 2007. Maxillary molar and premolar indices in North
Indians: A dimorphic study. The Internet Journal of Biological Anthropology.
2(1): 1-5.
Al-Zubair, N. 2013. The relationship between mandibular arch length and widths
in a sample of Yemeni subjects with normal dento-Skeletal relationship.
Journal of Orthodontic Science. 2(4): 120-123. Available online at:
http://doi.org/10.4103/2278-0203.123198, (diakses 12 Mei 2015).
Aspinall, P., & Song, M. 2013. Mixed Race Identities. London: Palgrave
Macmillan. Available online at: https://books.google.co.id/books?
id=tSE0AAAAQBAJ, (diakses 10 November 2015).
Ayoub, F., et al. 2014. Mandibular canine dimorphism in establishing sex identity
in the Lebanese population. International Journal of Dentistry.
2014(2014):1-3. Available online at: http://doi.org/10.1155/2014/235204,
(diakses 15 Oktober 2015).
Benoit, Roland. 2012. Development of human mandible under the influence of the
enviroment and/or genetics. J Dentofacial Anom Orthod. 1-4.
48
49
Daeid, Niamh Nic. 2010. Fifty Years of Forensic Science. United Kingdom:
Wiley-Blackwell. Available online at: https://books.google.co.id/books?id=-
I1zVIt41xsC&dq=forensic+science+definition&source=gbs_navlinks_s
(diakses 4 Februari 2016).
Drake, R., et al. 2014. Gray’s Anatomy for Students. United States: Elsevier
Health Sciences. Available online at: https://books.google.co.id/books?
id=Lh20BQAAQBAJ, (diakses 10 November 2015).
Gupta, Amit, et al. 2014. Stature and gender determination and their correlation
using odontometry and skull antropometry. Journal of Forensic Dental
Science. 6(2): 101-106. Available online at:: http://www.jfds.org/article.asp?
issn=0975-
1475;year=2014;volume=6;issue=2;spage=101;epage=106;aulast=Gupta
(diakses 3 November 2015).
Halim, A. 2008. Anatomy Regional and Clinical for Dental Students. New Delhi:
I.K. International Publishing House Pvt. Ltd. Available online at:
https://books.google.co.id/books?
id=hyoX9SkGBysC&vq=mandible&dq=mandible+is&source=gbs_navlinks_
s (diakses 6 Februari 2016).
Harris, J. E., et al. 1977. Age and race as factors in craniofacial growth and
development. Journal of Dental Research. 56(3): 266-273.
Iscan, Mehmet Yasar & Steyn, Maryna. 2013. The Human Skeleton In Forensic
Medicine. United States: Charles C Thomas. Available online at:
https://books.google.co.id/books?
id=BhziCAAAQBAJ&dq=The+Human+Skeleton+In+Forensic+Medicine&s
ource=gbs_navlinks_s (diakses 12 Januari 2016).
Jesika. 2012. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa
suku batak Fakultas Kedokteran Gigi dan teknik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.
Kaye, Edith Koyoumdjisky., et al. 2005. A comparative study tooth and dental
arch dimensions in Jewish children of different ethnic descent Kurdhis and
Yemenites. American Journal of Physical Anthropology. 44(3): 437-443.
Available online at:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ajpa.1330440307/abstract (diakses
11 Maret 2016).
Kook, Yoon Ah., et al. 2004. Comparison or arch forms between Korean and
North American white populations. American Journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics. 126(6): 680-686. Available online at:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0889540604006523
(diakses 11 Maret 2016).
Lavelle, C. L. B., et al. 1971. Dental arch in various ethnic groups. The Angle
Orthodontist. 41(4): 293-299. Available online at:
http://www.angle.org/doi/abs/10.1043/00033219(1971)041%3C0293:DAIVE
G%3E2.0.CO%3B2 (diakses 11 Maret 2016).
Lee, K.-J., et al. 2013. Comparison of mandibular arch forms of Korean and
Vietnamese patients by using facial axis points on three-dimensional models.
Korean Journal of Orthodontics. 43(6): 288-293. Available online at:
http://doi.org/10.4041/kjod.2013.43.6.288, (diakses (16 Desember 2015).
Malik, Kenan. 1996. The Meaning of Race. New York: New York University
Press. Available online at: https://books.google.co.id/books?
id=mE8TCgAAQBAJ&dq=race+definition&source=gbs_navlinks_s (diakses
11 Februari 2016).
Marcelina, S. 2014. Ukuran lenkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada
mahasiswa suku batak mandailing di FKG USU. Skripsi. Medan: Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.
