Gigi
PROPOSAL
PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF
Judul Penelitian : Perbandingan Akar dan Mahkota gigi pada Suku Banjar dan
Suku Jawa di Rsgm Gusti Hasan Aman Banjarmasin
Nama Rumpun Ilmu : Ilmu Radiologi Kedokteran gigi
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : drg.Bayu Indra Sukmana., M.Kes
b. NIDN : 0005048503
c. Jabatan Fungsional :Lektor
d. Program Studi :Pendidikan Dokter Gigi
e. Nomer HP : 08115031101
f. Alamat Surel : drg_bayuindra@yahoo.co.id
Anggota Peneliti (1)
a. Nama Lengkap : dr H.Huldani,M.M, M.imun
b. NIDN : 0015047103
c. Perguruan Tinggi :Universitas Lambung Mangkurat
3. Objek penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian)
Melihat gambaran perbedaan perbandingan akar dan mahkota gigi pada suku
banjar dan suku jawa yang berkunjung ke RSGM Gusti Hasan Aman Banjarmasin
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan Juli Tahun : 2019
Berakhir : bulan Juni Tahun : 2020
5. Usulan Biaya DRPM Ditjen Penguatan Risbang
Tahun ke-1 : Rp. 15.000.000
6. Lokasi Penelitian (lab/studio/lapangan) : Lokasi penelitian di RSGM Gusti Hasan
Aman
7. Temuan yang ditargetkan (penjelasan gejala atau kaidah, metode, teori atau
antisipasi yang kontribusikan pada bidang ilmu) penelitian ini akan melihat
adanya perbedaan perbadingan tinggi akar dan mahkota gigi pada suku jawa dan
banjar.
8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu (uraikan tidak lebih dari 50 kata,
tekankan pada gagasan fundamental dan orisinal yang akan mendukung
pengembangan iptek) : Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai informasi tentang
pengaruh suku yang ada di Indonesia terhadap perbandingan mahkota dan akar,
sehingga dapat menjadi pertimbangan para dokter gigi untuk memilih rencana
perawatan prostodontik dan ortodontik yang sesuai sehingga didapatkan
prognosis yang baik.
9. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran (tuliskan nama terbitan berkala ilmiah
internasional bereputasi, nasional terakreditasi, atau nasional tidak terakreditasi
dan tahun rencana publikasi) : Scopus Journal
10. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan,
tahun rencana perolehan atau penyelesaian : -
RINGKASAN
Latar Belakang: Perbandingan mahkota dan akar memiliki peran yang penting
dalam penentuan perencanaan perawatan dalam bidang ortodontik dan prostodontik.
Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang memiliki suku bangsa yang beragam.
berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 terdapat 1.300 kategori suku. Populasi
beragam suku tersebut terdistribusi di berbagai pulau di Indonesia termasuk
Kalimantan. Suku bangsa Jawa termasuk dalam sub ras Deutromalayid yang
merupakan hasil percampuran dari sub ras Protomalayid dengan ras Mongoloid. Suku
Banjar merupakan suku yang berasal dari ras Protomalayid dan menurut teori radam,
Suku Banjar berasal dari dataran rendah di suatu muara sungai di tepi laut. Peneliti
ingin meneliti perbandingan mahkota dan akar pada Suku Jawa dan Suku Banjar
karena Suku Jawa dan Suku Banjar berasal dari asal ras yang berbeda, dan
perbandingan mahkota dan akar sangat mempengaruhi akan rencana perawatan serta
prognosis dari perawatan dental. Tujuan: Untuk menganalisis perbedaan
perbadingan panjang akar dan mahkota gigi pada Suku Jawa dan Suku Banjar
Metode dan bahan : Peneliti memeriksa semua rekam medik pasien di bagian Ilmu
Penyakit Mulut dari 2018-2019, selanjutnya memilih kartu status dari pasien yang
berasal dari suku jawa dan suku banjar. Tahap selanjutnya hasil rontgen radiografi
periapikal yang didapat akan diukur perbandingan mahkota dan akar pada masing-
masing suku. Pengolahan, Analisa, dan Penyajian Data : Data dilakukan uji
normalitas dan homogenitas kemudian data akan diuji dengan uji parametrik t-test
independent
Kata kunci : Perbandingan mahkota dengan akar, suku Banjar, suku Jawa.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perbandingan panjang mahkota dan akar memiliki peran yang penting dalam
yang memiliki panjang akar yang lebih pendek daripada umumnya akan
meningkatkan resiko terjadinya resopsi akar pada perawatan ortodontik. Pada pasien
yang melakukan perawatan gigi tiruan cekat akar yang pendek juga mempengaruhi
dan akar pada insisivus sental. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian oleh Wang
dkk 2019 menyatakan bahwa gigi insisivus sental merupakan gigi dengan
perbandingan mahkota dan akar yang paling kecil dibandingkan gigi lainnya Variasi
perbandingan mahkota dan akar yang terjadi pada sangat dipengaruhi oleh suku, ras,
dan jenis kelamin (Wang J dkk, 2019; Deepak dkk, 2015; Orozco V dkk, 2015).
Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang memiliki suku bangsa yang
beragam. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 terdapat 1.300 kategori suku
merupakan suku terbesar yang ada di Indonesia dengan jumlah populasi sekitar 64%
dari seluruh penduduk Indonesia. Orang Jawa banyak tersebar di daerah-daerah lain
di Indonesia dan dunia namun konsentrasi terbesar berada di pulau Jawa. Suku
bangsa Jawa termasuk dalam sub ras Deutromalayid yang merupakan hasil
percampuran dari sub ras Protomalayid dengan ras Mongoloid (Artaria, 2010). Pulau
Kalimantan merupakan pulau terbesar di Indonesia yang terdiri dari 5 provinsi . Suku
Banjar merupakan penduduk asli Provinsi Kalimantan Selatan yang berasal dari tiga
kelompok suku berbeda dan hidup menjadi satu kelompok. (Salystina dkk, 2018 ).
Menurut Teori Radam cikal bakal suku Banjar berasal dari dataran rendah di suatu
muara sungai di tepi laut (Saraswati dkk, 2006). Suku banjar merupakan suatu suku
mahkota dan akar pada suku jawa dan suku banjar karena suku jawa dan suku banjar
berasal dari asal ras yang berbeda, dan perbandingan mahkota dan akar sangat
Apakah terdapat perbedaaan perbandingan tinggi akar dan mahkota gigi pada
Mengetahui perbedaaan perbandingan tinggi akar dan mahkota gigi pada suku
a. Mengetahui perbadingan tinggi akar gigi dan mahkota pada suku banjar di
RSGM Gusti Hasan Aman.
b. Mengetahui perbadingan tinggi akar gigi dan mahkota pada suku jawa di
c. Mengetahui perbandingan tinggi akar dan mahkota pada suku banjar dan suku
perbandingan tinggi akar dan mahkota pada suku banjar dan suku jawa di RSGM
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi tentang pengaruh suku
yang ada di Indonesia terhadap perbandingan mahkota dan akar, sehingga dapat
prostodontik dan ortodontik yang sesuai sehingga didapatkan prognosis yang baik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perbandingan Mahkota dan Akar Gigi.
Gambar 2.1. Hasil rontgen radiografi periapikal gigi insisivus sentral (White dan
Phroah, 2013
Perbandingan ukuran mahkota dan akar gigi sangat penting untuk suatu rencana
perawatan dan prognosis dari bidang kedokteran gigi. Pasien dengan akar yang lebih
pendek daripada umumnya akan meningkatkan resiko terjadinya resopsi akar pada
perawatan ortodontik. Pada pasien yang melakukan perawatan gigi tiruan cekat akar
yang pendek juga mempengaruhi prognosis dari suatu perawatan (Wang J dkk, 2019).