Nummikoski, Pirkka., et al. 1988. Dental and mandibular arch widths in three
ethnic groups in Texas: A radiographic study. Oral Surgery, Oral Medecine,
Oral Pathology. 65(5): 609-617. Available online at:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0030422088901466 (diakses
11 Maret 2016).
id=WgeUu6C3X0YC&dq=forensic+dentistry&source=gbs_navlinks_s
(diakses 4 Februari 2016).
Rai, B., et al. 2007. Changing maxillary and mandibular antar-canine and antar-
molar distance between 8 to 20 years: male and female. The Antarnet Journal
of Forensic Science. 3(1): 1-3.
Senn, D. R., & Stimson, P. G. 2010. Forensic Dentistry Second Edition. Boca
Raton: Taylor & Francis Group.
Silva, R., & Oliveira, R. 2008. Forensic anthropology and molecular biology:
independent or complementary sciences in forensic dentistry: An overview.
Brazilian Journal of Oral Sciences. Available online at:
http://bases.bireme.br/cgibin/wxislind.exe/iah/online/?
IsisScript=iah/iah.xis&src=google&base=LILACS&lang=p&nextAction=lnk
&exprSearch=521319&indexSearch=ID, (diakses 15 Oktober 2015).
Singh, Inderbir. 2005. Essentials of Anatomy. India: Rex Bookstore, Inc. Available
online at: https://books.google.co.id/books?
id=bbGW0lMLhbUC&source=gbs_navlinks_s (diakses 6 Februari 2016).
id=BjxTAgAAQBAJ&dq=forensic+science+definition&source=gbs_navlink
s_s (diakses 2 Februari 2016).
Soeroso, Andreas. 2008. Sosiologi 2 SMA Kelas XI. Bogor: Quadra. Available
online at: https://books.google.co.id/books?
id=cHRDenEoeWEC&dq=ras+dunia&source=gbs_navlinks_s (diakses 11
Februari 2016).
Thompson, Tim & Black, Sue. 2007. Forensic Human Identification. Boca Raton:
Taylor and Francis Group. Available online at:
https://books.google.co.id/books?
id=IobMBQAAQBAJ&dq=Forensic+Human+Identification+thompson&sour
ce=gbs_navlinks_s (diakses 9 Januari 2016).
Yadav, Rajesh R., et al. 2012. Fracture Mandible. India: Jaypee Brothers
Publishers. Available online at: https://books.google.co.id/books?
id=hCKlBAAAQBAJ&dq=mandible+is&source=gbs_navlinks_s (diakses 6
Februari 2016).
(INFORMED CONSENT)
Nama Peneliti:
Nama Saksi:
INFORMASI
rahang bawah antara Suku Batak dengan Sunda" di Unit Kegiatan Mahasiswa
Lingkung Seni Sunda dan Unit Kesenian Sumatera Utara Institut Teknologi
Bandung.
Tujuan :
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui lebar rahang bawah Suku Batak dan
Sunda dan mengetahui apakah terdapat perbedaan lebar rahang bawah antara
Anda terpilih untuk diikutsertakan dalam penelitian ini karena anda merupakan
suku Batak/Sunda secara keturunan, berusia 18-25 tahun, memiliki gigi geligi
rahang bawah yang lengkap, dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Tata Cara/Prosedur :
Apabila anda bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk anda
Peneliti meminta ada untuk membuka mulut, untuk diperiksa rongga mulutnya
Jika sesuai kriteria sampel penelitian, peneliti akan melakukan pencetakan rahang
bawah.
membersihkan rongga mulut anda dari bahan yang digunakan untuk mencetak
Penelitian dilakukan dengan memeriksa dan mencetak rahang bawah anda. Anda
diminta untuk meluangkan waktu untuk menjadi subjek penelitian. Tidak ada
Manfaat :
Untuk peneliti :
Memperoleh data antropometri mengenai lebar rahang bawah Suku Batak dan
Sunda.
Kerahasiaan Data :
Selama anda berpartisipasi dalam penelitian ini, setiap data dan informasi
Kompensasi :
Insentif :
Subjek peneliti akan diberi souvenir berupa sikat gigi dan pasta gigi.
Kesukarelaan :
Keikutsertaan anda dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan
apapun.
Pertanyaan :
Jika anda memiliki pertanyaan mengenai penelitian ini, anda dapat menghubungi :
No. HP : 082128281958
73