Mahkota gigi merupakan bagian dari anatomi gigi yang ditutupi oleh enamel,
sedangkan akar gigi merupakan bagian dari anatomi gigi yang ditutupi oleh
sementum. Secara klinis akar gigi ditutupi oleh gingiva. Perbatasan antara akar dan
mahkota gigi akan dilihat lewat suatu garis yang disebut dengan cemento-enamel
Rasio akar-mahkota gigi didefinisikan sebagai "hubungan fisik antara posisi gigi
di dalam tulang alveolar dibandingkan dengan bagian gigi yang tidak berada di dalam
tulang alveolar, yang ditentukan secara radiografis". Rasio akar-mahkota gigi secara
anatomis diukur berdasarkan panjang akar gigi (dari garis servikal ke ujung akar gigi
terpanjang) dan panjang mahkota gigi (dari garis servikal ke ujung kusp terpanjang
atau bagian tertinggi dari tepi insisal). Sebagai contoh, rerata panjang akar gigi
insisivus sentral maksila 13,0 mm, dan panjang mahkota gigi 10,5 mm, Rasio ini
mendekati angka satu, mengindikasikan bahwa akar gigi tidak lebih panjang
Gigi insisivus maxilla sental merupakan gigi insisivus yang terbesar dari semua
gigi insisivus di rongga mulut dan memiliki fungsi untuk memotong makanan.
Memiliki struktur mahkota gigi yang lebih besar dari pada akarnya. Bagian
mesiodistal dari gigi insisivus berukuran lebih besar dibandingkan bagian fasio-
lingual. Memiliki cingulum pada bagian palatal nya dan juga terdapat marginal ridge
pada bagian palatal. Gigi insisif memiliki akar satu yang berbentuk kerucut. Rata-rata
gigi insisif memiliki panjang 23,5 mm, dengan panjang mahkota 10,5 mm dan
A. Genetik
Faktor genetik sangat mempengaruhi akan anatomi dan bentuk dari gigi. Faktor
genetik disini merupakan faktor yang dipengaruhi oleh keturunan. Hal tersebut
dikarenakan gen yang berasal dari keturunan sangat berperan dalam proses
odontogenesis. Pengaruh akan faktor genetik memiliki peran sekitar 90%, selain
genetik peran lingkungan juga berperan penting terhadap pembentukan anatomi dan
morfologi gigi. Hal ini dikarenakan peran lingkungan juga sangat berpengaruh akan
perubahan suatu genetik (Susilowati dan Sulastry, 2007; Twonsend dkk, 2012).
B. Jenis Kelamin.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wang dkk 2019 menyatakan bahwa
jenis kelamin sangat mempengaruhi perbandingan mahkota dan akar. Pada penelitian
ini juga menyatakan bahwa perbandingan mahkota dan akar gigi yang terendah
terdapat pada gigi insisivus sentral maxilla dan perbandingan mahkota dan akar gigi
terbesar terdapat pada gigi premolar dua mandibular. Berdasarkan penelitian ini juga
menyatakan bahwa perbandingan mahkota dan akar lebih besar pada laki-laki
C. Suku
Variasi akan anatomi gigi juga dipengaruhi oleh keberagaman suku yang ada di
Indonesia. Hal ini dikarenakan suku yang berbeda juga berasal dari genetik yang
berbeda, selain dipengaruhi genetik suku yang berbeda juga memiliki kebiasaan yang
berbeda yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi (Scoot dkk, 2018). Hal
tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Soraya dkk 2013
yang menyatakan bahwa panjang rata rata gigi pada suku Batak dan suku Aceh
berbeda. Pada suku Batak rata-rata panjang gigi insisivus sentral adalah 24,9 dan
pada suku Aceh rata-rata panjang gigi insisivus sentral adalah 25,8 (Soraya dkk,
2013).
2.3.Suku Jawa dan Suku Banjar
Manusia memiliki karakteristik yang beragam pada setiap individu.
sumber dari variasi yang terjadi pada manusia. Evolusi terjadi melalui proses
transformasi dan perubahan genetik sebagai akibat dari hubungan sinergis antara
faktor genetis dan faktor lingkungan pada populasi dalam waktu yang sangat lama
(Koesbardiati, 2008).
beragam suku bangsa. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 terdapat 1.300
kategori suku dengan rincian sub-suku (Destiarini dkk,2017). Suku bangsa Jawa
merupakan suku bangsa terbesar yang ada di Indonesia dengan jumlah populasi
sekitar 64% dari seluruh penduduk Indonesia. Orang Jawa mendiami sebagian besar
daerah di pulau Jawa terutama Jawa timur dan Jawa tengah. Orang Jawa juga banyak
tersebar di daerah- daerah lain di Indonesia dan dunia namun konsentrasi terbesar
berada di pulau Jawa. Suku bangsa Jawa termasuk dalam sub ras Deutromalayid yang
merupakan hasil percampuran dari sub ras Protomalayid dengan ras Mongoloid
(Artaria, 2010). Ciri khas fisik pada ras detro melayu adalah kulit sawo matang
kekuningan, tubuh tidak terlalu tinggi, dan memiliki rambut lurus (Sardesai,2013).
2010 jumlah penduduk Kalimantan Selatan adalah 3.626.119 juta, dan didominasi
oleh suku Banjar. Suku Banjar merupakan penduduk asli Provinsi Kalimantan
Selatan yang berasal dari tiga kelompok suku berbeda dan hidup menjadi satu
kelompok. Tiga kelompok suku tersebut adalah : kelompok Banjar Muara yang
didominasi oleh suku Dayak Ngaju, kelompok Banjar Hulu yang didominasi oleh
suku Dayak Bukit,dan kelompok Banjar Batang Banyu yang didominasi oleh suku
Dayak Maanyan (Salystina dkk, 2018). MenurutTeori Radam, nenek moyang Orang
Bukit (DayakBukit) berasal dari dataran rendah di suatu muara sungai di tepi laut dan
2.4.Kerangka Teori
Perbandingan mahkota dan
akar gigi
Suku Jenis
Genetik
kelamin
Keterangan
pendekatan cross sectional yaitu analisa dan pengumpulan suatu data dilakukan
3.2 Sampel
Penelitian ini menggunakan metode total sampling yaitu semua rontgen radiografi
periapikal pada Suku Jawa dan Suku Banjar di RSGM Gusti Hasan Aman dengan
Hasil rontgen radiografi periapikal gigi insisif sentral pada suku Jawa dan
suku Banjar.
Variabel terikat :
a. Pensil
b. Penggaris
c. Kamera
3.6. Tempat dan Waktu Penelitian
3.7.Prosedur Penelitian
Peneliti memeriksa semua rekam medik pasien di bagian Ilmu Penyakit Mulut
dari 2018-2019, selanjutnya peneliti akan memilih semua pasien yang berasal dari
suku Jawa dan suku Banjar dan memiliki rontgen radiografi periapikal pada insisivus
sentral maxilla.
Rontgen radiografi periapikal gigi insisivus sentral maxilla yang telah didapat
penggaris. Data yang telah didapat akan dimasukkan kedalam suatu rumus sebagai
berikut :
𝑃𝑀𝑆 𝑋 𝑃𝐺𝑅
PGS=
𝑃𝑀𝑅
Keterangan=
PGS = Panjang Gigi Sebenarnya
PMS = Panjang Mahkota Sebenarnya
PMR = Panjang mahkota radiografi
PGR = Panjang Gigi radiografi
3.7.3. Analisis Data
varians Levene’s Test. Data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen
Harga
No Jenis Pengeluaran Volume Satuan Jumlah (Rp)
Satuan (Rp)
2. Perjalanan
Perjalanan Justifikasi biaya Kuantitas Harga Biaya per tahun
satuan (Rp) (Rp)
Banjarmasin 2 1. 000.000 2.000.000
Subtotal (Rp) 2.000.000
3. Lain-lain
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Biaya per tahun
satuan (Rp) (Rp)
Pembuatan Fotokopi dan 5 buku 50.000 250.000
laporan penjilitan
Publikasi Submit journal 5.000.000 5.000.000
Subtotal (Rp) 5.250.000
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi
Bidang Ilmu Pendidikan Dokter Gigi
Tahun Masuk-Lulus
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Kompetitif.
Banjarmasin,
Pengusul,
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas STIE Banjarmasin
Lambung dan UNAIR
Mangkurat
Bidang Ilmu Pendidikan Dokter Magister
Manajemen
konsetrasi Rumah
Sakit, dan Magister
Imunologi
Tahun Masuk-Lulus
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Kompetitif.
Banjarmasin,
Pengusul,
dr H.Huldani,M.M, M.imun